Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Teori Akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metodologi
penelitian. Metodologi yang biasa digunakan diantaranya adalah: (1) pendekatan deduktif; (2)
pendekatan induktif; (3) pendekatan pragmatis; (4) pendekatan etis; dan (5) pendekatan perilaku.
Selain itu, ada metode tambahan yakni metode ilmiah dalam penyelidikan, yang merupakan
penggabungan antara pendekatan induktif dan deduktif, sebagai pedoman penelitian dalam
pengembangan teori akuntansi.
Pada awal abad 20 (dua puluh) terdapat beberapa isu mengenai bagaimana akuntansi
berperan dalam pengambilan keputusan, bagaimana mengurangi adanya agensi dan biaya
politik, pemeliharaan legitimasi organisasi dan bagaimana memenuhi kebutuhan informasi
yang memuaskan para stakeholder. Pertimbangan praktik akuntansi bisa saja digunakan
dalam aspek sosial dan lingkungan pada operasi organisasi, begitu juga pertimbangan
bagaimana pengungkapan akuntansi yang mungkin berdampak pada harga saham. Pada
pembahasan ini kita membahas penjelasan mengenai pandangan perspektif alternatif terhadap
peran akuntansi. Perspektif ini, yang secara eksplisit mempertimbangkan bagaimana praktik
akuntansi lebih mendukung ekonomi tertentu dan struktur sosial.
Pandangan ini dilakukan oleh beberapa peneliti dari kritikal perspektif dimana dalam
akuntansi, jauh dari praktik yang mendukung kenetralan atau ketidakbiasan penyajian yang
menggaris bawahi fakta ekonomi, yang kenyataannya mendukung pemeliharaan posisi
kekuasaan dalam beberapa sektor komunitas (seperti kekuasaan saat ini, dan kekayaan yang
ada padanya). Teori ini menantang pandangan bahwa ada beberapa hak termasuk hak khusus
yang tersebar di masyarakat daripada berpendapat mengenai siapa yang paling berhak,
berkesempatan, dan berasosiasi dengan kekuasaan yang diartikan sebagai kaum elit.
Topik ini mengangkat beberapa argumen mengenai peran suatu pemerintahan, peran
dari penelitian akuntansi, dan peran dari praktik akuntansi, dalam keberlangsungan sosial
tertentu. Peneliti yang mengadopsi kritikal perspektif sering tidak memberikan solusi
langsung dari ketidakseimbangan yang berlangsung. Tapi lebih menyoroti
ketidakseimbangan pada sosial dan peran akuntansi dalam keberlangsungan dan legitimasi
dari pemahaman legitimasi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

Definisi Kritikal Perspektif


Kritikal perspektif sangat sulit diartikan. Fokus pendekatan pada penelitian ini adalah
tentang metode akuntansi tertentu yang seharusnya diterapkan daripada fokus terhadap peran
akuntansi yang mengkontrol sumber daya modal. Para peneliti yang disebut teori kritikal
akuntansi, kemudian mencari apa yang disoroti, melalui kritikal analisis, yang merupakan
kunci peran dari akuntansi dalam masyarakat. Perspektif tersebut menantang pandangan
bahwa akuntansi dapat dibangun menjadi sesuatu yang objektif dan netral, dan para peneliti
sering mencari bukti untuk mendukung pandangan ini.
Tony Tinker (2005) dalam Craig Deegan (2007), merupakan salah satu pendiri gerakan
akuntansi kritis, telah menawarkan salah satu definisi penelitian akuntansi kritis, yaitu :
…all forms of social praxis that are evaluative, and aim to engender
progressive change within the conceptual, institutional, practical, and
political territories of accounting.
Menurut Tony Tinker, akuntansi kritis adalah semua bentuk praktek sosial yang
evaluatif dan bertujuan untuk menimbulkan perubahan progresif dalam wilayah konseptual,
institusional, praktik, dan politik akuntansi. Unsur kunci dari definisi ini adalah gagasan
tentang praktek sosial. Praktek dalam penelitian akuntansi kritis umumnya dipahami untuk
merujuk pada asumsi bahwa terdapat dua arah hubungan antara teori dan praktek. namun
pada kenyataannya teori mempengaruhi praktik sosial, sementara praktek-praktek sosial
mempengaruhi teori. Salah satu implikasi dari hubungan antara teori dan praktek adalah
ketika kondisi sosial (praktek) mengalami perubahan maka teori perlu dilakukan perubahan.
Hal ini seharusnya tidak menjadi konsep baru. Implikasi lainnya adalah perkembangan teori
perspektif yang berbeda dapat membawa perubahan dalam praktek-praktek sosial dan
struktur masyarakat (seperti penyebaran kekayaan dan kekuasaan).
Perbedaan hubungan antara teori dan praktek adalah gagasan yang tidak tersirat dalam
hubungan dua arah tersebut. Sebelumnya cenderung mengandalkan hubungan satu arah
dimana baik teori menentukan praktek atau praktek menentukan teori. Perbedaan selanjutnya
adalah pada perubahan praktek. Ketika teori normatif berusaha untuk mengembangkan dan
menerapkan praktik akuntansi tertentu, fokus perubahan praktek diwujudkan di masyarakat
luas. Dapat disimpulkan bahwa peran teori dalam mengubah praktek-praktek sosial lebih
penting daripada peran praktek-praktek sosial yang mengubah teori. Tinker (2005, P: 101)

2
berpendapat bahwa pendekatan akuntansi kritis memerlukan sarjana khusus untuk penelitian
akuntansi kritis.

Wawasan Pendukung Akuntansi


Secara eksplisit bahwa semua penelitian dalam ilmu-ilmu sosial bergantung pada
subjektivitas dari interpretasi para peneliti yang terlibat di dalamnya. Dalam penelitian
akuntansi kritis, para peneliti dalam bidang akuntansi kritis (ahli teori akuntansi) berusaha
untuk melihat hal yang pokok, melalui analisis kritis, yang berperan utama dalam akuntansi
perspektif sosial. Seperti yang dinyatakan oleh Hopper at al. (1995) bahwa dalam
mengkomunikasikan realita akuntan secara keberlanjutan (secara simultan) membangunnya
(Hines, 1988) dan akuntansi adalah praktik sosial dalam perjuangan politik, dan praktik pasar
yang dikendalikan oleh keseimbangan pasar yang efisien.
Pandangan ini juga didukung oleh Baker dan Bettner (1997), menyatakan bahwa
esensi akuntansi dapat ditangkap dengan pemahaman dari dampak individu, organisasi, dan
masyarakat. Oleh karena itu sangat penting dalam penelitian akuntansi untuk mengadopsi
kritikal perspektif.

Kritikan Marxist terhadap Akuntansi


Salah satu cabang utama, pendiri dari teori akuntansi kritis didasarkan pada kritik yang
disampaikan oleh Marxis mengenai kapitalisme. Dalam kritik Marxis ini, pemilik modal
dianggap memiliki akumulasi kekayaan melalui eksploitasi sejarah dan pengambilalihan dari
nilai yang diciptakan oleh pekerja. Kehidupan pekerja sebagian besar dikendalikan oleh pasar
eksternal dan pasar umum. Kapitalisme juga dianggap cacat struktural yang mendasar. Cacat
struktural menurut Marxis adalah salah satu cara yang efektif untuk usaha perorangan
meningkatkan keuntungan dalam jangka panjang yang dalam sejarah telah meningkatkan
mekanisasi faktor perusahaan dengan cara mengganti kapasitas produktif beberapa pekerja
dengan kapasitas produktif mesin tambahan. Biaya penggunaan mesin ini (seperti
penyusutan, perbaikan dan biaya kesempatan modal yang diinvestasikan dalam mesin) jauh
lebih rendah dibandingkan biaya tenaga kerja dan mesin bisa bekerja untuk waktu yang lama
dengan penghentian minimal.
Marxist berpendapat bahwa terdapat dorongan yang semakin besar dari semua pemilik
bisnis untuk meningkatkan pengembalian modal melalui mekanisasi. Cacat mendasar ini
dalam struktur sistem kapitalis adalah untuk modal EAM kembali, tidak hanya biaya harus
diminimalkan, tetapi juga usaha untuk mendapatkan pendapatan perlu dimaksimalkan.
Sementara tindakan satu atau dua pemilik pabrik dalam menggantikan beberapa tenaga kerja,

3
modal, mereka mungkin tidak mempengaruhi pasar untuk barang-barang mereka, dan karena
itu ekonomi bagi pemilik usaha bersifat individualis. Dalam sejarah Marxist berpendapat
bahwa jika semua pemilik usaha bertindak dengan cara ini maka jumlah total yang
dibayarkan kepada tenaga kerja secara keseluruhan akan menurun, daya beli konsumen
secara keseluruhan akan menurun pada titik tertentu, pengurangan sumber daya lebih besar
dari peningkatan kapasitas produksi sehingga mengakibatkan penurunan permintaan, dan
mengancam kemakmuran modal.
Teori Marxis berpendapat bahwa sistem kapitalisme beroperasi dengan cara
mengasingkan pekerja dan penuh dengan kontradiksi struktural yang melekat. Pemerintah
dan swasta melakukan tindakan untuk mengatasi gejala negatif dari ketidakstabilan
kapitalisme tersebut. Marxis menganggap tindakan pemerintah dan swasta tersebut sebagai
gejala mengobati daripada mengatasi penyebab umum dari semua gejala ketidakstabilan
struktural sistem kapitalisme itu sendiri. Selain itu, 'berhasil' mengobati gejala negatif saat ini
dari ketidakstabilan kapitalisme, dapat mencegah gejala terhadap sesuatu hal yang tidak dapat
dielakkan di masa mendatang.
Bagi para sarjana, Marxis dapat melemahkan kekuasaan dan kekayaan modal
(mengutip Marxis bahwa kapitalisme menggali kuburnya sendiri (Marx dan Engels, 1967,
seperti dikutip dalam Tinker, 2005). Oleh karena itu, hak-hak istimewa, kekuasaan dan
kekayaan modal dianggap oleh kaum Marxis sebagai tidak stabil, dan pemilik modal akan
mengambil tindakan untuk membela hak-hak, kekuasaan dan kekayaan mereka.
Teori-teori akuntansi kritis menganggap akuntansi sebagai alat yang ampuh untuk
meningkatkan kekuasaan dan kekayaan modal dan membantu melindungi kekuatan dan
kekayaan modal dari ketidakstabilan struktural kapitalisme. Menurut pendapat Tinker (2005)
bahwa banyak peneliti akuntansi kritis cenderung menentang sistem kapitalis dan akuntansi,
mereka berusaha untuk mengekspos peran akuntansi dalam mendukung distribusi kekuasaan
yang tidak seimbang dan kekayaan di masyarakat dan berusaha untuk menumbangkan peran
akuntansi. Hal ini juga cenderung digunakan oleh beberapa peneliti akuntansi yang tidak
mengadopsi perspektif Marxis murni.
Banyak dari kritikal peneliti memandang akuntansi sebagai perintah legitimasi
kapitalis. Mereka menekankan bahwa sistem akuntansi dibangun dan dikelilingi oleh perintah
sosial yang terselubung. Penggambaran peran dari akuntansi dalam masyarakat kapitalis,
Tinker, Merino, dan Neimark (1982, p.178) menjelaskan bahwa teori ini adalah hubungan
sosial dari kapitalisme yang membedakannya dengan sistem sosial yang lain.
Gray, Owen dan Adams (1996) menyatakan, perhatian yang besar dari kritikal atau
radikal teori ini adalah distribusi dari kekayaan, kekuatan (power) dari suatu perusahaan,

4
bahasa ekonomi bisnis, dan lainnya adalah secara fundamental cacat dan tidak lebih dari
struktur radikal yang berubah dari harapan kehidupan manusia dan lainnya. Sosial, ekonomi,
dan sistem politik dianggap mempersulit secara fundamental.

Penelitian Akuntansi Kritis Versus Penelitian Akuntansi Sosial dan Lingkungan


Kritikal perspektif yang diadopsi oleh banyak peneliti akuntansi kritis didasarkan pada
Teori Ekonomi Politik. Penelitian akuntansi kritis cenderung didasarkan pada Teori Ekonomi
Politik Klasik. Ekonomi politik yang didefinisikan oleh Gray, Owen dan Adams (1996)
sebagai sosial, politik, dan kerangka ekonomi di mana kehidupan manusia berada. Pada
pandangan ini sosial, politik, dan ekonomi adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, dan
isu ekonomi tidak dapat diinvestigasi keberadaanya dalam pertimbangan mengenai politik,
sosial dan kerangka institusi pada aktivitas ekonomi berada. Seperti Guthrie dan paker (1990)
yang menyatakan bahwa perspektif ekonomi politik dapat dipahami dalam laporan akuntansi
sebagai dokumen sosial, politik, dan ekonomi. Laporan akuntansi berfungsi sebagai alat
untuk membangun, mempertahankan dan melegitimasi pengaturan ekonomi dan politik,
lembaga-lembaga dan tema ideologis yang berkontribusi terhadap kepentingan organisasi itu
sendiri.
Gray, Owen dan Adams (1996) dan lain-lain membagi Teori ekonomi politik menjadi
dua yaitu klasik dan borjuis. Perspektif ekonomi politik borjuis tidak mengeksplorasi
ketidakadilan struktural, kepentingan pihak tertentu, perjuangan golongan tertentu. Banyak
teori kritis menganggap bahwa penelitian hanya menerima sifat yang ada dan struktur
masyarakat tanpa adanya tantangan secara efektif yang mendukung masyarakat (Hopper dan
Powell, 1985). Dengan menerima berbagai konsep pada masyarakat sehingga mengabaikan
perjuangan dan ketidakadilan dalam masyarakat (Puxty, 1991). Peneliti kritis terkemuka
seperti Tinker, Puxty, Lehman, Hopper dan Cooper perlu untuk menantang karya peneliti
aliran ekonomi politik, seperti Gray, Owen, Maunders, Mathews dan Parker. Seseorang yang
telah mempromosikan kebutuhan organisasi menjadi lebih bertanggung jawab atas kinerja
sosial dan lingkungannya. Gray, Owen dan Adams (1996 P: 63) menyatakan bahwa teori
kritis:
Corporate social reporting (CSR) will be controlled by the reporting corporations
and a State which has a vested interest in keeping things more or less as they are, CSR
has little radical content. Furthermore, CSR may do more harm than good because it
gives the impression of concern and change but, in fact, will do no more than allow the
system to 'capture' the radical elements of, for example, socialism, environmentalism or
feminism and thus emasculate them.

5
Sementara kebanyakan dari kita, menganggap semakin besar pengungkapan dari
informasi social responsibility akan tampak suatu langkah yang tepat, dan teori kritikal
beragumen bahwa usaha tersebut sia-sia kecuali hal tersebut didasari dengan perubahan
struktur masyarakat. Mereka beragumen bahwa pengungkapan CSR hanya dilakukan karena
diatur, dan tidak menantang bagi penyedia informasi. Tanpa pertimbangan dari keberadaan
lingkungan sosial politik hasil yang diberikan akan tidak sempurna dan tidak lengkap.
Berkaca pada beberapa pandangan teori kritis tentang kekurangan akuntansi sosial dan
lingkungan penelitian, Owen, Gray dan Bebbington (1997) menyatakan bahwa pada awal
kritik terhadap gerakan akuntansi sosial berasal dari seorang sosialis yang mengadopsi
perspektif Marxis. Tinker et al. (1991) dan Puxty (1986, 1991) menyatakan bahwa
masyarakat ditandai dengan konflik sosial. Tinker et al.(1991) menyatakan bahwa gerakan
akuntansi sosial gagal untuk memeriksa kontradiksi dasar dan antinomies dari sistem sosial
dalam penyelidikan dan tidak relevan dan secara implisit mengadopsi sikap 'Quietisme
politic' yang hanya menguntungkan golongan kapitalis. Puxty (1986) menyarankan
ketidakrelevanan akuntansi sosial, mencatat bahwa kritik yang lebih radikal dari masyarakat
kapitalis telah lebih peduli dengan isu-isu yang lebih luas dari akuntansi dan akuntan.
Akuntansi dianggap mempertahankan struktur sosial tertentu. Pengenalan bentuk
baru akuntansi (misalnya, metode eksperimental yang berkaitan dengan akuntansi untuk
biaya sosial) hanya akan membantu mempertahankan sistem sosial. Berkaca pada
persepsi teori kritis dari penelitian yang sedang berlangsung yang dilakukan untuk
meneliti bagaimana memperhitungkan implikasi sosial dan lingkungan bisnis, Gray,
Owen dan Adams (1996) menyatakan bahwa beberapa teori kritis menganggap bahwa
penelitian tersebut bertujuan untuk memecahkan masalah krisis lingkungan.
Meskipun pembahasan di atas menunjukkan perbedaan pendapat yang cukup besar dari
beberapa peneliti akuntansi kritis terhadap penelitian akuntansi sosial dan lingkungan, dalam
beberapa tahun terakhir, beberapa peneliti akuntansi sosial dan lingkungan telah melakukan
upaya-upaya untuk mengatasi masalah yang diungkapkan oleh para peneliti akuntansi kritis.
Sebagai contoh, Bailey, Harte dan Sugden (2000), Lehman (1999, 2001), O'Dwyer (2005)
dan Unerman dan Bennett (2004) merupakan beberapa studi penelitian akuntansi sosial dan
lingkungan yang telah menyinggung isu-isu dan implikasi kekuasaan diferensial antara
organisasi dan berbagai kelompok pemangku kepentingan dalam hubungan akuntabilitas.
Teori kritikal memberikan argumen yang mengarahkan untuk penciptaan iklim
perubahan di struktur sosial. Namun, teori kritikal tidak memberikan solusi terhadap masalah
yang mereka utarakan. Teori Kritikal tidak memberikan arahan bagaimana memahami suatu
permasalahan agar dapat terpecahkan.

6
Dampak Dari Penelitian Akuntansi Kritis Terhadap Praktek Sosial
Kritikal perspektif didasarkan pada perspektif ekonomi politik klasik dan secara
eksplisit menganggap konflik struktural, ketidakadilan dan peran negara di pusat analisis.
Dengan mengadopsi penelitian perspektif yang didasarkan pada Teori Ekonomi Politik
Klasik, peneliti akuntansi kritis dapat menyoroti isu-isu tertentu yang mungkin tidak
ditangani. Menurut Cooper dan Sherer (1984) :
Social welfare is likely to be improved if accounting practices are recognised as being
consistently partial; that the strategic outcomes of accounting practices consistently (if
not invariably) favour specific interests in society and disadvantage others. Therefore,
we are arguing that there already exists an established, if implicit. conceptual
framework for accounting practice. A political economy of accounting emphasises the
infrastructure, the fundamental relations between classes in society. It recognises the
institutional environment which supports the existing system of corporate reporting
and subjects to critical scrutiny those issues (such as assumed importance of
shareholders and securities markets) that are frequently taken for granted in current
accounting research.
Kesejahteraan sosial kemungkinan akan ditingkatkan jika praktik akuntansi diakui secara
konsisten yaitu hasil strategis praktik akuntansi secara konsisten mendukung kepentingan
tertentu dalam masyarakat dan merugikan orang lain. Oleh karena itu, kami berpendapat
bahwa praktek akuntansi sudah ada dan secara implisit ada di kerangka kerja konseptual
untuk praktik akuntansi. Sebuah ekonomi politik akuntansi menekankan infrastruktur,
hubungan mendasar antara golongan-golongan dalam masyarakat. Ekonomi politik akuntansi
mengakui lingkungan kelembagaan yang mendukung sistem pelaporan perusahaan dan
pelajaran untuk pengawasan kritis isu-isu diambil untuk diberikan dalam penelitian akuntansi
saat ini.
Sementara sejumlah besar penelitian kritis dipengaruhi oleh karya filsuf seperti Karl
Marx, sebagian penelitian akuntansi kritis didasarkan pada kritik Marxis murni kapitalisme.
Sebagai contoh, referensi yang dibuat oleh Owen, Gray dan Bebbington (1997) yang
menyatakan bahwa para peneliti kritis diidentifikasi sebagai 'ekologi yang mendalam' dan
'feminis radikal'. Menurut Gray, Owen dan Adams (1996) bahwa inti dari pandangan ini
adalah bahwa hal yang mendasar mengenai keberadaan sistem ekonomi (dan sosial) kita
adalah sebuah kutukan. Diletakkan pada sistem yang paling sederhana dan tidak
merenungkan trade-off antara, misalnya, habitat spesies terancam dan kepentingan ekonomi.
Untuk seorang ahli ekologi bahwa trade-off bisa memiliki bentuk pembenaran moral.

7
Pandangan seperti itu merupakan tantangan bagi setiap aspek kehidupan manusia, terutama di
negara-negara barat yang maju.
Feminis radikal, percaya bahwa akuntansi mempertahankan dan memperkuat sifat-sifat
maskulin seperti keberhasilan kebutuhan dan kompetisi, dan akuntansi bertindak mengurangi
relevansi isu-isu seperti kerjasama, rasa hormat, kasih sayang dan sebagainya. Maskulin
mempertimbangkan berbagai nilai-nilai sosial dalam konteks akuntansi internasional, dan
bagaimana peringkat suatu negara dalam hal 'maskulinitas' atau 'feminitas' mempengaruhi
praktik akuntansi nasional yang diadopsi.
Menurut Hofstede (1984) bahwa maskulinitas merupakan preferensi dalam masyarakat
untuk berprestasi, kepahlawanan, ketegasan, dan keberhasilan material. Sedangkan feminitas
merupakan preferensi untuk hubungan, kesederhanaan, merawat yang lemah, dan kualitas
hidup. Para peneliti yang bekerja dengan literatur feminis berdebat untuk kebutuhan
akuntansi yang kurang 'maskulin' dan lebih 'feminin' dalam orientasi. Menurut Reiter (1995)
bahwa teori feminis memiliki banyak suara dan volume besar terhadap kritik feminis yang
diterbitkan. Pada akhir 1980-an sarjana akuntansi mulai mendalami gagasan bahwa teori
feminis dapat digunakan untuk kritik akuntansi. Teori ekonomi cenderung menghargai
karakteristik yang terkait dengan stereotip maskulin seperti abstraksi, pikiran, efisiensi,
keseimbangan, rasionalitas, mengejar keuntungan sendiri, dan otonomi.
Dalam menjelaskan bagaimana penggabungan nilai feminis dalam teori ekonomi
berpotensi menyebabkan teori yang lebih menjanjikan, Reiter (1995) menyatakan bahwa
Folbre dan Hartmann (1988) menjelaskan bahwa suatu pertumbuhan badan penelitian feminis
interdisipliner melengkapi upaya banyak ekonom untuk mengembangkan teori yang lebih
lengkap terhadap kepentingan ekonomi, yang dapat mencakup konsep-konsep seperti
kerjasama, loyalitas dan timbal balik. Nelson (1992) menunjukkan bahwa penggabungan
kualitas feminin positif seperti fleksibilitas, intuisi, humanisme dan keterhubungan individu
dan konsep bahwa pilihan individu dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya akan
menyebabkan peningkatan kekayaan dan penerapan teori ekonomi. Dia juga berpendapat
bahwa fokus eksklusif ekonomi neo-klasik adalah pada masalah-masalah pertukaran yang
merupakan penolakan kualitas feminin kebutuhan. Pandangan perilaku ekonomi yang
tergabung dalam teori ekonomi keuangan seperti teori keagenan berkonsentrasi pada konflik
dan disiplin daripada pada kegiatan produktif dan mutualitas kepentingan.
Dalam mengadopsi posisi untuk mengejar ideologi yang didominasi kapitalis, teori
kritis memberikan argumen untuk menciptakan iklim perubahan dalam struktur sosial.
Dengan alasan untuk perubahan status quo telah berpendapat bahwa 'peneliti kritis' sering
terpinggirkan ke tingkat yang lebih besar daripada peneliti yang mengadopsi teori atau

8
ideologi perspektif lain (Baker dan Bettner, 1997). Selanjutnya, Sikka dan Willmott (2005-,
hal 142.) Menyatakan bahwa tradisi Marxis harus terus diperbaharui melalui pengalaman
hidup dan oposisi terhadap lembaga penindasan dan eksploitasi dalam upaya manusia untuk
hidup lebih brutal dan merusak.
Cooper dan Sherer (1984) menyatakan bahwa pendekatan penting akuntansi harus
dianalisa secara kritis. Jadi jika masalah utama dalam akuntansi diidentifikasi, maka kritikal
perspektif akan menyarankan refleksi dari orientasi masyarakat untuk mengubah praktik
akuntansi yang membutuhkan kesadaran sosial dan perubahan sosial.
Apakah teori kritis dalam prakteknya diterapkan untuk penelitian akuntansi tergantung
pada apakah peneliti dapat membebaskan diri dari sikap dan orientasi yang mengakibatkan
pelatihan sosial dan pendidikan mereka diperkuat oleh keyakinan profesi akuntansi dan
komunitas bisnis. Untuk proses sosialisasi ini telah dihasilkan oleh para peneliti akuntansi
dengan menunjukkan definisi yang bias terhadap serangkaian masalah akuntansi dan pilihan
teori untuk menganalisis dan memecahkan masalah ini. Teori kritis sering mengkritik
akuntan, dan memberikan dasar untuk beberapa marjinalisasi (usaha untuk membatasi
beberapa kelompok tertentu).
Sikka dan Willmott (. 2005, p 138) menjelaskan bahwa beberapa studi akuntansi kritis
memiliki petunjuk bahwa beberapa asosiasi profesional akuntansi memiliki sejarah panjang
menentang reformasi dalam memajukan akuntabilitas perusahaan besar (Puxty, et al, 1994);
bahwa sebagian besar teknologi akuntansi berperan dalam eksploitasi pekerja (Sikka, et al.,
1999); dan bahwa industri akuntansi terlibat dalam eksploitasi warga secara kejam (Cousins,
et al.). Kami juga berusaha untuk menggerakkan opini dengan memegang cermin untuk
asosiasi perdagangan akuntansi dan berpendapat bahwa klaim etika, integritas dll sedikit
lebih dari hiasan retorika, kebijakan maupun tindakan (Cousins, et al., 2000, Mitchell, et al.,
1994, Puxty, et ai "1994, Willmott, 1990).
Pada tahun 2005/2006 penyelidikan terhadap pemerintah Australia dilakukan oleh
Parliament of Australia Joint Committee on Corporations and Financial Services
dalam Corporate Social Responsibility. Dalam kerangka acuan penyelidikan, pemerintah
diminta pandangan tentang apakah tanggung jawab sosial perusahaan dan pelaporannya harus
diatur. Sehubungan dengan klaim oleh Sikka dan Willmott bahwa beberapa asosiasi
akuntansi profesional memiliki sejarah panjang menentang reformasi yang akan memajukan
akuntabilitas perusahaan besar. Badan-badan profesional di Australia (Institute of Chartered
Accountants di Australia, National Institute Accountan, dan CPA Australia) menyatakan
bahwa mereka menentang mandat perusahaan dalam pengungkapan tanggung jawab
sosialnya. Mereka menyebut bahwa faktor-faktor seperti efektivitas diri regulasi dan

9
mekanisme pendisiplinan dari pasar modal sebagai dasar untuk memastikan bahwa
perusahaan bergerak ke arah yang benar. Mengacu pada penelitian yang dilakukan CPA
Australia 2005, menyatakan bahwa meskipun ada publik yang kuat (88%) dan pemegang
saham (86%) mendukung pemerintah untuk mandat pelaporan pelaporan sosial dan
lingkungan perusahaan, ini tidak tercermin dalam pandangan para pemimpin bisnis (53%).
CPA Australia percaya ini mencerminkan keprihatinan bisnis yang sah bahwa pelaporan
wajib tidak akan meningkatkan nilai informasi. Untuk seorang ahli teori kritis, komentar
seperti itu sama dengan pandangan mereka bahwa praktek akuntansi dan profesi akuntansi
untuk mendukung pandangan tentang bisnis. CPA Australia menyatakan bahwa pendekatan
proaktif terhadap kesukarelaan dari bisnis meniadakan risiko menarik peraturan yang
berlebihan dan tidak fleksibel.
Lebih lanjut, Sikka dan Willmott menyatakan bahwa sebagai akuntan, yang terlibat
dalam antagonisme sosial, eksploitasi pekerja atau eksploitasi kejam terhadap warga.
Meskipun kita memilih untuk tidak setuju dengan apa yang sejumlah teori kritis beritahu
kepada kita, teori kritis tetap berguna, untuk menempatkan diri di bawah pengawasan dari
perspektif sosial yang lebih luas. Para ahli teori kritis (baik Marxis dan non-Marxis)
mendorong pengawasan tersebut.
Sebuah tinjauan literatur akademik akan menunjukkan bahwa sejumlah teori kritis telah
dikritik dan telah diadopsi sebagai dasar teoritis Teori Akuntansi Positif. Teori Akuntansi
Positif fokus pada konflik antar kelompok kuat dalam masyarakat (misalnya, pemilik,
manajer, debtholders) dan tidak menganggap konflik antara kelompok-kelompok yang kuat
dan pihak-pihak yang kurang memiliki kemampuan. Banyak teori kritis juga telah sangat
kritis terhadap sikap anti-regulasi yang dianjurkan oleh Teori Akuntansi Positif karena sikap
tersebut lebih memajukan kepentingan mereka yang memiliki kekuasaan atau kekayaan
(misalnya, pemilik perusahaan). Karena kurangnya regulasi memungkinkan dimilikinya
kekuatan dan kekayaan modal tanpa hambatan oleh apa pun kecuali kekuatan pasar
beroperasi untuk kepentingan bisnis yang kuat) sementara merusak kepentingan mereka yang
mungkin membutuhkan beberapa bentuk perlindungan peraturan, teori Kritis juga
berpendapat bahwa dalam menilai kegunaan informasi akuntansi, kita perlu melihat reaksi
pasar modal (harga saham), respon pasar modal yang didorong oleh orang-orang bermodal.

10
Peran Negara dalam mendukung keberadaan struktur sosial
Para peneliti dengan kritikal perspektif melihat bahwa negara (pemerintah) sebagai
alat untuk mendukung pemilik modal dan juga sistem kapitalis. Dalam perspektif ini
pemerintah akan mengambil beberapa tindakan dari waktu ke waktu untuk meningkatkan
legitimasi dari sistem sosial, walaupun ini akan memperlihatkan bahwa pemerintah memiliki
kepentingan di atas kerugian suatu instansi, pemerintah dapat menekan suatu aturan
pengungkapan pada suatu perusahaan. Untuk mengambil keputusan, individu maupun
kelompok harus memiliki akses informasi. Batasan arus informasi atau ketersediaan jenis
informasi yang spesifik, dapat menghambat kemampuan untuk memilih informasi. Oleh
karena itu, batasan ketersediaan informasi menjadi salah satu strategi yang dipilih untuk
menjaga organisasi dan struktur sosial. Puxty (1986, p.87) mendukung pandangan bahwa
informasi keuangan diatur oleh badan pemerintah sosial dimana terdapat hubungan
kepentingan dari kelompok kekuasaan yang dominan di dalam masyarakat. Oleh karena itu
pemerintah tidak beroperasi pada kepentingan publik, tapi lebih pada kelompok yang sudah
kaya.

Peran dari peneliti Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial


Konsisten dengan pengembangan PAT, di akhir 1970 an peneliti akuntansi menyoroti
tentang konsekuensi dari regulasi baru akuntansi. Perspektif ini menyatakan bahwa
implementasi dari regulasi baru akuntansi dapat menimbulkan implikasi ekonomi yang tidak
diinginkan, dan oleh sebab itu, sebelum persyaratan baru ditetapkan, pertimbangan yang hati-
hati diperlukan. Para kritikal beragumen bahwa implikasi ekonomi bagi pemegang saham
contohnya adalah berubahnya harga saham, dan manajer contohnya adalah pengurangan gaji
yang fokus pada para peneliti konsekuensi ekonomi regulasi akuntansi. Seperti yang
dinyatakan Cooper dan Sherer (1984, pp.215, 217):
Studi menggunakan ECA (Economic Consequences Analysis) lebih mengevaluasi
konsekuensi laporan akuntansi terhadap perilaku dan kepentingan dari pemegang saham, dan
manajer perusahaan (Selto dan Neumann, 1981). Efek dari laporan akuntansi secara langsung
bagi pengguna lainnya seperti pemerintahan dan pengguna tidak langsung seperti konsumen,
karyawan, pembayar pajak, diabaikan. Oleh karena itu studi ini memberikan nilai implisit
bahwa kepentingan pemegang saham dan manajer menjadi kepentingan yang utama dan
konsentrasi pada pemenuhan kebutuhan pemahaman tersebut mencukupi dalam pemahaman
dari peran laporan akuntansi dalam masyarakat.

11
Peran dari Praktik Akuntansi dalam mendukung keberadaan struktur sosial.
Hines (1998) berpendapat bahwa akuntan menerapkan pandangan mengenai
karakteristik apa saja yang memerlukan penekanan (contohnya laba). Akuntan juga
memutuskan atribut kinerja organisasi yang tidak penting sehingga tidak perlu diukur dan
diungkapkan. Hines beragumen bahwa dalam mengkomunikasikan realita, akuntan secara
terus-menerus membangun realita. Untuk beberapa orang yang awalnya tidak
mempertimbangkan akuntansi seperti para pencetus teori kritikal, ada beberapa hal yang akan
membingungkan. Bagaimana bisa akuntan memiliki kekuatan? Para profesi akuntan
digambarkan sebagai sesuatu yang objektif dan netral. Dalam kenyataannya akuntan
memiliki reputasi yang lemah. Tapi kita meyakini kritikal teori, kelemahan ini merupakan
bagian yang mungkin tersembunyi dari kekuatan sosial. Seperti yang dikemukakan oleh
Carpenter dan Feroz (1992, p.168) bahwa sistem akuntansi mungkin dipandang dengan artian
legitimasi dari struktur sosial saat ini dan politik organisasi. Hopwood (1983) lebih jauh lagi
menyatakan bahwa peraturan memaksa akuntansi menjadi bagian yang tampak lemah, tidak
diperhatikan, dan bersifat rutinitas dari prosedur akuntansi dan menghasilkan aura objektifitas
dan pengesahan dalam pandangan pengguna laporan akuntansi. Jauh dari kelemahan dan
rutinitas, akuntansi dan akuntan dapat menyingkirkan konflik sosial.
Berikut hal-hal yang mempengaruhi Laporan Keuangan yang mendukung Kritikal pada
Laporan Keuangan:
A. Budaya mempengaruhi Laporan Keuangan
Pengertian budaya dalam Webster’s Dictonary (1991, p.137), merupakan cerminan
nilai-nilai yang diyakini ada pada sekelompok orang dalam wilayah area tertentu, dan
dicerminkan dalam persepsi, pola pikir, keputusan-keputusan, dan tindakan-tindakan nyata
dalam kehidupan keseharian.
Laporan keuangan dapat dipahami dan diterima oleh para pengguna karena dalam
proses penyusunan laporan keuangan terdapat tujuan, standar, kebijakan, dan teknik
akuntansi. Dalam area wilayah yang berbeda seringkali terdapat perbedaan bentuk dan isi
laporan keuangan. Perbedaan itu disebabkan oleh lingkungan akuntansi yang berbeda pada
masing-masing area wilayah tersebut, tujuan, standard, kebijakan, dan teknik tersebut sangat
bergantung dari lingkungan dimana akuntansi dikembangkan.
Akuntansi merupakan produk budaya, karena konsep-konsep, aturan-aturan, dan
praktik-praktik yang dilakukan dalam penyusunan laporan keuangan merupakan bentuk
cerminan perilaku dari orang-orang dalam sekelompok komunitas dalam wilayah tertentu.
Bilamana dalam suatu masyarakat mempunyai lingkungan budaya yang berbeda, maka akan
terjadi perbedaan, tujuan, standard, kebijakan dan teknik yang berlainan.

12
B. Ekonomi Kapitalis sebagai Lingkungan Akuntansi Konvensional
Dalam konsep, aturan-aturan, dan praktik-praktik proses penyusunan laporan
keuangan tidak lepas dari kepentingan dari orang-orang yang terkait dengan produk akuntansi
yang berupa laporan keuangan. Akuntansi konvensional tersebut banyak mengandung
kepentingan-kepentingan yang merupakan cerminan budaya kapitalis. Hal ini dapat dilihat
dari pernyataan Kam (1990, p.3) sebagai berikut
Historically, double entry accounting is inextricably tied to the capitalistic spirit. It is
the motivating force that drives people to form bussiness entities for the sake of
making a profit...
Robert dan Borin (2008, p.3) menyatakan ada 3 esensi utama dalam kapitalisme,
yaitu:
1. Modal adalah bagian dari kekayaan suatu bangsa yang merupakan hasil karya manusia dan
karenanya bisa diproduksi berulangkali (reproducible).
2. Dibawah sistem kapitalisme, suatu perlengkapan modal masyarakat, alat-alat produksinya,
dimiliki oleh segelintir individu yang memiliki hak legal untuk mempergunakan hak
miliknya guna untuk meraup keuntungan pribadi.
3. Kapitalisme bergantung pada sistem pasar, yang menentukan distribusi, mengalokasi
sumber daya-sumberdaya dan menetapkan tingkat-tingkat pendapatan, gaji, biaya sewa,
dan keuntungan dari kelas-kelas sosial yang berbeda.
Berdasarkan tiga pernyataan diatas ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian
utama dalam sistem kapitalis, yaitu: modal, kepentingan individu, dan sistem pasar.

C. Kegagalan Ekonomi Kapitalis


1) Mekanisme pasar, tidak mampu membatasi kejenuhan pasar. Pada akhir taun 2008,
perekonomian negara Amerika Serikat mengalami depresi, depresi pada tahun 2008 lebih
parah daripada depresi pada tahun 1937. Dampak dari depresi itu adalah gelombang
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di banyak negara. Tidak hanya terjadi di negara
Amerika Serikat, tetapi juga negara Eropa, Jepang, Korea, dan negara-negara berkembang
lainnya yang mempunyai volume ekspor ke negara Amerika Serikat.
Depresi ini terjadi karena sistem ekonomi kapitalis. Dalam ekonomi kapitalis,
perekonomian digerakkan oleh sistem pasar. Dan pelaku-pelaku pasar yang mencari
keuntungan maksimal tidak pernah mampu mengontrol kejenuhan pasar. Produsen selalu
meningkatkan produksi, didorong oleh keinginan memperoleh laba maksimal, sehingga
akan terjadi kelebihan penawaran. Dalam kasus ini, terjadi kelebihan penawaran properti

13
sehingga produknya tidak laku terjaul, dan sebagai konsekuensinya perusahaan mengalami
kebangkrutan.
Pada sisi lain, perusahaan properti dalam menjalankan usahanya menjalankan
usahanya mengandalkan dana dari masyarakat, melalui penjualan surat berharga. Surat-
surat berharga dari properti tersebut jatuh harganya, sebagai konsekuensinya pasar modal
di Amerika Serikat mengalami kegoncangan. Para pemegang surat berharga secara
keseluruhan mengalami panik, karena harga-harga surat berharga yang dimilikinya
nilainya jatuh, ini ditunjukkan dengan nilai indeks surat berharga yang turun drastis.
Kepanikan inilah akan berdampak pada mekanisme ekonomi secara keseluruhan.
2) Penindasan Kaum Buruh
Bentuk penindasan buruh terjadi karena dorongan ingin memperoleh laba sebanyak-
banyaknya. Salah satu cara memperoleh laba adalah dengan menekan gaji buruh, selain itu
juga pemberian fasilitas-fasilitas kerja yang minimal namun menginginkan produktifitas yang
maksimal. Selain itu, penerapan sistem jam kerja yang melebihi batas kemampuan, sering
melakukan jam lembur. Buruh yang tidak mengikuti jam lembur tidak akan memperoleh
penghasilan yang layak. Kebijakan jam buruh sebetulnya didorong oleh usaha meminimalkan
beban tetap perusahaan.
3) Ketimpangan Ekonomi
Dalam kapitalis, masyarakat akan terpolarisasi dalam dua kutub kelompok komunitas,
yaitu komunitas buruh dan komunitas pemilik modal. Sebagian besar masyarakat termasuk
dalam golongan komunitas buruh, dan hanya sebagian kecil yang termasuk dalam golongan
pemilik modal. Kedua golongan komunitas tersebut kemampuan ekonomi sangat jauh
berbeda, kelompok buruh kemampuan ekonomi terbatas dan sebaliknya komunitas pemilik
modal menguasai aktivitas ekonomi.
4) Resiko Sosial terlalu Tinggi akibat akumulasi ketimpangan ekonomi
Dalam jangka panjang, sistem ekonomi kapitalis akan mencapai titik kejenuhan dan
setelah itu akan terjadi depresi ekonomi, konsekuensinya penjualan mengalami penurunan
dan tindakan pemutusan hubungan kerja buruh tidak terelakkan, dan konsekuensinya akan
terjadi kerusuhan-kerusuhan sosial. Adanya pengangguran yang tiba-tiba akibat proses
pemutusan hubungan kerja akan berdampak pada kerusuhan sosial, bahkan akan menjurus
pada krisis politik.

14
D. Akuntansi Konvensional : Akuntansi Kapitalis
Seperti telah disebutkan diatas, sistem kapitalis meletakkan kepentingan individu
menjadi titik awal sistem penggerak ekonomi. Individu yang menjadi perhatian utama dalam
sistem kapitalis adalah para pemilik modal, pemilik modal menguasai akses ekonomi.
Dalam akuntansi konvensional, khususnya akuntansi yang dikembangkan di negara
Amerika Serikat, pemilik modal juga menjadi titik fokus laporan keuangan. Hal ini dapat
dilihat dari:
1. Tujuan laporan keuangan
2. Konsep entitas: Proprietary theory
3. Definisi elemen laporan keuangan
4. Jenis laporan keuangan:laporan keuangan ekuitas
5. Asumsi teori akuntansi positif

A. Metodologi Penelitian
Teori Akuntansi dapat dikembangkan dengan menggunakan beberapa metodologi
penelitian. Metodologi yang biasa digunakan diantaranya adalah: (1) pendekatan deduktif; (2)
pendekatan induktif; (3) pendekatan pragmatis; (4) pendekatan etis; dan (5) pendekatan
perilaku. Selain itu, ada metode tambahan yakni metode ilmiah dalam penyelidikan, yang
merupakan penggabungan antara pendekatan induktif dan deduktif, sebagai pedoman
penelitian dalam pengembangan teori akuntansi.
A.1. Pendekatan deduktif
Pendekatan deduktif dimulai dengan pembentukan sasaran. Setelah sasaran dibuat,
kemudian dibuat asumsi dan definisi kunci. Peneliti kemudian harus mengembangkan
struktur logis untuk mencapai sasaran, berdasarkan asumsi dan definisi. Metodologi ini sering
disebut sebagai “dari yang umum ke yang spesifik”. Jika teori akuntansi dikembangkan
melalui metodologi deduktif, peneliti harus mengembangkan struktur yang melingkupi
sasaran akuntansi, lingkungan dimana akuntansi berada, asumsi dan definisi sistem, serta
prosedur serta pelaksanaan, dengan mengikuti pola yang logis.
A.2. Pendekatan induktif
Pendekatan induktif dalam penelitian adalah melakukan pengamatan kemudian
membuat kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut. Oleh karena itu, metode ini disebut
“dari yang spesifik ke yang umum”, karena peneliti menyamaratakan seluruh kejadian
berdasarkan pengamatan terbatas pada satu kejadian tertentu saja.
Accounting Principles Board Statement No.4 merupakan contoh dari hasil penelitian dengan
pendekatan induktif.

15
A.3. Pendekatan pragmatis
Pendekatan pragmatis dalam pengembangan teori didasarkan pada asas kegunaan atau
manfaat. Setelah masalah teridentifikasi, peneliti mencari solusi yang bermanfaat yang dapat
memecahkan masalah. Hal ini tidak berarti bahwa solusi optimal telah ditemukan atau bahwa
sasaran yang telah ditentukan akan tercapai. Oleh sebab itu, segala jawaban yang didapat dari
pendekatan pragmatis harus dianggap sebagai solusi sementara.
Sayangnya dalam akuntansi, kebanyakan praktek dan prinsip-prinsip akuntansi
dihasilkan dari pendekatan pragmatis, dan solusi yang dihasilkan telah disadur sebagai GAAP
bukannya hanya sebagai pemecahan yang berguna terhadap suatu masalah. Sebagaimana
dijelaskan dalam Bab I, Pernyataan Dasar-dasar Akuntansi merupakan pendekatan pragmatis
dalam pembangunan teori. Sayangnya, pengembangan teori turunannya juga mengggunakan
pendekatan pragmatis. Hasilnya, profesi akuntansi harus secara rutin mengakui bahwa
praktek akuntansi yang biasanya harus diikuti disebabkan karena “memang begitulah kita
biasa melakukannya”, alasan yang paling tidak memuaskan, khususnya saat pertanyaan
hukum terlontar.
A.4. Metode ilmiah dalam penyelidikan
Melaksanakan penelitian melalui metode ilmiah mencakup lima tahapan utama, yang
mungkin terdiri atas beberapa subtahapan.
1. Mengidentifikasikan dan menetapkan masalah untuk dipelajari
2. Menetapkan hipotesis untuk diuji
3. Mengumpulkan data yang terlihat perlu untuk menguji hipotesis
4. Menganalisis dan mengevaluasi data yang berhubungan dengan hipotesis
5. Membuat kesimpulan sementara
Walaupun langkah-langkah tersebut dibuat berurutan, dapat juga dibuat langkah
mundur-maju antara langkah-langkah tersebut. Contohnya, pada langkah menetapkan
hipotesis, mungkin diperlukan untuk mundur ke langkah pertama dan mengidentifikasi
masalah yang lebih tepat. Kemudian, saat mengumpulkan data, mungkin diperlukan untuk
mengklarifikasi masalah atau hipotesis, atau keduanya. Langkah mundur-maju ini terus
berlanjut selama proses dan merupakan faktor utama sebagai kekuatan dari metode ilmiah.
Sayangnya, metode ilmiah dalam penyelidikan mendapatkan perhatian terbatas dalam
penelitian akuntansi. Prosedur-prosedur yang mempunyai ‘kegunaan’ tersebut telah diterima
secara umum tanpa memperhatikan apakah prosedur tersebut telah diuji relevansinya
terhadap hipotesis tertentu.

16
A.5. Pendekatan penelitian lainnya
Beberapa penulis juga membahas pendekatan etis dan pendekatan perilaku dalam
penelitian, yang dianggap dapat digunakan dalam pengembangan teori akuntansi. Beberapa
penulis lainnya menganggap bahwa pendekatan ini hanya merupakan metode tambahan,
bukannya metode spesifik. Karenanya, mereka dapat dan harus mempengaruhi sikap peneliti
tetapi tidak dapat dengan sendirinya membuat kesimpulan yang beralasan.
Pendekatan etika, yang dipermasalahkan kepada DR Scott, menekankan konsep
kebenaran, keadilan, dan kejelasan. Tidak ada yang menentang konsep ini sebagai panduan
bagi peneliti, tetapi selalu ada pertanyaan: adil untuk siapa, untuk tujuan apa, dan dalam
kejadian apa. Pertanyaan seperti ini menyebabkan pendekatan ini mungkin sulit untuk
digunakan dalam pengembangan teori akuntansi, tetapi pendekatan ini menghasilkan metode
lebih tinggi sebagai hasil dari kemunculan perkembangan teori akuntansi model baru
bernama penelitian ‘sudut pandang kritis’ yang akan selanjutnya.
Pendekatan perilaku (Behavioral Accounting Research/BAR), adalah sebuah studi
mengenai perilaku akuntan atau perilaku nonakuntan saat mereka dipengaruhi oleh laporan
dan fungsi akuntansi yang didasarkan pada aktivitas penelitian terhadap ilmu perilaku.
Karena tujuan dari akuntansi adalah menyediakan akuntansi bagi pembuat keputusan,
sepertinya diperlukan fokus pada bagaimana penyedia dan pengguna bereaksi terhadap
informasi. BAR merupakan studi yang mempelajari masalah-masalah yang relevan, tetapi
tidak memberi dampak terhadap praktek yang seharusnya terjadi, sehingga masalah-masalah
relevan tersebut menjadi penting.

B. Outcome/Hasil/manfaat Penyediaan Informasi Akuntansi


Perkembangan teori akuntansi tidak akan memecahkan semua kebutuhan pengguna
informasi akuntansi. Teori-teori akuntansi juga harus dikembangkan dengan memperkirakan
reaksi pasar terhadap informasi akuntansi dan bagaimana pengguna bereaksi pada data
akuntansi. Pada tahapan selanjutnya, akan dijelaskan kegunaan informasi akuntansi dan
informasi lainnya oleh bagi masing-masing individu, dan menampilkan beberapa teori
bagaimana pengguna beraksi pada data akuntansi.

B.1. Analisis pokok/fundamental


FASB menyatakan bahwa salah satu tujuan penyediaan informasi akuntansi adalah
untuk memberikan informasi kepada investor, informasi yang dapat dipercaya dan benar
sehingga mereka dapat menghasilkan keputusan investasi berdasarkan informasi. Proses
pengambilan keputusan yang digunakan oleh masing-masing investor dinamakan analisis

17
pokok. Analisis pokok adalah usaha untuk mengidentifikasi saham individual yang salah
harga dengan melihat semua informasi keuangan yang tersedia. Analisis investasi dapat juga
dilakukan oleh investor itu sendiri atau lewat analisis sekuritas.

B.2. Hipotesis pasar efisien


Pakar ekonomi telah berpendapat selama bertahun-tahun bahwa dalam ekonomi pasar
bebas dengan persaingan sempurna, harga ditentukan oleh ketersediaan pasokan (supply) dan
permintaan pasar (demand). Berdasarkan teori ini, harga produk tertentu kemudian ditentukan
oleh mekanisme pasar. Proses ini pada umumnya ditunjukan oleh diagram di bawah ini.

Sifatnya pasar efisien:


1. Semua unit ekonomi memiliki pengetahuan utuh mengenai ekonomi
2. Segala barang dan jasa seluruhnya bergerak dan dapat mudah bergeser
3. Pembeli dan penjual harus mempunyai sedikit hubungan terhadap permintaan dan
penawaran total dan tidak memiliki pengaruh terhadap harga atau permintaan
4. Tidak ada pembatasan buatan dalam permintaan, penawaran, atau harga barang dan
jasa
Contoh paling sempurna dalam mekanisme penawaran dan pembelian adalah pada
pasar saham, terutama karena sistem distribusi pasar saham relatif efisien dan informasi
terkait saham tersedia berbagai bursa. Contoh sumber informasi sbb:
1. Laporan keuangan yang diterbitkan perusahaan
2. Laporan pendapatan triwulanan yang dikeluarkan di media
3. Laporan perubahan manajemen
4. Informasi keuangan pesaing perusahaan
5. Penghargaan dari pemerintah atau perusahaan swasta lain
6. Informasi yang disebarkan kepada pemilik kepentingan pada pertemuan stokholders
tahunan

18
Berdasarkan mekanisme permintaan dan penawaran, harga ditentukan oleh
pengetahuan konsumen atas produk yang dibelinya. Mekanisme ini di pasar saham kemudian
disebut sebagai mekanisme pasar efisien (EMH). Masalah yang dikeluarkan oleh EMH antara
lain: (1) informasi apa tentang perusahaan yang berguna bagi investor, (2) apakah
pengungkapan tentang berbagai tipe informasi perusahaan mempunyai dampak terhadap
pemahaman informasi?
Pasar saham dapat dikatakan efisien jika menggambarkan semua informasi yang
tersedia dan bereaksi secara instant terhadap informasi baru. Pembahasan EMH dalam
literatur akademik memiliki bermacam definisi terhadap informasi yang tersedia dan terbagi
menjadi tiga bentuk EMH, yakni bentuk lemah, bentuk semi kuat, dan bentuk kuat.
a. Bentuk lemah
Berdasarkan teori ini, harga historis menyediakan perkiraan tidak bias mengenai
harga masa depan dari saham, dan beberapa studi mendukung pendapat ini. Hal ini
menjelaskan bahwa perubahan harga terjadi akibat pengetahuan investor mengenai
pendapatan yang mungkin didapatkan atau kesempatan investasi alternatif. Berdasarkan
bentuk lemah, investor tidak bisa mendapatkan pengembalian/keuntungan lebih berdasarkan
pengetahuan sederhana atas harga saham sebelumnya.
b. Bentuk semi kuat
Perbedaan antara bentuk lemah, semi kuat, dan kuat EMH terletak pada jumlah
informasi yang dikumpulkan dalam menentukan harga saham. Pada bentuk semi lemah,
harga lampau saham dan semua informasi yang disampaikan ke publik diperlukan dalam
menentukan harga saham.
c. Bentuk kuat
Berdasarkan bentuk kuat EMH, semua informasi termasuk trend harga saham,
informasi tersedia untuk publik, dan informasi dari dalam digunakan dalam penentuan harga
saham. Bentuk ini menyebabkan akuntan mempertimbangkan semua informasi termasuk
informasi eksternal dan internal.
Implikasi penelitian pasar efisien
Hipotesis pasar efisien berimplikasi terhadap perkembangan teori akuntansi. Para
kritisi akuntansi berpendapat bahwa ketidakseragaman prinsip akuntansi menyebabkan
manajer perusahaan dapat memanipulasi pendapatan dan mengaburkan investor. Pendapat ini
disebabkan karena asumsi bahwa laporan akuntansi adalah satu-satunya sumber informasi
dalam organisasi bisnis. Hasil dari penelitian EMH menghasilkan kesimpulan bahwa harga
pasar tidak hanya ditentukan oleh laporan akuntansi. Kesimpulan ini menyebabkan peneliti
menyelidiki bagaimana pendapatan akuntansi berhubungan dengan harga saham. Hasil dari

19
penyelidikan tersebut adalah bahwa pendapatan akuntansi berhubungan dengan keuntungan
saham.

B.3. Model Penilaian Aset Modal (CAPM)


Investor menggunakan informasi akuntansi untuk meminimalkan risiko dan
memaksimalkan keuntungan. Kebanyakan investor menolak risiko. Oleh karena itu investasi
yang berisiko tinggi harus memberikan keuntungan yang lebih tinggi pula untuk memikat
investor. Hal ini berarti investor memerlukan informasi mengenai tingkat risiko dan
keuntungan yang mungkin didapatkan. Rumus tingkat keuntungan yang sebenarnya bagi
investor :
Dividen + Penambahan (pengurangan) nilai
Harga beli
Karena harga saham berubah-ubah sehingga merubah ekspektasi investor mengenai
arus kas perusahaan di masa datang, saham biasa dikategorikan investasi berisiko. Risiko
didefinisikan sebagai kemungkinan tingkat keuntungan yang didapatkan bergeser dari yang
diharapkan, dan nilai dari perubahan itu menentukan besarnya tingkat risiko.
Asumsi dasar CAPM adalah saham yang berisiko bisa dikombinasikan menjadi
portofolio saham yang lebih rendah tingkat risikonya dibanding dengan saham biasa saja.
Terdapat dua tipe risiko yaitu risiko tidak sistematis adalah saat ketidakwajaran
risiko suatu perusahaan bisa dipecah sedangkan risiko sistematis adalah bagian yang tidak
dapat dipecah yang berhubungan dengan pergerakan keseluruhan di pasar saham dan tidak
dapat dihindarkan. Persamaan sederhana mengenai hubungan antara risiko dan keuntungan
dengan menggunakan pengembalian bebas risiko (US T-Bills):
Rs =Rf + Rp
Rs = tingkat pengembalian yang diharapkan pada saham berisiko
Rf = tingkat bebas risiko
Rp = nilai risiko
Perhitungan hubungan paralel antara saham biasa tertentu dengan trend keseluruhan
di pasar saham disebut dengan  (beta).  dilihat sebagai perkiraan penguapan saham tertentu
terhadap pasar saham total.
Dengan  menjadi
Rs = Rf + Ps(Rm-Rf)
Rs = tingkat pengembalian saham yang diharapkan
Rf = tingkat bebas risiko
Rm = tingkat pengembalian yang diharapkan pada pasar saham secara keseluruhan

20
Rf = beta saham, yang dihitung selama periode tertentu
CAPM membuat harga saham tidak dipengaruhi oleh risiko tidak sestematis, dan
saham yang menawarkan risiko yang lebih tinggi ( lebih tinggi) akan berharga lebih rendah
dari saham yang berisiko lebih rendah. Penelitian empiris telah mendukung bahwa  lampau
merupakan peramal yang baik bagi harga saham masa depan.
CAPM relevan terhadap perkembangan teori akuntansi karena peneliti telah
menggunakannya untuk menguji hipotesis yang tergantung pada EMH yang dibahas
sebelumnya. Contohnya, peneliti telah memperkirakan pengembalian yang diharapkan dari
sebuah perusahaan menggunakan CAPM untuk mengetahui apakah informasi akuntansi
memuat informasi. Keuntungan yang diharapkan dibandingkan dengan keuntungan yang
diterima, dan sisanya (perbedaan antara harapan dan kenyataan) diuji untuk melihat apakah
ada reaksi pasar atas informasi yang dikeluarkan.

B.4. Teori positif dan normatif


Teori positif mencoba menjelaskan fenomena yang telah diamati. Perbedaan besar
antara praktek-praktek dan aplikasi akuntansi telah membuat perkembangan deskripsi
komprehensif akuntansi menjadi sulit. Akhirnya, untuk menjadi teori, deskripsi harus
mempunyai nilai penjelasan.
Teori normatif didasarkan oleh tujuan-tujuan yang dibuat, tetapi tidak ada tujuan-tujuan
yang dianggap baku oleh akuntan. Teori akuntansi normatif biasanya dapat diterima hanya
kepada orang-orang yang setuju dengan asumsi yang digunakannya. Namun, kebanyakan
teori akuntansi adalah normatif karena mereka didasarkan pada tujuan-tujuan tertentu suatu
laporan keuangan.

B.5. Teori agensi


Asumsi dasar teori agensi adalah bahwa orang-orang memaksimalkan utilitas mereka
untuk kepentingan mereka sendiri. Suatu agensi didefinisikan sebagai hubungan antara dua
pihak, dimana pihak pertama (agen) setuju untuk bertindak atas nama pihak lainnya (prinsip).
Contohnya, hubungan antara pemegang saham dan manajer adalah sebuah teori agensi,
sebagaimana hubungan manajer dan auditor, serta pejabat tinggi atau yang lebih rendah,
antara auditor dan pemegang saham.
Risiko bawaan dalam teori agensi adalah asumsi bahwa terjadi konflik kepentingan
antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan manajer. Hubungan agensi menyebabkan
biaya bagi pihak prinsip. Biaya dari hubungan agensi dihasilkan dari penjumlahan (1)

21
pengeluaran monitoring oleh pihak prinsip, (2) pengeluaran ikatan oleh agen, dan (3)
kerugian selisih. Watts menjelaskan konsep tersebut sbb:
Pengeluaran monitoring adalah pengeluaran oleh pihak prinsip untuk mengontrol perilaku
agen (contoh, biaya pengukuran dan pengamatan perilaku agen, biaya kebijakan
menerbitkan kompensasi, dll). Agen mempunyai insentif melakukan pengeluaran untuk
menjamin bahwa dia tidak akan membuat tindakan tertentu yang membahayakan
kepentingan pihak prinsip atau dia akan membayar pihak prinsip jika melakukannya. Inilah
biaya perikatan. Pada akhirnya, bahkan dengan pengeluaran monitoring dan perikatan,
tindakan yang dilakukan oleh agen akan berbeda dengan tindakan yang dilakukan oleh pihak
prinsip sendiri ... efek kesejahteraan yang berbeda yang dihasilkan disebut dengan kerugian
selisih.
Teori agensi dapat menjelaskan kurangnya teori akuntansi komprehensif. Teori
keagenan menyiratkan kerangka teori akuntansi tidak dapat dikembangkan karena perbedaan
kepentingan yang terlibat dalam laporan keuangan. Bagaimanapun juga, ada lagi sebuah
alasan dasar tentang kenapa teori keagenan memiliki keterbatasan dalam mempengaruhi
secara langsung akuntansi keuangan. Teori keagenan adalah teori deskripsi yang membantu
menjelaskan mengapa terjadi perbedaan dalam praktek akuntansi. Oleh karena itu, walaupun
pengujian secara terus menerus telah mendukung teori ini, teori keagenan tidak akan
mengindentifikasi prosedur akuntansi yang benar yang dapat dapat digunakan pada keadaan
yang berbeda dan hasilnya praktek akuntansi tidak akan diubah.

B.6. Pemrosesan informasi masyarakat


Pengungkapan semua informasi mengenai perusahaan dimaksudkan untuk membantu
investor dan calon investor dalam membuat keputusan beli-tahan-jual saham perusahaan.
Pendidikan yang membuat seseorang berkemampuan menggunakan informasi disebut sebagai
Penelitian Human Information Processing (HIP). Secara umum, penelitian HIP
mengindikasikan bahwa seseorang mempunyai kemampuan sangat terbatas dalam
memproses informasi dalam jumlah besar. Ringkasnya, seseorang menggunakan sistem
pemrosesan informasi secara runut dan selektif, sistem memiliki kapasitas terbatas, dan
ketidakwajaran biasanya diabaikan.
Penemuan ini mempunyai implikasi pengungkapan yang dalam bagi para akuntan.
Trend saat ini dari FASB dan SEC adalah kebutuhan pengungkapan informasi secara lebih
dan lebih. Tapi saat kesimpulan sementara dari penelitian HIP sudah benar, pengungkapan
tambahan mungkin mempunyai efek terbalik dari yang diinginkan. Oleh karenanya, tujuan
FASB dan SEC adalah menyediakan semua informasi relevan sehingga orang-orang dapat

22
membuat keputusan terhadap perusahaan berdasarkan informasi. Bagaimanapun, laporan
tahunan mungkin telah memuat informasi yang telah diproses yang cukup dan efisien bagi
orang-orang.
Peneliti harus menjelaskan bagaimana pemrosesan secara selektif suatu informasi
diproses kepada mekanisme pasar yang dijelaskan dalam EMH dan menjelaskan informasi
paling relevan yang dimuat dalam laporan tahunan. Sekali tujuan ini tercapai, akuntan telah
melakukan langkah besar dalam menentukan informasi apa yang harus disajikan tentang
entitas akuntansi.

B.7. Penelitian sudut pandang kritis


Peneliti sudut pandang kritis mencoba menterjemahkan sejarah akuntansi sebagai
jaringan rumit dari ekonomi, politik, dan keterjadian tidak sengaja. Penelitian sudut pandang
kritis melihat pemikiran penelitian akuntansi yang sekarang berlaku terlalu objektif dan
menganggap bahwa variable – variable itu konstan. Penelitian dari sudut pandang didasarkan
pada tiga asumsi dasar:
1. Masyarakat mempunyai potensi untuk menjadi bukan mereka
2. Tindakan manusia secara sadar dapat membentuk dunia sosial menjadi sesuatu yang
lain atau lebih baik
3. Nomor 2 dapat didukung menggunakan teori kritis
Teori ini mencari dan mendeteksi pengertian tersembunyi yang terletak dalam konteks
tersebut, dan dihubungkan dengan kekuatan perusahaan multinasional dan distribusi yang
dihasilkan keuntungan dan kerugian terhadap masyarakat. Teori kritis juga tidak menerima
pemikiran teori akuntansi bahwa organisasi bertahan karena mereka efisien secara maksimal,
sebaliknya teori ini beranggapan bahwa metode penelitian masih bias dalam mencapai
kesimpulan tersebut.

23
C. Hubungan antara Penelitian, Pendidikan, dan Praktek
Penelitian dibutuhkan untuk perkembangan teori yang efektif. Pada kebanyakan
bidang ilmu, saat peneliti mengindikasikan bahwa metode yang lebih baik telah ditemukan
untuk menangani situasi tertentu, metode baru kemudian diajarkan kepada siswa, yang
kemudian mengimplementasikan metode tersebut saat mereka masuk profesi tersebut. Oleh
karena itu, penelitian yang dihasilkan pada pendidikan mempengaruhi praktek.
Profesi akuntansi telah dikritik untuk tidak mengikuti model ini. Faktanya, sebelum
perkembangan FASB pada Kerangka Kerja Konseptual, teori normatif dan positif memiliki
dampak yang kecil terhadap pendidikan akuntansi. Selama periode ini, para siswa diajarkan
praktek akuntansi sebagaimana dinyatakan, metode yang lebih baik secara teori tidak pernah
dibahas di kelas. Hasilnya, penggunaan akuntansi biaya historis menerima sedikit kritik dari
pengajar akuntansi karena metode tersebut telah diterima secara praktek, walaupun hanya
memiliki relevansi sedikit terhadap pembuatan keputusan.
Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual dan perbaikan berbagai teori dalam hal
outcome akuntansi meningkatkan hubungan antara penelitian, pendidikan dan praktek agar
lebih baik. Contohnya, akuntansi biaya historis sekarang telah diremehkan sebagai “suatu
ketika akuntansi”. SFAS no. 115 sekarang memerlukan beberapa sekuritas yang dapat
dipasarkan untuk dinilai dengan nilai pasarnya, dan pandangan zaman baru, seperti teori
sudut pandang memaksa baik pengajar dan praktisi untuk memikirkan kembali praktek-
praktek yang sebelumnya tidak dipertanyakan. Namun, kemajuan tambahan tetap dibutuhkan.
Tradisi sulit untuk mengatasi, dan para akuntan sebagai sebuah kelompok tidak dapat
menyokong perubahan drastis yang sangat besar.

24
BAB III
KESIMPULAN

Kritikal perspektif terhadap akuntansi memberikan gambaran tentang penelitian yang


telah dilakukan oleh orang-orang yang telah bekerja dalam kritikal perspektif terhadap
akuntansi. Para peneliti ini sangat kritis terhadap praktik akuntansi yang berlaku. Mereka
berpendapat bahwa praktik akuntansi keuangan yang ada mendukung ekonomi dan struktur
sosial yang ada sekarang yang mana praktik akuntansi keuangan tersebut hanya
menguntungkan beberapa orang dan mengorbankan orang lain. Selanjutnya peneliti tersebut
menantang apakah pandangan dalam praktik akuntansi keuangan dapat benar-benar netral
dan obyektif.
Kritikal perspektif terhadap akuntansi mencakup berbagai perspektif spesifik yang
berbeda. Namun, pada tingkat yang luas, banyak penelitian akuntansi kritis didasarkan pada
Teori Ekonomi Politik Klasik di mana konflik, ketidakadilan dan peran negara sangat penting
untuk dianalisis. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh banyak sarjana akuntansi
diinformasikan oleh kritik Marxis kapitalisme, ada banyak peneliti akuntansi penting lainnya
yang mengkritik peran akuntansi dalam mempertahankan ketidakadilan dalam masyarakat
tidak didasarkan pada filsafat Marxis. Sebuah tema umum yang dikemukakan Marxis (dan
beberapa non-Marxis) bahwa akuntansi kritis adalah panggilan untuk perubahan mendasar
dalam bagaimana masyarakat ini disusun tanpa restrukturisasi, mereka percaya bahwa
perubahan atau modifikasi praktik akuntansi tidak akan berpengaruh dalam membuat
masyarakat yang lebih adil bagi semua. Teori kritis juga berpendapat bahwa pemerintah
(Negara) cenderung menempatkan mekanisme dan peraturan untuk mendukung struktur
sosial yang ada. Banyak peneliti akuntansi juga diyakini sebagai pendukung ideologi politik
tertentu.
Kritikal perspektif terhadap akuntansi memberikan wawasan ke dalam sudut pandang
yang secara tradisional belum menerima banyak perhatian oleh pendidikan akuntansi atau
dalam jurnal akuntansi. Menurut Baker dan Bettner (1997, P: 293) bahwa kapasitas akuntansi
untuk membuat dan mengendalikan realitas sosial diterjemahkan ke dalam pemberdayaan
bagi mereka yang menggunakannya. Kekuasaan tersebut berada dalam organisasi dan
lembaga, di mana ia digunakan untuk menanamkan nilai-nilai, mempertahankan legitimasi
mitos, masker konflik dan mempromosikan tatanan sosial mengabadikan diri. Seluruh
masyarakat, pengaruh akuntansi meresapi masalah mendasar tentang distribusi kekayaan,

25
keadilan sosial, ideologi politik dan degradasi lingkungan. Bertentangan dengan opini publik,
akuntansi bukan merupakan cerminan statis realitas ekonomi, melainkan merupakan kegiatan
yang sangat berkaitan dengan berbagai pihak.
Sejumlah pendekatan penelitian tersedia untuk membantu dalam mengembangkan
teori-teori akuntansi dan penggunaannya. Pendekatan deduktif membutuhkan penentuan
sasaran dan kemudian diteruskan ke praktek yang lebih spesifik. Pendekatan induktif diawali
pengamatan dan kemudian membuat kesimpulan dari pengamatan tersebut. Pendekatan
pragmatis mengidentifikasikan masalah dan kemudian menghasilkan solusi yang berguna.
Pendekatan etis menekankan pada konsep kebenaran, keadilan dan kejelasan. Akhirnya,
penelitian akuntansi perilaku mempelajari bagaimana orang-orang dipengaruhi oleh laporan
dan fungsi akuntansi.
Beberapa teori mengenai outcome masalah akuntansi disajikan. Analisis fundamental
mencoba agar dapat membuat masing-masing investor mengetahui kesalahan harga saham.
Penelitian Pasar Efisien mempelajari informasi apa yang berharga bagi investor dan bentuk
dampak dari pengungkapan terhadap nilai dari informasi. Teori agensi mempelajari
bagaimana keuntungan individu dari rangkaian tertentu suatu tindakan. Model penilaian
aktiva modal menjelaskan bagaimana investor bisa meminimalisir risiko dan memaksimalkan
keuntungan. Penelitian pemrosesan informasi manusia mempelajari bagaimana masing-
masing individu menggunakan dan memproses informasi. Terakhir, penelitian sudut pandang
krisis mempertanyakan beberapa asumsi ekonomi yang telah disepakati yang didapat
akuntan.

26

Anda mungkin juga menyukai