Anda di halaman 1dari 4

Artritis reumatoid (AR) adalah penyakit autoimun yang ditandai oleh inflamasi

sistemik kronik dan progresif, dimana sendi merupakan target utama. Manifestasi
klinik klasik AR adalah poliartritis simetrik yang terutama mengenai sendi-sendi kecil
pada tangan dan kaki. Selain lapisan sinovial sendi, AR juga bisa mengenai organ-
organ diluar persendian seperti kulit, jantung, paru-paru dan mata.1

Faktor genetik

Etiologi dari AR tidak diketahui secara pasti. Terdapat interaksi yang kompleks antara
faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik berperan penting terhadap kejadian AR,
dengan angka kepekaan dan ekspresi penyakit sebesar 60 %. Hubungan gen HLA-DRB
1 dengan kejadian AR telah diketahui dengan baik, walaupun beberapa lokus non-HLA
juga berhubungan dengan AR seperti daerah 1 8q2 1 dari gen TNFRSRl 1 A yang
mengkode aktivator reseptor nuclear factor kappa B (NF-KB). Gen ini berperan
penting dalam resorpsi tulang pada AR. Faktor genetik juga berperanan penting dalam
terapi AR karena aktivitas enzim seperti methylenetetrahydrofolate reduc- tase dan
thiopurine methyltransferase untuk metabolisme methotrexate dan azathioprine
ditentukan oleh faktor genetik. Pada kembar monosigot mempunyai angka kesesuaian
untuk berkembangnya AR lebih dari 30% dan pada orang kulit putih dengan AR yang
mengekspresikan HLA-DR1 atau HLA-DR4 mempunyai angka kesesuaian sebesar
80%.1

Hormon sex

Prevalensi AR lebih besar pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki, sehingga


diduga hormon sex berperanan dalam perkembangan penyakit ini. Pada observasi
didapatkan bahwa terjadi perbaikan gejala AR selama kehamilan. Perbaikan ini diduga
karena : 1. Adanya aloantibodi dalam sirkulasi maternal yang menyerang HLA-DR
sehingga terjadi hambatan fungsi epitop HLA-DR yang mengakibatkan perbaikan
penyakit. 2. Adanya perubahan profil hormon. Placental corticotropin- releasing
hormone secara langsung menstimulasi sekresi dehidroepiandrosteron (DHEA), yang
merupakan andro- gen utama pada perempuan yang dikeluarkan oleh sel-sel adrenal
fetus. Androgen bersifat imunosupresi terhadap respon imun selular dan humoral.
DHEA merupakan substrat penting dalam sintesis estrogen plasenta. Estro- gen dan
progesteron menstimulasi respon imun humoral (Th2) dan menghambat respon imun
selular (Thl). Oleh karena pada AR respon Thl lebih dominan sehingga estro- gen dan
progesteron mempunyai efek yang berlawanan terhadap perkembangan AR. Pemberian
kontrasepsi oral dilaporkan mencegah perkembangan AR atau berhubungan dengan
penurunan insiden AR yang lebih berat.1

Faktor infeksi.

Beberapa virus dan bakteri diduga sebagai agen penyebab penyakit seperti tampak pada
Tabel 1. Organisme ini diduga menginfeksi sel induk semang (host) dan merubah
reaktivitas atau respon sel T sehingga mencetuskan timbulnya penyakit. Walaupun
belum ditemukan agen infeksi yang secara nyata terbukti sebagai penyebab penyakit.
mempunyai 65% untaian yang homolog. Hipotesisnya adalah antibodi dan sel T
mengenali epitop HSP pada agen infeksi dan sel host. Hal ini memfasilitasi reaksi
silang limfosit dengan sel host sehingga mencetuskan reaksi imunologis. Mekanisme
ini dikenal sebagai kemiripan molekul (molecular mimicry).1

FAKTOR RlSlKO

Faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan terjadinya AR antara lain jenis
kelamin perempuan, ada riwayat keluarga yang menderita AR, umur lebih tua, paparan
salisilat dan merokok. Konsurnsi kopi lebih dari tiga cangkir sehari, khususnya kopi
decaffeinated munglun juga berisiko. Makanan tinggi vitamin D, konsumsi teh dan
penggunaan kontrasepsi oral berhubungan dengan penurunan risiko. Tiga dari empat
perempuan dengan AR mengalami perbaikan gejala yang bermakna selama kehamilan
dan biasanya akan kambuh kembali setelah melahirkan.1

Awitan (onset) Kurang lebih 213 penderita AR, awitan terjadi secara perlahan, artritis
simetris terjadi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan dari perjalanan
penyakit. Kurang lebih 15% dari penderita mengalami gejala awal yang lebih cepat
yaitu antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Sebanyak 10- 1 5% penderita
mempunyai awitan filminant berupa artritis poliartikular, sehingga diag- nosis AR
lebih mudah ditegakkan. Pada 8-15% penderita, gejala muncul beberapa hari setelah
kejadian tertentu (infeksi). Artritis sering kali diikuti oleh kekakuan sendi pada pagi
hari yang berlangsung selama satu jam atau lebih. Beberapa penderita juga mempunyai
gejala konstitusional berupa kelemahan, kelelahan, anoreksia dan demam ringan.1

Manifestasi artikular

Penderita AR pada umumnya datang dengan keluhan nyeri dan kaku pada banyak
sendi, walaupun ada sepertiga peoderita mengalami gejala awal pada satu atau
beberapa sendi saja. Walaupun tanda kardinal inflamasi (nyeri,bengkak, kemerahan
dan teraba hangat) munglun ditemukan pada awal penyakit atau selama kekambuhan
(flare), namun kemerahan dan perabaan hangat mungkin tidak dijumpai pada AR yang
kronik. Penyebab artritis pada AR adalah sinovitis, yaitu adanya inflamasi pada
membran sinovial yang membungkus sendi. Pada umumnya sendi yang terkena adalah
persendian tangan, kaki dan vertebra servikal, tetapi persendian besar seperti bahu dan
lutut juga bisa terkena.1

Sendi yang terlibat pada umumnya simetris, meskipun pada presentasi awal bisa tidak
simetris. Sinovitis akan menyebabkan erosi permukaan sendi sehingga terjadi
deformitas dan kehilangan fungsi. Ankilosis tulang (destruksi sendi disertai kolaps dan
pertumbuhan tulang yang berlebihan) bisa terjadi pada beberapa sendi khususnya pada
pergelangan tangan dan kaki. Sendi pergelangan tangan hampir selalu terlibat,
demikian juga sendi interfalang proksimal dan metakarpofalangeal. Sendi interfalang
distal dan sakroiliaka tidak pernah terlibat.1

Manifestasi Ekstraartikular

Walaupun artitis merupakan manifestasi klinis utama tetapi AR merupakan penyakit


sistemik sehingga banyak penderita juga mempunyai manifestasi ekastraartikular.
Manifestasi ekastraartikular pada umumnya didapatkan pada penderita yang
mempunyai titer faktor reumatoid (RF) serum tinggi. Nodul reumatoid meppakan
manifestasi kulit yang paling sering dijumpai, tetapi biasanya tidak rnernerlukan
intervensi khusus. Nodul reumatoid umurnnya ditemukan didaerah ulna, olekranon,
jari tangan, tendon achilles atau bursa olekranon. Nodul reumatoid hanya ditemukan
pada penderita AR dengan faktor reumatoid positif (sering titernya tinggi) dan munghn
dikelirukan dengan tofus gout, kista ganglion, tendon xanthoma atau nodul yang
berhubungan dengan demam reumatik, lepra, MCTD, atau multicentric
reticulohistiocytosis. Manifestasi paru juga bisa didapatkan, tetapi beberapa perubahan
patologik hanya ditemukan saat otopsi. Beberapa manifestasi ekstraartikuler seperti
vaskulitis dan Felty syndromej arang dijumpai, tetapi sering memerlukan terapi
spesifik.1

Referensi

1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu


Penyakit Dalam Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2009

Anda mungkin juga menyukai