Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti
tentang perilaku manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang
determinan perilaku manusia. Dalam teori-teori tersebut para ahli memaparkan
pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku terbentuk dan faktor apa saja yang
mempengaruhi.
Teori perilaku direncanakan ini dikembangkan dari teori tindakan beralasan
dengan memasukkan tambahan yaitu membangun perilaku kontrol yang dirasakan.
Teori Ajzen tentang sikap terhadap perilaku mengacu pada derajat mana seseorang
memiliki penilaian evaluasi menguntungkan atau tidak menguntungkan dari perilaku
dalam sebuah pertanyaan, (Ajzen, 1991). Hubungan sikap terhadap perilaku
merupakan keyakinan individu terhadap perilaku yang menggambarkan probabilitas
subyektif bahwa perilaku dalam pertanyaan akan menghasilkan hasil tertentu dan
evaluasi menggambarkan penilaian implisit. Norma subyektif mengacu pada
tekanan sosial yang dirasakan untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku,
(Ajzen, 1991). Norma subjektif merupakan keyakinan normatif yang berkaitan
dengan persepsi individu tentang bagaimana kelompok melihat perilaku dan
evaluasi yang pada umumnya diekspresikan sebagai motivasi individu untuk
mematuhi kelompok-kelompok rujukan. Persepsi kontrol perilaku individu
menunjukkan kemudahan atau kesulitan melakukan perilaku, (Ajzen, 1991).
Persepsi kontrol perilaku yang dirasakan merupakan kendali keyakinan yang
mencakup persepsi individu mengenai kepemilikan keterampilan yang diperlukan
sumber daya atau peluang untuk berhasil melakukan kegiatan. Evaluasi biasa
disebut sebagai fasilitasi yang akan menunjukkan pentingnya setiap sumber daya,
keterampilan atau kesempatan untuk menjadi berhasil.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana sejarah theory of reasoned action ?
2. apa pengertian theory of reasoned action ?

1
3. Apa dimensi theory of reasoned action ?
4. Apa tujuan dan manfaat theory of reasoned action ?
5. Bagimana model theory of reasoned action ?
6. Apa komponen sejarah theory of reasoned action ?
7. Apa kelebihan dan kelemahan theory of reasoned action ?

C. Tujuan
Adapun Tujuan dari makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui sejarah theory of reasoned action
2. Untuk Mengetahui pengertian theory of reasoned action
3. Untuk mengetahui dimensi theory of reasoned action
4. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat theory of reasoned action
5. Untuk mengetahui model theory of reasoned action
6. Untuk mengetahui komponen sejarah theory of reasoned action
7. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan theory of reasoned action

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)


Theory of Reasoned Action (TRA) menjelaskan tentang perilaku yang berubah
berdasarkan hasil dari niat perilaku, dan niat perilaku dipengaruhi oleh norma sosial
dan sikap individu terhadap perilaku (Eagle, Dahl, Hill, Bird, Spotswood, & Tapp,
2013, hal. 123). Norma subjektif mendeskripsikan kepercayaan individu mengenai
perilaku yang normal dan dapat diterima dalam masyarakat, sedangkan untuk sikap
individu terhadap perilaku berdasarkan kepercayaan individu atas perilaku tersebut.
Theory Reasoned Action berasal dari suatu program penelitian yang dimulai pada
tahun 1950-an dan berkaitan dengan prediksi dan pemahaman semua bentuk
perilaku manusia dalam konteks sosial (Ajzen & Fishbein, 1980). Teori itu
didasarkan pada alasan bahwa manusia merupakan pembuat keputusan yang
rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang tersedia bagi mereka.
(Bestable, 2002)
Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA),
dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan diperluas
oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut digunakan
untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan intervensi-
intervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988, hal lain ditambahkan pada model
reasoned action yang sudah ada tersebut dan kemudian dinamai Theory of Planned
Behavior (TPB), untuk mengatasi kekurangadekuatan yang ditemukan oleh Ajzen
dan Fishbein melalui penelitian-penelitian mereka dengan menggunakan TRA.
Icek Ajzen, Ph.D. adalah seorang profesor psikologi di University of
Massachusetts. Ia menerima gelar Ph.D. di bidang psikologi sosial dari University of
Illinois dan selama beberapa tahun menjadi Visiting Professor at Tel-Aviv University
di Israel. Ia banyak menulis artikel, dan bersama Dr. Martin Fishbein menulis
berbagai paper, jurnal dan buku-buku mengenai Theory of Reasoned Action dan
Theory of Planned Behavior. Ajzen dan Fishbein menulis buku Understanding
Attitude and Predicting Social Behavior yang telah banyak dipakai di kalangan
akademik dan di wilayah psikologi sosial, yang diterbitkan pada tahun 1980.

3
Menurut Hale, Householder dan Green yang dikutip di wikipedia.com 12
mengatakan bahwa TRA timbul karena kegagalan riset tradisional tentang sikap
dan perilaku, kebanyakan dari mereka menemukan kelemahan hubungan antara
penilaian sikap dan perilaku volitional (kemauan sendiri). TRA menyajikan suatu
kerangka untuk penekanan pada proses kognitif serta menganggap bahwa manusia
adalah makhluk dengan potensi daya nalar dalam memutuskan perilaku apa yang
akan diambilnya, yang secara sistematis memanfaatkan informasi yang tersedia
disekitarnya. Teori ini mengasumsikan bahwa manusia adalah mahluk yang mampu
bertindak atas kemauan diri sendiri dan merencanakan apa yang akan mereka
perbuat.
B. Pengertian Teori Tindakan Beralasan (Theory of Reasoned Action)
Teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action), adalah teori perilaku
kesehatan yang menggunakan pendekatan psikologi sosial untuk melihat
determinan dari perilaku sehat yang dikembangkan oleh Azen dan Fishbein
menjelang tahun 1970-an. Menurut teori ini, kehendak atau niat seseorang untuk
menampilkan sesuatu perilaku tertentu berkaitan erat dengan tingkah laku aktual itu
sendiri. Ada dua asumsi pokok yang menjadi dasar teori ini yaitu:
1. Bahwa perilaku ada dalam kendali si pelaku.
2. Bahwa manusia adalah makhluk rasional.
Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude),kehendak
(intention) dan perilaku (behavior).Kehendak merupakan prediktor terbaik
perilaku,artinyajika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara
terbaik adalah mengetahuikehendak orangtersebut.Namun, seseorang dapat
membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda
(tidak selalu berdasarkan kehendak).Konsep penting dalam teoriini adalah fokus
perhatian(salience), yaitumempertimbangkan sesuatu yang dianggap
penting.Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif(Jogiyanto,
2007).
Sesuai dengan namanya, teori tindakan beralasan(Theory OfReasoned
Action) didassarkan pada asumsi bahwa manusia biasanyaberperilaku dengan
sadar bahwa mereka mempertimbangkan informasiyang tersedia, dan secara
implisit dan eksplisit juga mempertimbangkanimplikasi-implikasi dari tindakan-

4
tindakan yang dilakukan. Konsisten pada perilaku yang volitional, dan sesuai
dengan penemuan-penemuan yang telah dilaporkan, teori ini mempostulasikan
bahwa minat dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perilakumerupakan penentu langsung dari tindakan atau perilaku. Dengan
membatasi kejadian-kejadian tidak terduga, manusia diharapkan akan bertindak
sesuai dengan minat-minat mereka.
C. Dimensi Teori Tindakan Beralasan (Theory Of Reasoned Action)
Menurut teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action),minat-minat
merupakan suatu fungsi dari dua penentu dasar, yang satu berrhubungan dengan
faktor pribadi dan yang lainnya berhubungandengan pengaruh sosial.
1. Sikap
Fishbein & Ajzen (1980) menyatakan bahwa sikap adalah keseluruhan
perasaan suka atau tidaknya seseorang terhadap sebuah perilaku. Sedangkan
Allport (1935) mendefinisikan sikap sebagai keadaan mental dan saraf dari kesiapan
(readiness), yang terorganisasi melalui pengalaman, menyebabkan pengaruh
dinamis yang mengarahkan respon individu pada semua objek dan situasi yang
terkait. Definisi-definisi tersebut menekankan sifat abadi sikap dan hubungan
dekatnya dengan perilaku individu. Beberapa sosiolog (misalnya, Fuson, 1942) dan
psikolog (misalnya, Campbell, 1950) bahkan mendefinisikan sikap hanya dalam hal
probabilitas bahwa seseorang akan menunjukkan perilaku tertentu dalam situasi
tertentu.
Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yang akan diambil.
The attitude toward behavior adalah seseorang akan berpikir tentang keputusan
mereka dan kemungkinan hasilnya dari aksi yang dilakukan sebelum membuat
keputusan untuk terlibat atau tidak terlibat dalam perilaku tersebut. Teori ini
menunjukkan bahwa keinginan seseorang untuk berperilaku atau tidak dalam suatu
aksi adalah didasari oleh keyakinan orang tersebut dan evaluasi dari hasil yang
ditimbulkan atas perilakunya. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan bahwa hasil
yang didapat adalah positif, maka akan nampak positif terhadap perilaku itu,
begitupun sebaliknya.

5
2. Norma Subjektif
Norma subjektif atau subjective norm melibatkan tekanan sosial yang
dirasakan oleh seseorang dari mayoritas orang yang penting baginya, yang
mempertimbangkan apakah ia harus atau tidak harus melakukan perilaku tersebut
(Ajzen & Fishbein, 1980). Fishbein dan Ajzen kemudian menyatakan bahwa tekanan
yang dirasakan terkait dengan ekpektasi dari keluarga atau teman seseorang, atau
masyarakat secara keseluruhan. Norma subjektif yang terkait dengan penelitian ini
digunakan dalam arti persepsi konsumen bahwa orang yang penting baginya
mengharapkan atau menginginkan ia untuk membeli dan menggunakan nutrasetika
tertentu (Tsai et al., 2010). Menurut Fitzmaurice (2005), konsumen akan lebih ingin
untuk melakukan suatu perbuatan tertentu jika ia merasa bahwa dengan melakukan
perbuatan tersebut, ia akan mendapatkan penerimaan (seperti misalnya pujian,
penghargaan) dari orang-orang yang dekat dan penting dalam hidupnya, di mana
anggota keluarga dan teman dekat termasuk di dalamnya.
Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atau tidak
menyetujui tentang tindakan yang akan diambil tersebut. Subjective norm adalah
tekanan sosial yang mendesak seseorang atau pembuat keputusan untuk
menunjukkan suatu perilaku. Subjective normmerupakan persepsi individu tentang
apa yang orang lain pikirkan dari perilaku yang diperbuatnya dalam sebuah
pertanyaan. Jadi sangat normal bahwa terkadang orang akan berkonsultasi dengan
yang lain sebelum dia mengambil keputusan. TRA merupakan model penelitian
intention umum yang baik yang dapat diaplikasikan dalam memprediksi dan
menjelaskan perilaku.
D. Tujuan dan Manfaat Theory of Reasoned Action
Menurut Mahyarni ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain
adalah:
1. Meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap perilaku
yang bukan dibawah kendali atau kemauan individu sendiri.
2. Mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-strategi untuk
perubahan perilaku dan juga untuk menjelaskan pada tiap aspek penting
beberapa perilaku manusia seperti mengapa seseorang membeli rumah baru,

6
memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa tidak masuk kerja atau
mengapa melanggar peraturan dan lain sebagainya.
3. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku.

Berdasarkan teori tersebut, penentu terpenting perilaku seseorang adalah


intensi untuk berperilaku. Intensi individu untuk menampilkan suatu perilaku adalah
kombinasi dari sikap untuk menampilkan perilaku tersebut dan norma subjektif.
Sikap individu terhadap perilaku meliputi kepercayaan mengenai suatu perilaku,
evaluasi terhadap hasil perilaku, norma subjektif, kepercayaan-kepercayaan
normatif dan motivasi untuk patuh. Jika seseorang mempersepsi bahwa hasil dari
menampilkan suatu perilaku tersebut positif, ia akan memiliki sikap positif terhadap
perilaku tersebut. Yang sebaliknya juga dapat dinyatakan bahwa jika suatu perilaku
difikirkan negatif.
E. Model Theory of Reasoned Action

Sikap Terhadap
Perilaku

Norma subjektif Niat Sikap

Kontrol Perilaku
Persepsi

Keterangan:
1. Sikap
Ajzen (2005) mengemukakan bahwa sikap terhadap perilaku ini ditentukan
oleh keyakinan yang diperoleh mengenai konsekuensi dari suatu perilaku atau
disebut juga behavioral beliefs. Belief berkaitan dengan penilaian-penilaian subjektif

7
seseorang terhadap dunia sekitarnya, pemahaman mengenai diri dan
lingkungannya. Bagaimana cara mengetahui belief, dalam teori perilaku
direncanakan ini, Ajzen menyatakan bahwa belief dapat diungkapkan dengan cara
menghubungkan suatu perilaku yang akan kita prediksi dengan berbagai manfaat
atau kerugian yang mungkin diperoleh apabila kita melakukan atau tidak melakukan
perilaku itu. Keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku berdasarkan
evaluasi dari data yang diperoleh bahwa perilaku itu dapat memberikan keuntungan
bagi pelakunya.

2. Norma Subjektif.
Norma subjektif adalah perasaan atau dugaan-dugaan seseorang terhadap
harapan-harapan dari orang-orang yang ada di dalam kehidupannya tentang
dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tertentu, karena perasaan ini sifatnya
subjektif maka dimensi ini disebut norma subjektif (subjective norm). Hubungan
sikap terhadap perilaku sangat menentukan, maka norma subjektif juga dipengaruhi
oleh keyakinan, bedanya adalah apabila hubungan sikap terhadap perilaku
merupakan fungsi dari keyakinan terhadap perilaku yang akan dilakukan (behavioral
belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan seseorang yang diperoleh
atas pandangan orang-orang lain yang berhubungan dengannya (normative belief).

3. Persepsi kontrol perilaku atau perceived behavioral control


Persepsi kontrol perilaku atau disebut juga dengan kontrol perilaku adalah
perasaan seseorang mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu perilaku
tertentu, (Ajzen, 2005). Ajzen menjelaskan tentang perasaan yang berkaitan dengan
perilaku kontrol dengan cara membedakannya dengan locus of control atau pusat
kendali yang dikemukakan oleh Rotter’s. Pusat kendali berkaitan dengan keyakinan
seseorang yang relatif stabil dalam segala situasi. Persepsi kontrol perilaku dapat
berubah tergantung situasi dan jenis perilaku yang akan dilakukan. Pusat kendali
berkaitan dengan keyakinan individu bahwa keberhasilannya melakukan segala
sesuatu tergantung pada usahanya sendiri (Rotter’s, 1966). Keyakinan ini berkaitan
dengan pencapaian yang spesifik, misalnya keyakinan dapat menguasai
keterampilan menggunakan komputer dengan baik disebut kontrol perilaku
(perceived behavioral control)

8
No Komponen Pengertian
1 Tujuan/niat yang berhubungan Predictor yang kuat dari perilaku yang
dengan perilaku menunjukkan seberapa keras seseorang
mempunyai keinginan untuk mencoba,
seberapa besar usaha mereka untuk
merencanakan, sehingga menampilkan
suatu tingkah laku.
2 Sikap Terhadap Perilaku Evaluasi keseluruhan perilaku.
3 Kepercayaan Individu yang Keyakinan/kepercayaan akan
berhubungan dengan kinerja/performa perilaku kesehatan
(perilaku) kesehatan berhubungan dengan atribut atau hasil
tertentu
4 Evaluasi yang berhubungan Nilai yang melekat pada hasil perilaku atau
dengan hasil perilaku atribut
5 Norma Subjektif Kepercayaan/ Keyakinan tentang apakah
kebanyakan orang menyetujui atau
menolak suatu perilaku
6 Kepercayaan individu yang Keyakinan tentang apakah setiap
berhubungan dengan norma acuan/refensi menyetujui atau menolak
suatu perilaku
7 Motivasi Untuk Mengikuti Motivasi untuk melakukan apa yang
dipikirkan setiap rujukan/referensi.
8 Merasakan adanya Keseluruhan control/pengawasan yang
pengawasan tehadap sesuatu dirasakan atas perilaku
yang berhubungan dengan
perilaku
9 Kontrol Kepercayaan Keyakinan bahwa suatu perilaku dapat
dilaksanakan atau kepercayaan mengenai
kemampuan dalam mengendalikan
perilaku
10 Merasakan Ketakutan Persepsi mengenai kekuasaan yang

9
dimiliki untuk melakukan suatu perilaku
dalam kondisi yang mendukung dan
kondisi yang menghambat

F. Komponen Theory of Reasoned Action


1. Behavior Belief
Mengacu pada keyakinan seseorang terhadap perilaku tertentu,
disini seseorang akan mempertimbangkan untung atau rugi dari perilaku
tersebut (outcome of the behavior), disamping itu juga dipertimbangkan
pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi individu bila
ia melakukan perilaku tersebut (evaluation regarding of the outcome).

2. Normative Belief
Mencerminkan dampak keyakinan normatif, disini mencerminkan
dampak dari norma-norma subyektif dan norma sosial yang mengacu
pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang dipikirkan
orang-orang yang dianggap penting oleh individu (referent persons) dan
motivasi seseorang untuk mengikuti perilaku tersebut (seberapa penting
kita menerima saran atau anjuran dari orang lain)

3. Attitude towards the behavior


Sikap adalah fungsi dari kepercayaan tentang konsekuensi perilaku
atau keyakinan normatif, persepsi terhadap konsekuensi seuatu perilaku
dan penilaian terhadap perilaku tersebut. Sikap juga berarti perasaan
umum yang menyatakan keberkenaan atau ketidakberkenaan seseorang
terhadap suatu objek yang mendorong tanggapannya. Faktor sikap
merupakan poin penentu perubahan perilaku yang ditujukan oleh
perubahan sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu.

4. Importance Norms
Norma-norma penting atau norma-norma yang berlaku di
masyarakat, adalah pengaruh faktor sosial budaya yang berlaku di

10
masyarakat dimana seseorang tinggal. Unsur-unsur sosial budaya yang
dimaksud seperti “gengsi” yang juga dapat membawa seseorang untuk
mengikuti atau meninggalkan sebuah perilaku.

5. Subjective Norms
Norma subjektif atau norma yang dianut seseorang atau keluarga.
Dorongan anggota keluarga, termasuk kawan terdekat juga
mempengaruhi agar seseorang dapat menerima perilaku tertentu, yang
kemudian diikuti dengan saran, nasehat dan motivasi dari keluarga atau
kerabat. Kemampuan anggota keluarga atau kerabat terdekat
mempengaruhi seorang individu untuk berperilaku seperti yang mereka
harapkan diperoleh dari pengalaman, pengetahuan dan penilaian individu
tersebut terhadap perilaku tertentu dan keyakinannya melihat
keberhasilan orang lain berperilaku seperti yang disarankan.

6. Behavioral Intention
Niat ditentukan oleh sikap, norma penting dalam masyarakat dan
norma subjektif. Komponen pertama mengacu pada sikap terhadap
perilaku. Sikap ini merupakan hasil pertimbangan untuk rugi dari perilaku
tersebut (outcome of behavior). Disamping itu juga dipertimbangkan
pentingnya konsekuensi-konsekuensi yang akan terjadi bagi
individu (evaluation regarding og the outcome). Komponen kedua
mencerminkan dampak dari norma-normasubjektif dan norma sosial yang
mengacu pada keyakinan seseorang terhadap bagaimana dan apa yang
dipikirkan orang-orang yang dianggap penting dan motivasi seseorang
untuk mengikuti pikiran tersebut.

7. Actual Behavior
Perilaku adalah sebuah tingakan yang telah dipilih seseorang untuk
ditampilkan berdasarkan atas niat yang sudah terbentuk. Perilaku
merupakan transisi niat atau kehendak ke dalam action atau tindakan.

11
Theory of Reasoned Action ini juga memberikan beberapa keuntungan
karena teori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponen
perilaku dalam item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi dan
pengertian perilaku yang dapat diamati secara langsung dan berada dalam
kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi
secara jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan
tindakan (action), sasaran (target), konteks dan perbedaan waktu serta
komponen model sendiri termasuk intensi, sikap, norma subjektif dan
keyakinan. Konsep penting dalam TRA adalah fokus perhatian (salience). Hal
ini berarti, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama
harus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku
populasi. Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial
yang diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budaya
mempengaruhi sikap, kehendak dan perilaku)

Dalam kerangka teori tindakan beralasan, sikap ditransformasikan


secara tidak langsung dalam wujud perilaku terbuka melalui perantaraan
proses psikologis yang disebut niat. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
niat merupakan suatu proses psikologis yang keberadaannya terletak di
antara sikap dan perilaku. Banyak penelitian di bidang sosial yang sudah
membuktikan bahwa Theory of Reason Action (TRA) ini adalah teori yang
cukup memadai dalam memprediksi tingkah laku.

Namun setelah beberapa tahun, Ajzen (1991) melakukan meta


analisis, ternyata didapatkan suatu penyimpulan bahwa Theory Reason
Action (TRA) hanya berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol
penuh individu karena ada faktor yang dapat menghambat atau
memfalisistasi relisasi niat ke dalam tingkah laku. Berdasarkan analisis ini,
lalu Ajzen menambahkan suatu faktor yang berkaitan dengan kontrol individu,
yaitu perceived behavior control (PBC).

12
G. Kelebihan dan Kelemahan Theory of Reasoned Action
1. Kelebihan Theory of Reasoned Action
Teori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponen perilaku dalam
item yang operasional. Fokus sasaran adalah prediksi dan pengertian perilaku yang
dapat diamati secara langsung dan berada dalam kendali seseorang, artinya
perilaku sasaran harus diseleksi dan diidentifikasi secara jelas. Tuntutan ini
memerlukan pertimbangan mengenai perbedaan tindakan (action), sasaran (target),
konteks, dan perbedaan waktu serta komponen model sendiri termasuk intensi,
sikap, norma subjektif, dan keyakinan.
Konsep penting dalam TRA adalah fokus perbedaan (salience). Hal ini berarti,
sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus menentukan
hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi. Dengan demikian,
harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang diselidiki (yang penting bukan
budaya itu sendiri, tetapi cara budaya memengaruhi sikap, intensi, dan perilaku).
(Maulana,2009)
2. Kekurangan Theory of Reasoned Action
TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang, intensi
tidak selalu menuju pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang
mencampuri atau memengarihi intensi dan perilaku (Van Oost, 1991 dalam Smet,
1994). TRA hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku yang akan dikerjakan
secara sukarela, bukan perilaku perilaku yang diwajibkan atau tanpa ada niat dari
pelakunya. TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan perilaku
dan mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel demografi,
gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan intensi perilaku.
Model ini kurang mengena jika digunakan untuk memprediksi perilaku yang spontan.
Selain itu, TRA hanya untuk sampai perubahan perilaku, sedangkan untuk
mempertahankannya perlu metode lain yang sesuai. (Maulana,2009).

13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dalam makalah ini yaitu:
1. Teori ini yang awalnya dinamai Theory of Reasoned Action (TRA),
dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus direvisi dan
diperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teori tersebut
digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untuk mengembangkan
intervensi-intervensi yang lebih mengena. Pada tahun 1988, hal lain
ditambahkan pada model reasoned action yang sudah ada tersebut dan
kemudian dinamai Theory of Planned Behavior (TPB), untuk mengatasi
kekurangadekuatan yang ditemukan oleh Ajzen dan Fishbein melalui penelitian-
penelitian mereka dengan menggunakan TRA.

2. Teori tindakan beralasan (Theory Of Reasoned Action), adalah teori perilaku


kesehatan yang menggunakan pendekatan psikologi sosial untuk melihat
determinan dari perilaku sehat yang dikembangkan oleh Azen dan Fishbein
menjelang tahun 1970-an.
3. Menurut Mahyarni ada beberapa tujuan dan manfaat dari teori ini, antara lain
adalah:
a. Meramalkan dan memahami pengaruh-pengaruh motivasional terhadap
perilaku yang bukan dibawah kendali atau kemauan individu sendiri.
b. Mengidentifikasi bagaimana dan kemana mengarahkan strategi-strategi
untuk perubahan perilaku dan juga untuk menjelaskan pada tiap aspek
penting beberapa perilaku manusia seperti mengapa seseorang membeli
rumah baru, memilih seorang calon dalam pemilu, mengapa tidak masuk
kerja atau mengapa melanggar peraturan dan lain sebagainya.
c. Teori ini menyediakan suatu kerangka untuk mempelajari sikap terhadap
perilaku.
4. Konsep penting dalam TRA adalah fokus perbedaan (salience). Hal ini berarti,
sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-tama harus
menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagi perilaku populasi.
Dengan demikian, harus diketahui nilai dan norma kelompok sosial yang

14
diselidiki (yang penting bukan budaya itu sendiri, tetapi cara budaya
memengaruhi sikap, intensi, dan perilaku).
5. TRA hanya dimaksudkan untuk menjelaskan perilaku yang akan dikerjakan
secara sukarela, bukan perilaku perilaku yang diwajibkan atau tanpa ada niat
dari pelakunya. TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya dengan
perilaku dan mengabaikan akibat-akibat jelas dari variabel eksternal (variabel
demografi, gender, usia, dan keyakinan kesehatan) terhadap pemenuhan
intensi perilaku.

15
DAFTAR PUSTAKA

Ajzen, I. And Fishbein, M. (1980). Understanding Attitudes and Predicting Social


Behavior. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall.

Bastable, S. B. 2002. Perawat Sebagai Pendidik: Prinsip-Prinsip Pengajaran dan


Pembelajaran, EGC, Jakarta.

Eagle, L., Dahl, S., Hill, S., Bird, S., Spotswood, F., Tapp, A. (2013). Social
Marketing. Pearson Prentice Hall: London

Jogiyanto, 2007. Sistem Informasi Keperilakuan. Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi


Offset

Tsai, Y. C. & Yeh. J.C. (2010). Perceived risk of information security and privacy
in online shopping: A study of environmentally sustainable products.
African Journal of Business Management Vol. 4(18), pp. 4057-4066

16

Anda mungkin juga menyukai