Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING PASCASTROKE


Association Between Family Support and Post-Stroke Activity of Daily Living Autonomy

Esa Karunia
FKM UA, esa.karunia17@gmail.com
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Jumlah penderita stroke di Indonesia meningkat yaitu 8,3 permil di tahun 2007 menjadi 12,1 permil pada tahun 2013 serta
penderita stroke tertinggi ada pada kelompok umur ≥ 75 tahun. Stroke menimbulkan beberapa dampak yaitu kecacatan
yang dapat mempengaruhi atau mengganggu seseorang dalam melakukan Activity of Daily Living (ADL). Stroke juga
menimbulkan depresi, sehingga dibutuhkan dukungan keluarga agar pasien stroke dapat melakukan aktivitas. Oleh karena
itu, peneliti meneliti hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian dalam melakukan ADL pascastroke.
Penelitian ini termasuk penelitian observasional analitik, dengan rancang bangun penelitian yaitu desain cross sectional.
Metode pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan jumlah responden 47 orang. Penelitian
dilaksanakan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji Surabaya pada bulan Juni-Juli 2015. Variabel bebas dalam penelitian
ini adalah umur, jenis kelamin, pekerjaan, dan dukungan keluarga, sedangkan variabel terikatnya adalah kemandirian
ADL pascastroke. Hasil penelitian menyebutkan sebagian besar responden pascastroke berumur 43–61 tahun, berjenis
kelamin laki-laki, dan tidak bekerja. Sebagian besar responden mendapatkan dukungan keluarga yang baik, sehingga
responden bisa lebih mandiri dalam beraktivitas. Berdasarkan analisis menggunakan Chi-square, terdapat hubungan antara
dukungan keluarga dengan kemandirian dalam melakukan ADL pascastroke, nilai p = 0,018 dengan α = 0,05), namun tidak
terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin, dan pekerjaan dengan kemandirian ADL pascastroke. Diharapkan keluarga
menciptakan situasi yang tenang, serta menciptakan aktivitas yang bermanfaat untuk kemandirian orang pascastroke.

Kata kunci: Activity of Daily Living, ADL, dukungan keluarga, kemandirian, pascastroke

ABSTRACT
The number of stroke in Indonesia increase from 8.3 per mil in 2007 to 12.1 per mil in 2013 and the highest stroke petients
in the age group ≥ 75 years old. Stroke impact many disability that can affect or interfere person when doing Activity of
Daily Living (ADL). Stroke also caused depression, so it takes a family to support stroke patients can perform the activity.
Therefore, researcher investigated association between family support and autonomy of post stroke ADL. This research
included observational studies, the design of the study was cross-sectional design. Fourty seven respondents were involve
taken using simple random sampling. Research was conducted at the medical rehabilitation of RSU Haji Surabaya in June-
July 2015. The independent variables in this study were age, gender, occupation, and family support, while the dependent
variable was ADL independent of post-stroke. The study showed the majority of respondent had a stroke aged 43–61 years,
male, and didn’t work. Most of respondents got a good family support, so that respondents can be more autonomous in
activities. Based on analysis using Chi-quare, there was an association between family support and ADL independent
of post-stroke, p-value = 0.018 with α = 0.05, but there was no association between age, sex and occupation with ADL
autonomy of post-stroke. It was hoped that family create a calm situation, and create activities that are beneficial to the
independence of the post-stroke.

Keywords: Activity of Daily Living, ADL, autonomy, family support, post-stroke

PENDAHULUAN diperkirakan mencapai 1000 orang perhari pada


Bertambah usia merupakan proses alami yang tahun 1985 yang 50% terdiri dari penduduk berusia
berarti seseorang telah menuju tahap akhir dalam diatas 50 tahun. Hal ini sering disebut dengan istilah
perjalanan hidup. Saat ini jumlah lansia diperkirakan “ledakan penduduk usia lanjut (lansia)” (Padila,
ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan 2013).
pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai Usia lanjut merupakan periode di mana banyak
1,2 milyar. Di Amerika pertambahan lansia ditandai dengan kemunduran kemampuan fisik

©2016 FKM_UNAIR All right reserved. Open access under CC 213 BY – SA license doi: 10.20473/jbe.v4i2.2016.213–224
Received 2 July 2016, received in revised form 29 August 2016, Accepted 2 September 2016, Published online: 31 December 2016
214 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 213–224

yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan Gejala klinis berlangsung mendadak dan progresif
sosial. Hal ini pula yang menyebabkan timbulnya sehingga terjadi kerusakan otak secara akut serta
gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan terjadi secara fokal atau global (Lingga, 2013).
hidupnya sehingga tingkat ketergantungan semakin Stroke memiliki dua tipe berdasarkan penyebabnya,
meningkat. Adanya kelemahan pada fungsi tubuh yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Sekitar
secara menyeluruh, terutama pada fleksibilitas 87% orang terserang stroke iskemik, yaitu stroke
pembuluh darah juga menyebabkan lansia mudah yang disebabkan adanya sumbatan dalam aliran
terkena penyakit degeneratif, terutama stroke. darah ke otak, sedangkan sisanya menderita stroke
Stroke merupakan penyakit yang termasuk hemoragik (Mozaffarian, 2015).
urutan ketiga penyebab kematian di dunia setelah Orang yang terserang stroke terkadang bingung
jantung dan kanker. Stroke juga merupakan penyakit dengan apa yang tengah dialaminya, sehingga harus
yang menyebabkan kecacatan serius dan permanen ada orang yang membantu. pertolongan yang datang
nomor 1 di dunia. Di dunia serangan stroke terjadi dengan cepat akan mengurangi dampak yang terjadi
pada 15 juta orang. Dari 15 juta orang tersebut, 5 akibat stroke. The golden period adalah istilah
juta orang meninggal, 15 juta orang lainnya bertahan medis yang sering digunakan untuk menyebutkan
hidup, namun mengalami cacat permanen dan hidup waktu terbaik untuk pemberian pertolongan pada
bergantung kepada keluarga dan masyarakat, serta pasien stroke. Dalam waktu 3 jam pasca terserang
15 juta orang sisanya sembuh seperti semula stroke, penanganan medis harus segera didapat,
sebelum terkena stroke (WHO, 2010). dengan demikian kecacatan dapat dicegah, apabila
Menurut WHO, stroke merupakan penyebab penanganan diterima melebihi waktu tersebut,
kematian tertinggi kedua pada umur 60 tahun dan maka akan terjadi kecacatan permanen atau bahkan
urutan kelima penyebab kematian pada umur 15-59 meninggal.
tahun. Di seluruh dunia, sebanyak 3 juta perempuan Stroke memberi dampak yang dapat
dan 2,5 juta laki-laki meninggal akibat terserang mempengaruhi aktivitas seseorang, misalnya
stroke di setiap tahunnya. Di Amerika, stroke telah menjadikan seseorang tidak percaya diri,
menyebabkan kematian sebanyak 130.000 orang menurunkan produktivitas, hilangnya semangat
dan menjadi penyebab kematian tertinggi nomor untuk melaksanakan hobi dan masih banyak
lima (CDC, 2015). Rata-rata setiap 4 menit ada satu yang lainnya. Dampak yang dapat ditimbulkan
orang yang meninggal akibat stroke. pascastroke adalah kelumpuhan dan kecacatan,
Setiap tahunnya, lebih dari 795.000 orang di gangguan berkomunikasi, gangguan emosi, nyeri,
Amerika menderita stroke dan rata-rata terserang gangguan tidur, depresi, disfagia, dan masih banyak
setiap 40 detik (Stroke Association, 2015). Dari yang lainnya (Lingga, 2013). Pasca terserang stroke
795.000 orang, 610.000 orang diantaranya terserang akan membuat tingkat ketergantungan seseorang
stroke untuk pertama kali dan 185.000 orang lainnya terhadap orang lain menjadi semakin meningkat,
pernah mengalami stroke sebelumnya (Mozaffarian, sehingga orang tidak mandiri dalam melakukan
2015). Di Indonesia terjadi peningkatan jumlah aktivitas kemandirian sehari-hari.
penderita stroke, yaitu dari 8,3 per mil di tahun Kerusakan fungsional menyebabkan
2007 menjadi 12,1 per mil pada tahun 2013. seseorang menderita kecacatan, sehingga penderita
Prevalensi kelompok umur yang didiagnosis atau stroke menjadi tidak produktif. Seseorang yang
gejala, tertinggi adalah pada umur ≥ 75 tahun menderita stroke akan semakin bergantung kepada
(43,1‰). Data Riskesdas tahun 2013 menunjukkan orang lain dalam melakukan activity of daily liv-
bahwa prevalensi stroke paling banyak terjadi ing (ADL), sehingga perlu pemberian terapi.
di daerah perkotaan daripada pedesaan, baik Pemberian terapi hanya memperbaiki saraf motorik
berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan (8,2‰) agar penderita tidak bergantung kepada orang lain
maupun berdasarkan diagnosis atau gejala (12,7‰) atau mengurangi ketergantungan penderita terhadap
(Riskesdas, 2013). orang lain dalam melakukan ADL.
Dalam istilah medis, stroke disebut cerebro- Gangguan fungsional yang dialami orang
vascular acccident (CVA). Stroke adalah salah satu pascastroke menjadi salah satu faktor yang
gangguan saraf yang terjadi akibat dari terganggunya kemandirian dalam melakukan aktivitas. Upaya
peredaran darah ke otak yang terjadi sekitar 24 jam untuk memulihkan anggota gerak adalah dengan
atau lebih. Gangguan saraf ini bersifat permanen. melakukan rehabilitasi. Rehabilitasi juga tidak
Esa Karunia, Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan ... 215

hanya memulihkan gangguan fungsional, tetapi METODE


juga membantu meringankan tugas orang yang ada Penelitian ini merupakan jenis penelitian
di sekitar orang pascastroke dan menumbuhkan observasional analitik, karena tidak ada perlakukan
semangat orang pascastroke. kepada subjek yang dilakukan oleh peneliti. Rancang
Tidak hanya mengalami kecacatan, pasien stroke bangun yang digunakan dalam penelitian ini adalah
juga cenderung mengalami depresi. Dalam hal ini, cross sectional. Desain studi cross sectional adalah
peranan dan dukungan dari orang sekitar, terutama desain studi epidemiologi yang mempelajari
keluarga sangat diperlukan untuk mempengaruhi prevalensi, distribusi maupun hubungan antara
orang tersebut untuk tidak depresi. Hal ini penyakit dengan paparan, atau karakteristik yang
dikarenakan pada dasarnya manusia senantiasa hidup terkait dengan kesehatan lainnya yang dilakukan
dalam suatu lingkungan sejak manusia dilahirkan. secara serentak pada individu di suatu populasi pada
Di dalam lingkungan pasti terjadi hubungan timbal suatu saat (Murti, 2003).
balik yang nantinya akan mempengaruhi manusia Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni-Juli
(Gerungan, 1991). Di lingkungan keluarga sudah 2015 di Instalasi Rehabilitasi Medik Rumah Sakit
dapat dipastikan terjadi interaksi antar anggota Umum (RSU) Haji Surabaya. Populasi penelitian
keluarga yang mana dapat mempengaruhi satu sama sebanyak 90 orang. Jumlah populasi ini didasarkan
lain. pada jumlah pasien pascastroke yang berkunjung
Dukungan keluarga adalah upaya yang diberikan di Instalasi Rehabilitasi Medik pada tahun 2014.
kepada anggota keluarga baik moril maupun materiil Metode pengambilan sampel menggunakan simple
berupa motivasi, saran, informasi dan bantuan yang random sampling, dengan jumlah responden
nyata (Smet, 2004). Dukungan keluarga dapat sebanyak 47 orang. Kriteria dalam pemilihan
diperoleh dari anggota keluarga (suami, istri, anak, sampel adalah pasien pascastroke yang mengikuti
dan kerabat), teman dekat atau relasi (Kuntjoro, terapi minimal satu bulan di Instalasi Rehabilitasi
2002). House dalam Smet (2004) menyatakan bahwa Medik RSU Haji Surabaya, dapat berkomunikasi,
dukungan keluarga berupa dukungan emosional, menandatangani informed consent dan bersedia
dukungan penghargaan, dukungan instrumental dan menjadi responden. Penelitian ini telah melalui kaji
dukungan informatif. Adanya dukungan keluarga etik guna menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
membuat orang pascastroke tidak mengalami responden, kesediaan menjadi responden, serta
depresi, karena tetap terjalin komunikasi dengan kerahasiaan responden.
orang lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
Dukungan keluarga juga diperlukan pada karakteristik demografi (umur, jenis kelamin, dan
penentuan pelaksanaan terapi di mana terapi ini pekerjaan) dan dukungan keluarga, sedangkan
untuk mengurangi kerusakan fungsional, agar variabel terikatnya adalah kemandirian ADL.
nantinya pasien lebih mandiri dalam melakukan Pengumpulan data primer dilakukan dengan
ADL pascastroke. Dukungan keluarga akan dapat wawancara dan observasi ke penderita stroke,
membantu proses perawatan pasien untuk agar sedangkan pengumpulan data sekunder adalah
penderita stroke dapat melakukan aktivitas kembali dengan melihat rekam medik pasien dan laporan
meskipun tidak sepenuhnya kembali normal. Adanya bulanan Instalasi Rehabilitasi Medik RSU Haji
dukungan keluarga yang optimal, akan menyebabkan Surabaya. Instrumen yang digunakan dalam
penderita stroke menjadi mandiri dalam melakukan penelitian ini adalah kuesioner karakteristik
aktivitas dan apabila tidak ada dukungan keluarga responden, form barthel index dan kuesioner
maka pasien stroke menjadi ketergantungan kepada dukungan keluarga. Form barthel index digunakan
orang lain dalam pemenuhan ADL. untuk mengukur tingkat kemandirian dalam
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan ADL.
meneliti hubungan antara dukungan keluarga Analisis data dilakukan secara analitik sesuai
dengan kemandirian ADL pascastroke. Penelitian dengan tujuan dan skala data yang digunakan.
ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik Untuk mengetahui gambaran distribusi responden
demografi (umur, jenis kelamin, dan pekerjaan), menggunakan statistik deskriptif. Untuk melihat
dukungan keluarga dan kemandirian, analisis hubungan antara variabel bebas dengan variabel
kemandirian ADL berdasarkan karakteristik geografi, terikat menggunakan analisis Chi-square. Apabila
serta menganalisis hubungan antara dukungan dari analisis data terdapat hubungan antara variabel
keluarga dengan kemandirian ADL pascastroke.
216 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 213–224

bebas dengan variabel terikat, maka akan dihitung Tabel 3. Distribusi Kemandirian Activity Daily
besar risiko menggunakan Odds Ratio. Living Pasien Pascastroke
Kemandirian ADL Jumlah (Orang) Persentase
HASIL Mandiri 25 53,2
Distribusi Karakteristik Demografi, Dukungan Tidak mandiri 22 46,8
Keluarga dan Kemandirian ADL Total 47 100

Variabel kemandirian dibagi menjadi dua


Tabel 1. Distribusi Karakteristik Demografi Pasien golongan, yaitu mandiri dan tidak mandiri.
Pascastroke Penggolongan ini didasarkan pada nilai form barthel
Karakteristik Jumlah index. Kemandirian diperoleh apabila nilai barthel
Persentase index 100, dan dikatakan tidak mandiri apabila skor
Demografi (Orang)
Umur total 0-99 atau < 100. Hasil penelitian menunjukkan
43–61 tahun 25 53,2 bahwa pasien pascastroke yang paling banyak
62–80 tahun 22 46,8 mengikuti rehabilitasi adalah pasien yang sudah
Jenis kelamin mandiri dalam beraktivitas
Laki-laki 27 57,4
Hubungan Antara Karakteristik Demografi
Perempuan 20 42,6
dengan Kemandirian ADL Pascastroke
Pekerjaan
Bekerja 14 29,8
Tidak bekerja 33 70,2 Tabel 4. Hubungan Karakteristik Demografi dengan
Kemandirian ADL Pascastroke
Variabel umur dibedakan menjadi dua Tidak
kelompok, yaitu kelompok umur 43–61 tahun dan Karakteristik Mandiri
mandiri
62-80 tahun. Responden pascastroke sebagian besar Demografi
n % n %
yang mengikuti rehabilitasi adalah kelompok umur Umur
43-61 tahun. Responden laki-laki yang mengikuti 43–61 tahun 16 64 9 40,9
rehabilitasi medik lebih banyak dibandingkan 62–80 tahun 9 36 13 59,1
dengan perempuan. Hasil pada tabel 1 menunjukkan Jenis kelamin
bahwa responden pascastroke sebagian besar tidak Laki-laki 12 48 15 68,2
bekerja. Perempuan 13 52 7 31,8
Pekerjaan
Tabel 2. Distribusi Dukungan Keluarga Pasien Bekerja 9 36 5 22,7
Pascastroke Tidak bekerja 16 64 17 77,3

Dukungan Jumlah Responden pascastroke yang berumur 43–61


Persentase
Keluarga (Orang) tahun lebih banyak yang mandiri dibandingkan
Dukungan baik 39 83 yang tidak mandiri. Hasil perhitungan menggunakan
Dukungan kurang 8 17 Chi-Square didapatkan l nilai p = 0,197 dengan
Total 47 100 α = 0,05. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan
antara umur dengan kemandirian ADL pascastroke.
Variabel dukungan keluarga dibagi menjadi Responden yang berjenis kelamin laki-laki
dua, yaitu dukungan keluarga yang baik dan lebih banyak yang tidak mandiri. Berbeda dengan
dukungan keluarga yang kurang. Dukungan baik responden laki-laki, responden perempuan lebih
diperoleh apabila skor total dari kuesioner ≥ 18, banyak yang mandiri dibandingkan dengan yang
sedangkan untuk dukungan keluarga yang tergolong tidak mandiri. Hasil dari perhitungan menggunakan
kurang baik, skor totalnya ≤ 17. Hasil penelitian Chi-square didapatkan nilai p = 0,271 dengan
memperlihatkan bahwa responden pascastroke α = 0,05. Ini berarti bahwa tidak ada hubungan
sebagian besar mendapatkan dukungan yang baik antara jenis kelamin dengan kemandirian ADL
dari keluarga. pascastroke.
Esa Karunia, Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan ... 217

Pada variabel pekerjaan, baik responden memasuki usia 50 tahun, risiko stroke menjadi
yang bekerja maupun yang tidak bekerja lebih berlipat ganda setiap usia bertambah 10 tahun.
banyak yang mandiri dibandingkan dengan yang Maka tak jarang sekitar dua pertiga penderita stroke
tidak mandiri. Berdasarkan hasil perhitungan berusia diatas 65 tahun (Lingga, 2013).
menggunakan Chi-square, nilai p = 0,501 dengan Saat ini stroke tidak hanya dialami oleh
α = 0,05. Ini berarti bahwa tidak terdapat hubungan kelompok lansia, namun kelompok muda pun dapat
antara pekerjaan dengan kemandirian ADL terserang stroke. Stroke dapat menyerang pada
pascastroke. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok umur kurang dari 15 tahun dan 15–44
karakteristik demografi tidak berhubungan dengan tahun. Pada tahun 2009, Hall (2012), menyatakan
kemandirian ADL pasca stroke. bahwa 34% orang yang dirawat di rumah sakit
karena terserang stroke, kebanyakan berumur < 65
Tabel 5. Hubungan Dukungan Keluarga dengan tahun. Stroke non perdarahan (iskemik) lebih banyak
Kemandirian ADL Pascastroke dialami oleh kelompok umur lansia, sedangkan
stroke perdarahan lebih sering menyerang usia
Mandiri Tidak Mandiri
Dukungan keluarga muda.
n % n %
Penelitian ini sejalan dengan penelitian
Dukungan baik 24 61,5 15 38,5
Wardhani (2014) dan Rosiana (2012), yang
Dukungan kurang 1 12,5 7 87,5
menyebutkan bahwa kelompok umur terbanyak
Total 25 53,2 22 46,8
adalah 51–80 tahun. Keselarasan penelitian juga
Tabulasi silang pada tabel 5, antara dukungan terdapat pada penelitian Nurmalasari (2012), yang
keluarga dengan kemandirian aktivitas kehidupan menunjukkan bahwa paling banyak pasien stroke
sehari-hari kelompok responden yang memiliki berumur < 65 tahun. Pada lansia, terjadi perubahan-
dukungan keluarga yang baik lebih banyak yang perubahan yang terjadi pada sistem saraf. Perubahan-
mandiri. Hasil perhitungan menggunakan Chi-square perubahan tersebut meliputi berat otak menurun,
diperoleh nilai p = 0,018 dengan α = 0,05, ini berarti hubungan persarafan cepat menurun, lambat
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dalam merespons dan waktu berpikir, penglihatan
dukungan keluarga dengan kemandirian aktivitas berkurang, hilangnya pendengaran, mengecilnya
kehidupan sehari-hari pascastroke. Apabila dihitung saraf penciuman dan perasa, reflek tubuh berkurang
besar risiko, hasil penelitian menunjukkan adanya serta kurang koordinasi tubuh (Padila, 2013).
risiko dukungan keluarga dengan kemandirian Kemunduran pembuluh darah juga meningkat seiring
ADL pascastroke OR = 11,2, 95% CI (1,251 < OR pertambahan umur, sehingga perubahan pada sistem
< 100,31). Risiko ini bermakna, sehingga berarti saraf dan pembuluh darah inilah yang dapat memicu
dukungan keluarga yang baik mempunyai risiko mudahnya lansia terserang stroke.
mandiri dalam melakukan ADL sebesar 11,2 kali Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin,
dibandingkan responden yang kurang mendapat paling banyak adalah responden yang berjenis
dukungan keluarga. kelamin laki-laki. Jenis kelamin adalah salah satu
faktor risiko stroke yang tidak dapat diubah. Laki-
laki berisiko satu seperempat kali lebih tinggi
PEMBAHASAN
dibanding dengan perempuan. Banyak faktor yang
Gambaran Karakteristik Demografi Responden menyebabkan laki-laki lebih berisiko, diantaranya
Responden pascastroke yang mengikuti kebiasaan merokok, minum alkohol, hipertensi, dan
rehabilitasi medik dimulai dari umur yang paling hipertrigliseridemia.
muda yaitu 43 tahun sampai yang paling tua yaitu 80 Penelitian ini sejalan dengan penelitian
tahun. Rata-rata keseluruhan umur responden adalah Wardhani (2014), yang menunjukkan bahwa
54,64 tahun. berdasarkan hasil penelitian, paling sebagian besar pasien pascastroke adalah berjenis
banyak responden berumur antara 43–61 tahun. kelamin laki-laki. Menurut Brown dalam Elkind
Salah satu faktor risiko stroke adalah umur. dan Sacco (2001), setelah memasuki umur 55 tahun,
Semakin bertambah usia seseorang, risiko setiap sepuluh tahun, risiko peningkatan kejadian
untuk terserang stroke semakin meningkat. Hal stroke menjadi 2 kali pada laki-laki dan perempuan.
ini disebabkan karena adanya kelemahan fungsi Pasca menopause, perempuan lebih tinggi risiko
tubuh secara menyeluruh terutama terkait dengan kematiannya akibat stroke dibanding laki-laki.
fleksibilitas pembuluh darah. Ketika seseorang
218 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 213–224

Perempuan lebih cenderung mudah mengalami Dukungan keluarga diibaratkan sebagai proses
stres dan depresi. Hal inilah yang diduga kuat yang terjadi sepanjang hidup dengan sifat dan jenis
menyebabkan risiko kematian perempuan lebih yang berbeda-beda di tiap tahap kehidupan. Ada
tinggi. Selain itu terdapat faktor lain yaitu perempuan empat macam dukungan keluarga yaitu dukungan
yang sudah tua akan mengalami kerentanan tubuh, instrumental, dukungan penghargaan, dukungan
sehingga tubuh tidak mampu mengatasi komplikasi emosional dan dukungan informasi. Pada dukungan
akibat stroke. Menopause juga menjadi faktor yang instrumental, keluarga berperan sebagai sumber
memicu tingginya angka stroke pada perempuan pertolongan yang praktis dan fasilitas selama masa
(Lingga, 2013). Maka dari itu, harapan hidup laki- perawatan. Penelitian ini menekankan bahwa
laki lebih tinggi dibanding perempuan. keluarga disini bertindak sebagai perantara antara
Karakteristik pasien menurut pekerjaan penderita stroke dengan pelayanan kesehatan,
menunjukkan bahwa distribusinya mulai dari misalnya mengantar dan menjemput penderita
ibu rumah tangga, pensiunan, PNS, swasta, untuk melakukan terapi, menjadi sumber finansial
dan wiraswasta. Karakteristik pekerjaan diatas perawatan atau penyedia dana kesehatan karena
kebanyakan pasien tidak bekerja. Pekerjaan penderita stroke tidak bisa bekerja. Selain itu
merupakan salah satu faktor risiko yang secara tidak hal lain yang dapat dilakukan keluarga adalah
langsung mempengaruhi kejadian stroke. Penelitian membantu penderita apabila mengalami kesulitan
ini tidak sejalan dengan penelitian Rosiana (2012) dalam melakukan suatu hal. Dukungan ini paling
yang menyebutkan bahwa responden lebih banyak efektif apabila dihargai oleh penderita dan dapat
yang masih bekerja (PNS, swasta, dan wiraswasta) mengurangi depresi.
daripada yang tidak bekerja. Pada hasil wawancara, keluarga penderita sudah
Engstrom, et al. (2005) menyebutkan bahwa menggunakan jaminan kesehatan. Namun untuk
stres akibat kerja inilah yang menjadi faktor pemicu pembayaran iuran tiap bulan dapat dibayar dari uang
terjadinya stroke. Dari hasil wawancara Responden pensiun maupun oleh keluarga penderita. Ketika
pada awalnya bekerja, namun setelah terserang pasien ingin terapi tapi tidak dapat pergi sendiri
stroke menjadi tidak bekerja anggota gerak tubuh karena kondisinya, keluarga langsung membantu
tidak dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan mengantarkan ke tempat rehabilitasi di pelayanan
sehingga menjadi tidak produktif. Faktor yang kesehatan terdekat. Apabila ada anggota keluarga
menyebabkan responden yang awalnya bekerja yang tidak dapat mengantarkan dengan alasan masih
menjadi terserang stroke adalah adanya stres kerja, bekerja, maka pasien akan dibantu oleh sopir yang
perasaan lelah, ada riwayat penyakit hipertensi dan ada di rumah maupun tetangga yang memiliki waktu
diabetes melitus serta permasalahan lain baik itu di luang. Pada saat di rumah keluarga juga membantu
lingkungan kerja maupun di lingkungan keluarga. dengan menyediakan alat yang memudahkan
penderita berlatih atau membantu secara langsung
Gambaran dukungan keluarga untuk melakukan rentang gerak sendi sesuai yang
Keluarga memiliki berbagai fungsi, yaitu diajarkan dan disarankan terapis. Jadi tidak semua
fungsi afektif, fungsi sosialisasi, fungsi kesehatan mendapat dukungan instrumental secara penuh.
dan fungsi ekonomi. Fungsi keluarga inilah yang Dukungan penghargaan di mana keluarga
menyebabkan timbulnya dukungan keluarga. menyatakan penghargaan maupun penilaian positif
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan sosial kepada penderita. Dukungan penghargaan ini jarang
yang dipandang keluarga sebagai sesuatu yang dapat dilakukan karena tidak terbiasa mengungkapkan.
diadakan oleh keluarga (Friedman, 1998). Hasil Dukungan ini berfungsi untuk membesarkan hati
pengumpulan data dari responden, diperoleh bahwa penderita, sehingga lebih bersemangat dalam
sebagian besar responden mendapat dukungan yang melakukan rehabilitasi. Dukungan ini juga berarti
baik dari keluarga. Penelitian ini sejalan dengan pemberian motivasi. Dengan adanya motivasi,
penelitian Wardhani (2014) yang menyatakan bahwa makan penderita akan lebih giat berlatih dan
sebagian besar responden mendapat dukungan keinginan untuk sembuh akan muncul (Lingga,
yang baik dari keluarga. Dukungan keluarga 2013).
sangat dibutuhkan oleh pasien pascastroke guna Pada saat wawancara pada penderita yang
mempercepat proses penyembuhan. merupakan responden, kebanyakan dari mereka
memang jarang mendapatkan pujian. Ada yang dari
responden, meskipun tidak mendapat pujian tetap
Esa Karunia, Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan ... 219

pergi melakukan rehabilitasi. responden juga ada Gambaran kemandirian ADL pascastroke
yang tidak mendapat pujian menjadi malas atau tidak Berdasarkan hasil yang didapat, sebagian besar
rutin dalam menjalankan rehabilitasi. responden sudah tergolong mandiri dalam melakukan
Dukungan emosional menempatkan keluarga ADL. Penelitian yang dilakukan Subyantoro juga
sebagai tempat yang aman dan nyaman untuk menyebutkan bahwa paling banyak responden
pemulihan dan membantu penguasaan emosi. yang diteliti memiliki tingkat ketergantungan yang
Penanaman kepercayaan, perhatian, mendengarkan ringan. Tingginya kemandirian diakibatkan karena
dan didengarkan adalah aspek dari dukungan responden sering melakukan ADL. Di samping
ini. Pada penelitian ini, responden sulit dalam itu, responden juga rajin dan patuh melaksanakan
mengendalikan emosi. Hal ini dikarenakan tidak terapi, baik di rumah maupun di rehabilitasi medik
adanya perkembangan kondisi yang lebih baik dan (Karunia, 2015).
merasa sulit untuk mengungkapkannya. Keterbatasan fisik dan mental mengharuskan
Keluarga harus memiliki cara untuk menghadapi pasien pascastroke menjadi bergantung kepada orang
emosi penderita. Kebanyakan keluarga memilih lain atau tidak mandiri. Orang yang berada di sekitar
diam ketika penderita emosi, namun, tidak serta orang tersebut, sangat dibutuhkan untuk merawat
merta mengabaikan penderita. Keluarga harus tetap pasien, guna mencukupi kebutuhan pasien. Orang
menanyakan kondisi penderita, memberi dorongan pascastroke perlu untuk mencukupi kebutuhan dasar,
agar mau melakukan aktivitas dan terapi. Adanya seperti makan, minum, membersihkan diri, dan
dukungan keluarga ini emosi ini setidaknya akan aktivitas hidup lainnya. Orang pascastroke dalam
lebih cepat mereda. mencukupi kebutuhan dasar masih memerlukan
Kesabaran anggota keluarga memang sangat orang lain untuk membantunya.
dibutuhkan untuk menghadapi emosi penderita. Pengukuran kemandirian dilakukan pada orang
Berbagai emosi ditunjukkan oleh penderita namun pascastroke menggunakan form Barthel index.
keluarga harus bersabar. Anggota keluarga tidak Barthel index merupakan suatu instrumen pengkajian
boleh cemas dalam menghadapi emosi penderita. yang berfungsi untuk mengukur kemandirian
Apabila keluarga menanggapi emosi penderita, fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas.
maka akan terjadi pertengkaran di dalam keluarga. Barthel index juga digunakan sebagai kriteria dalam
Bentuk perhatian berupa dukungan emosional yang menilai kemampuan fungsional bagi orang yang
dapat diberikan keluarga adalah dengan memberikan mengalami gangguan keseimbangan. Pada barthel
kasih sayang. Keluarga juga ada yang memilih diam, index terdapat 10 indikator, yaitu makan, mandi,
mengalah, memberitahu dan mengingatkan untuk perawatan diri, berpakaian, buang air kecil, buang
tidak marah sebagai bentuk perhatian. Dari hasil air besar, penggunaan toilet, transfer, mobilitas, dan
wawancara, hampir semua responden mendapatkan naik turun tangga (Padila, 2013).
dukungan emosional secara penuh. Indikator pertama pada pengukuran
Pada dukungan informasi, keluarga bertindak kemandirian, adalah makan. Orang pascastroke yang
sebagai penyebar informasi. Dukungan informasi mengalami kelumpuhan total, pasti akan memerlukan
ini berupa pemberian nasihat, saran, petunjuk dan orang lain untuk membantunya makan. Salah
pemberian informasi. Dukungan informasi yang satu anggota gerak yang tidak dapat digerakkan
diberikan dalam penelitian ini adalah informasi yang atau lumpuh sebagian, masih dapat menggunakan
bermanfaat bagi kesehatan, keluarga menyarankan tangannya yang normal untuk makan. Membiarkan
dan mengingatkan untuk melakukan rehabilitasi. orang pascastroke makan sendiri merupakan salah
Dukungan informasi ini tidak banyak diberikan satu bentuk rehabilitasi fisik yang sangat bermanfaat
keluarga kepada penderita apabila menyangkut untuk membantu orang pascastroke untuk mandiri.
penyakit stroke. Hal ini dikarenakan takut akan Apabila orang pascastroke memerlukan bantuan
memperberat penyakit dan menghambat pemulihan untuk makan, maka orang yang menyuapi harus
sebab penderita merasa depresi. Dukungan informasi bersabar, dikarenakan kemampuan untuk mengunyah
ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan menelan makanan mengalami gangguan
responden mengenai kesehatannya dan bagaimana atau disfagia. Orang pascastroke lebih mudah
proses pemulihannya. Keluarga juga diharapkan tersinggung apabila orang yang menyuapi tidak
mampu mengerti arah pembicaraan pasien, karena sabar menghadapinya. Fakta di lapangan, sebagian
ucapan pasien terkadang tidak jelas atau pasien besar responden mandiri dalam hal makan, meskipun
mengalami afasia.
220 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 213–224

harus makan dengan tangan kiri, karena tangan terutama saat memasangkan kancing (Lingga,
kanannya lumpuh. 2013).
Mandi adalah indikator kedua dalam barthel Sebagian besar responden dalam penelitian ini
index. Adanya keterbatasan fisik bukanlah menjadi mampu berpakaian sendiri. Meskipun responden
faktor penghambat untuk tidak mandi secara rutin. berjalan masih menggunakan alat bantu baik itu
Orang pascastroke harus tetap mandi secara rutin tongkat maupun kursi roda, namun untuk berpakaian,
meskipun harus dibantu oleh orang lain. Kesegaran mereka sudah dapat mandiri. Pada indikator ini, tidak
akan memberikan energi yang positif kepada orang hanya membahas mengenai berpakaian, namun juga
pascastroke, misalnya akan merasa bugar dan pikiran membahas mengenai memakai sepatu beserta talinya.
menjadi jernih (Lingga, 2013). Pada awalnya, pasien diajarkan cara memakai sepatu
Orang pascastroke yang berjalan masih sendiri, namun setelah terbiasa, biarkan memakai
menggunakan alat bantu, sebaiknya dibiarkan sepatu secara mandiri. Manfaat dari hal ini adalah
untuk mandi sendiri. Hal ini penting dilakukan, dapat melatih tangan saat menggunakan sepatu dan
agar orang tersebut lebih mandiri dalam memenuhi memakai tali sepatu dengan benar.
kebutuhannya. Pertolongan orang lain diperlukan Indikator kelima pada barthel index adalah
apabila kemampuan gerak orang pascastroke untuk mengontrol buang air besar. Orang pascastroke
mandi terbatas (Lingga, 2013). Pada kegiatan mandi, harus dibiasakan buang air besar di toilet. Hal ini
penting juga untuk melatih mengoperasikan alat- mengajarkan kepada orang pascastroke untuk hidup
alat yang ada di kamar mandi, seperti kran, gayung, secara normal, namun pada kondisi darurat, orang
memakai sabun mandi, dan bathtub. Pada kondisi pascastroke terpaksa buang air besar di ranjang.
di lapangan, berdasarkan hasil wawancara, sebagian Orang pascastroke yang usianya sudah sangat tua
besar responden menggunakan alat bantu berjalan terkadang terjadi inkontinensia atau tiba-tiba buang
seperti tongkat, sehingga untuk mandi, mereka dapat air besar namun tidak terasa.
melakukannya dengan mandiri. Orang pascastroke yang sudah dapat
Indikator ketiga adalah perawatan diri. menggerakkan anggota gerak atau menggunakan alat
Perawatan diri yang dimaksud di sini adalah bantu, akan dapat buang air besar sendiri di toilet.
menggosok gigi, mencuci muka, menyisir rambut Disarankan orang pascastroke ini menggunakan
dan lainnya. Perawatan diri ini dapat dilakukan toilet duduk guna mengurangi terjadinya kecelakaan
sendiri tanpa perlu bantuan orang lain, apabila saat buang air besar, misalnya tiba-tiba nyeri pada
orang pascastroke tidak mengalami kelumpuhan kaki. Responden pada penelitian ini sebagian besar
total. Perawatan diri dapat dilakukan dengan duduk tidak mengalami inkontinensia atau masih dapat
atau berdiri, apabila orang pascastroke lumpuh menahan buang air besar.
total, maka harus disandarkan oleh orang yang Orang pascastroke yang mengalami kelumpuhan
membantu. total akan kehilangan sensasi untuk buang air kecil
Orang pascastroke yang mengalami gangguan atau inkontinesia urin. Orang tersebut akan sering
memori akan lupa cara untuk menggosok gigi, maka mengompol. Orang pascastroke biasanya buang air
perlu diajarkan cara menggosok gigi yang benar kecil menggunakan kateter urin di setiap harinya.
(Lingga, 2013). Hasil wawancara pada penelitian ini Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang
menunjukkan orang pascastroke dapat menggosok mengalami stroke. Faktor umur juga menjadi faktor
gigi, mencuci muka dan menyisir rambut dengan terjadinya inkontinensia urin (Lingga, 2013).
mandiri, meskipun untuk menuju wastafel atau Tidak banyak orang pascastroke yang menderita
tempat untuk merawat diri masih dibantu oleh orang kelumpuhan pada satu sisi mengalami inkontinensia
lain. urin. Untuk mengatasi hal ini, anggota keluarga
Indikator selanjutnya adalah berpakaian. Selama memakaikan diapers atau popok khusus untuk
tangan tidak mengalami kelumpuhan total, orang lansia. Pada hasil penelitian, sebagian responden
dengan pascastroke seharusnya dapat berpakaian tidak mengalami inkontinensia urin dan sebagian
sendiri. Berpakaian dengan bantuan orang lain mengalami inkontinensia urin.
ditujukan untuk orang yang lumpuh total, tangan Indikator yang akan dibahas saat ini adalah
terasa nyeri dan tak nyaman saat digerakkan. Orang mengenai penggunaan toilet. Penggunaan toilet ini
dengan pascastroke disarankan untuk menggunakan berkaitan dengan kegiatan saat buang air besar dan
pakaian yang longgar dan usahakan kemeja. Ini kecil misalnya memakai dan melepas celana dan
ditujukan agar pasien berlatih menggunakan jarinya menyiram WC. Orang pascastroke yang mengalami
Esa Karunia, Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan ... 221

kelumpuhan satu sisi akan dapat secara mandiri ada juga yang berjalan menggunakan walker. Orang
melakukannya. Hal serupa juga terjadi pada yang mengalami stroke dengan tingkat keparahan
penelitian ini, bahwa sebagian besar responden yang ringan, akan langsung dapat berjalan dengan
mandiri dalam penggunaan toilet, meskipun untuk normal apabila terus berlatih. Pada penelitian ini,
berjalan terkadang masih butuh bantuan minimal. sebagian besar merekan mandiri dalam mobilitas.
Transfer dari tempat tidur ke kursi dan kembali Indikator yang terakhir adalah naik dan
ke tempat tidur adalah indikator kedepalan pada turun tangga. Naik dan turun tangga, tidak akan
pengukuran kemandirian. Orang pascastroke yang dapat dilakukan oleh orang yang mengalami
mengalami kelumpuhan total akan memerlukan kelumpuhan total. Hal yang dilakukan oleh orang
bantuan beberapa orang untuk berpindah dari tempat pascastroke yang menderita kelumpuhan total adalah
tidur ke kursi, begitu juga sebaliknya. Bertumpu berpegangan pada orang yang ada di sekitar. Tidak
pada tangan yang sehat menjadi kekuatan orang hanya itu, tangan yang sehat biasanya digunakan
pascastroke dengan kelumpuhan satu sisi untuk untuk berpegangan pada pegangan tangga. Tangan
transfer, namun, seharusnya tangan yang mengalami ini dijadikan tumpuan bagi orang tersebut. pada
kelumpuhan juga harus dilatih dengan cara menekan penelitian ini, diketahui bahwa paling banyak
kasur pada saat orang tersebut duduk. responden mandiri dalam hal ini, meskipun bertumpu
Tangan yang lumpuh tidak seharusnya dibiarkan pada walker maupun tangannya yang sehat.
terus lunglai. Apabila terus dibiarkan lemas dan Pada hasil wawancara yang dilakukan dengan
lunglai, untuk mencapai kemandirian akan semakin responden, ketidakmandirian yang dialami responden
sulit (Lingga, 2013). Pada hasil wawancara dikarenakan responden malas atau hilang minat
dengan orang pascastroke, kebanyakan mereka terhadap kegiatan atau aktivitas. Selain itu, keluarga
melakukannya dengan sendiri, meskipun harus juga tidak membiarkan responden beraktivitas
bertumpu dengan tangan yang sehat. Tak banyak sendiri. Ada alasan lain yang menyebabkan
juga yang masih butuh bantuan orang lain untuk responden tidak mandiri, yaitu responden pernah
transfer. terjatuh ketika berlatih atau melakukan aktivitas,
Indikator yang akan dibahas saat ini adalah sehingga menimbulkan trauma yang pada akhirnya
terkait mobilitas. Mobilitas yang dimaksud dalam membuat responden takut untuk beraktivitas,
hal ini adalah berjalan di permukaan datar. Berjalan terutama berjalan. Kejadian terpeleset di kamar
diatas permukaan datar tidak harus berjalan mandi adalah kejadian yang sering terjadi.
menggunakan kaki, tapi juga apabila tidak dapat Stroke serangan kedua ini menjadi faktor
berjalan dapat mengayuh kursi roda sendiri. Barthel yang berpengaruh juga dalam kemandirian. Stroke
index terdapat empat kriteria terkait indikator serangan kedua ini lebih parah dampaknya. Sebagian
mobilitas, yaitu tidak dapat berjalan dan mengayuh besar orang yang terkena stroke serangan kedua ini,
kursi roda sendiri, memerlukan kursi roda, berjalan anggota gerak sulit untuk digerakkan. Pada kondisi
dengan bantuan, serta mandiri. di lapangan ini terjadi, orang yang tidak mandiri ini
Pada orang yang mengalami kelumpuhan total, mengalami stroke serangan kedua.
pasti membutuhkan orang lain untuk latihan jalan.
Biasanya mereka menggunakan kursi roda dan Hubungan karakteristik demografi dengan
tidak dapat mengayuhnya sendiri. Apabila orang kemandirian ADL pascastroke
pascastroke yang sudah bisa berjalan meskipun Umur merupakan salah satu faktor risiko
menggunakan walker, sebaiknya jangan dibiasakan penyebab stroke, namun pada penelitian ini,
untuk dituntun orang lain (Lingga, 2013). Cara umur tidak berhubungan dengan kemandirian
seperti ini akan membantu orang pascastroke pascastroke. Pada dasarnya semakin bertambah
menguatkan kembali kakinya yang lumpuh, namun umur, semakin berkurang kemampuan melakukan
hal ini harus tetap diawasi oleh anggota keluarga ADL. Penelitian ini selaras dengan penelitian yang
atau orang yang ada disekitarnya. dilakukan Rinajumita (2011) dan Karunia (2015),
Pada hasil di lapangan, menunjukkan pada yang menyebutkan bahwa tidak terdapat hubungan
saat melakukan terapi, orang pascastroke ini antara jenis kelamin dengan kemandirian ADL
menggunakan kursi roda meskipun sudah dapat pascastroke. Penurunan kemampuan fungsi untuk
berjalan meski menggunakan walker atau sudah bisa memenuhi kebutuhan dasar dan merawat diri pasti
berjalan dengan pelan. Hal ini dikarenakan mereka terjadi apabila seseorang yang berumur tua, terlebih
merasa takut dan lelah apabila terus berjalan. Namun, lagi pada lansia yang mengalami stroke. tidak hanya
222 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 213–224

lansia, namun orang yang belum memasuki usia Kecacatan yang diderita oleh penderita stroke,
lanjut tapi terserang stroke juga tidak akan dapat membuatnya sulit untuk beradaptasi, sehingga
mandiri dalam beraktivitas. berpengaruh terhadap suasana hati, bisa marah
Berdasarkan hasil penelitian, dinyatakan bahwa atau bahkan menangis. Menurunnya kapasitas otak
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan akibat stroke pasti akan mempengaruhi fungsi otak.
kemandirian ADL pascastroke. laki-laki tidak Kecacatan juga akan mempengaruhi fungsi gerak dan
selalu mandiri dalam beraktivitas. Penelitian yang psikologis. Hal ini akan semakin parah apabila orang
serupa, terjadi pada penelitian Karunia (2015), yang tersebut kehilangan kemandirian dalam beraktivitas.
menyebutkan tidak terdapat hubungan antara jenis Perubahan fisik membuat penderita stroke merasa
kelamin dengan kemandirian aktivitas kehidupan terasingkan dan hidupnya tidak berguna lagi karena
sehari-hari pascastroke. Pada kondisi di lapangan hidupnya bergantung pada orang lain. Hal ini pula
kemandirian lebih banyak dialami oleh kaum akan menjadi murung dan depresi.
perempuan. Hal ini karena stroke yang menyerang Berdasarkan analisis risiko, dukungan keluarga
lebih cepat ditangani dan waktu latihan lebih berisiko menyebabkan kemandirian aktivitas
cepat diterima. Pada laki-laki yang menyebabkan kehidupan sehari-hari atau ADL pascastroke
ketidakmandirian adalah depresi. Laki-laki lebih (Karunia, 2015). Maka dari itu, pemulihan
mudah mengalami depresi karena pada awalnya pascastroke ditujukan semata-mata untuk
mereka adalah yang bekerja untuk keluarga, namun mengembalikan kemandian, namun juga memulihkan
setelah terserang stroke mereka tidak dapat bekerja. aspek-aspek sosial. Rehabilitasi dilaksanakan mada
Menjadi beban keluarga dan merasa hidup tidak saat awal seseorang terkena stroke sampai jangka
berguna lebih banyak dirasakan oleh laki-laki. panjang. Pada saat dirumah, keluarga berperan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada dalam pengembalian kemandirian misalnya dengan
hubungan antara pekerjaan dengan kemandirian perawatan secara praktis di rumah serta latihan guna
ADL pascastroke. Tidak selamanya orang yang membiasakan hidup secara mandiri.
bekerja lebih mandiri dari orang yang tidak bekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
Orang yang tidak bekerja apabila tetap giat berlatih dilakukan oleh Rinajumita (2011) dan Karunia
di rumah atau mengikuti rehabilitasi dapat menjadi (2015), yang menyebutkan terdapat hubungan
mandiri dalam beraktivitas, terutama memenuhi yang bermakna antara dukungan keluarga dengan
kebutuhan dasarnya. Penelitian ini sejalan dengan kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari. Hasil
penelitian yang dilakukan Karunia (2015), yang wawancara, dukungan keluarga yang paling banyak
menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara diterima adalah sikap sabar yang diberikan oleh
pekerjaan dengan kemandirian aktivitas kehidupan anggota keluarga dalam menghadapi responden,
sehari-hari pascastroke. selalu menghargai apa yang dilakukan responden,
selalu memotivasi agar tetap berlatih, selalu
Hubungan dukungan keluarga dengan memberikan informasi yang bermanfaat bagi
kemandirian ADL pascastroke kesehatan, dan selalu mengantar dan menjemput
Keluarga adalah kelompok sosial yang pertama responden. Responden yang memiliki dukungan
dalam kehidupan manusia, tempat belajar dan keluarga yang kurang dikarenakan hidup terpisah
menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam dengan anggota keluarga yang lain atau hidup
hubungan interaksi dengan kelompok (Gerungan, sendiri, suami/istri salah satunya meninggal,
1991). Keluarga juga memberi pengaruh pada dan hidup dengan keluarga, namun sudah tidak
penentuan keyakinan dan nilai, terutama dalam dipedulikan dan anggota keluarga sibuk bekerja.
penentuan program pengobatan. Peranan keluarga Keputusan yang dibuat anggota keluarga
juga berpengaruh pada perkembangan individu. dan dukungan untuk mengikuti terapi juga akan
Sesuai dengan pernyataan di atas, hasil penelitian mempengaruhi kecepatan orang pascastroke
ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara untuk mencapai kemandirian. Kemandirian akan
dukungan keluarga dengan kemandirian ADL lebih cepat muncul apabila anggota keluarga
pascastroke. Keluarga memberi pengaruh terhadap cepat memutuskan kapan dilakukan rehabilitasi.
perkembangan pascastroke. Bagi penderita stroke Semakin cepat latihan, maka akan semakin cepat
dalam upaya mempertahankan kesehatan, keluarga pula penyesuaian terhadap kemandirian. Beberapa
bertindak sebagai support system. penelitian menyatakan sebaiknya latihan atau
rehabilitasi medik dimulai sebelum 6 bulan pasca
Esa Karunia, Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan ... 223

serangan stroke terjadi, agar pemulihan berjalan yang juga akan menghambat kemandirian dalam
dengan baik (Lingga, 2013). melakukan aktivitas sehari-hari (Lingga, 2013).
Kalimat pujian ini menjadi salah satu sumber Dukungan keluarga yang berupa penyediaan
kekuatan dan motivasi untuk tetap berlatih dan diet pascastroke juga mempengaruhi kecepatan
rutin melakukannya. Pada masa latihan, keluarga pemulihan kemandirian aktivitas kehidupan sehari-
dan pelatih harus bekerjasama untuk menciptakan hari.
suasana latihan yang santai namun terarah. Kalimat Tempat tinggal juga menjadi faktor yang
pujian dan penyemangat diberikan apabila orang mempengaruhi kemandirian ADL pasien pascastroke.
pascastroke tersebut telah berhasil menyelesaikan Hal ini terkait dengan gambaran ergonomi tidaknya
latihan. Adanya kalimat pujian yang diucapkan tempat tinggal sesuai dengan kondisi pasien. Kondisi
anggota keluarga maupun pelatih akan memberi tempat juga dapat menjadi pemicu timbulnya
semangat berlatih dikarenakan keinginan yang besar kemandirian pascastroke, serta bahkan dapat menjadi
untuk segera pulih muncul. penghambat pasien pascastroke dalam melakukan
Bentuk dukungan keluarga lainnya yang aktivitas (Irfan, 2010). Kondisi tempat tinggal
dapat meningkatkan kemandirian adalah dengan orang pascastroke seharusnya dibuat atau dirancang
menyediakan benda-benda yang dibutuhkan sesuai dengan kondisi orang pascastroke itu sendiri,
orang pascastroke. Benda ini dibutuhkan oleh sehingga mereka merasa nyaman dan semakin gemar
orang pascastroke untuk memenuhi kebutuhan berlatih di rumah.
dasarnya. Beberapa benda yang dibutuhkan ini
dapat dimodifikasi sesuai dengan kondisi orang SIMPULAN DAN SARAN
pascastroke. benda-benda tersebut adalah sapu
Simpulan
tangan untuk mengelap air liur, perlengkapan makan
dan minum, perlengkapan untuk perawatan diri dan Responden pascastroke paling banyak berumur
kebersihan tubuh, serta alat bantu jalan. 43-61 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan tidak
Sebelum menyediakan benda-benda tersebut, bekerja. Dukungan yang baik dari keluarga lebih
sebaiknya menanyakan benda yang disukai banyak diterima oleh orang pascastroke, karena
oleh orang pascastroke. Benda-benda yang keluarga selalu memberikan dorongan dan motivasi
disukai tersebut akan membuatnya senang dan untuk tetap berlatih. Responden dalam penelitian ini
memungkinkan diletakkan di manapun sesuai adalah orang yang mengikuti rehabilitasi, sehingga
keinginannya. Benda-benda tersebut diharapkan sebagian besar mereka mandiri dalam beraktivitas.
dapat melatih dan dapat menghibur orang Hasil analisis data, menunjukkan bahwa tidak
pascastroke. Pada saat wawancara, terdapat anggota terdapat hubungan antara umur, jenis kelamin dan
keluarga pasien yang menyediakan alat fitness pekerjaan dengan kemandirian dalam melakukan
di rumah seperti yang ada di tempat rehabilitasi ADL, namun terdapat hubungan antara dukungan
(Lingga, 2013). Alat fitness ini adalah static bicycle. keluarga dengan kemandirian ADL pascastroke.
Alat ini sangat bermanfaat bagi pasien, karena
membuatnya aktif berlatih sendiri. Saran
Mengatur pola diet juga penting untuk Bagi anggota keluarga, diharapkan untuk
mempertahankan kesehatan dan mempercepat menciptakan suasana yang baru, agar anggota
pemulihan pascastroke. Makanan yang akan keluarga yang mengalami stroke lebih tenang.
diberikan kepada orang pascastroke harus Situasi yang tenang akan menghindarkan dari
diperhatikan nilai gizinya dan harus memadai. emosi dan depresi yang nanti akan berakibat pada
Disfagia yang dialami oleh orang pascastroke, ketidakmandirian. Anggota keluarga harus terus
menyulitkan dalam menelan makanan, oleh karena memotivasi agar orang pascastroke terus berlatih.
itu anggota keluarga harus menyediakan makanan Selain itu tetap mempertahankan atau meningkatkan
yang sesuai dengan acuan menu yang boleh kondisi kesehatan agar tidak mengalami stroke
dikonsumsi oleh orang pascastroke. Kecukupan serangan kedua. Keluarga selalu berusaha untuk
kalori juga perlu diperhatikan. menciptakan aktivitas yang bermanfaat bagi
Orang pascastroke yang kekurangan kalori kemandirian, dengan demikian kejadian depresi akan
tidak memiliki tenaga untuk berlatih dan merasa berkurang. Bagi pelatih atau terapis, diharapkan juga
lemas. Kalori yang berlebihan juga membuat mampu mengerti bahasa yang digunakan pasien
orang pascastroke sulit untuk bergerak. Hal inilah untuk memudahkan komunikasi. Kalimat pujian
224 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4 No. 2, Mei 2016: 213–224

juga tetap harus diberikan dan selalu berkomunikasi, Lingga, L. 2013. All About Stroke: Hidup Sebelum dan
agar pasien tidak pasif dan tidak mengalami depresi. Pascastroke. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Pihak Instalasi Rehabilitasi Medik juga tetap Mozaffarian D., Benjamin E.J, Go A.S., Arnett
melakukan penyuluhan kepada anggota keluarga D.K., Blaha, M.J., Cushman, M., de Ferranti, S.,
pasien mengenai tata cara perawatan pasien et al. 2015. Heart Disease and Stroke Statistics
pascastroke. 2015.Journal of American Heart Association.
Circulation 131; 29–322.
REFERENSI Murti, B. 2003. Prinsip dan Metode Riset
Epidemiology. Yogyakarta: Gadjah Mada
CDC, NCHS. 2015. Underlying Cause of Death
University Press.
1999-2013.
Nurmalasari, N. 2013. Pengaruh Rehabilitasi Medik
Elkind, MS., Sacco, R. 2001. Stroke. Woburn:
Terhadap Kecepatan Stroke Recovery pada
butterworth-heinemann: 100.
Penderita Stroke Iskemik. Skripsi. Surabaya:
Engstrom, G., Hedblad, B., Rsovall, M., Janzon,
Universitas Airlangga.
L., Lindgarde, F. 2005. Occupation, Marital
Padila. 2013. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Status, and Low-Grade Imflammation: Mutual
Yogyakarta: Nuha Medika.
Confounding or Independent Cardiovaskular
Rinajumita. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Risk Factors?. Journal of The American Heart
Kemandirian Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Association, vol. 26 no. 1: 643–648.
Lampas Kecamatan Payakumbuh Utara Tahun
Friedman, M.M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori
2011.Skripsi. Padang: Universitas Andalas.
dan Praktik. Jakarta: EGC.
Rosiana, E. 2012. Hubungan Dukungan Keluarga
Gerungan, WA. 1991. Psikologi Sosial. Bandung:
dengan Kepatuhan Menjalani Fisioterapi pada
PT Eresco.
Klien Pascastroke di Instalasi Rehabiitasi Medik
Hall, M.J., Levant, S., DeFrances C.J. 2012.
RSUD Sleman Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta:
Hospitalization for stroke in U.S. hospitals,
Universitas Respati: 11–15.
1989–2009. Hyattsville: National Center for
Smet, K.G. 2004. Social Support Survey. Journal of
Health Statistics.
Social Science and Medicine, 32, pp. 705–06.
Irfan M. 2010. Fisioterapi Bagi Insan Stroke.
Stroke Association. 2015. Impact of Stroke (Stroke
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Statistics) http://www.strokeassociation.org/
Karunia, E. 2015. Determinan Kemandirian Aktivitas
STROKEORG/AboutStroke/Impact-of-Stroke-
Kehidupan Sehari-hari (AKS) Pascastroke.
Stroke statistics_UCM_310728_Article.jsp.
Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga.
[Sitasi 29 Juli 2015]
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013.
Wardhani, I.O. 2014. Hubungan Depresi dan
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Badan
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Menjalani
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta,
Rehabilitasi pada Pasien Pascastroke. Skripsi.
Balitbangkes.
Surabaya:Universitas Airlangga.
Kuntjoro. 2002. Hubungan Dukungan Sosial dengan
WHO. 2010. Global Burden of Strke. http://www.who.
Tingkat Sosial pada Lansia. Skripsi. Surakarta: int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_
Fakultas Ilmu Kesehatan Muhammadiyah. stroke.pdf. [Sitasi tanggal 30 Juli 2015]

Anda mungkin juga menyukai