Anda di halaman 1dari 8

KENAIKAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN SEBAGAI FAKTOR RESIKO KEJADIAN

STUNTING PADA ANAK USIA 12-24 BULAN

Dewi Erowati, S.Gz., M.P.H.


(Poltekkes Kemenkes Riau)

ABSTRACT

Background: Fetal nutrition in the womb is essential for growth and development.
But the fulfillment of fetal nutrition is inadequate so that the number of short
toddler or stunting is still high.
Objective: To analyze gestational weight gain as a risk factor for the incidence of
stunting among children aged 12-24 months.
Methods: The study was observational analytic, with a case control study design.
Subject of research was children aged 12-24 months who comply the inclusion
criteria that was 130 stunting toddler (H/U <-2SD) and 130 normal toddler (H/U ≥
2 SD).
Results: Mothers with less gestational weight gain has risk 2.15 times higher for
stunting compared to mothers with adequate gestational weight gain.
Conclusion: There is an effect of gestational weight gain on the incidence of
stunting among children aged 12-24 months. Monitor gestational weight gain
should be well monitored to prevent children born with low birth weight and the
incidence of stunting.

KEYWORDS: stunting, gestational weight gain, toddler, nutrition.


ABSTRAK

Latar belakang: Nutrisi janin pada saat dalam kandungan sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangannya. Namun pemenuhan nutrisi janin masih kurang
sehingga angka balita pendek atau stunting masih tinggi.
Tujuan: Untuk menganalisis kenaikan berat badan ibu selama kehamilan sebagai
faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 12-24 bulan.
Metode: Jenis penelitian adalah analitik observasional, dengan rancangan
penelitian kasus kontrol (case-control study). Subjek penelitian yaitu anak usia 12-
24 bulan yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 130 baduta stunting

(TB/U <-2 SD) dan 130 baduta normal (TB/U ≥-2 SD).

Hasil: Ibu dengan kenaikan berat selama kehamilan yang kurang memiliki risiko
2,15 kali lebih tinggi terjadi stunting dibandingkan dengan ibu dengan kenaikan
berat badan selama kehamilan baik.
Kesimpulan: Terdapat pengaruh kenaikan berat badan selama kehamilan
terhadap kejadian stunting pada anak usia 12-24 bulan. Kenaikan berat badan
selama kehamilan harus dipantau dengan baik agar dapat mencegah anak lahir
dengan berat badan lahir rendah dan kejadian stunting.

KATA KUNCI: stunting, kenaikan berat badan selama kehamilan, balita, nutrisi
PENDAHULUAN
Stunting adalah status gizi berdasarkan Panjang Badan atau Tinggi Badan
menurut Umur (PB/U atau TB/U) <-2 SD(1). Stunting merupakan outcome yang
tidak dapat diubah, sebagian besar kejadian stunting disebabkan oleh nutrisi yang
tidak adekuat dan serangan infeksi berulang selama 1000 Hari Pertama Kehidupan
(HPK)(2). Periode 1000 HPK yang meliputi 270 hari masa kehamilan dan 730 hari
dari kelahiran sampai dengan bayi berusia 2 tahun memiliki pengaruh permanen
dan tidak dapat dikoreksi terhadap pertumbuhan fisik, mental, dan kecerdasan(3).
Kejadian stunting dipengaruhi oleh kondisi ibu dan anak pada periode 1000 HPK
terutama terkait pemenuhan nutrisi di mana kebutuhan nutrisi akan meningkat
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak(4). Di Indonesia
khususnya Kabupaten Sleman, D.I. Yogyakarta berbagai permasalahan dalam
pemenuhan nutrisi sejak dalam kandungan hingga setelah kelahiran masih
ditemukan, oleh karena itu angka balita pendek atau stunting masih tinggi.
Prevalensi balita pendek dan sangat pendek di Kabupaten Sleman (28,43%) lebih
tinggi dari Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebesar 27,3%(4).
Status gizi ibu pada awal masa kehamilan dan kenaikan berat badan selama
kehamilan berperan penting dalam pertumbuhan janin karena janin merespon diet
sewaktu ibu dan simpanan makanan ibu sejak awal kehamilan dan hal ini akan
berkontribusi pada status kesehatan anak (setelah lahir) hingga dewasa(5).
Kenaikan berat badan selama kehamilan dipengaruhi oleh sosiodemografi,
antropometri dan fisiologis, kondisi kesehatan, psikologis, dan perilaku(6). Faktor-
faktor tersebut mempengaruhi keseimbangan energi atau asupan nutrisi yaitu
terpenuhinya kebutuhan energi dan zat gizi spesifik ibu hamil yang mendukung
kesehatan ibu dan anak. Menurut Barasi (2007), asupan makronutrien yang tidak
adekuat dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. Proses
pertumbuhan dan pemeliharaan berbagai fungsi tubuh merupakan salah satu peran
utama dari protein.
BAHAN DAN METODE
Jenis penelitian adalah analitik observasional, dengan rancangan penelitian
kasus kontrol (case-control study). Pada penelitian ini, kelompok kasus adalah anak
usia 12-24 bulan stunting (TB/U<2SD) sedangkan kelompok kontrol adalah anak
usia 12-24 bulan normal (TB/U≥-2 SD) kemudian diteliti pengaruh faktor ibu dan
anak pada periode 1000 HPK terhadap kejadian stunting. Jumlah responden
penelitian adalah 130 anak pada masing-masing kelompok. Kriteria inklusi yaitu
ibu memiliki catatan berat badan awal dan akhir kehamilan pada buku KIA,
kehamilan tunggal, dan lahir cukup umur.
Pengambilan subjek penelitian dengan cara accidental sampling yaitu
baduta yang datang ke Posyandu yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Minggir, Depok I, dan Pakem. Pengumpulan data dilakukan dengan cara
pengukuran antropometri, dan wawancara terkait data karakteristik responden, dan
pencatatan data sekunder yaitu buku Kesehatan Ibu Anak (KIA) terkait status gizi
ibu pada awal masa kehamilan dan kenaikan berat badan selama kehamilan.
Pengambilan data dilakukan pada saat kegiatan Posyandu berlangsung atau
kunjungan ke rumah responden. Analisis data dengan menggunakan Microsoft
Excel dan paket program statistik (stata).
HASIL
Analisis univariat karakteristik responden yaitu jenis kelamin baduta, usia
ibu saat hamil, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, riwayat merokok dan
konsumsi alkohol adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Karakteristik Responden Penelitian
Stunting Normal
No. Karakteristik Responden p value
n % n %
1. Jenis Kelamin Baduta
Perempuan 58 44,62 62 47,69 0,62
Laki-laki 72 55,38 68 52,31
2. Usia Ibu saat hamil
< 20 tahun 7 5,38 8 6,15 0,96
21-35 tahun 95 73,08 94 72,31
>35 tahun 28 21,54 28 21,54
3. Pendidikan Ibu
Rendah 27 20,77 27 20,77 1,00
Tinggi 103 79,23 103 79,23
4. Pendapatan Keluarga
Rendah 63 48,46 59 45,38 0,62
Tinggi 67 51,54 71 54,62
5. Riwayat merokok
Ya - - - - -
Tidak 130 100 130 100
6. Riwayat konsumsi Alkohol
Ya - - - - -
Tidak 130 100 130 100
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa sebagian besar baduta adalah laki-
laki, usia ibu saat hamil 21-35 tahun, pendidikan tinggi, pendapatan keluarga tinggi,
dan seluruhnya tidak memiliki riwayat merokok dan konsumsi alkohol.

Tabel 2. Hasil Analisis Chi Square


Stunting Normal
Variabel p OR CI
n % n %
Status Gizi Ibu pada
Awal Kehamilan
Kurus 26 20,00 26 20,00 0,17 1,74 0,79-3,80
Gemuk 33 25,38 19 14,62 0,57 0,83 0,44-1,56
Normal 71 54,62 85 65,38 - 1(R)
Kenaikan Berat Badan
Ibu Selama Kehamilan
Kurang 82 63,08 60 46,15 0,01 2,15 1,20-3,83
Lebih 20 15,38 26 20,00 0,62 1,21 0,57-2,56
Baik 28 21,54 44 33,85 - 1(R)
Berdasarkan tabel 2 dapat disimpulkan bahwa kenaikan berat badan selama
kehamilan yang rendah memiliki hubungan yang bermakna secara statistik pada
kejadian stunting (p<0,05).

BAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
secara statistik antara status gizi pada awal kehamilan dengan kehadian stunting.
Padahal hasil penelitian di Uruguay menunjukkan bahwa status gizi ibu pada awal
kehamilan kurus memiliki risiko stunting sebesar 2,15 kali lebih besar
dibandingkan dengan ibu dengan status gizi pada awal kehamilan normal (9). Hal
ini disebabkan data status gizi pada saat pertama ANC yang digunakan pada
penelitian ini tidak dapat menggambarkan status gizi pada awal kehamilan yang
sebenarnya.
Ibu dengan kenaikan berat badan selama kehamilan yang kurang memiliki
risiko terjadi stunting sebesar 2,15 kali lebih besar dibandingkan dengan ibu dengan
status gizi pada awal kehamilan normal. Belum ditemukan penelitian yang
menghubungkan antara kenaikan berat badan selama kehamilan dengan kejadian
stunting. Penelitian terdahulu hanya melihat berat badan lahir sebagai outcome dari
kenaikan berat badan selama kehamilan bahwa kenaikan berat badan rendah atau
kurang selama kehamilan akan meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) sedangkan ibu dengan kenaikan berat badan tinggi
atau berlebih selama kehamilan akan meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan
Berat Badan Lahir Besar (BBLB) atau makrosomia (10,11). Penelitian terdahulu
menunjukkan setiap kg kenaikan berat badan selama kehamilan akan meningkatkan
berat badan lahir sebesar 7,3 gram(12).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa anak stunting berisiko dua
kali memiliki berat badan lebih dibandingkan anak normal(13). Hal ini didukung
oleh hasil penelitian terdahulu bahwa kenaikan berat badan yang tidak beraturan
pada anak yang tidak didukung oleh pertumbuhan linear yang proporsional
menunjukkan pertumbuhan yang tidak sehat dan dapat mengarah pada risiko anak
gemuk-pendek dan meningkatkan risiko kejadian PTM (Penyakit Tidak Menular)
pada waktu dewasa(14). Diperlukan strategi yang komprehensif dan terintegrasi
dalam pemantauan kenaikan berat badan dan tinggi badan anak agar pertumbuhan
anak menjadi optimal(15).

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh
kenaikan berat badan selama kehamilan terhadap kejadian stunting. Oleh karena itu
perlu dilakukan pemantauan kenaikan berat badan agar dapat mencegah malnutrisi
khususnya anak lahir dengan berat badan rendah dan kejadian stunting. Selain itu,
pemantauan pertumbuhan baduta khususnya berat badan dan tinggi badan penting
dilakukan sedini mungkin agar mencegah masalah gizi seperti stunting dan gemuk-
pendek.
RUJUKAN
1. Atmarita (2012) Masalah Anak Pendek di Indonesia dan Implikasinya terhadap
Kemajuan Negara. Gizi Indonesia, 35(2):81-96.
2. Balitbankes (2013) Riset Kesehatan Dasar 2013. Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
3. Barasi, Mary E. Alih bahasa oleh Hermin Halim (2007) At a Glance Ilmu Gizi.
Jakarta: Erlangga.
4. Barker, David James Purslove (2008) Nutrition in The Womb : How Better
Nutrition During Development Will Prevent Heart Disease, Diabetes, and Stroke.
USA: The Barker Foundation.
5. Baye K, Meke F (2010) Windows of Opportunity for Setting The Critical Path for
Healthy Growth. Public Health Nutrition, 18(10): 1715-1717.
6. Bove I, Miranda T, Campoy C, et al. (2012) Stunting, overweight and child
development impairment go hand in hand as key problems of early infancy:
Uruguayan case. Early Human Development, Elsevier Ltd 88(9): 747–751.
7. Disha A, R R, A S, et al. (2012) Infant & young child feeding practices in Ethiopia
& Zambia and their association with child nutrition analysis of DHS data. African
J. Food, Agric. Nutr. Dev. 12(2).
8. Erowati, Dewi. Pengaruh Faktor Ibu Dan Anak Pada Periode 1000 Hari Pertama
Kehidupan Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 12-24 Bulan. Diss.
Universitas Gadjah Mada, 2016.
9. Gesche J and Nilas L (2015) Pregnancy outcome according to pre-pregnancy body
mass index and gestational weight gain. International Journal of Gynecology &
Obstetrics, International Federation of Gynecology and Obstetrics 129(3): 38–41.
10. IOM (2009) Weight Gain During Pregnancy: Reexamining the Guidelines.
11. Kementerian Kesehatan RI (2012) Kerangka Kebijakan Gerakan Nasional Sadar
Gizi dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (Gerakan 1000 HPK).
12. Ludwig DS and Jannet C (2010) The association between pregnancy weight gain
and birthweight: A within-family comparison. The Lancet, Elsevier Ltd 376(9745):
984–990.
13. Unicef (2013) Improving Child Nutrition The Achievable Imperative for Globl
Progress. Available at www.unicef.org/publications/index.html
14. WHO (2010) Nutrition Landscape Information System (NLIS) Country Profile
Indicators: Interpretation Guide. Geneva: WHO Document Production Service.
15. Yu Z, Han S, Zhu J, et al. (2013) Pre-Pregnancy Body Mass Index in Relation to
Infant Birth Weight and Offspring Overweight/Obesity: A Systematic Review and
Meta-Analysis. PLoS ONE 8(4).

Anda mungkin juga menyukai