Anda di halaman 1dari 4

Hormat Kepada Guru

Oleh : Feri Fren ( Widyaiswara LPMP Sumbar )


Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru, namamu akan selalu hidup dalam sanubariku.

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan, engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan.

Engkau patriot pahlawan bangsa, tanpa tanda jasa. Itu merupakan bagian dari lirik lagu himne

guru yang selalu kita dengungkan.

Ketika seorang peserta didik berhasil dan memperoleh prestasi bagus di sekolahnya,

masyarakat akan bertanya, anak siapa itu? benar-benar hebat dia, orang tuanya memang pintar

dan selalu memperhatikan serta mengarahkan anaknya untuk belajar. Sebaliknya ketika seorang

peserta didik memperoleh prestasi yang jelek, ditambah lagi memiliki sikap yang tidak sesuai

dengan karakter yang diinginkan, maka akan muncul pertanyaan siapakah guru yang

mengajarnya.

Tidak adil rasanya, kalaulah kita mengetahui betapa besar dan beratnya tugas seorang

guru pastilah kita tidak akan berkata seperti itu dan hormat kepada guru. Tugas guru di sekolah

tidak hanya sekedar mengajar tetapi juga mendidik dan melatih peserta didik agar mereka

menjadi generasi yang berkualitas.

Mari kita perhatikan bagaimana budaya orang jepang dalam hal menghargai guru. Bila

mereka bertemu dengan guru, mereka selalu membungkukkan badan dan menunjukkan salam

hormat. Hal ini juga ditunjukkan oleh pemimpin Jepang pasca di bomnya kota Hiroshima dan

Nagasaki oleh tentara sekutu. Mereka menanyakan berapa orang guru kita yang meninggal dunia

dan berapa lagi yang masih tersisa.


Mereka tidak menanyakan berapa banyak aset-aset fisik negara yang hancur, begitulah

betapa besarnya nilai dan arti seorang guru bagi mereka. Sudah sepantasnyalah Jepang menjadi

negara yang maju dan makmur.

Walaupun harta benda dan bangunan telah hancur, bagi mereka kalau guru masih ada,

mereka akan bisa mencetak sumber daya manusia yang berkwalitas dan berkarakter untuk

membangun bangunan yang telah hancur tadi. Semua itu bisa dilakukan oleh guru, kita jadi

pintar dididik pak guru, kita jadi pandai dididik bu guru, guru bercerita, penerang dalam gulita,

jasamu tiada tara.

Bila dikaitkan dengan hasil penelitian bank dunia terhadap 150 negara yang ada di dunia,

ada empat faktor yang mempengaruhi keunggulan suatu negara, pertama inovasi (45%), kedua

jaringan kerja (25%), ketiga teknologi (20%) dan yang keempat sumber daya alam (10%). Dari

data tersebut dapat kita lihat bahwa sumber daya alam hanya berperan 10%, sementara yang 90%

lagi di tentukan oleh kualitas sumber daya manusia.

Tugas utama guru dalam menciptakan sumber daya manusia tertuang dalam peraturan

menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 16 tahun 2009.

Kesemuanya dibungkus dalam bingkai merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran

dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Jika kesemuanya itu terlaksana dengan baik, maka akan

muncullah guru yang profesional untuk menciptakan generasi yang berkualitas.

Dalam hal merencanakan pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan kurikulum,

membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, memilih media dan model pembelajaran yang

cocok untuk suatu materi ajar, agar peserta didik mengerti dan bisa memahami konsep-konsep

yang diajarkannya. Sebagai acuan, seorang guru harus memperhatikan standar proses
sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 65 tahun

2013.

Dalam proses pembelajaran, guru harus bisa memberikan contoh yang kontekstual dalam

kehidupan nyata peseta didik dengan menggunakan pendekatan saintifik. Hal itu perlu dilakukan,

agar peserta didik bisa lebih memahami bentuk realnya sehingga belajar tidak seperti dalam

dunia fantasi yang penuh dengan khayalan. Untuk itu berbagai peralatan dan media pembelajaran

perlu dibuat dan dibawa guru masuk ke dalam kelas. Kesemuanya itu dilakukan dengan tujuan

agar peserta didik bisa memahami konsep dengan jelas.

Selama proses pembelajaran berlangsung, guru menggunakan berbagai strategi, metode

dan model pembelajaran. Semua itu dilakukan agar peserta didik yang semulanya tidak mengerti

terhadap suatu materi pelajaran menjadi mengerti dan memahaminya. Didalam kelaspun guru

dihadapkan dengan berbagai persoalan perilaku dan karakter peserta didik. Dengan penuh

kesabaran seorang guru selalu berusaha untuk mengatasinya.

Guru juga manusia biasa, mengolah peserta didik berbeda dengan mengelola benda mati.

Apalagi yang dikelola dengan jumlah yang banyak di dalam sebuah kelas. Sudah tentu dalam

mengelola kelas seorang guru tidak luput dari kekhilafan dan kesalahan. Kalaulah kita

memahami betapa beratnya pekerjaan seorang guru, pastilah semua kita akan membantunya.

Secara fitrahpun bisa kita terima, guru sangat lelah didalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya. Belum lagi diera sertifikasi, seorang guru harus melakukan tugas wajib

mengajar 24 jam. Kalau tidak cukup 24 jam mengajar di sekolah induk, guru harus mencarinya

pula ke sekolah lain yang kadangkala memiliki jarak yang jauh dari tempat tinggal dan sekolah

induknya. Tugas-tugas tambahan lain yang harus dikerjakan gurupun menghadang, seperti
melaksanakan tugas sebagai wakil kepala sekolah, guru inti, pengurus musyawarah guru mata

pelajaran (MGMP), wali kelas, pembina osis, guru piket dan lain sebagainya.

Setelah proses pembelajaran berlangsung, tugas gurupun dilanjutkan dengan melakukan

evaluasi terhadap penguasaan materi peserta didik dalam bentuk ulangan harian. Hasil evaluasi

dan tugas-tugas di olah untuk bisa memperoleh gambaran seberapa besar daya serap peserta

didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkannya. Pada akhirnya diperolehlah hasil yang

dapat membedakan mana peserta didik yang telah tuntas dan yang belum.

Untuk tindak lanjut, bagi peserta didik yang nilainya belum mencapai KKM (kriteria

ketuntasan minimal), tugas selanjutnya, guru melakukan program perbaikan sampai mereka

tuntas. Kegiatan yang dilakukan dengan cara mengajarkan kembali materi pelajaran yang belum

tuntas itu dan mengujinya kembali sampai peserta didik tuntas. Tidak bisa sekali mungkin dua

kali atau bisa lebih, itulah yang selalu dilakukan oleh guru.

Bagi peserta didik yang telah tuntas, masih dilakukan program pengayaaan. Jelaslah bagi

kita disini betapa berat dan mulianya tugas seorang guru dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kalaulah semua kita memahami dan menyadarinya, maka sudah sepantasnyalah kita hormat

kepada guru.

Anda mungkin juga menyukai