Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES


DALAM PEMBELAJARAN KONSEP ENERGI DAN PERUBAHANNYA

A. Pembelajaran IPA

Secara sederhana pengetahuan alam diartikan sebagai pengetahuan tentang alam

semesta dengan segala isinya, dimana pengetahuan sendiri diartikan sebagai segala

sesuatu yang diketahui manusia. Menurut Darmojo (Samatowa, 2006:2) secara singkat

IPA adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta dengan segala

isinya.

Nash (Samatowa, 2006:2) berpendapat bahwa IPA adalah suatu cara atau metode

untuk mengamati alam, dimana pengamatan tersebut bersifat analisis, lengkap, cermat

serta menghubungkan antara satu fenomena dengan fenomena lain. Sehingga

keseluruhannya membentuk suatu perspektif baru tentang obyek yang diamati.

IPA merupakan ilmu yang tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan

sehingga membentuk suatu kesatuan yang utuh. IPA bukan hanya kumpulan fakta-fakta,

konsep-konsep atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan cara kerja, cara berpikir dan

cara memecahkan masalah.

Pada hakekatnya IPA dapat dipandang sebagai suatu proses, produk dan

pemupukan sikap, dimana ketiganya mempunyai keterkaitan. Sebagai proses IPA

memiliki arti bagaimana proses untuk mendapatkan IPA, sebagai produk IPA merupakan

akumulasi hasil dari suatu proses artinya setiap yang dipelajari ada hasilnya, dan sebagai

pemupukan sikap IPA mengandung arti bahwa dengan adanya pembelajaran IPA siswa

diharapkan mempunyai sikap ilmiah terhadap alam sekitar.

Menurut Harlen (Sulistyorini, 2007:10) ada sembilan sikap yang dapat

dikembangkan pada anak usia SD/MI, yaitu:


1. Sikap ingin tahu
2. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru
3. Sikap kerjasama
4. Sikap tidak putus asa
5. Sikap mawas diri
6. Sikap bertanggung jawab
7. Sikap berpikir bebas
8. Sikap mawas diri
9. Sikap kedisiplinan diri

IPA perlu diajarkan di SD, Samatowa (2006:3) mengemukakan empat alasan

mengapa IPA perlu diajarkan di SD, yaitu :

1. IPA mempunyai faedah bagi suatu bangsa, kesejahteraan suatu bangsa banyak
sekali bergantung pada kemampuan bangsa tersebut dalam bidang IPA.
2. Bila IPA diajarkan menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan suatu
pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis.
3. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh
anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan
belaka.
4. Mata pelajaran IPA mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi
yang dapat membentuk kepribadian anak secara menyeluruh.

Berdasarkan alasan-alasan di atas, dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir kritis. Guru juga harus

mengarahkan dan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, sehingga siswa dapat

membangun pengetahuannya dengan melakukan penyelidikan. Bila dalam pembelajaran

IPA guru dapat memberdayakan siswa untuk aktif maka tujuan dari pembelajaran IPA

akan tercapai dengan baik.

Pembelajaran IPA di SD hendaknya dilangsungkan selaras dengan karakteristik

perkembangan peserta didik yang ditinjau dari perkembangan aspek kognitif,

perkembangan aspek sosial dan kemandirian, perkembangan seksual, perkembangan

motivasi dan perkembangan dalam segi moral. Setiap individu mengalami tingkat-tingkat

perkembangan intelektual yang sama tetapi dengan kecepatan yang berbeda. Siswa

Sekolah Dasar berada dalam perkembangan intelektual tingkat operasional kongkret.

Yang termasuk ke dalam periode ini adalah antara usia 7 sampai 11 tahun. Dalam
periode ini ditandai dengan dominasi pengamatan yang bersifat egosentrik yang mana

siswa belum memahami orang lain memandang objek yang sama, seperti searah.

Perilaku kognitif yang tampak antara lain:

1. Self centered dalam memandang dunianya;

2. Dapat mengklasifikasikan objek-objek atas dasar satu ciri tertentu yang memiliki ciri

yang sama, mungkin pula memiliki perbedaan dalam hal yang lainnya;

3. Dapat melakukan koleksi benda-benda berdasarkan suatu ciri atau kriteria tertentu;

4. Dapat menyusun benda-benda, tetapi belum dapat menarik inferensi dari dua benda

yang tidak bersentuhan meskipun terdapat dalam susunan yang sama.

Selama periode ini kualitas berfikir siswa tidak lagi terikat pada lingkungan

sensori yang dekat. Ia mulai mengembangkan berbagai tanggapan mental yang terbentuk

dalam fase sebelumnya.( Sumatowa, 2006: 9).

Berikut ciri-ciri sifat anak pada masa kelas tinggi di sekolah dasar yaitu :

1. Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini

menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan

yang praktis.

2. Amat realistik, ingin tahu dan ingin belajar.

3. Menjelang akhir masa ini ada minat terhadap hal-hal atau mata pelajaran khusus, para

ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolkan faktor-faktor.

4. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya

untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur

11 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha

menyelesaikannya sendiri.

5. Pada masa ini anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-

baiknya) mengenai prestasi sekolah.


6. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat

bermain bersama-sama. Di dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat

kepada aturan permainan yang tradisional, mereka membuat aturan sendiri.

7. Peran manusia idola sangat penting pada umumnya orang tua dan kakak-kakaknya

dianggap sebagai manusia idola yang sempurna. Karena itu guru acap kali dianggap

sebagai manusia serba tahu. ( Sumatowa, 2006:8).

Berdasarkan beberapa hal yang dipaparkan diatas, maka guru harus mampu

meningkatkan kompetensinya sebagai guru yang profesional agar dapat memenuhi

segala kebutuhan peserta didiknya yang salah satunya mampu mengembangkan sumber

belajar sehingga segala kebutuhan siswa dapat terpenuhi. Sumber pembelajaran IPA

tidak hanya didapat dalam kelas, alam dan lingkungan sekitarpun dapat digunakan

sebagai sumber belajar sehingga siswa dapat langsung berinteraksi dengan alam dan

mengeksplorasi alam disekitar mereka. Sumber belajar tidak hanya diperoleh dari buku-

buku teks tetapi melalui pengamatan terhadap objek-objek yang berada di sekitar siswa.

Pada level tinggi (kelas 4 sampai kelas 6) struktur berpikir siswa sudah semakin

berkembang sehingga pembelajaran disajikan dalam bentuk bidang studi IPA tanpa

diintegrasikan dengan bidang studi lain. Pada kelas tinggi, siswa mulai dapat diajak

untuk melakukan eksploitasi terhadap alam melalui kegiatan inkuiri. Lebih lanjut Boyd

(Diana, 2008:10) mengungkapkan bahwa “Pembelajaran di SD termasuk didalamnya

pembelajaran IPA harus menghindari subject based dimana materi diambil dari buku

teks, tetapi dikembangkan dari pengalaman yang paling dekat dengan siswa”.

Dengan melihat karakteristik dari pembelajaran IPA di SD baik pada level rendah

maupun level tinggi, maka model pembelajaran yang bersifat hands on sekaligus minds

on merupakan model yang harus dikembangkan dalam praktek pembelajaran di kelas.


Dengan pengembangan aspek tersebut siswa dapat terlibat aktif baik secara kognitif,

afektif, maupun psikomotorik.

Dalam menunjang semua hal tersebut di atas, guru dalam mengelola

pembelajaran perlu :

1. Menyajikan kegiatan pembelajaran yang beragam sehingga tidak membuat siswa

jenuh.

2. Menggunakan sumber belajar yang bervariasi disamping buku acuan. Misalnya :

memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar agar pembelajaran

bermakna bagi siswa.

3. Kreatif menghadirkan alat bantu pembelajaran. Proses ini dapat memudahkan siswa

untuk memahami materi pembelajaran atau dapat menolong proses berpikir siswa

dalam membangun pengetahuannya.

4. Menciptakan suasana kelas yang menarik, misalnya memajang hasil karya siswa dan

peraga yang mendukung proses pembelajaran.

5. Memberikan motivasi dan bimbingan secara intensif agar siswa terarah dan terlibat

secara aktif dalam proses pembelajarannya.

Guru IPA dalam suatu proses pembelajaran harus berusaha untuk membuat

siswanya memiliki penguasaan meteri yang sesuai jenjang pada tiap ranah (kognitif,

afektif, dan psikomotor) secara bertahap. Penguasaan ini harus sesuai dengan kompetensi

dasar sampai indikator hasil belajar yang ingin dicapai. Hal ini juga sesuai dengan salah

satu prinsip, yaitu dimulai dari hal-hal yang mudah sebelum melangkah kepada hal-hal

yang lebih kompleks. Jadi pada pencapaian ranah kognitif misalnya, guru bisa memulai

dengan melatih siswa mengingat fakta-fakta di alam. Setelah mereka bisa mengingat

dengan baik, guru melangkah kepada upaya untuk membuat siswa memahami mengapa
fakta-fakta itu bisa terjadi, sampai akhirnya siswa bisa memberikan penilaian terhadap

fakta yang terjadi. (Sumatowa, 2006 : 10).

B. Pendekatan Keterampilan Proses

Perkembangan ilmu pengetahuan berlangsung semakin cepat sehingga sulit bagi

guru untuk mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa secara optimal apalagi

dengan terdesak waktu untuk mengejar target pencapaian kurikulum maka cara yang

umum dilakukan adalah dengan menjejalkan semua fakta dan konsep kepada siswa

melalui metode ceramah. Akibatnya, para siswa memiliki banyak pengetahuan tetapi

tidak terlatih untuk menemukan pengetahuan, tidak terlatih untuk menemukan konsep,

dan tidak terlatih untuk mengembangkan ilmu pengetahuannya.

Maka perlulah ada suatu pembaharuan dalam pembelajaran untuk dapat

memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai dengan taraf

kemampuan dan kebutuhannya serta dapat meningkatkan keterampilan proes IPA pada

setiap siswa.

Berikut beberapa pandangan para ahli mengenai pendekatan keterampilan proses, yaitu :

1. Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan

pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang

bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya telah ada dalam

diri siswa (Moedjiono, 1992/1993 : 14)

2. Pendekatan keterampilan proses adalah pendekatan pembelajaran yang bertujuan

mengembangkan kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan

kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa dalam rangka menemukan dan

mengembangkan fakta dan konsep serta menumbuh kembangkan sikap dan nilai

(Hamalik, 2008 : 154).


3. Dimyati dan Mudjiono (Sumantri, 1998/1999: 113) mengungkapkan bahwa

pendekatan keterampilan proses bukanlah tindakan instruksional yang berada diluar

jangkauan kemampuan peserta didik. Pendekatan ini justru bermaksud

mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik.

Berdasarkan pada beberapa pandangan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

pendekatan keterampilan proses merupakan suatu pendekatan yang dapat mengarahkan

keterampilan-keterampilan dasar yang dimiliki oleh setiap individu menuju perubahan

tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilannya yang bersifat progresif,

untuk memecahkan masalah-masalah IPA. Maka dari itu pendekatan keterampilan proses

merupakan pendekatan yang paling banyak disarankan untuk digunakan dalam

membelajarkan IPA di SD berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Asy’ari (2006:12) mengenai

IPA/Sains, sebagai berikut.

”IPA/Sains selain sebagai produk (fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) juga
sebagai proses. Sebagai suatu proses, sains merupakan cara kerja, cara berfikir dan
cara memecahkan suatu masalah, sehingga meliputi kegiatan bagaimana
mengumpulkan data, menghubungkan fakta satu dengan yang lain, menginterpretasi
data dan menarik kesimpulan”.

Menurut Gega (Karli dan Yuliariatinigsih, 2002 : 122) mengemukakan bahwa

”Aspek-aspek yang harus dikembangkan dalam keterampilan proses meliputi :

pengamatan, pengklasifikasian, pengukuran, identifikasi dan pengendalian variabel,

perumusan hipotesa, perancangan eksperimen, penyimpulan eksperimen, dan

pengkomunikasian hasil eksperimen”.

Aspek keterampilan proses yang dikembangkan untuk siswa SD pada GBPP IPA

kurikulum 1994 terdiri dari 8 (delapan) aspek, yaitu meliputi keterampilan mengamati,

menafsirkan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, mengelompokkan, menerapkan

konsep, mengkomunikasikan, mengajukan pertanyaan. ( Sumatowa, 2006: 138)


Pada dasarnya semua pandangan tentang aspek keterampilan proses sains adalah

sama. Berdasarkan aspek keterampilan proses tersebut dan mengingat karakteristik dan

kebutuhan siswa SD yang menjadi objek penelitian, sebagai berikut.

1. Siswa pasif dalam pembelajaran, aktivitas yang dilakukan hanya menulis,

mendengarkan, dan mengerjakan evaluasi apabila ditugaskan.

2. Kemampuan berkomunikasi siswa rendah, karena siswa tidak dibiasakan untuk

mengeluarkan pendapat.

3. Siswa masih memilih-milih teman dalam bergaul sehingga kerjasama antar siswa

tidak berkembang.

Di dalam belajar perlu adanya aktivitas, sebab pada prinsipnya belajar itu adalah berbuat,

”learning by doing”. Maka dalam penelitian ini, penulis akan memfokuskan untuk

meningkatkan keterampilan proses menggunakan alat percobaan dan

mengkomunikasikan, sedangkan sikap ilmiah yang dikembangkan adalah bekerjasama.

Keterampilan menggunakan alat sangat mendukung terhadap hasil percobaan

yang akan diperoleh. Penggunaan alat dan bahan-bahan selama percobaan berlangsung

akan menambah pengalaman belajar siswa. Pengalaman menggunakan alat merupakan

pengalaman konkrit siswa selama proses belajar. Begitupun dengan keterampilan

mengkomunikasikan juga sangat penting dimiliki oleh setiap orang termasuk siswa. Hal

ini berkaitan dengan proses penyampaian informasi atau data-data, baik secara tertulis

maupun secara lisan. Bentuk komunikasi yang baik adalah yang dipahami dan

dimengerti oleh penerima informasi. Kegiatan yang termasuk keterampilan komunikasi

diantaranya menyajikan data dan informasi dalam bentuk model, gambar, grafik,

diagram tabel, dan lain-lain. Sedangkan untuk keterampilan yang lain secara tidak

langsung dapat dilaksanakan pada saat pembelajaran seperti keterampilan mengamati

secara tidak langsung ketika siswa melakukan percobaan siswa terlebih dahulu akan
mengamati baik alat maupun objek percobaannya, begitupun dengan keterampilan yang

lain dapat dimasukkan kadalam proses pembelajaran maupun dalam soal evaluasi siswa.

Dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran yang menggunakan

pendekatan keterampilan proses agar mendapatkan hasil yang optimal maka harus

memperhatikan karakteristik siswa SD yang masih berada dalam tingkat operasional

konkrit, dan karakteristik siswa yang menjadi subjek penelitian, melalui langkah-langkah

yang sistematis, yang didukung oleh beberapa pendapat para ahli, sebagai berikut.

1. Teori Piaget

Menurut Piaget (Siregar dan Nara, 2010 : 32), “Perkembangan kognitif

menyatakan bahwa proses dan perkembangan belajar anak SD memiliki

kecenderungan beranjak dari hal konkret, memandang sesuatu yang dipelajarinya

sebagai keutuhan, terpadu, dan melalui proses manipulative”.

2. Teori David Ausubel

Menurut Ausubel, belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya

informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif

seseorang. Faktor yang paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang

diketahui siswa. Jadi pembelajaran akan bermakna apabila guru dapat

mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan siswa ditunjang dengan media

yang bervariasi.

3. Teori Jerome Bruner

Menurut Bruner, yang dikenal dengan belajar penemuan menganggap, bahwa

belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,

dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk

mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang benar-benar bermakna.


Keterampilan proses merupakan suatu kegiatan yang dapat mengarahkan

keterampilan-keterampilan dasar yang dimiliki oleh setiap individu menuju perubahan

tingkah laku dalam pengetahuan, sikap dan keterampilannya yang bersifat progresif

untuk memecahkan masalah-masalah IPA. Dari pengertian tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa, suatu pembelajaran IPA yang baik adalah pembelajaran yang

dirancang sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa pada tahap

perkembangan intelektualnya juga dengan situasi kehidupan nyata pada lingkungan anak,

apalagi ditunjang dengan media yang bervariasi yang dapat memudahkan siswa dalam

memahami dan berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan

yang benar-benar bermakna.

Pembelajaran menggunakan pendekatan keterampilan proses dapat membantu

siswa dalam mencapai kebermaknaan dalam belajar selain itu dapat membantu siswa

dalam menemukan sendiri berbagai pengetahuan yang ingin diketahui oleh siswa, serta

keterampilan-keterampilan dasar yang dimiliki oleh siswa akan berkembang.

C. Konsep Energi dan Perubahannya.

a. Pengertian Energi

Setiap saat kita melakukan kegiatan, misalnya berjalan, berlari, belajar dan

berolahraga.Kita dapat melakukan pekerjaan karena memiliki energi.Tanpa energi, maka

semua pekerjaan tidak dapat kita lakukan. Jadi energi adalah kemampuan untuk

melakukan kerja. Di lingkungan kita banyak terdapat sumber energi yang dapat

menghsilkan berbagai macam bentuk energi. Energi tidak dapat dilihat, tetapi dapat

dirasakan. Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi

dapat berubah dari bentuk satu ke bentuk yang lain.

b. Macam-macam energi
1) Energi panas adalah energi yang dihasilkan dari panas suatu benda. Energi panas

dihasilkan oleh matahari, api, kompor, setrika dan listrik. Energi panas banyak di

manfaatkan oleh manusia, misalnya panas matahari digunakan untuk mengeringkan

pakaian, panas setrika digunakan untuk melicinkan pakaiaan, panas dari api kompor

dapat digunakan untuk memasak, dan lain-lain.

2) Energi cahaya adalah energi yang di pancarkan dari sumber cahaya. Misalnya,

matahari, lilin, lampu listrik dan segainya. Energi cahaya yang berasal dari matahari

banyak dimanfaatkan oleh tumbuhan untuk membuat makanan melalui fotosintesis

serta menerangi bumi dan segala isinya, dan dari lampu di manfaatkan untuk

menerangi ruangan pada saat malam hari, dan sebagainya.

3) Energi gerak adalah energi yang ditimbulkan oleh benda yang bergerak seperti angin,

air mengalir dan orang berlari. Hembusan angin yang cukup kencang dapat

dimanfatkan sebagai tenaga untuk memutarkan turbin, begitu juga dengan air. Gerak

air yang mengalirderas dapat menggerakan suatu benda, seperti perahu, rakit, dan

turbin, sehingga menghasilkan tenaga listrik.

4) Energi listrik adalah energi yang ditimbulkan oleh arus listrik. Alat yang dapat

menghasilkan energi listrik disebut sumber listrik. Contoh sumber listrik antara lain,

baterai, aki, dan generator. Beberapa alat listrik seperti kipas angin, setrika listrik,

pompa air listrik, lampu listrik dan lain-lain.

5) Energi bunyi adalah energi yang dihasilkan oleh benda yang bergetar. Misalnya gitar,

suling, peluit dan lain-lain. Dengan adanya energi bunyi, maka manusia dapat

menikmsti musik, dan dapat memberi tanda adanya suatu peristiwa yang sangat

penting.
6) Energi kimia adalah energi yang dikeluarkan dari hasil reaksi kimia. Energi ini

sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Energi kimia banyak terdapat

dalam bahan makanan dan bahan bakar.

c. Model Perubahan Energi

1) Model Perubahan Gerak Akibat Pengaruh Udara

a) Parasut

Prinsip kerja parasut adalah memanfaatkan keberadaan udara. Udara yang terkumpul

dibawah parasut yang mengembang akan memberikan tekanan ke atas sehingga

memperkecil kecepatan orang yang sedang terjun.Dengan menggunakan parasut,

keceoatan jatuh orang yang yang terjun dapat dikurangi sehingga dapat mendarat

dengan selamat.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat membuat parasut, antara lain lubang yang dibuat

harus berada tepat ditengah parasut, lubang tidak boleh terlalu lebar, beban benda

tidak boleh terlalu berat karena parasut akan jatuh lebih cepat.

b) Pesawat Terbang

Pesawat yang kamu buat harus di beri kecepatan awal untuk dapat terbang. Sayap

pesawat yang lebarmenyebabkan hambatan udara menjadi besar. Bagian depan

pesawat dibuat runcing untuk menghindari gesekan udara.

2) Model Perubahan Energi Gerak Menjadi Energi Bunyi

a) Terompet

Terompet merupakan salah satu contoh alat musik tiup. Pada saat alat musik

dimainkan, udara tabung bergetar sehingga menghasilkan bunyi. Bunyi yang

dihasilkan tergantung bentuk dan besar kecilnya alat.

b) Gendang
Gendang merupakan salah satu alat musik tradisioanal. Gendang bentuknya bulat dan

dalamnya terdapat rongga. Bagian luarnya dilapisi kulit. Bila dipukul lapisan kulitnya,

maka akan terdengar suara. Gendang modern biasa disebut drum. Gendang dapat

dimanfaatkan untuk mainan, mengiringi tari-tarian atau nyanyian, dan lain-lain.

Gendang dapat berbunyi jika kulit gendang dipukul. Saat dipukul, kulit gendang

bergetar. Getaran ini menghasilkan bunyi. Bunyi tersebut masuk kesebuah rongga

yang terdapat di bawah kulit. Bentuk ronggamemengaruhi bunyi yang dihasilkan.

Makin kecil dan panjang rongga pada gendang, maka makin nyaring bunyi yang

dihasilkan Wahyono, Budi, dkk ( 2008 : 98).

D. Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya dengan Penggunaan Pendekatan

Keterampilan Proses

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran IPA di SD mengenai

materi konsep Energi dan Perubahannya melalui pendekatan proses adalah sebagai

berikut.

a. Kegiatan awal

Kegiatan awal adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan sebelum

menginjak pada materi yang akan dibelajarkan. Adapun kegiatannya sebagai berikut

yaitu mengkondisikan siswa kedalam situasi belajar yang kondusif, kemudian

melakukan apersepsi berupa tanya jawab atau pemberian wacana pemecahan masalah

yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Apersepsi ini dimaksudkan

agar dapat mengetahui konsep awal atau pengetahuaan awal siswa yang dikaitkan

pada materi yang akan diajarkan agar memudahkan siswa memahami materi tersebut.

Dilanjutkan dengan menyebutkan tujuan pembelajaran yang harus dicapai setelah

mengikuti pembelajaran.

b. Kegiatan inti
Untuk kegiatan selanjutnya dimulai dengan membagi siswa kedalam beberapa

kelompok. Pembagian kelompok ini bertujuan agar siswa lebih mudah

menemukan konsep dan dapat meningkatkan sikap ilmiah terutama dalam

bekerjasama. Kemudian siswa melakukan kegiatan melakukan percobaan dengan

mnggunakan alat percobaan dengan bimbingan guru dan dilanjutkan dengan

mengisi pertanyaan yang ada di LKS sesuai dengan petunjuk dalam LKS.

Metode pembelajaran yang digunakan cukup bervariasi, yaitu : metode

pengamatan, eksperimen, diskusi, tanya jawab, dan lain-lain yang disesuaikan

dengan tujuan pembelajaran dan materi yang akan dibahas. Hal ini

memungkinkan guru untuk dapat mengembangkan segala kemampuannya dalam

mengelola pembelajaran dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosialnya.

Setelah melakukan percobaan, masing-masing kelompok

mendiskusikannya, dan mengemukakan hasil percobaan di depan kelas untuk

didiskusikan kembali dengan kelompok lain. Pada waktu pembelajaran

berlangsung, guru melakukan penilaian proses serta memberikan bimbingan

kepada setiap kelompok yang mengalami kesulitan. Dilanjutkan dengan

memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan menyimpulkan hasil

pengamatan/percobaan.

c. Kegiatan akhir

Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran, untuk mengetahui

gambaran hasil belajar siswa maka siswa diberikan tes akhir secara individu.

Tujuan pemberian tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan

pembelajaran yang telah disampaikan kepada siswa.


E. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas siswa yang dikembangkan adalah aktivitas siswa dalam melakukan

percobaan. Beberapa aktivitas dalam melakukan percobaan diantaranya menggunakan

alat percobaan untuk menemukan konsep IPA, mengkomunikasikan hasil percobaan,

mengkomunikasikan bagaimana suatu konsep ditemukan dan bekerjasama dengan

rekan kelompoknya, dalam hal ini ditekankan pada bagaimana interaksi siswa dalam

kelompok pada saat melakukan percobaan. Aktivitas belajar siswa sangat berpengaruh

dalam proses pembelajaran karena siswa sebagai subjek yang merencanakan dalam

melaksanakan proses pembelajaran.

Paul, D ( Hamalik, Oemar 2008 : 90 ) membagi kegiatan aktivitas belajar siswa

diantaranya:

1. Kegiatan-kegiatan visual

2. Kegiatan-kegiatan lisan

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

4. Kegiatan-kegiatan menulis

F. Hasil Belajar

Dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar IPA, seorang guru harus terlebih dahulu

mengadakan telaah yang rinci dan tepat terhadap tujuan yang telah ditentukan

sebelumnya, artinya seorang guru harus secara tepat menentukan kemampuan yang

diharapkan akan berpengaruh terhadap instrumen yang dibuat untuk mengukur hasil

belajar siswa.

Di dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar IPA di SD, ada beberapa hal yang harus

diperhatikan oleh seorang guru, yaitu:


a. Harus tepat dalam menentukan alat evaluasi, apakah digunakan untuk mengukur

konsep terdefinisi ataukah konsep teramati, ataukah untuk mengukur konsep yang

menyatakan hubungan.

b. Memperhatikan hakikat IPA sebagai produk, sebagai proses, dan sikap/nilai.

c. Mengadakan evaluasi tidak hanya menggunakan instrumen yang bersifat tertulis

saja, tetapi juga mengadakan evaluasi terhadap yang bisa diamati langsung di alam

sebenarnya.

Dengan memperhatikan beberapa hal tersebut maka diharapkan hasil belajar

siswa akan tercapai. Seperti yang dikemukakan oleh Patta Bundu (2006 ) mengenai

beberapa hasil belajar IPA, sebagai berikut:

1. Penguasaan produk ilmiah atau produk sains yang mengacu pada seberapa besar
siswa mengalami perubahan dalam pengetahuan dan pemahamannya tentang
sains baik berupa fakta, konsep, prinsip, hukum maupun teori. Aspek produk IPA
dalam pembelajaran di SD dikembangkan dalam pokok-pokok bahasan yang
menjadi target program pembelajaran yang harus dikuasai. Aspek tersebut sering
disajikan dalam bentuk pengetahuan yang sudah jadi.
2. Penguasaan proses ilmiah atau proses sains mengacu pada sejauh mana siswa
mengalami perubahan dalam kemampuan proses keilmuan yang terdiri atas
tingkat pendidikan dasar di SD maka penguasaan proses sains difokuskan pada
keterampilan proses sains dasar yang meliputi keterampilan mengamati,
mengelompokan, menghitung, meramalkan, menyimpulkan dan
mengkomunikasikan.
3. Penguasaan sikap ilmiah atau sikap sains merujuk pada sajauh mana siswa
mengalami perubahan dalam sikap dan system nilai dalam proses keilmuan.
Sikap ilmiah yang sangat penting dimiliki pada semua tingkatan pendidikan.sains
adalah hasrat ingin tahu, menghargai kenyataan, ingin menerima ketidak puasan
dan rasa ingin yahu, penemuan, berfikir kritis dan teguh pendirian tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena saling melengkapi.

Adapun hasil belajar yang ingin dicapai ialah segenap perubahan tingkah

laku yang terjadi pada siswa, dan hasil kognitif yang diraih setiap siswa.

G. Penelitian yang Relevan

Pelaksanaan penyusunan skripsi yang berjudul “Penerapan Pendekatan Keterampilan

Proses dalam Pembelajaran Konsep Energi dan Perubahannya Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar”. Penulis melakukan kegiatan diantaranya

mengadakan observasi terhadap subjek maupun objek yang dijadikan penelitian. Selain itu

Penulis juga melakukan studi pustaka untuk mencari teori-teori yang relevan yang dapat

menunjang pelaksanaan penelitian. Hasil penelitian yang dilakukan para peneliti tersebut

juga dapat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam studi pustaka

tersebut, Penulis menemukan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti

terdahulu yang hasilnya cukup beragam namun mengarah pada keberhasilan, diantaranya

sebagai berikut :

1. Penelitian melalui keterampilan proses IPA telah dilakukan oleh Muhammad Hanifah

(2006) dengan judul ”Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Pada Materi Bentuk

dan Gerak Bumi di Kelas VI SD”, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

keterampilan proses dapat meningkatkan aspek keterampilan mengamati,

memprediksikan, menyimpulkan, mengkomunikasikan. Hasil belajar yang diperoleh

mengalami peningkatan disetiap tindakannya.

2. Penelitian melalui keterampilan proses IPA telah dilakukan oleh Marlita (2008)

dengan judul ”Implementasi Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan

Pemahaman Konsep Pesawat Sederhana Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar”, dapat

disimpulkan bahwa setelah menggunakan keterampilan proses pemahaman dan

aktivitas siswa menjadi semakin meningkat.

3. Penelitian melalui keterampilan proses IPA telah dilakukan oleh N. Gina Siti Agnia

(2009) dengan judul ” Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Mengembangkan

Kecerdasan Majemuk dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Konsep Pesawat

Sederhana”, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pada pembelajaran konsep

Pesawat Sederhana menggunakan keterampilan proses pada setiap tindakannya

mengalami peningkatan baik dari nilai di setiap evaluasi yang dilakukan juga sikap
ilmiah dan keterampilan IPA siswa serta perkembangan kecerdasan majemuk siswa

mengalami perubahan yang sangat memuaskan.

H. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Jika pembelajaran IPA tentang

konsep energi dan perubahannya di kelas IV SD menggunakan pendekatan keterampilan

proses, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat”.

Anda mungkin juga menyukai