Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

MAKALAH PERKEMBANGAN KONSEP DIRI

DISUSUN OLEH:

NAMA : 1.ALFREDO

2.GERALDO TANJUNG

3.ARIO PURBA

4.HOLAN PARAPAT

PRODI : Pendidikan Teknik Mesin

Dosen Pengampu : NANI BARORAH NASUTION, S.Psi.,MA.

Mata Kuliah : Perkembangan Peserta Didik

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan psikosial peserta didik yang penting di
pahami oleh seeorang guru. Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep
diri. Konsep diri (self consept) merupakan suatu bangian yang penting dalam setiap pembicaraan
tentang kepribadian seseorang. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga
dapat membedakan manusia dengan makhluk hidup lain.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang
tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada
akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perasaan individu bahwa ia tidak
mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal segala keberhasilan banyak bergantung kepada
cara individu memandang kualitas kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif
terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas
sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangatlah penting untuk setiap
orang memahami konsep diri.

1.2 Rumusan Masalah

Dari beberapa masalah yang dibahas dapat di rumuskan sebagai berikut :

- Apa pengertian konsep diri ?

- Bagaimana tentang respon konsep diri positif dan negatif ?

- Apa saja faktor-faktor yang membentuk konsep diri ?

- Apa saja komponen konsep diri ?

- Apa pengembangan konsep diri ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian konsep diri


2. Bagaimana tentang respon konsep diri positif dan negatif

3. Apa saja komponen konsep diri

4. Bagaimana pengembangan konsep diri

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Konsep Diri

Konsep diri citra subjektif dari dan percampuran yang kompleks dari perasaan,sikap,dan persepsi
bawah sadar maupun tidak sadar. Seseorang mulai membentuk konsep diri saat usia muda,masa
remaja waktu kritis ketika banyak hal secara kontinu mempengaruhi konsep diri.

Beberapa ahli merumuskan definisi konsep diri, menurut Burns “ konsep diri adalah hubungan
antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendir. Konsep diri adalah pandangan individu
mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat
informasi yang diberikan orang lain pada diri individu, dapat diartikan bahwa konsep diri yang
dimiliki individu dapat diketahui lewat informasi, pendapat, penilaian atau evaliasi dari orang
lain mengenai dirinya. Individu akan mengetahui dirinya cantik, pandai, atau ramah jika ada
informasi dari orang lain mengenai dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak langsung
individu telah menilai dirinya sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri itu meliputi watak dirinya,
orang lain dapat menghargai dirinya atau tidak, dirinya termasuk orang yang berpenampilan
menarik, cantik atau tidak.

Menurut Hurlock memberikan pengertian tentang konsep diri sebagai gambaran yang dimiliki
orang tentang diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka
sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi dan prestasi.

Menurut pendapat William D. Brooks konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang
diri. Konsep diri idefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian
seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan,
karakter, maupun sikap yang dimiliki individu. Konsep diri merupakan penentu sikap individu
dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini
merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan.
Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan
bagi dirinya.

Dari beberapa pendapat dari para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Konsep diri adalah
gagasan atau keseluruhan gagasan tentang diri sendiri yang mencakup keyakinan, pandangan dan
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita melihat
diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita
menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang kita harapkan.

2.2 Dimensi Konsep Diri

1. Pengetahuan (kognitif). Dimensi pertama dari konsep diri adalah apa yang kita ketahui
tentang diri sendiri atau penjelasan dari ”siapa saya” yang akan memberi gambaran tentang diri
saya. Gambaran mengenai diri sendiri akan membentuk citra diri (self image). Dimensi
pengetahuan dari konsep diri mencakup segala sesuatu yang kita pikirkan tentang diri kita
sebagai pribadi, seperti ”saya pintar”, ”saya cantik”, ”saya anak baik”, dan seterusnya.

2. Harapan. Dimensi kedua dari konsep diri adalah dimensi harapan atau diri yang dicita-
citakan di masa depan. Ketika kita mempunyai sejumlah pandangan tentang siapa kita
sebenarnya, pada saat yang sama kita juga mempunyai sejumlah pandangan lain tentang
kemungkinan menjadi apa diri kita di masa mendatang. Singkatnya, kita juga mempunyai
pengharapan bagi diri kita sendiri. Pengharapan ini merupakan diri-ideal (self-ideal) atau diri
yang dicita-citakan.

3. Penilaian. Dimensi ketiga konsep diri adalah penilaian kita terhadap diri kita sendiri.
Penilaian diri sendiri merupakan pandangan kita tentang harga atau kewajaran kita sebagai
pribadi. Menurtu Calhoun dan Acocella (1990), setiap hari kita berperan sebagai penilai tentang
diri kita sendiri, menilai apakah kita bertentangan: a) pengharapan bagi diri kita sendiri (saya
dapat menjadi apa), b) standar yang kita tetapkan bagi diri kita sendiri (saya seharusnya menjadi
apa). Hasil dari penilaiantersebut membentuk apa yang disebut dengan rasa harga diri, yaitu
seberapa besar kita meyukai diri sendiri. Orang yang hidup dengan standar dan harapan-harapan
untuk dirinya sendiri – yang menyukai siapa dirinya, apa yang sedang dikerjakannya, dan akan
kemana dirinya – akan memiliki rasa rasa harga diri yang tinggi (high self-esteem). Sebaliknya,
orang yang terlalu jauh dari satndar dan harapn-harapannya akan memiliki rasa harga diri yang
rendah (low self esteem). Dengan demikian dapat dipahami bahwa penilaian akan membentuk
penerimaan terhadap diri, serta harga diri seseorang.

Langkah-langkah mempertahankan konsep diri, yaitu:

1. bersikap obyektif dalam mengenali diri sendiri,

2. hargailah diri sendiri

3. jangan memusuhi diri sendiri,

4. berpikir positif dan rasional.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa langkah membangun konsep diri adalah Belajar
menyukai diri sendiri atau cinta diri sendiri, Kembangkan pikiran positive thinking, Hubungan
interpersonal harus dibina dengan baik, Pro-aktif atau sikap yang aktif menuju yang positive, dan
Menjaga keseimbangan hidup.

•Manfaat mengembangkan konsep diri

1. Rasa percaya Diri

2. Semangat dan Gairah Hidup

3. Keberanian

4. Kebebasan

5. Harga Diri ( Self-Esteem )

6. Kedamaiahn dan Kebahagiaan

7. Keberhasilan dalam hidup

2.3 Konsep Diri Positif dan Konsep Diri Negatif

2.3.1. Konsep diri negatif

Menurut Colhoun dan Acocella (1995) individu yang mempunyai konsep diri negatif umumnya
memiliki sedikit pengetahuan tentang dirinya sendiri, biasanya memiliki pandangan tentang
dirinya yang sedikit, tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri, benar-benar tidak
tahu siapa dirinya, kekuatannya dan kelemahannya. Konsep diri bisa terlalu stabil atau kaku,
mungkin karena didikan yang sangat keras. Individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak
mengizinkan adanya penyimpangan dari aturan. Keadaan inilah yang menyebabkan kecemasan
yang mengancam dirinya.

Harapan individu yang mempunyai konsep diri negatif tidak realistis. Individu ini mempunyai
sedemikian rupa sehingga dalam kenyataannya ia tidak mencapai apapun yang berharga. Bila ia
mengalami kegagalan, maka kegagalan ini akan merusak dirinya sendiri. Individu ini menjebak
dan menghantam dirinya sendiri.

Individu yang mempunyai konsep diri negatif akan memberi penilaian terhadap dirinya juga
negatif. Apapun keadaan dirinya, tidak pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya tampak
tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Individu ini sering menghadapi
kecemasan karena menghadapi informasi tentang dirinya yang tidak diterimanya dengan baik
dan mengancam dirinya.

Individu yang mempunyai konsep diri negatif mempunyai pengertian tidak tepat tentang dirinya,
pengharapan yang tidak realistis dan harga diri yang rendah. Individu ini memandang dirinya
tidak punya potensi dan mempunyai motivasi yang rendah untuk belajar, mudah cemas dan putus
asa, kurang mampu mengaktualisasikan potensinya, sensitif dan mudah curiga. Individu dengan
konsep diri negatif menganggap suatu keberhasilan diperoleh bukan karena kemampuannya tapi
karena suatu kebetulan atau nasib semata.

2.3.2 Konsep diri positif

Individu yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik. Konsep diri yang
positif bersifat stabil dan bervariasi. Indvidu ini dapat menyimpan informasi tentang dirinya
sendiri baik positif atau negatif. Individu dengan konsep diri positif dapat memahami dan
menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya.

Pengahrapan individu yang berkonsep diri positif dirancang dengan tujuan-tujuan yang sesuai
dengan realistis. Artinya memiliki kemunginan besar untuk dapat mencapai tujuan tersebut.
Individu ini dapat menghadapi kehidupan di depannya. Indvidu dengan konsep diri positif dapat
tampil ke depan dengan bebas, ia akan bertindak dengan berani, spontan dan memperlakukan
orang lain dengan hangat serta hormat. Individu ini memandang hidup lebih menyenangkan dan
penuh harapan.

Konsep diri positif cukup luas untuk menampung seluruh pengalaman mental individu, penilaian
tentang dirinya menjadi positif. Individu ini dapat menerima dirinya apa adanya dan juga dapat
menerima orang lain apa adanya.

Individu yang mempunyai konsep diri positif, memiliki pengertian yang luas dan bermacam-
macam tentang dirinya, pengharapan yang realistis dan harga diri yang tinggi. Individu ini akan
mampu mengatasi dan mengarahkan dirinya, memperhatikan dunia luar.

Kemampuan ini dalam berinteraksi dengan lingkungan sangat bagus. Inidvidu berkonsep diri
positif sangat menghargai dirinya dan orang lain, spontan dan orisinil, bebas dan dapat
mengantisipasi hal-hal negatif, bebas mengemukakan pendapat, memiliki motivasi yang tinggi
untuk mencapai prestasi serta mampu mengaktualisasikan potensinya.

2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

1. Usia.

Adaya perbedaan usia menentukan perbedaan bagaimana konsep diri akan dibentuk. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan pengalaman yang diperoleh seseorang sehingga akan
semakin mempengaruhi luasnya wawasan kognitif. Selanjutnya akan menentukan bagaimana
persepsi seseorang terhadap pengalamannya dan akhirnya turut juga berpengaruh dalam
mempersepsi dirinya.

2. Peran seksual.
Peran seksual adalah pengetahuan individu sendiri apakah ia termasuk laki-laki ataukah
perempuan. Peran seksual akan mempengaruhi perkembangan konsep diri individu. Itu berarti,
peran seksual yang diterapkan pada seorang anak lambat-laun akan membentuk konsep diri anak.
Misalnya, seorang anak perempuan tunggal yang mempunyai beberapa saudara laki-laki, dapat
dimungkinkan bahwa lambat laun akan berperilaku seperti layaknya laki-laki, bahkan konsep
dirinya juga dibangun dalam kerangka konsep laki-laki. Perbedaan peran kedua jenis kelamin
tersebut mengakibatkan adanya perbedaan perilaku terhadap laki-laki dan perempuan. Perbedaan
perilaku terhadap kedua jenis kelamin ini telah diterapkan sejak diri pada kehidupan anak.
Orangtua akan memberikan perlakuan yang berbeda antara anak laki-laki dan perempuan.
Orangtua mengajarkan anak laki-laki untuk bersikap sebagai makhluk kuat, mandiri,
bertanggung jawab, dan harus melindungi perempuan dan anak-anak. Orangtua mengajarkan
anak perempuan untuk bersikap lemah lembut, emosional, patuh, pasif, dan harus dilindungi.
Perbedaan perilaku tersebut akan membentuk konsep diri sesuai dengan jenis kelaminya.

3. Keadaan fisik.

Keadaan fisik merupakan faktor yang dominan bagi seseorang, khususnya bagi seorang
wanita. Ini disebabkan keadaan fisik memegang peranan penting dalam pembentukan konsep
diri. Gambaran fisik dipahami melalui pengalaman langsung dan persepsinya mengenai
tubuhnya sendiri. Adanya ketidaksempurnaan tubuh seseorang, akan mempengaruhi konsep diri
secara tidak langsung. Dengan kata lain, proses evaluasi tentang tubuhnya didasarkan pada
norma sosial dan umpan balik dari orang lain. Penilaian yang positif terhadap keadaan fisik
seseorang baik dari diri sendiri maupun dari orang lain sangat membantu perkembangan konsep
diri yang positif.

4. Sikap-sikap orang di lingkungan sekitarnya.

Roger (1961) menyatakan bahwa perkembangan konsep diri ditentukan oleh interaksi yang
terbentuk antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Ini berhubungan dengan feed back atau
umpan balik yang diberikan oleh orang-orang disekitarnya terhadap perilaku individu tersebut.
Umpan balik yang diberikan orang dilingkungannnya akan mempengaruhi konsep diri indvidu.
Jika umpan balik yang diberikan orang-orang di lingkungannya menunjukkan penerimaan maka
individu merasa diterima dan akan membantu perkembangan konsep diri ke arah positif. Tetapi
jika umpan balik yang diberikan oleh orang-orang dlingkungannya menunjukkan penolakan,
individu akan merasa terabaikan, terasing, merasa rendah diri, dan akan membentuk konsep diri
yang negatif.

5. Figur-figur bermakna

. Banyak figur yang bermakna bagi individu yang pada intinya memberi pengaruh pada dirinya,
baik melalui umpan balik ataupun melalui perilaku yang kemudian diinternalisasikannya. Figur-
figur tersebut memberi pengaruh yang sangat terasa dalam pembentukan dan perkembangan
konsep diri. Figur bermakna biasanya orang yang mempunyai arti khusus bagi individu meliputi
orangtua, angota keluarga, guru, teman, pacar dan tokoh idola.
2.5 Karekteristik Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik

2.5.1. Karakteristik Konsep Diri Anak Usia Sekolah

Pada awal masuk SD, terjadi penurunan dalam konsep diri anak-anak. Hal ini mungkin
disebabakan oleh tuntutan baru dalam akademik dan perubahan sosial yang muncul disekolah.
SD banyak memberikan perubahan kesempatan kepada anak-anak untuk membandingkan
dirinya dengan teman-temannya, sehingga penilaian dirinya secara gradual menjadi lebih
realistis.

Menurut Santrock (1995), perubahan-perubahan dalam konsep diri anak selama tahun-tahun SD
dapat dilihat sekurang-kurangnya dari tiga karakteristik konsep diri, yaitu:

a. Karakteristik Internal

Berbeda dengan anak-anak prasekolah, anak usia SD lebih memahami dirinya melalui
karakteristik internal daripada melalui karakteristik eksternal. Penelitian F. Abound dan S.
Skerry (1983) menerumakan bahwa anak-anak kelas dua jauh lebih cenderung menyebutkan
karakteristik psikologis (seperti sifat-sifat kepribadian) dalam pendefinisian diri mereka dan
kurang cendrung menyebutkan karakteristik fisik (seperti warna mata atau pemilikan). Misalnya,
anak usia 8 tahun mendeskripsikan drinya sebaga: ”Aku seorang yang pintar dan terkenal”. Anak
usia 10 tahun berkata tentang dirinya: ”Aku cukup lumayan tidak khawatir terus menerus, Aku
biasanya suka marah, tetapi sekarang aku sudah lebih baik.

b. Karakteristik aspek-aspek sosial

Selama tahun-tahun SD, aspek-aspek sosial dari pemahaman dirinya juga meningkat. Dalam
suatu investigasi, anak-anak SD seringkali menjadikan kelompok-kelompok sosial sebagai acuan
dalam deskripsi mereka. Misalnya, sejumlah anak mengacu diri mereka sebagai Pramuka
perempuan, sebagai seorang yang memiliki dua sahabat karib.

c. Karakteristik perbandingan sosial

Pada tahap perkembangan ini, anak-anak cenderung membedakan diri mereka dari orang lain
secara komparatif daripada secara absolut. Misalnya, anak anak usia SD tidak lagi berpikir
tentang apa yang ”aku lakukan’ atau yang ”tidak aku lakukan”, tetapi cenderung berpikir tentang
”apa yang dapat aku lakukan dibandingkan dengan ”apa yang dapat dilakukan oleh orang lain”.

2.5.2 Karakteristik Konsep Diri Remaja (SMP-SMA)

a. Abstract and idealistic.


Pada masa remaja, anak-anak lebih mungkin membuat gambaran tentang diri mereka dengan
kata-kata yang abstrak dan idealistik.

b. Differentiated

Konsep diri remaja bisa menjadi semakin terdiferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang lebih
muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan konteks atau situasi
yang semakin terdiferensiasi.

c. Contradictions within the self

Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam konteks yang
berbeda-beda, kaka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang terdeferensiasi ini.

d. The Fluctiating Self

Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada gilirannya memunculkan fluktuasi diri dalam
berbagai situasi dan lintas waktu yang tidak mengejutkan. Diri remaja akan terus memiliki ciri
ketidakstabilan hingga masa di mana remaja berhasil membentuk teori mengenai dirinya yang
lebih utuh, dan biasanya tidak terjadi hingga masa remaja akhir, bahkan hingga masa dewasa
awal.

e. Real and Ideal, True and False Selves

Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping diri yang
sebenarnya. Kemampuan utnuk menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri
yang ideal menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif dan adanya perbedaan yang
terlalu jauh antara diri yang nyata dengan diri ideal menunjukkan ketidakmampuan remaja untuk
menyesuaikan diri.

f. Social Comparison

Remaja lebih sering menggunakan social comparison (perbandingan social) untuk mengevaluasi
diri mereka sendiri. Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung
menurun pada masa remaja karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan
Namun, kesediaan remaja untuk mengevaluasi diri mereka cenderung menurun pada masa
remaja karena menerut mereka perbandingan social itu tidaklah diinginkan

g. Self-Conscious

Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan tentang
pemahaman diri mereka.

h. Self-protective

Remaja juga memiliki mekanisme untuk melindungi dan mengembagkan dirinya. Dalam upaya
melindungo dirinya, remaja cendrung menolak adanya karakteristik negatif dalam diri mereka.
i. Unconscious

Konsep diri remaja melibatkan adanya pengenalan bahwa komponen yang tidak disadari
termasuk dalam dirinya, sama seperti komponen yang disadari. Pengenalan seperti ini tidak
muncul hingga masa remaja akhir. Artinya, remaja yang lebih tua, yakin akan adanya aspek-
aspek tertentu dari pengalaman mental dari mereka yang berada di luar kesadaran atau control
mereka dibandingkan dengan remaja yang lebih muda.

j. Selfintegration

Terutama pada masa remaja akhir, konsep diri menjadi lebih terintegrasi, dimana bagian yang
berbeda-beda dari diri secara sistematik menjadi satu kesatuan. Remaja yang lebih tua, lebih
mampu mendeteksi adanya ketidakkonsistenan.

2.6 Implikasi Perkembangan Konsep Diri Peserta Didik terhadap Pendidikan

1. Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru

Dukungan guru dapat ditunjukkan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support),
seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian, dan umpan balik. Dapat juga dengan dukungan
penghargaan (esteem support), seperti melalui ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap
siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa dan
perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain

2. Membuat siswa merasa bertanggung jawab

Memberi kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat
diartikan sebagai upaya guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa Memberi kesempatan
kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai upaya
guru untuk memberi tanggung jawab kepada siswa

3. Membuat siswa merasa mampu

Dapat dilakukan denga cara menunjukkan sikap dan pandangan yang positif terhadap
kemampuan yang dimiliki siswa. Guru harus berpandangan bahwa semua siswa pada dasarnya
memiliki kemampuan, hanya saja mungkin belum dikembangkan

4. Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistik

Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian di masa
lampau, sehingga pencapaina prestasi sudah dapat diramalkan dan siswa akan terbantu untuk
bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri

5. Membantu siswa menilai diri mereka secara realisitik


Guru perlu membantu siswa menilai prestasi siswa secara realistis, yang membantu rasa percaya
akan kemampuan mereka dalam menghadapi tugas-tugas sekolah dan meningkatkan prestasi
belajar di kemudian hari.

6. Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistik

Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan
memberikan dorongan kepada siswa agar bangga atas prestasi yang dicapai. Ini merupakan salah
satu kunci untul menjadi lebih positif dalam memandang kemampuan yang dimiliki.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Konsep diri adalah cara seseorang untuk melihat dirinya secara utuh dengan semua ide,
pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang
lain. Sangatlah penting bagi setiap orang untuk memahami konsep diri, yaitu dengan terlebih
dahulu harus menanamkan dalam dirinya sendiri pandangan tentang dirinya sebelum memberi
pandangan kepada orang lain.

Ada beberapa komponen konsep diri yaitu identitas diri yang merupakan intenal idividual, citra
diri sebagai pandangan atau presepsi, harga diri yang menjadi suatu tujuan, ideal diri menjadi
suatu harapan, dan peran atau posisi di dalammasyarakat.Untuk membangun konsep diri kita
harus belajar menyukai diri sendiri, mengembangkan pikiran positif, memperbaiki hubungan
interpersonal ke yang lebih baik, sikap aktif yang positif, dan menjaga keseimbangan hidup.

Semua yang kita lakukan pasti ada manfaatnya begitu juga dalam memahami konsep diri, kita
menjadi bangga dengan diri sendiri, percaya diri penuh, dapat beradaptasi dengan lingkungan,
dan mencapai sebuah kebahagiaan dalam hidup.

3.2 Saran

Setelah kami menyimpulkan apa yang telah di jabarkan maka jika sekiranya ada
kesalahan ataupun kekeliruan dari penulisan makalah ini, baik dalam penyusunan maupun
penulisan, kritik dan saran pembaca sangat kami harapkan demi kelangsungan penulisan
makalah kami selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA

Hemoroid, Askep. Askep psikososial Pada Pasien Dengan Gangguan Konsep Diri.

Agus-Suroso. Blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai