Anda di halaman 1dari 13

1

ANALISIS KELAYAKAN LAHAN PERUNTUKAN PEMBANGUNAN DERMAGA PLTU


DI PERAIRAN DESA SUKADANA KECAMATAN BAYAN LOMBOK UTARA

Sukuryadi, 2Mas’ad
1

1, 2
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Muhammadiyah Mataram
Email : Syukur_y80@yahoo.com

ABSTRAK
Pengelolaan wilayah pesisir dan pantai perlu dikembangkan perencanaannya sebagai langkah awal dalam
pencapaian hasil yang optimal. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan keuntungan-keuntungan yang disediakan
oleh kawasan pesisir dan untuk meminimalkan konflik serta berbagai perusakan yang dilakukan oleh manusia di
dalam wilayah pesisir. Guna mewujudkan hal tersebut, penataan ruang berupa penetapan fungsi zonasi diharapkan
dapat menjaga keseimbangan antara perlindungan ekosistem dan eksploitasinya dalam pengelolaan wilayah pesisir
dan lautan. Zonasi merupakan upaya penetapan batas-batas fungsional suatu peruntukan sesuai dengan potensi
sumberdaya, daya dukung dan proses-proses ekologi yang berlangsung dalam sistem tersebut. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka studi penelitian ini dapat menjadi suatu jawaban atas permasalahan itu dalam rangka
pengembangan wilayah pesisir dan lautan ditinjau dari pemanfaatan ruang untuk kegiatan pembangunan dermaga
PLTU di wilayah pesisir desa Sukadana kecamatan Bayan Lombok Utara. Dengan demikian tujuan penelitian ini
untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan laut bayan bagi rencana pembangunan dermaga/pelabuhan PLTU
ditinjau dari aspek parameter oceanografinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
terhadap parameter-parameter oceanografi, kondisi eksisting beberapa parameter oseanografi perairan secara in-
situ kemudian disandingkan dengan matriks kesesuaian bagi kelayakan peraiaran untuk pembangunan dermaga.
Diantara beberapa parameter tersebut adalah; pasang surut, arus, gelombang, bathimetry, dan hal-hal lain yang
diperlukan. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
potensi kesesuaian lahan wilayah perairan desa Sukadana kecamatan Bayan Lombok Utara untuk
pembangunan/pengembangan dermaga PLTU memiliki tingkat kesesuaian yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik parameter lingkungannya, dalam hal ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu Sangat Sesuai (S1), dan Sesuai
(S2).

Kata Kunci: Tingkat Kesesuaian, Dermaga PLTU, Parameter Oceanografi

I. PENDAHULUAN marine biodiversity sebagai basis utama


kelangsungan produk untuk devisa negara
Indonesia dengan letak geografisnya pada dalam jangka panjang.
jalur katulistiwa dan beriklim tropis telah dikenal Pengelolaan wilayah pesisir harus
sebagai negara kepulauan, mempunyai dilakukan dengan cermat agar manfaat ekonomi
sumberdaya pesisir dan laut yang sangat besar dapat diperoleh secara maksimal dan dampak
serta spesifik. Sebagai negara yang negatif dari pemanfaatannya dapat dikurangi
mempunyai keuntungan alam berupa tempat sekecil mungkin. Untuk dapat melakukan
megabiodiversity maka pemikiran sungguh- pengelolaan sebagaimana dimaksud di atas,
sungguh tentang pemanfaatan dan maka diperlukan rencana yang memadai. Hal
pengelolaannya merupakan suatu langkah tepat ini dikarenakan bahwa wilayah pesisir
dalam mengejar ketertinggalan pembangunan merupakan ekosistem yang sangat potensial,
negara ini. Sumber daya alam berupa tropical namun sangat sensitif pula. Kesalahan dalam
marine resources, yang hanya dimiliki oleh pengelolaan dapat menghilangkan potensi
negara-negara tropis, Indonesia termasuk paling manfaat kawasan pesisir, dapat menimbulkan
kaya keanekaragaman hayatinya, dalam arti dampak negatif pada wilayah daratan di
tidak akan tertandingi oleh negara-negara di sekitarnya, dan dapat pula menimbulkan
kawasan subtropis dan negara-negara maju di dampak negatif pada wilayah lautan dalam.
belahan bumi bagian utara dan selatan. Untuk Dalam perkembangannya, wilayah
itu maka perlu adanya arah pemikiran dan pesisir cenderung berkembang dengan pesat.
kebijkasanaan nasional untuk memanfaatkan Namun jika potensi sumberdaya tersebut tidak

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


2

dikelola dan dimanfaatkan dengan seoptimal meminimalkan konflik serta berbagai perusakan
mungkin, maka akan berdampak terhadap yang dilakukan oleh manusia di dalam wilayah
kerusakan lingkungan, misalnya abrasi pesisir. Guna mewujudkan hal tersebut,
(pengikisan) garis pantai, penebangan hutan penataan ruang berupa penetapan fungsi zonasi
bakau, rusaknya terumbu karang, serta diharapkan dapat menjaga keseimbangan
tercemarnya badan perairan sekitar wilayah antara perlindungan ekosistem dan
pesisir. Kerusakan lingkungan tersebut pada eksploitasinya dalam pengelolaan wilayah
gilirannya dapat menurunkan produktivitas pesisir dan lautan. Zonasi merupakan upaya
perairan (populasi perikanan) di wilayah pesisir penetapan batas-batas fungsional suatu
sehingga dapat mempengaruhi daya tarik peruntukan sesuai dengan potensi sumberdaya,
pariwisata, khusunya wisata bahari yang dapat daya dukung dan proses-proses ekologi yang
berdampak pada penurunan tingkat berlangsung dalam sistem tersebut.
kesejahteraan masyarakat pesisir.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
Munculnya berbagai dampak negatif maka studi penelitian ini dapat menjadi suatu
seperti di atas antara lain disebabkan oleh jawaban atas permasalahan itu dalam rangka
fungsi ekologis dan fungsi ekonomi wilayah pengembangan wilayah pesisir dan lautan
pesisir tidak ditempatkan secara proporsional ditinjau dari pemanfaatan ruang untuk kegiatan
dalam mempertimbangkan pembangunan dan pelabuhan di wilayah pesisir Lombok Utara.
pemanfaatan lahan wilayah pesisir. Oleh
Berangkat dari pandangan tersebut
karena itu, untuk tidak memperbesar dampak
diatas, maka untuk mengetahui tingkat
negatif yang timbul, sejak sekarang perlu
kesesuaian perairan laut bayan bagi rencana
ditempuh berbagai langkah yang berorientasi
pembangunan dermaga/pelabuhan PLTU
pada pemanfaatan lahan dan sumberdaya
diperlukan kegiatan penelitian khusus tentang
pesisir yang bernilai tambah tinggi, tetapi
sejauh mana kondisi eksisting beberapa
disertai dengan pelestarian fungsi ekologisnya
parameter oseanografi perairan secara in-situ
(keseimbangan ekosistem wilayah pesisir).
kemudian disandingkan dengan matriks
Untuk itu maka pengelolaan wilayah kesesuaian bagi kelayakan peraiaran untuk
pesisir dan pantai perlu dikembangkan pembangunan dermaga. Diantara beberapa
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir parameter tersebut adalah; pasang surut, arus,
sebagai langkah dalam pencapaian hasil yang gelombang, jenis sedimen, bathimetry, kontur
optimal. Tujuannya adalah untuk ekosistem utama wilyah pesisir dan hal-hal lain
mengoptimalkan keuntungan-keuntungan yang yang diperlukan.
disediakan oleh kawasan pesisir dan untuk

II. METODE PENELITIAN


A. Waktu dan Lokasi

Gambar 1. Peta Lokasi Survey Lapangan

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


3

Pelaksanaan kegiatan penelitian ini waktu


adalah pada minggu pertama bulan januari 2015
Pengamatan
di perairan Bayan dengan rincian kegiatan Alat Selam
7 1 set Secara
sebagai tertera pada Tabel 1 berikutTabel 1. Dasar
Visual
Jadwal Kegiatan
Kamera Foto Dokumentas
Tabel 1. Jadwal Kegiatan 8 1 buah
Digital i proses
Hari ke-n Pencatatan
No Kegiatan Alat tulis
9 - hasil
1 2 3 4 5 6 7 menulis
pengukuran
1 Survey dan Software
Pengukuran Mengolah
10 pengolah data 1 buah
data Lapangan data
(MS Excel)
2 Pengumpulan Software
Data Lapangan analisa data Mengolah
11 GIS (ArcView, 1 buah
3 Olah dan data
ArcGIS,
Analisa Data Surfer dll
4 Penyusunan
Laporan Akhir Sedangkan sebagai bahan yang digunakan
antara lain Peta Rupa Bumi skala 1 : 50.000.
5. Penyerahan
hasil pekerjaan C. Prosedur Penelitian

1. Tahap awal/persiapan
Penelitian ini dilakukan di perairan
Tahap awal penelitian ini adalah untuk
Lombok Utara dan dilanjutkan pengolahan data
mempersiapkan segala sesuatu yang
spasial dilakukan di Laboratorium Geografi,
berhubungan dengan proses penelitian ini,
Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah persiapan yang dilakukan berupa pengumpulan
Mataram (1). referensi dan literatur pendukung, dan
pengumpulan data awal penunjang penelitian
ini.
B. Alat dan Bahan
Tabel 2 Alat-alat yang digunakan dalam 2. Observasi lapangan dan penentuan
pengambilan data lapangan. objek penelitian
Observasi lapangan dilakukan untuk
No Nama Alat Jumlah Kegunaan memperoleh gambaran kondisi umum wilayah
Global Penentu penelitian (gambar 1). Selanjutnya dapat
1 Positioning 1 buah posisi stasiun ditentukan tentang kriteria-kriteria yang akan
System (GPS) pengamatan dijadikan dasar dari penelitian ini.
Alat
2 Kapal I buah 3. Pengumpulan data
transportasi
Data-data yang dikumpulkan ada dua
Pengukur macam yaitu data sekunder daerah penelitian
arus dan dan data survei lapangan yang antara lain
3 Current
1 buah Gelombang mencakup data fisika-kimia oseanografi yaitu :
Meter dan Pasang a. Pengukuran Arah dan Kecepatan Arus
Surut Pengukuran kecepatan arus dilakukan
Pengukur dengan menggunakan current meter,
4 GPS MAPS 1 buah sedangkan arah arus ditentukan dengan
kedalaman
menggunakan kompas geologi
Kompas Penentu b. Pengukuran kedalaman
5 Geologi 1 buah arah Pengukuran kedalaman menggunakan
Penentu/me GPS MAPS yang ditenggelamkan dibawah
6 Stopwatch 1 buah
nghitung lunas kapal

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


4

c. Pengukuran Arah dan Tinggi Gelombang dilapangan. Dalam studi ini arus yang
Pengambilan data dilakukan dengan dibutuhakan merupakan pola arus permukaan
menggunakan Current Meter. Penentuan secara spasial di wilayah studi. Perolahan data
data gelombang yang terdiri dari tinggi arus permukaan secara spasial di wilayah studi
gelombang signifikan (H1/3), perode sangat sulit dilakukan dan mebutuhkan waktu
gelombang (T), dan periode gelombang yang lama. Untuk memperoleh data pola arus
signifikan (T1/3) (Pratiko, 1996 dalam permukaan dilakukan pemodelan numerik
Saleng, 2000) yang selengkapnya di hitung dengan menggunakan model DHI MIKE 21.
dengan rumus sebagai berikut : Model ini menggunakan pendekatan metode
beda hingga (finite difference) untuk

[ H1  H 2  ...H N ]
1. Tinggi gelombang signifikan (H1/3)
1 N 1
menyelesaikan persamaan yang digunakan.
H 13  Adapun persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
3 N
Persamaan kontinuitas:
Keterangan :

H 13 = Tinggi gelombang signifikan (m) Persamaan momentum pada sumbu x

1 √
= jumlah gelombang terukur
3
[ ( )]
2. Periode Gelombang (T)
t
T=
T Persamaan momentum pada sumbu y

Keterangan : √

T = Periode gelombang hasil


pengukuran (dtk) [ ( ) ( )]
t = Waktu pengamatan (dtk)
N = Banyaknya gelombang
dimana:
1 : water depth ( )
3. Periode gelombang signifikan (T ) : kedalaman yang bervariasi
3
terhadap waktu
1 : surface elevation
T = 1,1 x T
3 : flux densitas pada sumbu x
3
dan y (m /s/m)=
Keterangan ; : kecepatan yang dirata-ratakan
T = Pediode gelombang (dtk) terhadap kedalaman pada
sumbu x dan y
1 1/2
: Chezy resistance (m /s)
T = Periode signifikan (dtk) 2
3 : gravitasi (m /s)
: faktor gesekan angin
d. Pengukuran Pasang surut : kecepatan angin pada sumbu x
Pengambilan data dilakukan dengan dan y (m/s)
menggunakan Current Meter untuk : parameter coriolis
mengetahui kisaran dan type pasang surut : tekanan atmosfer (kg/m/s2)
di lokasi kegiatan : densitas air laut (kg/m3)
: komponen shear stress efektif
D. Analisa Data
1. Arus
Data arus umumnya cukup sulit diperoleh
kecuali melakukan pengukuran secara langsung

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


5

 V V 
 yy  vyy   
Bed shear stress pada arah x dan y dapat

 y y 
dihitung dengan :

  z  2  z  2  2 dimana, v adalah 0,3  0,6 U*H


 bx  c f U U  V 1   b    b  
1

  x   y  
2 2
V : Kecepatan arus pada arah y
U : Kecepatan arus pada arah x

2. Kesesuaian Lahan

  z  2  z  2 
Proses dan tahapan selanjutnya adalah

 by  c f V U  V 1   b    b  
1
2
melakukan analisa data dengan SIG (system

  x   y  
2 2
informasi geografis) yang berbasis pada analisis
data spasial dan deskriptif/tabular yang
bertujuan untuk menentukan kesesuaian
dimana cf adalah koefisien gesekan dan dapat lahan/kawasan perairan eksisting. Data-data
dihitung sebagai berikut : (hasil survei dan data sekunder) ini selanjutnya

cf  
akan di analisis dalam software GIS, analisis
gn 2
C 2 2 H 3
g dilakukan dengan memasukkan data survei
1
dalam peta dasar melalui sistem overlay data
pada setiap peubah/kriteria dengan
dimana mempertimbangkan pembobotan dan skala
C : Chezy Koefisien penilaian untuk mendapatkan nilai skoring

 : 1,486 untuk unit Inggris dan 1,0 untuk SI


n : Manning Koefisien dalam menentukan kesesuaian lahan/kawasan
yang akan menghasilkan suatu peta kesesuaian
dan prospektif pengelolaan sumberdaya
Kedalaman rata-rata gesekan turbulen dapat pesisir/laut termasuk didalamnya bagi
dihitung menggunakan konsep viskositas Eddy pembangunan dermaga/pelabuhan.
dari Boussinesq, yaitu : Kriteria kesesuaian dapat

 U U 
dikelompokkan ke dalam beberapa aspek,

 xx  vxx   
kriteria teknis yang menyangkut kesesuaian
 x x 
dilihat dari aspek fisik yang meliputi beberapa

 U V 
aktivitas utama pada kawasan pesisir sebagai

 xy   yx  vxy   
pelabuhan.

 y x 

Tabel 3 Matriks Kesesuaian Untuk Dermaga

KELAS KESESUAIAN LAHAN


Faktor Simbol
S1 S2 N
Kedalaman D (m) D > 5,5 D < 5,5
Kisaran
A (m) A<2 2<A<4 A>4
Pasang Surut
Kisaran Arus
V (m/s) V < 0,5 0,5 < V < 1 V>1
Laut
Tinggi Ombak H (m) H < 0,2 0,2 < H < 1,2 H > 1,2
Luas areal L (m2) L < 126.000 L < 40.000
Sumber : Mappadjantji (2001)

III. PEMBAHASAN didapatkan bahwa batimetri pada lokasi kajian


cenderung bersifat landai yang di mulai dari
A. Bathimetri kedalaman sekitar 5 meter di dekat pantai dan
Dari Hasil pemeruman batimetri dan semakin dalam ke arah laut lepas. Kondisi
tumpang tindih dengan peta batimetri dishidros, pantai yang landai umumnya terdapat pada

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


6

bagian atas kiri dari lokasi kajian, pada bagian mencapai 25,7 m, kondisi ini sangat layak untuk
sebelah kanan lokasi kajian terdapat tubir dijadikan sebagai lokasi pelabuhan karena
(slope) yang memiliki kedalaman lebih dari 100 syarat pendirian pelabuhan adalah perairan
m dan rata-rata kedalaman lokasi kajian memiliki kedalaman rata-rata lebih dari 5 m.

Gambar 2. Peta Batimetri lokasi studi

menjelang pasang, saat pasang, menjelang


B. Arus surut, dan saat surut. Keempat kondisi arus
Untuk mengetahui karakteristik pola arus tersebut masing-masing disajikan dalam gambar
di lokasi kajian, maka di lakukan pedekatan 2. Secara umum dinamika arus yang didapatkan
dengan simulasi pemodelan baik secara pada lokasi kajian mirip dengan yang
temporal dan spasial. Simulasi pemodelan digambarkan pada arus di Lombok Utara secara
dilakukan pada dua musim yaitu musim barat umum.
(diwakili bulan Januari) dan musim timur Dari Error! Reference source not
(diwakili bulan Juli). Pengambilan dua musim ini found. terlihat bahwa tidak terjadi perbedaan
didasarkan atas pertimbangan kondisi wilayah pola arus yang nyata baik pada saat waktu saat
kajian yang sangat dipengaruhi oleh dinmaika surut, menjelang pasang, saat pasang, dan
yang sangat kontras pada kedua musim menjelang surut. Secara keseluruhan arus
tersebut. Hasil simulasi pemodelan di cuplik cenderung menuju ke arah timur sesuai dengan
pada empat kondisi pasang surut yang dianggap arah tiupan angin.
ekstrim mempengaruhi pola gerak air yaitu Pada lokasi kajian dapat dilihat bahwa faktor
kondis menjelang pasang, saat pasang, angin lebih dominan menentkan arah arus
menjelang surut, dan saat surut. Hasil model dibandingkan dengan pasang surut, hal ini
disajikan dalam bentuk gambar vektor yang sangat wajar terjadi karena kondisi wilayah studi
dioverlay dengan kontur kedalaman perairan. yang berhadapan langsung dengan laut flores
dan cenderung terbuka terhadap tiupan angin
1. Arus Musim Barat pada saat musim barat. Kecepatan arus di
Hasil simulasi model pola arus bulan sekitar pantai lokasi studi pada saat surut,
Januari (musim barat) disajikan pada waktu menjelang pasang, saat pasang, dan menjelang

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


7

surut berkisar antara 0.2-0.25 m/s. kecepatan bawah dari 0.5 m/s sehingga cocok untuk
arus pada musim barat saat surut, menjelang dijadikan sebagai tempat pelabuhan.
pasang, saat pasang, dan menjelang surut ini di

a. Pola Arus musim barat saat surut b. Pola Arus musim barat menjelang
pasang

c. Pola Arus musim barat saat pasang d. Pola Arus musim barat menjelang surut
Gambar 3. Pola Arus Musim Barat

2. Arus Musim Timur waktu surut, menjelang pasang, saat pasang,


Hasil simulasi model pola arus bulan Juli dan menjelang surut. Keempat kondisi arus
(musim timur) disajikan seperti halnya pada tersebut masing-masing disajikan dalam
musim barat, yaitu dilakukan pencuplik pada Gambar 4. Dari keempat gambar tersebut

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


8

terlihat pola arus pada musim timur memberikan pengaruh yang lebih nyata
menunjukkan perbedaan yang nyata bila terhadap pergerakan arus di bandingkan pasang
dibandingkan dengan kondisi musim barat. surut. Dalam kajian di Lombok utara yang lebih
Pada saat musim timur kecepatan arus berkisar luas, faktor pasang surut menentukan arah arus,
antara 0.05 – 0.2 m/s di dekat pantai. Kecepatan namun jika difokuskan ke lokasi kajian maka
ini lebih kecil dibandingkan kecepatan arus faktor angin yang dominan. Hal ini terjadi karena
musim barat, hal ini diduga karena lokasi kajian perbedaan luasan wilayah kajian. Pada saat
yang cenderung tertutup dari arah tiupan angin musim timur kecepatan rata-rata arus hanya 0.1
saat musim timur yang berasal dari arah m/s yang berarti lokasi kajian sangat sesuai
daratan. Arah arus musim timur dominan ke untuk pembangunan pelabuhan karena
arah barat sesuai arah tiupan angin, hal ini kecepatannya kurang dari 0.5
mennjukkan bahwa faktor angin di lokasi kajian

a. Pola Arus musim timur saat surut b. Pola Arus musim timur menjelang pasang

c. Pola Arus musim timur saat pasang d. Pola Arus musim barat menjelang surut
Gambar 4. Pola Arus Musim Timur

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


9

besarnya energy gelombang yang menghempas


C. Gelombang pantai.
Hasil analisis pengukuran gelombang 2.2. Hasil pemodelan
didapatkan bahwa tinggi gelombang signifikan gelombang pada saat musim barat
(H1/3) pada lokasi penelitian adalah 0.292 m,
didapatkan rata-rata tinggi gelombang
nilai gelombag signifikan yang diperoleh
menunjukkan kategori cukup sesuai untuk signifikan sebesar 0.35 m dan arah 266.7
pembangunan dermaga. Dengan demikian derajat, sedangkan pada musim timur
keadaan gelombang signifikan dilokasi didapatkan rata-rata tinggi gelombang
dikategrikan sedang hal ini didukung oleh signifikan sebesar 0.30 m dan 132
pernyataan Djurdjani (1998) yang mengatakan derajat (
bahwa Gelombang dikategorikan tenang jika Gambar 4). Tinggi gelombang signifikan
tingginya < 0,20 m, Sedang jika tingginya 0,2 – musim barat lebih tinggi dibandingkan musim
0,50 m, dan besar jika tingginya > 0,50. Adapun timur karena pada saat musim barat lokasi
kecepatan gelombang adalah 8,06 m/s, cenderung lebih terbuka terhadap tiupan angin
sedangkan energi gelombang adalah 109,376 sehingga transfer energi dari angin ke air untuk
2
N/m yang menunjukkan adalah fluktuasi energi membentuk gelombang menjadi lebih besar,
gelombang yang menghempas pantai. Fluktuasi sedangkan pada musim timur terjadi kondisi
energi gelombang sangat dipengaruhi oleh sebaliknya. Selain itu fetch gelombang pada
faktor musim. Pada musim angin timur saat musim timur lebih kecil dibandingkan saat
menunjukkan bahwa energy gelombang yang musim barat, sehingga gelombang yang
menghempas pantai sangat lemah karena pada ditimbulkan juga menjadi lebih kecil. Arah
musim ini angin yang bertiup sangat lemah gelombang di lokasi kajian cenderunh mengikuti
sehingga sehingga gelombang yang terbentuk arah tiupan angin, hal ini terjadi karena
akibat tenaga angin sangat kecil, namun gelombang sendiri terbentuk akibat adanya
sebaliknya, ketika musim barat tinggi ombak tiupan angin.
signifikan yang terbentuk dikategorikan cukup
besar karena pada musim ini angin bertiup
sangat lebih besar yang berimplikasi terhadap

Gambar 5 (a). Peta tinggi (atas) dan arah (bawah) gelombang signifikan musim barat

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


10

Gambar 5 (b). Peta tinggi (atas) dan arah (bawah) gelombang signifikan musim timur

Hasil simulasi saat musim barat dan hal ini sesuai dengan pendapatnya Hutabarat
musim timur menunjukkan kecenderungan tinggi dan Evans (1984) bahwa tipe angin yang
dan arah gelombang signifikan memiliki mempengaruhi besar dan kecilnya gelombang
ketinggian dan arah yang hampir sama di lokasi yang terbentuk adalah tergantung kecepatan
dekat panatai maupun yang agak jauh dari angin bertiup dipermukaan, sumber dimana
pantai, hal ini di duga karena struktur dari angin sedang bertiup dan jarak Fetch (Fetch
perairan yang cenderung landai sehingga tinggi lenght).
gelombang pada setiap lokasi tidak terlalu jauh Ketika musim angin barat, angin bertiup
berbeda. pengukuran di lapangan menunjukkan dari perairan samudera pasifik melewati
ketinggian gelombang signifikan di lokasi kajian permukan perairan Indonesia menuju samudera
kurang dari 0,5 m sehingga sangat layak hindia dengan kecepatan yang mulai sedang
dijadikan pelabuhan. hingga besar dengan kelembaban yang tinggi
Secara umum energi gelombang yang yang mempengaruhi bentuk gelombang yang
menghempas pantai sangat dipengaruhi oleh terjadi di perairan Indonesia dengan demikian,
ekosistem dasar perairan, dalam hal ini gelombang yang terbentuk di perairan Indonesia
ekosistem terumbu karang dan padang lamun. pada umumnya dan lokasi penelitian pada
Keberadaan Terumbu karang dan padang khususnya akan sedang hingga besar. Oleh
lamun dilokasi memberikan pengaruh terhadap karena itu, untuk mendapatkan data gelombang
besar-kecilnya abrasi yang terjadi akibat energy yang representatif diperlukan pengukuran pada
gelombang di pantai. Berdasarkan hasil survey musim yang berbeda (musim angin timur)
dilapangan menunjukkan bahwa kondisi supaya gambaran kondisi perairan dapat
ekosistem terumbu karang masih dalam dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan
keadaan baik sehingga memberikan pengaruh untuk pengelolaan potensi sumberdaya lautan
yang signifikan terhadap kestabilan pantai dan secara terpadu. Hal tersebut menurut Carter
dapat mencegah terjadinya abrasi. (1988), jika suatu muka barisan gelombang
datang dan membentuk sudut miring terhadap
Kategori gelombang yang sedang di garis pantai yang mempunyai kemiringan dasar
lokasi sangat berhubungan erat dengan musim landai dengan kontur-kontur kedalaman sejajar
angin barat. Musim angin barat merupakan dengan pantai , maka muka gelombang akan
musim yang menyebabkan perairan memiliki berubah arah dan cenderung menjadi sejajar
gelombang kategori sedang sampai besar yang dengan garis pantai atau mengalami proses
dilokasi khusus dan wilayah indonesia pada pembiasan. Selanjutnya arah perambatan
umumnya disamping itu, musim ini merupakan gelombang berubah dengan berkurangnya
musim basah (hujan) di Indonesia dikarenakan kedalaman, sehingga dapat diamati bahwa
angin yang bertiup saat ini adalah angin yang muka gelombang cenderung sejajar dengan
bergerak dari benoa Asia ke benoa Australia kedalaman. Hal ini disebabkan perubahan
yang memiliki kelembaban udara yang tinggi gelombang yang mengakibatkan perubahan
(udara basah). Kondisi angin yang bertiup di kecepatan fasa gelombang. Bila keadaan pantai
permukaan perairan akan berpengaruh terhadap landai, ada kemungkinan bahwa gelombang
besar dan kecilnya gelombang yang terbentuk

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


11

tersebut tidak pecah tetapi pemantulan dengan hasil yang didapatkan pada pengukuran
gelombang (refleksi) pasut yang dilakukan pada saat bulan Oktober
2015 dimana tipe pasng surut di Lombok utara
D. Pasang Surut bersifat Campuran cenderung ganda. Menurut
2.3. Pengukuran Pasang Pariwono (2007) perairan timur Indonesia yang
surut di lokasi kajian di lakukan dengan pada umumnya berupa laut dalam,
mempertimbangkan karakteristik lokasi menyebabkan tipe pasutnya didominasi oleh
kajian dimana penempatan alat pengukur tipe campuran dominansi ganda. Tunggang
pasut yang yang didapatkan pada lokasi kajian
pasang surut dilakukan pada wilayah
pada saat pengukuran adalah 0.76 m, tunggang
yang tidak terekspose udara pada saat pasut ini kurang dari 2 meter sehingga sangat
surut terendah. Hasil pengukuran pasang cocok untuk dijadikan sebagai lokasi
surut selama 40 jam dapat dilihat pada pembangunan pelabuhan/dermaga. Namun
Gambar 5. Secara visual, pasut yang ada perlu lagi dilakukan pengukuran selama 15 hari
pada lokasi kajian memiliki tipe pasang surut untuk mendapatkan tunggang pasut saat pasut
campuran cencerung ganda yang berarti dalam purnama dan perbani sehingga rentang
24 jam terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. tunggang pasut maksimum dan minimum dapat
Pada lokasi kajian juga ditemukan bahwa tinggi diketahui.
pasut memiliki ketidaksamaan harian dimana
ketinggian pasang yang pertama berbeda
dengan pasang berikutnya. Hasil ini sesuai

Gambar 6. Hasil pasang surut musim barat

mudah untuk diakses karena dilalui oleh jalan


E. Kelayakan Dermaga PLTU provinsi NTB rute Bayan-Lombok Timur.
Wilayah lokasi kajian menurut RZWP3K Wilayah ini hanya terletak sekitar 104 km dari
kabupaten lombok utara termasuk dalam Bandara Internasional Lombok (BIL) Praya dan
kawasan strategi khusus Labuhan Carik. Dari hanya 89 km dari labuhan lembar yang
segi aksesabilitas, maka wilayah kajian sangat merupakan pelabuhan Lombok – Bali. Selain itu

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


12

dari pusat kota mataram, wilayah kajian hanya sangat bagus baik dari darat, udara, maupun
berjarak 73 km dan hanya berjarak 41 km dari laut sehingga akan mempermudah dalam
pusat kota Kabupaten Lombok Utara. Sehingga proses pengurusan administrasi.
secara umum aksesabilitas ke lokasi kajian

Gambar 7. Peta Kategori Kesesuaian Dermaga PLTU

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan B. saran
Berdasarkan hasil analisis data yang 1. Untuk meningkatkan nilai penting dari suatu
dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat lahan pesisir sebaiknya dalam pemanfaatan
disimpulkan bahwa : dan pengembangannya harus
1. Potensi kesesuaian lahan wilayah perairan memperhatikan faktor-faktor lingkungan
Bayan Lombok Utara untuk yang menjadi daya dukungnya (carring
pembangunan/pengembangan dermaga capacity).
PLTU memiliki tingkat kesesuaian yang 2. Perlunya perhatian khusus terkait faktor
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik penentu keberhasilan pengembangan dan
parameter lingkungannya. pemanfaatan potensi lahan seperti bentang
2. Tingkat kesesuaian Lahan untuk alam (landscape) serta parameter yang lain
pelabuhan/dermaga PLTU terdiri dari 2 seperti karakteristik oceanografi dan
kategori yaitu Sangat Sesuai (S1), dan substrat dasar perairan sehingga membantu
Sesuai (S2). dalam perencanaan peruntukan kawasan
pelabuhan sehingga nantinya dapat
dikembangkan demi kebutuhan dan
kesejateraan masyarakat pesisir sekitarnya,

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1


13

3. Pemerintah setempat harus memiliki acuan


yang jelas dalam menentukan rencana
penggunaan lahan wilayah pesisir supaya
potensi yang ada termanfaatkan secara
optimal demi kesejahteraan masyarakat
serta mengurangi konflik kepentingan antar
masyarakat,
4. Pemerintah setempat bersama pemerintah
pusat harus menindaklanjuti rencana tata
ruang wilayah pesisir selatan Lombok Utara
sesuai peruntukkannya sehingga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah yang
berasal dari pemberdayaan wilayah pesisir
dan lautan secara terpadu.

DAFTAR PUSTAKA

Bengen, D.G. 2000. Pedoman Teknis.


Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem
Mangrove. PKSPL-IPB. Bogor

, 2004. Sinopsis. Ekosistem dan


Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut Serta
Prinsip Pengelolaannya. PKSPL-IPB.
Bogor

Dahuri, R. J. Rais,. S.P. Ginting dan M.J. Sitepu.


1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT.
Pradya Paramita. Jakarta.

Dahuri, R., J. Rais, S.P.Ginting, dan M.J.Sitepu.,


2004, Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu (Edisi
Revisi), PT. Pradnya Pratama, Jakarta.

Kramadibrata, S., 1985. Perencanaan


Pelabuhan. Ganeca Exact.Bandung

Mappadjantji A., Andi. 2001. Penataan


Ruang Wilayah Pesisir. Pustaka
Ramadhan. Bandung.

Nontji, A., 1987. Laut Nusantara. Penerbit


Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut. Suatu


Pendekatan Ekologis. Gramedia. Jakarta.

Paedagoria, April 2016, ISSN 2086-6356 Vol. 13, No. 1

Anda mungkin juga menyukai