Sukuryadi, 2Mas’ad
1
1, 2
Dosen Program Studi Pendidikan Geografi, Universitas Muhammadiyah Mataram
Email : Syukur_y80@yahoo.com
ABSTRAK
Pengelolaan wilayah pesisir dan pantai perlu dikembangkan perencanaannya sebagai langkah awal dalam
pencapaian hasil yang optimal. Tujuannya adalah untuk mengoptimalkan keuntungan-keuntungan yang disediakan
oleh kawasan pesisir dan untuk meminimalkan konflik serta berbagai perusakan yang dilakukan oleh manusia di
dalam wilayah pesisir. Guna mewujudkan hal tersebut, penataan ruang berupa penetapan fungsi zonasi diharapkan
dapat menjaga keseimbangan antara perlindungan ekosistem dan eksploitasinya dalam pengelolaan wilayah pesisir
dan lautan. Zonasi merupakan upaya penetapan batas-batas fungsional suatu peruntukan sesuai dengan potensi
sumberdaya, daya dukung dan proses-proses ekologi yang berlangsung dalam sistem tersebut. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka studi penelitian ini dapat menjadi suatu jawaban atas permasalahan itu dalam rangka
pengembangan wilayah pesisir dan lautan ditinjau dari pemanfaatan ruang untuk kegiatan pembangunan dermaga
PLTU di wilayah pesisir desa Sukadana kecamatan Bayan Lombok Utara. Dengan demikian tujuan penelitian ini
untuk mengetahui tingkat kesesuaian perairan laut bayan bagi rencana pembangunan dermaga/pelabuhan PLTU
ditinjau dari aspek parameter oceanografinya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
terhadap parameter-parameter oceanografi, kondisi eksisting beberapa parameter oseanografi perairan secara in-
situ kemudian disandingkan dengan matriks kesesuaian bagi kelayakan peraiaran untuk pembangunan dermaga.
Diantara beberapa parameter tersebut adalah; pasang surut, arus, gelombang, bathimetry, dan hal-hal lain yang
diperlukan. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa
potensi kesesuaian lahan wilayah perairan desa Sukadana kecamatan Bayan Lombok Utara untuk
pembangunan/pengembangan dermaga PLTU memiliki tingkat kesesuaian yang berbeda-beda sesuai dengan
karakteristik parameter lingkungannya, dalam hal ini terbagi menjadi 2 kategori yaitu Sangat Sesuai (S1), dan Sesuai
(S2).
dikelola dan dimanfaatkan dengan seoptimal meminimalkan konflik serta berbagai perusakan
mungkin, maka akan berdampak terhadap yang dilakukan oleh manusia di dalam wilayah
kerusakan lingkungan, misalnya abrasi pesisir. Guna mewujudkan hal tersebut,
(pengikisan) garis pantai, penebangan hutan penataan ruang berupa penetapan fungsi zonasi
bakau, rusaknya terumbu karang, serta diharapkan dapat menjaga keseimbangan
tercemarnya badan perairan sekitar wilayah antara perlindungan ekosistem dan
pesisir. Kerusakan lingkungan tersebut pada eksploitasinya dalam pengelolaan wilayah
gilirannya dapat menurunkan produktivitas pesisir dan lautan. Zonasi merupakan upaya
perairan (populasi perikanan) di wilayah pesisir penetapan batas-batas fungsional suatu
sehingga dapat mempengaruhi daya tarik peruntukan sesuai dengan potensi sumberdaya,
pariwisata, khusunya wisata bahari yang dapat daya dukung dan proses-proses ekologi yang
berdampak pada penurunan tingkat berlangsung dalam sistem tersebut.
kesejahteraan masyarakat pesisir.
Berdasarkan hal tersebut di atas,
Munculnya berbagai dampak negatif maka studi penelitian ini dapat menjadi suatu
seperti di atas antara lain disebabkan oleh jawaban atas permasalahan itu dalam rangka
fungsi ekologis dan fungsi ekonomi wilayah pengembangan wilayah pesisir dan lautan
pesisir tidak ditempatkan secara proporsional ditinjau dari pemanfaatan ruang untuk kegiatan
dalam mempertimbangkan pembangunan dan pelabuhan di wilayah pesisir Lombok Utara.
pemanfaatan lahan wilayah pesisir. Oleh
Berangkat dari pandangan tersebut
karena itu, untuk tidak memperbesar dampak
diatas, maka untuk mengetahui tingkat
negatif yang timbul, sejak sekarang perlu
kesesuaian perairan laut bayan bagi rencana
ditempuh berbagai langkah yang berorientasi
pembangunan dermaga/pelabuhan PLTU
pada pemanfaatan lahan dan sumberdaya
diperlukan kegiatan penelitian khusus tentang
pesisir yang bernilai tambah tinggi, tetapi
sejauh mana kondisi eksisting beberapa
disertai dengan pelestarian fungsi ekologisnya
parameter oseanografi perairan secara in-situ
(keseimbangan ekosistem wilayah pesisir).
kemudian disandingkan dengan matriks
Untuk itu maka pengelolaan wilayah kesesuaian bagi kelayakan peraiaran untuk
pesisir dan pantai perlu dikembangkan pembangunan dermaga. Diantara beberapa
perencanaan pengelolaan wilayah pesisir parameter tersebut adalah; pasang surut, arus,
sebagai langkah dalam pencapaian hasil yang gelombang, jenis sedimen, bathimetry, kontur
optimal. Tujuannya adalah untuk ekosistem utama wilyah pesisir dan hal-hal lain
mengoptimalkan keuntungan-keuntungan yang yang diperlukan.
disediakan oleh kawasan pesisir dan untuk
1. Tahap awal/persiapan
Penelitian ini dilakukan di perairan
Tahap awal penelitian ini adalah untuk
Lombok Utara dan dilanjutkan pengolahan data
mempersiapkan segala sesuatu yang
spasial dilakukan di Laboratorium Geografi,
berhubungan dengan proses penelitian ini,
Jurusan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah persiapan yang dilakukan berupa pengumpulan
Mataram (1). referensi dan literatur pendukung, dan
pengumpulan data awal penunjang penelitian
ini.
B. Alat dan Bahan
Tabel 2 Alat-alat yang digunakan dalam 2. Observasi lapangan dan penentuan
pengambilan data lapangan. objek penelitian
Observasi lapangan dilakukan untuk
No Nama Alat Jumlah Kegunaan memperoleh gambaran kondisi umum wilayah
Global Penentu penelitian (gambar 1). Selanjutnya dapat
1 Positioning 1 buah posisi stasiun ditentukan tentang kriteria-kriteria yang akan
System (GPS) pengamatan dijadikan dasar dari penelitian ini.
Alat
2 Kapal I buah 3. Pengumpulan data
transportasi
Data-data yang dikumpulkan ada dua
Pengukur macam yaitu data sekunder daerah penelitian
arus dan dan data survei lapangan yang antara lain
3 Current
1 buah Gelombang mencakup data fisika-kimia oseanografi yaitu :
Meter dan Pasang a. Pengukuran Arah dan Kecepatan Arus
Surut Pengukuran kecepatan arus dilakukan
Pengukur dengan menggunakan current meter,
4 GPS MAPS 1 buah sedangkan arah arus ditentukan dengan
kedalaman
menggunakan kompas geologi
Kompas Penentu b. Pengukuran kedalaman
5 Geologi 1 buah arah Pengukuran kedalaman menggunakan
Penentu/me GPS MAPS yang ditenggelamkan dibawah
6 Stopwatch 1 buah
nghitung lunas kapal
c. Pengukuran Arah dan Tinggi Gelombang dilapangan. Dalam studi ini arus yang
Pengambilan data dilakukan dengan dibutuhakan merupakan pola arus permukaan
menggunakan Current Meter. Penentuan secara spasial di wilayah studi. Perolahan data
data gelombang yang terdiri dari tinggi arus permukaan secara spasial di wilayah studi
gelombang signifikan (H1/3), perode sangat sulit dilakukan dan mebutuhkan waktu
gelombang (T), dan periode gelombang yang lama. Untuk memperoleh data pola arus
signifikan (T1/3) (Pratiko, 1996 dalam permukaan dilakukan pemodelan numerik
Saleng, 2000) yang selengkapnya di hitung dengan menggunakan model DHI MIKE 21.
dengan rumus sebagai berikut : Model ini menggunakan pendekatan metode
beda hingga (finite difference) untuk
[ H1 H 2 ...H N ]
1. Tinggi gelombang signifikan (H1/3)
1 N 1
menyelesaikan persamaan yang digunakan.
H 13 Adapun persamaan yang digunakan adalah
sebagai berikut:
3 N
Persamaan kontinuitas:
Keterangan :
1 √
= jumlah gelombang terukur
3
[ ( )]
2. Periode Gelombang (T)
t
T=
T Persamaan momentum pada sumbu y
Keterangan : √
V V
yy vyy
Bed shear stress pada arah x dan y dapat
y y
dihitung dengan :
x y
2 2
V : Kecepatan arus pada arah y
U : Kecepatan arus pada arah x
2. Kesesuaian Lahan
z 2 z 2
Proses dan tahapan selanjutnya adalah
by c f V U V 1 b b
1
2
melakukan analisa data dengan SIG (system
x y
2 2
informasi geografis) yang berbasis pada analisis
data spasial dan deskriptif/tabular yang
bertujuan untuk menentukan kesesuaian
dimana cf adalah koefisien gesekan dan dapat lahan/kawasan perairan eksisting. Data-data
dihitung sebagai berikut : (hasil survei dan data sekunder) ini selanjutnya
cf
akan di analisis dalam software GIS, analisis
gn 2
C 2 2 H 3
g dilakukan dengan memasukkan data survei
1
dalam peta dasar melalui sistem overlay data
pada setiap peubah/kriteria dengan
dimana mempertimbangkan pembobotan dan skala
C : Chezy Koefisien penilaian untuk mendapatkan nilai skoring
U U
dikelompokkan ke dalam beberapa aspek,
xx vxx
kriteria teknis yang menyangkut kesesuaian
x x
dilihat dari aspek fisik yang meliputi beberapa
U V
aktivitas utama pada kawasan pesisir sebagai
xy yx vxy
pelabuhan.
y x
bagian atas kiri dari lokasi kajian, pada bagian mencapai 25,7 m, kondisi ini sangat layak untuk
sebelah kanan lokasi kajian terdapat tubir dijadikan sebagai lokasi pelabuhan karena
(slope) yang memiliki kedalaman lebih dari 100 syarat pendirian pelabuhan adalah perairan
m dan rata-rata kedalaman lokasi kajian memiliki kedalaman rata-rata lebih dari 5 m.
surut berkisar antara 0.2-0.25 m/s. kecepatan bawah dari 0.5 m/s sehingga cocok untuk
arus pada musim barat saat surut, menjelang dijadikan sebagai tempat pelabuhan.
pasang, saat pasang, dan menjelang surut ini di
a. Pola Arus musim barat saat surut b. Pola Arus musim barat menjelang
pasang
c. Pola Arus musim barat saat pasang d. Pola Arus musim barat menjelang surut
Gambar 3. Pola Arus Musim Barat
terlihat pola arus pada musim timur memberikan pengaruh yang lebih nyata
menunjukkan perbedaan yang nyata bila terhadap pergerakan arus di bandingkan pasang
dibandingkan dengan kondisi musim barat. surut. Dalam kajian di Lombok utara yang lebih
Pada saat musim timur kecepatan arus berkisar luas, faktor pasang surut menentukan arah arus,
antara 0.05 – 0.2 m/s di dekat pantai. Kecepatan namun jika difokuskan ke lokasi kajian maka
ini lebih kecil dibandingkan kecepatan arus faktor angin yang dominan. Hal ini terjadi karena
musim barat, hal ini diduga karena lokasi kajian perbedaan luasan wilayah kajian. Pada saat
yang cenderung tertutup dari arah tiupan angin musim timur kecepatan rata-rata arus hanya 0.1
saat musim timur yang berasal dari arah m/s yang berarti lokasi kajian sangat sesuai
daratan. Arah arus musim timur dominan ke untuk pembangunan pelabuhan karena
arah barat sesuai arah tiupan angin, hal ini kecepatannya kurang dari 0.5
mennjukkan bahwa faktor angin di lokasi kajian
a. Pola Arus musim timur saat surut b. Pola Arus musim timur menjelang pasang
c. Pola Arus musim timur saat pasang d. Pola Arus musim barat menjelang surut
Gambar 4. Pola Arus Musim Timur
Gambar 5 (a). Peta tinggi (atas) dan arah (bawah) gelombang signifikan musim barat
Gambar 5 (b). Peta tinggi (atas) dan arah (bawah) gelombang signifikan musim timur
Hasil simulasi saat musim barat dan hal ini sesuai dengan pendapatnya Hutabarat
musim timur menunjukkan kecenderungan tinggi dan Evans (1984) bahwa tipe angin yang
dan arah gelombang signifikan memiliki mempengaruhi besar dan kecilnya gelombang
ketinggian dan arah yang hampir sama di lokasi yang terbentuk adalah tergantung kecepatan
dekat panatai maupun yang agak jauh dari angin bertiup dipermukaan, sumber dimana
pantai, hal ini di duga karena struktur dari angin sedang bertiup dan jarak Fetch (Fetch
perairan yang cenderung landai sehingga tinggi lenght).
gelombang pada setiap lokasi tidak terlalu jauh Ketika musim angin barat, angin bertiup
berbeda. pengukuran di lapangan menunjukkan dari perairan samudera pasifik melewati
ketinggian gelombang signifikan di lokasi kajian permukan perairan Indonesia menuju samudera
kurang dari 0,5 m sehingga sangat layak hindia dengan kecepatan yang mulai sedang
dijadikan pelabuhan. hingga besar dengan kelembaban yang tinggi
Secara umum energi gelombang yang yang mempengaruhi bentuk gelombang yang
menghempas pantai sangat dipengaruhi oleh terjadi di perairan Indonesia dengan demikian,
ekosistem dasar perairan, dalam hal ini gelombang yang terbentuk di perairan Indonesia
ekosistem terumbu karang dan padang lamun. pada umumnya dan lokasi penelitian pada
Keberadaan Terumbu karang dan padang khususnya akan sedang hingga besar. Oleh
lamun dilokasi memberikan pengaruh terhadap karena itu, untuk mendapatkan data gelombang
besar-kecilnya abrasi yang terjadi akibat energy yang representatif diperlukan pengukuran pada
gelombang di pantai. Berdasarkan hasil survey musim yang berbeda (musim angin timur)
dilapangan menunjukkan bahwa kondisi supaya gambaran kondisi perairan dapat
ekosistem terumbu karang masih dalam dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan
keadaan baik sehingga memberikan pengaruh untuk pengelolaan potensi sumberdaya lautan
yang signifikan terhadap kestabilan pantai dan secara terpadu. Hal tersebut menurut Carter
dapat mencegah terjadinya abrasi. (1988), jika suatu muka barisan gelombang
datang dan membentuk sudut miring terhadap
Kategori gelombang yang sedang di garis pantai yang mempunyai kemiringan dasar
lokasi sangat berhubungan erat dengan musim landai dengan kontur-kontur kedalaman sejajar
angin barat. Musim angin barat merupakan dengan pantai , maka muka gelombang akan
musim yang menyebabkan perairan memiliki berubah arah dan cenderung menjadi sejajar
gelombang kategori sedang sampai besar yang dengan garis pantai atau mengalami proses
dilokasi khusus dan wilayah indonesia pada pembiasan. Selanjutnya arah perambatan
umumnya disamping itu, musim ini merupakan gelombang berubah dengan berkurangnya
musim basah (hujan) di Indonesia dikarenakan kedalaman, sehingga dapat diamati bahwa
angin yang bertiup saat ini adalah angin yang muka gelombang cenderung sejajar dengan
bergerak dari benoa Asia ke benoa Australia kedalaman. Hal ini disebabkan perubahan
yang memiliki kelembaban udara yang tinggi gelombang yang mengakibatkan perubahan
(udara basah). Kondisi angin yang bertiup di kecepatan fasa gelombang. Bila keadaan pantai
permukaan perairan akan berpengaruh terhadap landai, ada kemungkinan bahwa gelombang
besar dan kecilnya gelombang yang terbentuk
tersebut tidak pecah tetapi pemantulan dengan hasil yang didapatkan pada pengukuran
gelombang (refleksi) pasut yang dilakukan pada saat bulan Oktober
2015 dimana tipe pasng surut di Lombok utara
D. Pasang Surut bersifat Campuran cenderung ganda. Menurut
2.3. Pengukuran Pasang Pariwono (2007) perairan timur Indonesia yang
surut di lokasi kajian di lakukan dengan pada umumnya berupa laut dalam,
mempertimbangkan karakteristik lokasi menyebabkan tipe pasutnya didominasi oleh
kajian dimana penempatan alat pengukur tipe campuran dominansi ganda. Tunggang
pasut yang yang didapatkan pada lokasi kajian
pasang surut dilakukan pada wilayah
pada saat pengukuran adalah 0.76 m, tunggang
yang tidak terekspose udara pada saat pasut ini kurang dari 2 meter sehingga sangat
surut terendah. Hasil pengukuran pasang cocok untuk dijadikan sebagai lokasi
surut selama 40 jam dapat dilihat pada pembangunan pelabuhan/dermaga. Namun
Gambar 5. Secara visual, pasut yang ada perlu lagi dilakukan pengukuran selama 15 hari
pada lokasi kajian memiliki tipe pasang surut untuk mendapatkan tunggang pasut saat pasut
campuran cencerung ganda yang berarti dalam purnama dan perbani sehingga rentang
24 jam terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. tunggang pasut maksimum dan minimum dapat
Pada lokasi kajian juga ditemukan bahwa tinggi diketahui.
pasut memiliki ketidaksamaan harian dimana
ketinggian pasang yang pertama berbeda
dengan pasang berikutnya. Hasil ini sesuai
dari pusat kota mataram, wilayah kajian hanya sangat bagus baik dari darat, udara, maupun
berjarak 73 km dan hanya berjarak 41 km dari laut sehingga akan mempermudah dalam
pusat kota Kabupaten Lombok Utara. Sehingga proses pengurusan administrasi.
secara umum aksesabilitas ke lokasi kajian
IV. PENUTUP
A. Kesimpulan B. saran
Berdasarkan hasil analisis data yang 1. Untuk meningkatkan nilai penting dari suatu
dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat lahan pesisir sebaiknya dalam pemanfaatan
disimpulkan bahwa : dan pengembangannya harus
1. Potensi kesesuaian lahan wilayah perairan memperhatikan faktor-faktor lingkungan
Bayan Lombok Utara untuk yang menjadi daya dukungnya (carring
pembangunan/pengembangan dermaga capacity).
PLTU memiliki tingkat kesesuaian yang 2. Perlunya perhatian khusus terkait faktor
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik penentu keberhasilan pengembangan dan
parameter lingkungannya. pemanfaatan potensi lahan seperti bentang
2. Tingkat kesesuaian Lahan untuk alam (landscape) serta parameter yang lain
pelabuhan/dermaga PLTU terdiri dari 2 seperti karakteristik oceanografi dan
kategori yaitu Sangat Sesuai (S1), dan substrat dasar perairan sehingga membantu
Sesuai (S2). dalam perencanaan peruntukan kawasan
pelabuhan sehingga nantinya dapat
dikembangkan demi kebutuhan dan
kesejateraan masyarakat pesisir sekitarnya,
DAFTAR PUSTAKA