Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KOMPLIKASI

TROMBOEMBOLI
A. Pengertian
Tromboemboli berasal dari kata thrombus dan emboli.
Thrombus adalah kumpulan factor darah terutama trombosit dan fibrin dengan
terperangkapnya unsur seluler yang sering menyebabkan obsruksi vaskuler pada akhir
pembentukannya.
Tromboemboli adalah obstruksi pembuluh darah dengan bahan trombolik yang
dibawa oleh darah dari tempat alas untuk menyumbat. Statis vena dan penekanan
pada ekstemitas bawah yang disebebkan karena melemahnya dinding pembuluh darah
dan penekanan vena-vena utama akibat pembesaran uterus. Meskipun system bekuan
darah kembali ke tingkat normal sebelum kehamilan 3 minggu setelah persalinan,
resika terjadi thrombosis tetap berlanjut 4-5 minggu persalinan.
B. Patofisiologi Dan Penyebab
Persalinan khususnya pada saat terlepasnya placenta, kadar fibrinogen serta factor lain
yang memegang peranan dalam pembekuan meningkat sehingga memudahkan
timbulnya pembekuan. Peredaran dalam kaki menjadi lebih lembut karena tekanan
uterus berisi janin beserta ukurannya aktivitas yang berlangsung sampai masa nifas.
Pada persalinan, terutama yang diselesaikan dengan pembedahan, ada kemungkinan
gangguan pada pembuluh darah terutama di daerah pelvis.
Terjadinya tromboemboli melibatkan 3 faktor yang saling berhubungan yaitu :
1. Perubahan Koagulasi
Padan saat persalinan , factor pembekuan V, VII, dan X kadarnya akan meningkat
2 kali lipat dan tetap tinggi di masa nifas. Placenta dan cairan amnion merupakan
sumber dari tromboplastin jaringan ( factor III) . pengeluaran semua material
dalam persalinan dan akan merangsang jalur ekstrebsi pembekuan darah.
2. Statis Vena
Statis vena terjadi karena :
a) Terjadi penurunan secara bertahap aliran darah vena dari kaki ke paha
b) Obstruksi bermakna dari vena cava akibat penekanan uterus yang semakin
membesar.
c) Terunnya tonus vena pada anggota gerka bawah sejak awal kehamilan.
d) Dilatasi vena panggul
e) Kemungkianan terjadinya disfungsi daun katup vena.
Semua hal tersebut mempunyai potensi untuk meningkatkan risiko terjadinya
penggumpalan trombosit dan pembentukan fibrin. Jika thrombus telah
terbentuk maka akan terjadi statis aliran darah yang progrsif dengan akibta
thrombus yang makin luas. Keadaan tersenut diperparah dengan tirah biring
yang lama dan proses persalinan dengan tindakan.
3. Trauma Endothelium Vaskuler
Merupakan barrier fisiologis terhadap thrombosis diantarannya dengan
menghasilkan prostasiklin yang berfungsi mencegah terjadinya agregasi dan
aktivitas trombosit.
C. Faktor Yang Mempengaruhi
Factor umum terjadinya tromboemboli:
1. Tromboemboli herediter (mutasi factor)
2. Riwayat tromboemboli sebelumnya
3. Penggunaan katup jantung artificial
4. Fibrilasi atrial
5. Sindrom antifostolipid
Factor risiko khusu yang meningkat kecenderungan tromboemboli adalah :
1. Bedah kebidanan (SC)
2. Persalinan pervaginam dengan tindakan
3. Usian lanjut ibu hamil dan melahirkan
4. Dupreis laktasi dengan menggunakan preparat estrogen
5. Sickle cell disease
6. Riwayat tromboflibitis sebelumnya
7. Penyakit jantung
8. Immoblisasi yang lama
9. Obesitas
10. Infeksi maternal dan insufisiensi vena kronik
11. Multipara
12. Infeksi infas
Factor risiko penting terjadinya tromboemboli :
1. Meroko
2. Preeklamsia
3. Persalinan lama
4. Anemia
5. Perdarahan
D. Klasifikasi Tromboemboli
Trombi vena umumnya terjadi pertama kal vena-vena kecil didaerah betis dan meluas
ke proksimal sampai vena femoralis atau iliaka, jarang sampai pada vena cava
inferior. Daerah yang juga sering mengalami thrombosis pada masa nifas adalah vena-
vena pelvis karena kurangnya aliran darah akibat hopertrofi vena uterus. Trombi dapat
meluas ke ena iliaka dan dapat diikuti dengan terjadinya emboli paru yang fatal .jika
terjadinya bekuan darah dalam vena tanpa didahului oleh inflamadi
sebelumnya,keadaan ini disebut sebagai flebottrombosis.bekuandarah umumnya tidak
melekat erat dan hanya menyebabkan oklusi yang parsial,sedangkan jika thrombosis
terjadi akibat adanya peradangan dinding vena sebelumnya disbeut dengan
tromboplebitis.
Tromboemboli pada masa post partum mencakup:
1. Thrombosis vena superficial (TVS) lebih sering diderita oleh wanita dengan
varises dan kejadian tidak di pengaruhi oleh intervensi obstetric yang traumatic ,
biasanya disertai peradangan sehingga disebut tromboflebitis.
Klasifikasi trmboflebitis dibagi dua yaitu:
a. Pelviotromboplebitis,yaitu mengenai vena – vena dinding uterus dan
ligamentumlatum,yaitu vena ovarika,vena uterine dan vena hepogastrika.
b. Tromboplebitis femoralis,yaitu mengenai vena-vena pada tungkai misalnya
vena formallis,popitea dan vena savena
2. Thrombosis vena dalam (TVD) sangat dipengaruhi oleh intervensi
obstetric,sebagai contoh kejadianya meningkat menjadi 1,8-3% stelah tindakan
bedah sesar .
3. Emboli paru (EP), 15-25% dari jumlah tersebut akan berakibat fatal.

E. Tanda Dan Gejala


Tromboemboli pada masa nifas pada umumnya sering ditindai dengan :
1. Manifestasi klinik klasik yang disebut dengan phlegmasia alba dolensi atau milk
yaitu berupa edema tungkai dan paha .
2. Disertai rasa nyeri yang hebat
3. Sianosis local
4. Demam yang terjadi karena terlibatnya vena dalam dari kaki sampai
regionilleofemoral.
Nyeri pada otot betis baik spontan ataupun akibat peregangan tendon
Achilles(homan’s sign) tidak mempunyai arti klinis yang bermakna karena tanda
yang sama seringkali ditemukan pada awal masa nifa akibat tekanan oleh peyanga
betis meja obstetric saat persalinan.
Derajat nyeri tidak berhubungan dengan risiko terjadinya emboli karena banyak
penderita emboli paru yang sebelumnya tidak menunjukan tanda –tanda thrombosis
vena.

TVS (thrombosis vena superficial)


1. Pelviotrmboplebitis:
a. Nyeri pada perut bagian bawah dan atau bagian samping ,timbul hari kedua
tigamasa nifas dengan atau tanpa panas.
b. Penderita tampak sakit berat dengan gambaran:
1) Mengigil berulangkali,30 – 40 menit dengan interval hanya beberapa jam
dan kadang-kadang 3 hari .penderita hamper tidak panas.
2) Suhu badan naik turun secara tajam (36 menjadi 40) yang diikuti dengan
penurunan suhu dalam 1 jam
3) Penyakit dapat berlangsung 1 – 3 bulan
4) Cenderung berbentuk pus yang menajalar kemana- mana terutama paru –
paru
c. Gambaran darah :
1) Terdapat leukositosis.
2) Untuk membuat kultur darah ,darah diambil pada saat tepat sebelum
mulainya mengigil .meskipun bakteri ditemukan di dalam darah selama
mengigil ,kultur darah sangat sukar dibuat karena bakterinya adalah
anaerob.
3) Pada periksa dalam hamper tidak ditemukan apa-apa karena yang paling
banyak terkena ialah vena ovarika, yang sukar dicapai pada pemeriksaan
dalam.
2. Tromboplebitis femoralis
a. Keadaan umum tetap baik ,suhu badan subfebris selama 7 sampai 10 hari,
kemudian suhu mendadak naik kira –kira pada hari ke 10 -20 , yang
disertai dengan mengigil dan nyeri sekali.
b. Pada salah satu kaki yang terkena biasanya kaki kiri ,akan memberikan
tanda – tanda sebagai berikut:
1) Kaki sedikit dalam keadaan fleksi dan rotasi keluar serta sukar
bergerak,lebih panas disbanding dengan kaki lainnya
2) Seluruh bagian dari salah satu vena pada kaki terasa tegang dan keras
pada paha bagian atas
3) Nyeri hebat pada lipat paha dan daerah paha
4) Reflektori akan terjadi spasmus arteria sehingga kaki menjadi
bengkak,tegang ,putih,nyeri,dan dingin dan pulsasi menurun.
5) Edema kadang- kadang terjadi sebelum atau setelah nyeri dan pada
umumnya terdapat pada paha bagian atas ,tetapi lebih sering dimulai
dari jari-jari kaki dan pergelangan kaki ,kemudian meluas dari bawah
ke atas
6) Nyeri pada betis ,yang dapat terjadi spontan atau dengan memijit betis
atau dengan meregangkan tendo akhiles (tanda human).

TVD (thrombosis vena dalam )


Kira – kira 50% tidak menimbulkan gejala. Dapat diduga jika terdapat nyeri yang
menjalar/nyeri tekan pada vena yang terkena .sering terjadi pada kaki kiri .jika
bekuan tidak merusak pembuluh darah maka klien tidak merasakan nyeri
.biasanya terjadi pada 2 minggu setelah persalinan.
Gejala – gejala terdiri atas :
1. Nyeri di kaki bila berjalan
2. Kadang – kadang dapat dilihat bahwa kaki membengkak sedikit
3. Kemungkinan suhu badan agak naik
4.
Emboli paru menimbulkan gejala – gejala:
1. Dyspnea
2. Pleuritis
3. Tachypnea
4. Stridor
5. Nyeri dada
6. Batuk
7. Sinkop
8. Hemoptisis

F. Diagnosis
Pemeriksaan obyektif yang dapat dilakukan meliputi:
1. Pemeriksaan invansif (venografi)
2. Pemeriksaan non invansif (compression ultrasound=CUS, impedance
phletysmography=IPG dan magnetic resonance venography = MRV).venografi
merupakan gold standar untuk diagnosis TVD .
CUS salah satu cara pemeriksaan untuk TVD proksimal.
3. Jika hasil pemeriksaan non invasive ini negative sedangkan secara klinis tetap
patut diduga terjadi TVD.
4. Ultrasonografi dan ultrasonografi dopler secara akut dapat mengidentifikasi
thrombosis vena proksimal.
5. Computed tomografi atau CT dipertimbangkan sebagai pemeriksaan yang paling
akurat dalam mengedintifikasi TVD panggul dan abdomen.
6. Angiografi paru merupakan gold standar untuk diagnosisEP.

G. Diagnosis banding
1. Pielonefritis
2. Appendixcitis
3. Hematoma ligament yang luas
4. Torsi adneksa
5. Abses pelvis
6. Nefrolitiasis
7. Demam obat
8. Sindromviral

H. Komplikasi
1. TVS
Pelviotromboplebitis
a. Komplikasi pada paru-paru :infark,abses,pneumonia
b. Komplikasi pada ginjal sinistra: nyeri mendadak , yang diikuti dengan
proteinuria
Dan hematuria
c. Komplikasi pada persendian ,mata dan jaringansubcutan
d. Tromboflebitisseptik
2. TVD
a. Kadang – kadang thrombosis menutup sama sekali vena femoralis dengan
akibat timbulnya edema yang padat pada kaki dan nyeri yang sangat hebat
.sesudah keadaan ,menjadi tenang ,bisa tertinggal sindroma pasca flebitis
,terdiri atas edema,varices ,eksema dan ulkus pada kaki.
3. Emboli paru
a. Emboli paru besar dapat menutup arteria pulmonalis serta menimbulkan syok
dan kematian
b. Emboli paru menimbulkan gawat darurat kardiovaskuler dan sindrom
pernafasan berat yaitu adanya dyspnea , nyeri dada dan cyanosis
I. Penatalaksanaan
1. Thrombosis ringan khususnya dari vena – vena di bawah permukaan ditangani
dengan :
a. Istirahat dengan kaki agak tinggi
b. Pemberian obat – obat seperti asidumasetilosalisilikum
c. Jika ada tanda peradangan ,dapat diberi anti biotik
d. Segera setelah rasa nyeri hilang,penderita dianjurkan untuk mulia berjalan
2. Pelviotromboplebitis
a. Rawat inap :penderita tirah baring untuk pemantauan gejala penyakitnya dan
mencegah terjadinya embolipulmonum
b. Terapii medic :pemberian antibiotic,heparin jika terdapat tanda –tanda atau
dugaan adanya emboli pulmonum
c. Terapi operatif :pengikatan vena cava inferior dan vena varika jika
emboliseptik terus berlangsung sampai menvapai paru – paru meskipun
sedang dilakukan heparinisasi
3. Tromboplebitis femoralis
a. Perawatan : kaki ditingikan untuk mengurangi edema,melakukan kompresi
pada kaki .setelah dimobilisasi ,kaki hendaknya tetap dibalut elastic atau
memakai kaos kaki panjang yang elastic selama mungkin .
b. Mengingat kondisi ibu yang sangat jelek ,sebaiknya jangan menyusui
c. Terapi medic : pemberian antibiotika dan analgetika
4. TVD membutukan rujukan dokter segera untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
a. Stocking untuk menekan
b. Terapi antikoagulan dengan heparin melalui intravena lebih dari 40.000 U
setiap hari
c. Wafarin diberikan mula- mula 10 mg sehari ,kemudian 3 mg sehari.
d. Pengobatan dilanjutakn selama 6 minggu untuk kemudian dikurangi dan
dihentikan dalam 2 minggu
e. Pemberian analgesic
f. Istirahat total
5. Emboli paru :
a. Usaha menanggulangi syock
b. Pemberian antikoagulan
c. Pada embolus kecil yang timbul berulang dapat dipertimbangkan mengikat
vena di atas tempat thrombus
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM DENGAN
KOMPLIKASI TROMBOEMBOLI

A. Pengkajian
1. Perlunya data factor risiko terjadinya tromboemboli yaitu:
Factor risiko umu terjadinya tromboemboli
a. Tromboemboli herediter (mutasi factor )
b. Riwayat tromboemboli sebelumnya
c. Pengunaan katup jantung artificial
d. Fibriliasi atrial
e. Sindrom antifosfolipid
Factor risiko khusus yang meningkatkan kecenderungan
tromboemboli adalah :
a. Bedah kebidanan(CS)
b. Persalinan pervaginam dengan tindakan
c. Usia lanjut ibu hamil dan melahirkan
d. Dupresi laktasi dengan mengunakan preparat estrogen
e. Sickle cell disease
f. Riwayat tromboflebitis sebelumnya
g. Penyakit jantung
h. Immobilisasi yang lama
i. Obesitas
j. Infeksi maternal dan insufisiensi vena kronik
k. Multipara
l. Varises
m. Infeksi nifas
Factor risiko penting terjadinya tromboemboli
a. Merokok
b. Preeklamsia
c. Persalinan lama
d. Anemia
e. Perdarahan
2. Pengkajian yang komprehensif berfokus pada adanya data obyektif
yang medukung adanya tromboemboli,
Data focus yang didaptkan:
a. Manifestasi klinik klasik yang disebut dengan phlegmasia alba
dolens atau milk yaitu berupa edema tungkai dan paha
b. Disertai rasa nyeri yang hebat
c. Sianosis local
d. Demam yang terjadi karena terlibtnya vena dalam dari kaki
sampai region illeofemoral
e. Nyeri pada otot betis baik spontan atau puna akibat peregangan
tendon Achilles (homan’s sign) tidak mempunyai arti klinis
yang bermakna karena tanda yang sama seringkali ditemukan
pada awal masa nifas akibat tekanan oleh peyangga betis meja
obstetric saat persalinan. Derajat nyeri tidak berhubungan
dengan risiko terjadinya emboli banyak penderita emboli paru
yang sebelumnya tidak menunjukan tanda – tanda thrombosis
vena .
3. Pemeriksaan penunjang yang dibutukan:
a. Laboratorium
b. Foto thoraks
c. Sonografi
4. Analisa data
5. Data yang didapatkan di kelompokan dalam karakteristik jenis
tromboemboli yang mempunyai data khusus meskipun pada
dasarnya hampir sama yaitu :
a. Adanya nyeri
b. Hipotermi atau hipertemi
c. Pemenuhan ADL mengalami hambatan
d. Gangguan konsep diri
e. Risiko infeksi
f. Proses infeksi
g. Hambatan menyusui

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya thrombus pada ektremitas
bawah.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
mengenai penyakit yang di derita .

C. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya thrombus pada ektremitas
bawah.
a. Kriteria hasil :
1) Nyeri hilang
2) Ibu dapat rileks dan istirahat dengan tepat
b. Intervensi
1) Kaji derajat ketidak nyamanan atau nyeri dengan
melakukan palpasi pada kaki .
Rasional: derajat nyeri berhubungan langsung dengan luas
nyeri yang terlibat ,derajat hipoksia, dan edema berkenan
dengan terjadinya thrombus pada dinding vena yang
terinflamasi , ibu dapat melindungi atau mengimobilisasi
eksremitas yang sakit untuk menurunkan nyeri berkenaan
dengan gerakan akut.
2) Pertahankan tirah baring dengan tepat.
Rasional: menurunkan ketidak nyamanan berkenaan dengan
kontraksi dan gerakan otot,menimbulkan kemungkinan
perubahan posisi thrombus .
3) Pantau vital sign
Rasional : memantau vital sign dapat menandakan
peningkatan nyeri ,demam dapat memperberat ketidak
nyamanan umum .
4) Anjurnkan klien untuk melakukan mobilisasi dini setelah
melahirkan
Rasional : membantu jalan nya penyembuan pada klien post
partum
5) Tinggikan ekstremitas yang sakit.
Rasional : meningkatan aliran balik vena memudahkan
istirahat.
6) Anjurkan perubahan posisi yaitu mempertahankan
ekstremitas tetap tinggi .
Rasional : meurunkan kelelahan,meminimalkan spasme
otot, dan meningkatkan aliran balik vena .
7) Jelaskan prosedur tindakan dan intervensi.
Rasional melibatkan ibu dalam asuhan
keperawatan,peningkatan control ,dan penurunan rasa
cemas .
8) Identifikasi nyeri dada yang tiba tiba dan tajam,dyspnea
,takikardi atau ketakutan.
Rasional : tanda dan gejala ini menunjukan emboli paru
sebagai komplikasi TVD.
9) Berikan obat obatan sesuai indikasi ( analgetik
,antiinflamasi).
Rasional : analgetik menurunkan demam dan antiinflamasi
meredakan nyeri .
10) Berikan kompres hangat yang lembab pada ekstremitas .
Rasional : menyebabkan vasodilaatasi yang meningkatkan
sirkulasi.
11) Anjurkan untuk penurunan ketergantungan emosi seperti
relasaksi dan pengungkapan masalah.
Rasional : menurunkan derajat kecemasan ,mencegah
kelelahan otot.
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien
mengenai penyakit yang di derita.
a. Kriteria hasil :
1) Mengungkapkan tentang perasaan ansietas
2) Menunjukan peurunan prilaku gelisah dan iritabilitas.
b. Intervensi
1) Jelaskan prosedur,tindakan dan intervensi keperawatan .
Rasional : menurunkan rasa akut,meningkatkan
pengetahuan ibu ,dan libatkan dalam tindakan .
2) Anj,urkan untuk teknik relaksasi dan pengungkapkan
masalah .
Rasional : mencegah kelelahan otot,meurunkan ansietas .
3) Pantau vital sign dan perilaku seperti kegelisahan ,peka
rangsangan dan menangis
Rasional : dapat menunjukan perubahan pada tingkat
ansietas dan dapat meningkatkan kemampuan ibu dalam
mengatasi masalah .
4) Bantu ibu merawat diri sendiri dan bayi .
Rasional : ansietas ibu dapat berkurang jika kebutuhannya
terpenuhi serta bahwa ia mampu mengatasi dan terlibat
dalam tugas tugas keperawatan diri sendiri dan bayinya.
5) Anjurkan kontak melalui telepon atau bertemu dengan
pasangan dan anak anak .bila ibu di rawat di rumah sakit, di
anjurkan kontrak dengan bayinya.
Rasional : membantu menurunkan perpisahan dan isolasi .

D. Evaluasi keperawatan
1. Tidak adanya infeksi
2. Nyeri hilang ,tidak ada edema dan tidak terjadi tromboemboli
3. Kecemasan berkurang
4. Pengetahuan ibu bertambah setelah dilakukan tindakan
keperawatan
5. Menyusui kembali efektif
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes , marylin E , Mary Frances Moorhouse,Alice C,Geissler . 2000. Rencana asuhan


keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien Edisi3.
Jakarta : peneribit buku kedokteran EGC

Fanista2009 :asuhan keperawatan : maternitas periode pasca partum . available from:


www.fanista.blogspot.com diunduh pada 13 oktober 2014
Mochtar .Rustam 1998 . sinopsis Obstetri,Jakarta :EGC
Wikyasastro,hani 1997 ilmu kebidanan.jakarta : yayasan bina pustaka sarwono prawiroharjo
Yunitasari, Esty.2008 .asuhan keperawatan post partum.available from: pdf.
www.google.com diunduh pada 13 oktober 2014

Anda mungkin juga menyukai