Anda di halaman 1dari 5

Cerita Rakyat Timun Mas Dan Buto Ijo

Cerita rakyat timun emas dan buto ijo ini berasal dari jawa tengah dahulu kala di suatu
desa hiduplah seorang janda yang bernama mbok sirni ia adalah petani yang tidak
mempunyai keluarga ia hanya hidup sebatang kara.

Pada suatu hari mbok sirni berharap mbok sirni:andaikan aku memiliki suami atau pun
anak pasti pekerjaanku sudah selesai setelah mbok sirni berharap seperti itu datang
suara langkah kaki yang sangat besar ternyata itu adalah langkah kaki buto ijo.

Buto ijo itu berkata:hai janda apakah engkau menginginkan seorang anak
mbok rondo menjawab:ia wahai buto ijo mbok sirni menjawabnya dengan rasa
ketakutan
buto ijo menyaut:baik akan aku wujudkan permintaanmu tetapi bila anakmu sudah
berumur enam belas tahun serahkanlah kepadaku untuk aku santap hahahaha mbok
sirni menjawab:baik aku berjanji bila anakku nanti sudah berumur enam belas tahun
akan aku serahkan kepadamu.

Oleh buto ijo mbok sirni di beri buah mentimun besar berwarna emas ternyata setelah di
belah timun itu berisi bayi perempuan akhirnya setelah 16 tahun terlewati timun mas
menjadi gadis yang cantik jelita.

Pada suatu hari timun mas pergi mencari kayu tetapi mbok sirni di datangi buto ijo untuk
menagih janjinya buto ijo berkata:hai janda mana janjimu itu manak itu sekarng
serahkanlah kepadaku
mbok sirni menjawab dengan rasa ketakutan:eee buto ijo bagaimana kalau perjanjian
kita itu di tambah 2 tahun lagi aku berjanji akan mengembalikannya nanti buto ijo
menyetujui saran mbok sirni ia akan datang lagi 2 tahun kemudian.

Dalam mimpinya mbok sirni bermimpi harus datang ke hutan untuk menyelamatkan
anaknya dari kejaran buto ijo esoknya ia datang ke hutan itu lalu menemui petapa
petapa itu memberikan bungkusan yang berisi biji mentimun,jarum dan trasi.

Akhirnya mbok sirni pulang kerumah dan menceritakan semua yang terjadi kepada
timun mas lalu setelah tidak lama bercerita buto ijo datang kembali untuk menagih
janjinya lalu timun mas di suruh lari oleh mbok sirni setelah itu buto ijo mengejarnya
tetapi timun mas ingat ia mempyai bungkusan itu pertama timun mas melempar biji
mentimun.

Biji mentimun itu lalu berubah menjadi ladang mentimun yang sangat lebat lalu
mentimun itu di makan buto ijo justru menambah stamina buto ijo setelah itu ia
melempar jarum seketika jarum itu menjadi duri yang sangat tajam hingga membuat kaki
buto ijo berdarah setelah itu ia melempar trasi alangkah kagetnya trasi itu menjadi
lautan lumpur yang sangat dalam lalu mengenggelamkan buto ijo
demikian tadi cerita rakyat timun mas yang saya bawakan/ceritakan semoga
bermanfaat.jika ada kesalahan kami mohon maaf yang sebesar-besarnya.terima kasih
telah berkunjung ke blog kami.Kunjungi juga cerita lucu saat di sekolah dan di sawah
sekaligus ceita rakyat lainnya.
Legenda Batu Badaong
Alkisah pada zaman dahulu Di sebuah desa di pulau Tanimbar
(Maluku), hiduplah seorang pria kaya raya bersama istri dan 2 orang
anak nya yang sudah tumbuh menjadi seorang pemuda dan seorang
gadis, mereka berdua sangat dimanjakan oleh ayah mereka sehingga
mereka mempunyai sifat yang malas dan sombong. Mereka memiliki
banyak pelayan yang siap melayani semua keinginan mereka.

Suatu ketika ayah mereka meninggal, semua pelayan pergi karena tidak
tahan dengan perlakuan mereka yang seenaknya. Sehingga sang ibulah yang
menggantikan tugas-tugas para pelayan itu. Mulai dari mempersiapkan
makanan, menyapu, mengepel, hingga menyetrika dikerjakan semua oleh
ibunya dengan ikhlas. Namun, sungguh tidak terpuji. Kedua anak itu
memperlakukan ibu kandung mereka seperti pelayan. Jika ada pekerjaan
yang dilakukan ibu yang salah, mereka tak segan-segan membentak, seperti
seorang majikan yang sedang marah kepada budaknya.

Hati sang ibu yang malang itu sungguh sangat sakit, tetapi hanya bisa
pasrah. Bagimanapun juga, mereka adalah putra-putrinya yang iya cintai.
Sekurang-ajar apapun perlakuan mereka, ibunya tetap melayani semua
kebutuhan mereka seperti biasanya. Seringkali sang ibu yang malang itu
melakukan pekerjaannya sambil meneteskan air mata dan berdoa…

Ampunilah hamba, ya Tuhanku


Hamba gagal mendidik mereka
Hamba gagal menjadikan mereka anak-anak yang berbakti

Ya Tuhanku
Bukalah mata hati mereka
Berilah mereka kesadaran
Agar mereka bisa menjadi anak-anak yang insyaf;
Insyaf akan dirinya;
Dan kembali ke jalanMu
Suatu hari ketika mereka bangun tidur dan hendak makan, mereka terkejut
melihat meja dalam keadaan kosong tanpa makanan. Tak ada makanan dan
minuman yang tersaji. Hanya ada panci diatas kompor. Mereka berdua
marah dan membanting apapun yang ditemukan di depan mereka sambil
mencari ibu mereka.

Si pemuda berpikir… pasti ibunya sedang mencuci pakaian di sungai.


Merekapun bergegas menuju ke sungai. Dan, ternyata benar dugaan pemuda
itu sang ibu sedang berada di sungai untuk mencuci pakaian.

Dalam keadaan marah yang memuncak pemuda itu menghampiri ibunya.


Tanpa bertanya, langsung “gubrakkk…”, pemuda itu menendang cucian sang
ibu hingga terjatuh berserakan ke sungai. Ibunya tidak kuasa berbuat apa-
apa selain menangis. Tak hanya itu, si gadis pun tidak mau ketinggalan.
Sementara tangan kirinya memegangi tangan ibunya, tangan kanannya
mengayunkan pukulan bertubi-tubi ke tubuh sang ibu.

“Ampun nak…. Ada apa gerangan, kenapa kalian memperlakukan ibumu


seperti ini?” tanya sang ibu dengan diriingi isakan tangis dan cucuran air
mata yang mendera.

“Dasar kau perempuan tua tak berguna, sampai jam segini aku belum
makan. Aku lapar! Kau tak ikhlas yah memasak untukku?” hardik gadis itu
sambil terus menerus memukuli tubuh ibunya yang renta itu.

Si Ibu menangis dengan nyaring dan memohon, tapi kedua anak itu tidak
mau mendengarkannya. Malah mereka memukulnya lagi dan lagi. Ibu yang
malang mendapatkan perlakuan buruk dari anak kandung nya sendiri.

Tiba-tiba sang Ibu berhenti menangis, tubuhnya lemah tak berdaya, dan
dengan suara tertahan ia pun berkata

“Ayahmu memang meninggalkan banyak kekayaan, tapi tidak akan


berlangsung lama. Dan meskipun aku yang melahirkan kalian kedunia ini,
mulai sekarang kalian bukan lagi anak-anakku. Aku tidak akan pernah mau
kembali kerumah kalian lagi. Kalian bebas melakukan apapun, aku sudah
tidak peduli lagi”.

Setelah mengatakan itu, si ibu menyeret tubuhnya ke sebuah batu besar


yang ada di pinggir sungai. Lalu berkata

“Wahai batu besar terbukalah. Biarkan aku masuk kedalam. Jadikan aku
bunga yang wangi seperti melati putih”

Tak lama setelah itu, perlahan batu itu terbuka. Lalu masuklah sang ibu
kedalam batu itu. Dalam sekejap mata batu itu telah tertutup kembali.
Setelah beberapa hari, pada batu itu muncul dedaunan dan bunga-bunga
berwarna putih yang wangi sangat semerbak.

Apa yang terjadi pada kedua anak tersebut?

Penduduk desa marah dan mengusir mereka karena perbuatan mereka yang
tidak wajar kepada sang ibu serta perlakuan mereka yang sombong terhadap
para masyarakat sekitar. Hartanya pun dijarah untuk dibagikan kepada
orang-orang miskin di desa tersebut. Kini yang tertinggal hanya penyesalan.
Menyesal telah berlaku kasar kepada ibu yang telah melahirkan dan merawat
mereka. Namun penyesalan tinggal penyesalan, sang ibu telah tiada.

Mereka mendatangi batu dimana ibu mereka tertelan. Sambil mengelus batu
yang telah ditumbuhi dedaunan dan bunga putih yang harum nya semerbak,
mereka menangis tersedu-sedu…. berharap batu itu membuka dan menelan
mereka agar bisa bertemu kembali dengan sang ibu tercinta.

Anda mungkin juga menyukai