E-ISSN : 2548-5741
1,2,3
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh, Jl. Soekarno-Hatta, Kampus Terpadu Poltekkes
Kemenkes RI Aceh, Lampeunerut, Aceh Besar. Telp. 065146126. Kode Pos 23352, e-mail:
nanangpoltekkes@yahoo.comX
ABSTRAK *
Penulis untuk korespondensi:
nanangpoltekkes@yahoo.com
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan pembunuh
nomor satu di Indonesia. Angka kematian karena PJK X
17,05% dari total kematian. Faktor risiko dapat
dimodifikasi yaitu: dislipidemia, diabetes melitus, stres,
infeksi, kebiasaan merokok, pola makan yang tidak baik,
kurang gerak, Obesitas. Faktor risiko tidak dapat dicegah non CHD as comparison
adalah usia, sex, serta riwayat keluarga. Tujuan penelitian group was taken by
untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan PJK. conclement sampling by
Metode penelitian observasional analitik dengan matching. Analysis of
rancangan cross sectional dilaksanakan bulan Juli 2015. univariate, bivariate and
Data dikumpulkan dengan wawancara dan pengukuran multivariate data. The result
IMT dan profil lipid darah. Subjek adalah pasien PJK was that subjects with
sebagai kelompok kasus dan non PJK sebagai kelompok
pembanding diambil secara concecutive sampling dengan
matching. Analisis data univariate, bivariate dan BMI ≥25 m2 had a 2.7 times
multivariate. Hasilnya subjek yang mempunyai IMT ≥25 higher risk of CHD (CI 1.04-
2 7.3). Physical passive
m mempunyai Risiko 2,7 kali lebih tinggi terkena PJK (CI;
1,04-7,3). aktifitas pasif fisik tidak mempunyai
activity has no effect on
berpengaruh terhadap PJK (P; 0,27). Merokok tidak CHD (P 0.27). Smoking does
mempunyai risiko secara bermakna terhadap PJK 1,8 (CI; not pose a significant risk to
0,84-3,7). Sedangkan Mengkonsumsi lemak tinggi ada CHD 1.8 (CI 0.84-3.7). While
hubungan yang bermakna dengan PJK (p; 0,29 > 0,05). consuming high fat there is a
Faktor yang paling berpengaruh terhadap PJK adalah significant relationship with
kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah. Kesimpulan CHD (p: 0,29> 0,05). The
IMT dan profil lipid darah mempunyai pengaruh terhadap most influential factors for
PJK. Faktor yang paling berpengaruh adalah kolestetol CHD are cholesterol and
dan trigliserida darah. triglyceride levels in the
blood. The conclusion of
Kata kunci: Aktifitas fisik, IMT, HDL dan LDL, BMI and blood lipid profile
has an effect on CHD. The
kolesterol, PJK
most influential factors are
cholesterol and blood
ABSTRACT triglycerides
Coronary Heart Disease (CHD) is the number one killer Keywords: Physical
in Indonesia. The mortality rate due to CHD 17.05% of activity, BMI, HDL and
total deaths. Risk factors can be modified ie: LDL, cholesterol, CHD
dyslipidemia, diabetes mellitus, stress, infection,
smoking habits, poor diet, lack of movement, Obesity.
Unavoidable risk factors are age, sex, and family
history. The purpose of this research is to know the
factors related to CHD. Methods Analytical
observational studies with Cossectional designs were
conducted in July 2015. Data were collected by
interviews and measurements of IMT and blood lipid
profiles. Subjects were CHD patients as case group
Penyakit Jantung
Koroner (PJK)
merupakan salah satu
bentuk penyakit
kardiovaskular yang
menjadi penyebab
kematian nomor satu di
dunia. PJK adalah
suatu penyakit
degeneratif yang
berkaitan dengan gaya
hidup, dan sosial
1
ekonomi masyarakat.
Penyakit ini merupakan
problem kesehatan
utama di negara maju.
Badan Kesehatan
Dunia (WHO) mencatat
lebih dari 7 juta orang
meninggal akibat PJK
di seluruh dunia pada
tahun 2002. Angka ini
diperkirakan meningkat
hingga 11 juta orang
pada tahun 2020. Di
Indonesia telah terjadi
PENDAHULUAN pergeseran kejadian
penyakit jantung dan
pembuluh darah dari
urutan ke-l0 tahun
1980 menjadi urutan
ke-8 tahun 1986.
Sedangkan penyebab
kematian tetap
menduduki peringkat
ke-3. Meski belum ada
data epidemiologis
pasti, angka
kesakitan/kematiannya
terlihat cenderung
meningkat. Hasil Survei
Kesehatan Nasional
tahun 2001
menunjukkan tiga dari
1.000 penduduk
Indonesia menderita
2
PJK.
Nomor 1, Mei
32 2017
AcTion Journal, Volume 2,
observasional analitik. Pendekatan dengan
melakukan perbandingkan subjek yang
menderita PJK dengan subjek yang bukan
Penyempitan arteri koroner ini biasa disebut menderita PJK, kemudian kedua kelompok
arteriosclerosis, dan salah satu bentuk tersebut dilakukan pengukuran Indek Masa
arteriosclerosis adalah penyempitan karena
lemak jenuh, yang disebut atherosclerosis. AcTion Journal, Volume 2, Nomor 1, Mei
Dalam proses ini, lemak-lemak terkumpul di 2017
dinding arteri dan penebalan ini
menghasilkan permukaan yang kasar pada
dinding arteri dan juga penyempitan arteri
koroner. Hal ini membuat kemungkinan
adanya penggumpalan darah pada bagian
arteri yang menyempit ini. Jika darah terus
menggumpal, maka tidak ada lagi darah
yang bisa mengalir karena darah ini diblok
oleh gumpalan darah yang sudah menjadi
4
keras.
DESAIN PENELITIAN
33
Iskandar, Abdul Hadil & Alfridsyah
HASIL DAN PEMBAHASAN
34
SD atau tidak
Karakteristik subjek yang menderita PJK 16
dan yang bukan penderita PJK menurut 26,7
pendidikan, jenis pekerjaan, dan Indek 21
Massa Tubuh (IMT) pada penelitian di 35,0
RSU Meuraxa Banda Aceh akan di
sajikan pada Tabel 1 berikut ini:
sekolah
Tabel 1. Distribusi karakteristik
subjek penelitian
Pedagang
SMP
13
21,7
18
30,0
SMA
25
41,7 Petani
16 13
26,7 21,7
17
25,0
Perguruan tinggi
6
10,0 Buruh
5 0
8,3 0,0
3
2,5
Jenis pekerjaan
Lainnya
11
18,3
13
20,0
PNS
20
33,3
12
26,7
Wiraswasta/
16
26,7
15
25,8
AcTion Journal, Volume 2, Nomor 1, Mei
2017
rendah pada yang bukan menderita PJK
(41,7%) dibandingkan yang menderita PJK
(26,7%). Untuk jenis pekerjaan, subjek yang
Berdasarkan Tabel 1, tingkat pendidikan menderita PJK dan yang bukan penderita
mempunyai tingkat pendidikan kebanyakan PJK sebagian besar pekerjaannya adalah
berada antara Sekolah Dasar sampai dengan PNS, wiraswasta/pedagang, dan petani,
Sekolah Menegah Atas, baik pada penderita masing-masing adalah (33,3%, 26,7%,
PJK ataupun yang bukan penderita PJK. 21,7% dan 26,7%, 25,8%, 25,0%).
Subjek yang mempunyai pendidikan SD atau
tidak sekolah pada yang menderita PJK lebih Tabel 2. Distribusi subjek berdasarkan
rendah (26,7%) dibandingkan dengan yang prilaku berisiko antara penderita PJK
bukan menderita PJK (35,0%) sedangkan dengan bukan penderita PJK di RSU
yang mempunyai tingkat pendidikan SMA lebih Meuraxa Banda Aceh
4
6,7
Over wieght
12
20,0
7
11,6
Aktifitas fisik
PJK
Non PJK
Subjek
Pasif
15
25,0
9
15,0
Moderat
26
43,3
25
41,7
n
% Aktif
n 19
% 31,7
26
43,3
Merokok
IMT
Ya
27
45,0
19
31,7
Kurang
3 Tidak
5,0 33
55,0
41
68,3
> 4 btg
21
77,8
11
57,8
3-4 btg
4
14,8
4
21,1
1-2 btg
2
7,4
4
21,1
Tiap hari
4
6,7
4
6,7
3-6x/mgg
20
33,3
16
26,7
1-2x/mgg
22
36,7
16
26,7
<3x/bln
14
23,3
24
40,0
Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner... dihisap setiap hari pada penderita PJK
paling banyak adalah
Patokan berat badan ideal yang sering ≥ 4 batang setiap harinya (75,57).
digunakan untuk mengukur komposisi tubuh Sedangkan untuk distribusi subjek
adalah IMT (Indek Massa Tubuh), karena berdasarkan mengkonsumsi makanan
IMT dapat memberikan range berat badan yang banyak mengandung lemak, subjek
yang ideal. IMT ini didapat dari penderita PJK dan bukan penderita PJK
perbandingan tinggi dan berat badan. yang mempunyai kebiasaan
Distribusi subjek berdasarkan IMT, sebagian mengkonsumsi makanan mengandung
besar subjek mempunyai IMT dengan status tinggi lemak tiap hari hanya sebagian kecil
Normal. Pada subjek penderita bukan (6,7%) sedangkan kebiasaan yang
pendeitan PJK mempunyai IMT dengan mengkonsumsi makanan mengandung
status normal lebih tinggi (81,7%) lemak tinggi < 3 x dalam sebulan lebih
dibandingkan dengan subjek yang menderita tinggi (40,0%) pada subjek yang bukan
PJK (75,0%). Untuk status IMT dengan penderita PJK dibandingkan dengan
status over weight lebih tinggi pada subjek subjek yang menderita PJK (23,3%).
yang menderita PJK (20,0%) dibandingkan
subjek yang bukan menderita PJK (11,6%). Berikut ini disajikan distribusi rerata
kadar Low Density Lipoprotein (LDL),
Faktor risiko PJK yang berhubungan dengan High Density Lipoprotein (HDL),
perilaku diantaranya adalah aktifitas fisik, kolesterol total, dan trigliserida pada
kebiasaan merokok, dan kebiasaan konsumsi subjek penelitian di RSU Meuraxa
11
makanan yang mengandung lemak tinggi. . Banda Aceh.
Distribusi subjek berdasarkan aktifitas fisik,
pada subjek yang menderita PJK aktifitas fisik
pasif lebih tinggi (25,0%), sedangkan untuk
aktifitas fisik aktif, subjek yang bukan penderita
PJK lebih tinggi (43,3%). Untuk kebiasaan
merokok pada subjek yang menderita PJK
35
lebih tinggi (45,0%). Jumlah rokok yang
Iskandar, Abdul Hadil & Alfridsyah
Trigliserida
247,35±47,21
Tabel 3. Distribusi rerata kadar LDL, 224,57±41,35
HDL, kolesterol dan trigliserida di
RSU Meuraxa Banda Aceh Dari hasil analisis data, rerata kadar LDL
pada subjek penderita PJK adalah 141,63 ±
41,57 mg/dl, hasil ini lebih tinggi rerata
Spesimen kadar LDL pada subjek yang bukan
penderita PJK (124,52±34,24) sedangkan
rerata ± Simpangan Baku
rerata kadar HDL tidak ada perbedaan
antara kedua kelompok tersebut. Untuk
darah rerata kadar kolesterol pada penderita PJK
Kasus juga lebih tinggi (222,90 ± 41,50 mg/dl)
Kontrol dibandingkan dengan subjek yang bukan
penderita PJK (196,37±34,27 mg/dl).
LDL Demikian juga dengan kadar trigliserida,
141,63±41,57 pada subjek penderita PJK reratanya lebih
124,52±34,24 tinggi (247,35±47,21 mg/dl) dibandingkan
dengan subjek yang bukan penderita PJK
HDL (224,57±41,35 mg/dl).
40,02±9,47
40,75±10,71 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
PJK a. Indeks massa tubuh (IMT)
Kolesterol
Tabel 4. Pengaruh indek massa tubuh
222,90±41,50
terhadap PJK di RSU Meuraxa Banda
196,37±34,27 Aceh
yang menderita PJK dengan subjek bukan
penderita PJK. Subjek yang menderita PJK
2
IMT Indek Massa Tubuh <25 m lebih rendah
PJK (73,3%) dibandingkan dengan subjek yang
Non PJK bukan penderita PJK. Hasil analisa statistik
menggunakan Chi-quare test didapat nilai
P
OR 36
b. Aktifitas fisik
n
% 4
n 0,39
4
% 1,4
1
(pasif-moderat-aktif), 2 (pasif-moderat), 3 (pasif-
aktif), 4 (moderat-aktif)
Hasil analisa statistik menggunakan Chi-quare Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner...
test didapat nilai p>0,05 (p; 0,27), berarti dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara aktifitas fisik dengan PJK di
pula jantungnya lebih besar dan lebih kuat,
RSU Meuraxa Banda Aceh. Namun pada uji
stratifikasi didapat hubungan secara biologis yang mempengaruhi pada peningkatan suplai
aktifitas fisik antara aktifitas pasif dengan darah dan oksigen. Latihan-latihan olahraga
aktifitas aktif. Subjek yang mempunyai aktifitas selama 30 menit setiap kali berlatih dengan
pasif mempunyai risiko 2,3 kali lebih tinggi intensitas sedang sudah dapat menurunkan
11
dibandingkan dengan subjek yang mempunyai risiko PJK.
aktifitas aktif (OR; 2,3, CI; 0,81-6,30). Namun
secara statistik tidak bermakna secara signifikan
pengaruh aktifitas fisik terhadap PJK di RSU
c. Kebiasaan merokok
Meuraxa Banda Aceh.
Kebiasaan merokok pada subjek yang
Aktifitas fisik atau olahraga yang teratur menderita PJK lebih tinggi (45,0%)
mengurangi risiko terjadinya penyakit arteri dibandingkan dengan subjek yang bukan
6 penderita PJK (31,7%). Sedangkan yang tidak
coroner. Selain itu olahraga juga mengurangi
merokok berbanding terbalik. Subjek dengan
beberapa faktor risiko terhadap PJK, seperti:
kolesterol tinggi, hipertensi, obesitas, dan
penderita PJK proporsi yang tidak merokok
meningkatkan HDL. Banyak penelitian lebih rendah dibandingkan dengan subjek
menyatakan, kurang aktif bergerak pengaruhnya bukan penderita PJK. Hasil uji statistik
pada risiko PJK sama tingkatannya pada pria menggunakan Chi-quare test didapat nilai
atau wanita. Pada orang-orang bugar umumnya p>0,05 (p; 0,13), berarti dapat disimpulkan
faktor-faktor risiko mereka terkendali dengan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna
baik. Lagi antara kebiasaan merokok dengan PJK di RSU
Meuraxa Banda Aceh. Namun pada uji OR
AcTion Journal, Volume 2, Nomor 1, Mei merokok mempunyai risiko 1,82 kali lebih tinggi
2017 terkena PJK dibandingkan dengan subjek yang
tidak merokok (OR;1,8, CI; 0,84-3,7). Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut
ini.
Jumlah
PJK
Bukan PJK
P
OR
merokok
n
%
n
%
4
0,50
4
2,0
1
(>4btg~3-4btg ~1-2btg),
2
(>4btg~3-4btg),
3
(>4btg~1-
2btg), 4(3-4btg~1-2btg)
Merokok
PJK
3-4 btg Non PJK
4 P
14,8 OR
4
21,1
2
0,41
2
1,91
1-2 btg
2
7,4
4
21,1 n
3 %
0,13
3 n
3,8 %
Tidak
33
55,0
41
68,3
Ya
27
45,0
19
31,7
0.13
1,82 37
Iskandar, Abdul Hadil & Alfridsyah yang merokok > 20 batang perhari dapat
mempengaruhi atau memperkuat efek dua
6
faktor utama resiko lainnya. Pada penelitian
Hasil uji statistik menggunakan Chi-quare test ini didapat tidak ada hubungan yang
untuk mengetahui hubungan jumlah merokok bermakna antara kebiasaan merokok
dengan PJK didapat nilai p>0,05 (p; 0,29), dengan PJK di RSU Meuraxa Banda Aceh.
berarti disimpulkan bahwa tidak ada hubungan Namun pada uji OR merokok mempunyai
yang bermakna antara jumlah rokok yang risiko 1,82 kali lebih tinggi terkena PJK
dihisap dengan PJK di Meuraxa Banda Aceh. dibandingkan dengan subjek yang tidak
Namun pada uji stratifikasi didapat, ada merokok (OR; 1,8, CI; 0,84-3,7).
hubungan secara biologis antara merokok
dengan kejadian PJK. Pada subjek yang
pada uji stratifikasi didapat, pada subjek
mempunyai kebiasaan merokok setiap harinya
merokok > 4 batang mempunyai risiko 3,8 kali dengan kebiasan merokok setiap harinya
lebih tinggi terkena PJK dibandingkan dengan merokok > 4 batang mempunyai risiko 3,8
subjek yang mempunyai kebiasaan merokok kali lebih tinggi dibandingkan dengan subjek
setiap harinya merokok hanya 1 – 2 batang yang mempunyai kebiasaan merokok setiap
(OR; 3,8, CI; 0,60-24,2). Demikian juga antara harinya meroko hanya 1 – 2 batang (OR;
merokok 3 – 4 batang setiap hari dengan 3,8, CI; 0,60-
subjek yang merokok 1 – 2 batang setiap hari.
Subjek yang merokok 3 – 4 batang setip hari
mempunyai risiko PJK 2,0 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan yang merokok setiap 24,2). Demikian juga antara merokok 3 – 4
hari hanya 1 – 2 batang (OR; 2,0, CI; 0,22- batang setiap hari dengan subjek yang
17,8). Namun secara statistik tidak pengaruh merokok 1
bermakna antara jumlah merokok dengan PJK
di RSU Meuraxa Banda Aceh. – 2 batang setiap hari. Subjek yang merokok 3 –
4 batang setip hari mempunyai risiko PJK 2,0 kali
Merokok dapat merangsang proses lebih tinggi dibandingkan dengan yang merokok
ateriosklerosis karena efek langsung setiap hari hanya 1 – 2 batang (OR; 2,0, CI; 0,22-
terhadap dinding arteri, karbon 17,8). Hasil ini sesuai dengan penelitian
Framingham mendapatkan kematian mendadak
monoksida menyebabkan hipoksia akibat PJK pada laki-laki perokok 10 kali lebih
arteri, nikotin menyebabkan mobilisasi besar dari pada bukan perokok dan pada
katekolamin yang dapat menimbulkan perempuan perokok 4.5 kali lebih dari pada
reaksi trombosit, glikoprotein tembakau bukan perokok. Apabila berhenti merokok
dapat menimbulkan reaksi penurunan resiko PJK akan berkurang 50% pada
10 akhir tahun pertama dan kembali normal (orang
hipersensitifitas dinding arteri. tidak merokok) setelah berhenti merokok 10
15,16
tahun.
Merokok telah dimasukkan sebagai salah
satu faktor resiko utama PJK disamping Kebiasaan mengkonsumsi makanan
hipertensi dan hiperkolesterolami. orang
tinggi lemak
PJK 1-2x/mgg
Bukan PJK 22
P 36,7
OR 16
26,7
3
0,68
3
0,73
<3x/bln
14
23,3
24
40,0
4
0,48
lemak 4
n 1,71
%
n
%
1
(tiap hari~3-6xmgg ~1-2x/mgg~<3x/bln), 2(tiap
hari~3-6xmgg), 3(tiaphari~1-2x/mgg), 4(tiap
hari~<3x/bln)
Volume 2, Nomor 1,
Mei 2017
38
AcTion Journal,
HDL
PJK
40.02
9.47 Sedangkan distribusi rerata kadar kolesterol
7,33 pada subjek yang menderita PJK adalah
0,69 222,90 mg/dl dengan standart deviasi 41,50
mg/dl, sedangkan untuk subjek yang bukan
PJK adalah 196,37 mg/dl dengan standard
Non PJK deviasi 34,27 mg/dl. Hasil uji statistik dengan
40.75 menggunakan T-test didapat nilai p < 0,05 (p;
10.71 0,015, CI; 12,77 - 40,29 ), berarti pada alfa 5%
dapat disimpulkan ada perbedaan rarata kadar
kolesterol antara subjek yang penderita PJK
dengan subjek yang tidak menderita PJK di
Koles- RSU Meuraxa Banda Aceh, dengan
PJK perbedaan reratanya adalah sebesar 26,63
222.90 mg/dl lebih tinggi pada subjek penderita PJK.
41.50
26,33 Untuk distribusi rerata kadar trigliserida pada
0,001 subjek yang menderita PJK adalah 247,35
mg/dl dengan standart deviasi 47,21 mg/dl,
terol sedangkan untuk subjek yang bukan PJK
Non PJK adalah 224,57 mg/dl dengan standard deviasi
196.37 41,35 mg/dl. Hasil uji statistik dengan
34.27 menggunakan T-test didapat nilai p < 0,05 (p;
0,006, CI; 6,74-38,83), berarti pada alfa 5%
dapat disimpulkan ada perbedaan rarata kadar
trigliserida antarasubjek yang penderita PJK
Trigli- dengan subjek yang tidak menderita PJK di
PJK RSU Meuraxa
247.35
47.21 39
Iskandar, Abdul Hadil & Alfridsyah baik pada hewan, uji klinis dan penelitian
epidemiologis menunjukkan bahwa
hiperkolesterol LDL merupakan faktor risiko
Banda Aceh, dengan perbedaan utama PJK. Kolesterol LDL menyebabkan
pengapuran pembuluh koroner dan mengirim
reratanya adalah sebesar 22,78 mg/dl
serta menimbun kolesterol di pembuluh
lebih tinggi pada subjek penderita PJK. 21
koroner. Banyak studi epidemiologis yang
LDL (Low Density Lipoprotein) menunjukkan bahwa LDL merupakan faktor
utama aterogenik, dimana peningkatan
merupakan jenis kolesterol yang
kadar kolesterol LDL memberikan angka
bersifat kejadian PJK. Kadar kolesterol LDL 170
mg/dl dibandingkan dengan kadar 100 mg/dl
“buruk” atau merugikan, karena kadar maka memberikan resiko PJK hampir 3x
kolesterol 22
lipat lebih tinggi. Menurut Admaja (2010)
LDL yang meninggi akan menyebabkan Jika dikaitkan dengan PJK, maka terdapat
penebalan dinding pembuluh darah. Kadar peningkatan hampir 1% risiko PJK untuk
kolesterol LDL lebih tepat sebagai petunjuk setiap kenaikan 1 mg/dl kolesterol LDL.
untuk mengetahui risiko PJK daripada Sehingga peninggian kolesterol LDL
kadar kolesterol saja. Kolesterol LDL lebih mempredisposisi individu terjadinya
popular dikenal sebagai kolesterol percepatan aterosklerosis. Insiden PJK
jahat/bad cholesterol. Berbagai penelitian, berbanding lurus dengan kadar kolesterol
LDL dan berbanding terbalik dengan kadar 1,98
kolesterol HDL. 0,01
0,97-1,00
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol 0,01
merupakan jenis kolesterol yang bersifat Trigliserida
“baik” atau menguntungkan, karena
1,99
mengangkut kolesterol dari pembuluh
darah kembali ke hati untuk dibuang,
0,005
sehingga mencegah penebalan dinding 0,98-0,99
pembuluh darah atau mencegah terjadinya 0,009
proses aterosklerosis. Jadi makin rendah IMT
kadar HDL kolesterol, makin besar 1,70
kemungkinan resiko terjadinya PJK. Kadar 0,57
HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan 0,44 – 4,67
berhenti merokok, mengurangi berat badan 0,35
16
dan menambah aktifitas (exercise). Merokok
1,68
Trigliserida merupakan lemak di dalam tubuh 0,46
yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu lemak 0,71 – 4,40
jenuh, lemak tidak jenuh tunggal dan lemak 0,25
tidak jenuh ganda. Kadar trigliserid yang
Kebiasaan
tinggi
1,37
40 0,23
0,87-2,17
0,18
makan
merupakan faktor resiko untuk terjadinya
16
PJK. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Ginsberg, dkk,
17
2004 menyimpulkan bahwa kadar
trigliserida 209-315 mg/dL meningkatkan
Aktifitas
angka kejadian PJK sebanyak lebih dari 5x 1,13
dibandingkan dengan kadar 118-172 mg/dL 0,31
setelah 40 tahun pada 100 orang laki-laki 0,63-2,15
berusia rata-rata 22 tahun. 0,68
HDL
Pada penelitian ini didapatkan hasil 1,01
faktor yang paling berpengaruh 0,02
terhadap terjadinya PJK di Rumah Sakit 0,97-1,05
Umum Meuraxa Banda Aceh adalah 0,56
kadar kolesterol dan trigliserida dalam LDL
darah. 0,99
0,01
Tabel 10. Hasil uji regresi logistik LDL 0,98-1,01
dan HDL dalam mempengaruhi PJK 0,56
tinggi terkena PJK dibandingkan dengan Tjang. Alternatif terapi penyakit Jantung
2
subjek dengan Indek Massa Tubuh < 25 m . Koroner. http://www.
Subjek yang mempunyai aktifitas pasif suarapembaruan.com; 2006.
mempunyai risiko 2,3 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan subjek yang mempunyai Majid A. Penyakit Jantung Koroner,
aktifitas aktif, kebiasaan merokok setiap Patofisiologi, Pencegahan, Pengobatan
harinya > 4 batang mempunyai risiko 3,8 kali
Terkini. Bidang Ilmu Fisiologi pada
lebih tinggi terkena PJK dibandingkan dengan
subjek dengan kebiasaan merokok hanya 1 – Fakultas Kedokteran USU. Medan; 2007.
2 batang. Mengkonsumsi lemak tinggi tidak
ada hubungan yang bermakna dengan PJK. Brittlate. Penyakit jantung koroner yang
Ada pengaruh perbedaan kadar LDL. mematikan. http://www.forumsains.
Kolesterol, dan trigliserida terhadap terjadinya com/index.php?page=33; 2007
PJK. Faktor yang paling berpengaruh
terhadap terjadinya PJK adalah kadar Waspadji S, Suyono S, Sukarji K dan
kolesterol dan trigliserida dalam darah. Saran, Kresmawan T. Obesitas Berdasarkan Tebal
usaha untuk tindakan preventif terhadap risiko Lemak Bawah Kulit (TLBK) pada Penderita
PJK adalah dengan mengetahuai profil lipid Hiperlipidemia. Pengkajian Status Gizi Studi
darah tidak melebihi batas ambang normal, Epidemiologi, FKUI, Jakarta; , 2010.
dengan demikian pemeriksaan dan
pengontrolan lipid darah perlu dilakukan agar
pengelolaan terhadap profil lipid darah dapat Djohan BA. Penyakit Jantung Koroner
dilakukan dengan baik, sehingga kejadian dan Hipertensi. Ilmu Penyakit Dalam,
terhadap PJK dapat dihindari. FK-USU. Medan; , 2004.
42