Anda di halaman 1dari 4

Kesadaran Moral dan Pro Kontra Etika Bisnis

Kesadaran moral merupakan kesadaran tentang suatu kenyataan yang tidak tergantung pada
siapa yang menyatakan, tetapi pada ada tidaknya kenyataan. Oleh karna itu, kesadaran moral
bersifat rasional, obyektif, dan mutlak. Misalnya, apabila seseorang meminjam sesuatu dari
orang lain, maka peminjam wajib mengembalikan. Karena kesadaran moral bersifat rasional
maka kesadaran moral berlaku secara umum dan bersifat objektif. Artinya setiap orang dalam
situasi yang sama mempunyai kewajiban yang sama pula. Kesadaran moral ibarat suara dalam
diri sendiri, yang disebut suara batin. Suara batin merupakan keinsyafan untuk melakukan
sesuatu sebagai suatu kewajiban. Oleh karena itu kewajiban moral mengikat batin seseorang
sehingga ia bersifat mutlak.

Kewajiban moral mempunyai unsur unsur pokok berikut:


1. Kewajiban itu bersifat mutlak sesuai dengan hati nurani
2. Kewajiban itu bersifat itu objektif, artinya berlaku untuk setiap orang yang berada dalam
situasi yang sama
3. Kewajiban itu bersifat rasional, karena yang bersangkutan menyadarinya sebagai sesuatu
yang sudah semestinya demikian

Perkembangan Moral Individu


Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan
perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg, (terdiri
dari 3 level, masing-masing 2 tahap) yang teridentifikasi dalam perkembangan moral seseorang
untuk berhadapan dengan isu-isu moral. Tahapannya adalah sebagai berikut:

1. Tahap prakonvesional
Pada tahap ini terdapat 2 tingkat moralitas yaitu
a. Heteronom
Moralitas seorang berbeda pada tingkat ini apabila suatu tindakan dilakukan bukan atas
kesadarannya sendiri , tetapi akibat adanya dorongan atau motivasi dari luar.
Misalnya mematuhi peraturan dengan alasan untuk menghindari hukuman

b. Individualistik
Pada tingkat ini alasan moralitas seseorang melakukan suatu tindakan yang baik atau
benar untuk memenuhi kepentingan atau kebutuhan pribadinya.
Misalnya anak anak melakukan tindakan baik untuk mendapat pujian atau imbalan

2. Tahap konvensional
a. Konformitas antar pribadi
Seseorang merasa perlu menjaga tindakannya agar sesuai dengan harapan keluarga
maupun kelompok dimana ia menjadi anggota kelompok misalnya di sekolah maupun
organisasi menaati standar moral yang berlaku
b. Konformitas dengan sistem sosial
Moralitas seseorang ditinjau dari loyalitasnya sebagai bagian dari sistem sosial
terhadap standar moral lingkungan masyarakat yang lebih luas , misalnya loyalitas
terhadap bangsa dan negara

3. Tahap konvensional

a. Otonom
Pada tingkat ini , mulai disadari bahwa orang-orang mempunyai pandangan dan opini
pribadi yang sering bertentangan dan menekankan cara cara yang adil untuk mencapai konsensus
Misalnya suatu tindakan taat hukum dilakukan secara sadar demi ketertiban umum dan
perlinungan terhadap hak semua orang bukan sekedar untuk menghindari hukuman.

b. Universal
Pada tingkat moralitas tertinggi ini suatu tindakan dilakukan dengan kesadaran tinggi
berdasarkan prinsip prinsip moral yang dipilih , karena secara logis memang komperhesif ,
universal dan konsisten

Etika bisnis sejatinya adalah suatu kumpulan norma dan nilai-nilai yang digunakan untuk
mengatur norma - norma yang ada di suatu perusahaan,kemudian digunakan juga untuk para
atasan agar dapat menentukan keputusan menurut norma - norma yang telah berlaku secara
umum dalah suatu perusahaaan. Tujuan dari etika bisnis sendiri agar memberi acuan tentang
sampai manakah batas norma dalam suatu perusahaan agar para karyawan dalam suatu instansi
atau suatu perusahaan tidak melanggar peraturan yang telah dibuat oleh masing-masing
perusahaan. Etika bisnis terus dikembangkan dari tahun ke tahun agar mengikuti perkembangan
jaman, karena kita tahu bahwa perkembangan jaman skrg juga tumbuh dengan pesat juga. Maka
dari itu etika bisnis juga harus mengalami pembaharuan agar dapat mengikuti kondisi jaman
yang berlaku sekarang. Apabila tidak dapat mengikutinya maka peraturan kita akan terkesan
kuno dan orang-orang pun akan mulai bertindak curang terhadap perusahaan tersebut

Pro dan kontra etika bisnis tersebut tidak terlepas dari karakter dari masing-masing individu
itu sendiri, karena pada hakekatnya masing-masing individu telah membawa masing-masing
norma yang berlaku didaerahnya, maupun berasal dari keluarga nya sendiri,inilah yang
terkadang membuat orang-orang susah menyesuaikan dengan etika bisnis yang sekarang dimana
sering terjadinya gesekan-gesekan yang membuat selisih paham antar karyawan dalam suatu
perusahaan. Bisnis adalah bisnis. Bisnis jangan dicampur-adukkan dengan etika. Para pelaku
bisnis adalah orang-orang yang bermoral, tetapi moralitas tersebut hanya berlaku dalam dunia
pribadi mereka, begitu mereka terjun dalam dunia bisnis mereka akan masuk dalam permainan
yang mempunyai kode etik tersendiri. Jika suatu permainan judi mempunyai aturan yang sah
yang diterima, maka aturan itu juga diterima secara etis. Jika suatu praktik bisnis berlaku begitu
umum di mana-mana, lama-lama praktik itu dianggap semacam norma dan banyak orang yang
akan merasa harus menyesuaikan diri dengan norma itu. Dengan demikian, norma bisnis berbeda
dari norma moral masyarakat pada umumnya, sehingga pertimbangan moral tidak tepat
diberlakukan untuk bisnis dimana “sikap rakus adalah baik”(Ketut Rindjin, 2004:65).
Belakangan pandangan diatas mendapat kritik yang tajam, terutama dari tokoh etika Amerika
Serikat, Richard T.de George. Ia mengemukakan alasan alasan tentang keniscayaan etika bisnis
sebagai berikut.

 Pertama, bisnis tidak dapat disamakan dengan permainan judi. Dalam bisnis memang
dituntut keberanian mengambil risiko dan spekulasi, namun yang dipertaruhkan bukan
hanya uang, melainkan juga dimensi kemanusiaan seperti nama bai kpengusaha, nasib
karyawan, termasuk nasib-nasib orang lain pada umumnya.
 Kedua, bisnis adalah bagian yang sangat penting dari masyarakat dan menyangkut
kepentingan semua orang. Oleh karena itu, praktik bisnis mensyaratkan etika, disamping
hukum positif sebagai acuan standar dlaam pengambilan keputusan dan kegiatan bisnis.
 Ketiga, dilihat dari sudut pandang bisnis itu sendiri, praktik bisnis yang berhasil adalah
memperhatikan norma-norma moral masyarakat, sehingga ia memperoleh kepercayaan
dari masyarakat atas produ atau jasa yang dibuatnya.

Contoh yang paling lumrah adalah antara cabang dengan induk dimana perusahaan induk
telah mengeluarkan peraturan-peraturan yang mencakup etika bisnis yang dijelaskan dengan
cabang-cabangnya namun ada beberapa cabang yang tidak menjalankan etika tersebut dengan
baik,atau memodifikasi nya dengan etika dari pribadi masing-masing individu. Sebagian orang
menggangap etika bisnis ini berguna bagi perusahaan nya karena dengan etika bisnis perusahaan
dapat mudah mengatur karyawan-karyawan disana dan juga membantu atasan dalam menetukan
keputusan berbisnis. Sebagian orang juga tidak setuju dengan etika bisnis karena mereka
"Dipaksa" untuk mengikuti norma yang berlaku disuatu perusahaan yang membuat mereka harus
menyesuaikan tiap-tiap perusahaan ( apabila mereka pindah kerja) sehingga disatu titik mereka
akan jenuh dan akhirnya melakukan kecurangan di perusahaan tersebut.
DAFTAR FUSTAKA

http://fekool.blogspot.com/2015/05/etika-bisnis-pengertian-etika-dan-moral.html

http://amtadin.blogspot.com/2016/03/etika-dalam-berbisnis.html

Anda mungkin juga menyukai