TANGERANG SELATAN
MODUL KOMITMEN
Disusun Oleh:
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reformasi bidang keuangan negara ditandai dengan terbitnya tiga
undang-undang bidang keuangan negara, yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Berdasarkan
undang-undang tersebut, terdapat pemisahan fungsi dan kedudukan Menteri
Keuangan dan Menteri/ Pimpinan Lembaga dalam penyelenggaraan pengelolaan
keuangan negara. Kedudukan Menteri Keuangan sebagai Chief Financial Officer
(CFO) memegang kewenangan kebendaharaan, sedangkan setiap Menteri / Pimpinan
Lembaga sebagai Chief Operational Officer (COO) memegang kewenangan
administratif. Pemisahan fungsi tersebut dimaksudkan untuk membuat kejelasan dan
kepastian dalam pembagian wewenang dan tanggung jawab.
Pasal 7 Undang-Undang Perbendaharaan Negara menyebutkan bahwa Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) berwenang diantaranya untuk
mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran, melakukan pengendalian pelaksanaan
anggaran negara, menetapkan sistem penerimaan dan pengeluaran kas negara,
mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan dalam pelaksanaan anggaran
negara, melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat Pengguna Anggaran
atas beban Rekening Kas Umum Negara dan menetapkan sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan negara.
Kewenangan administratif yang dijalankan oleh Kementerian/lembaga meliputi
kewenangan untuk melakukan perikatan, melakukan pengujian dan pembebanan
tagihan, serta memerintahkan pembayaran atau menagih penerimaan. Di sisi lain,
Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN) berwenang dalam hal
kebendaharaan yang bertindak sebagai kasir sekaligus sebagai pengelola keuangan
dalam arti yang seutuhnya. Dalam rangka menjalankan wewenangnya agar dapat
berjalan secara optimal, tentunya Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara
memerlukan suatu sistem yang memadai, yaitu sistem yang diantaranya mampu
menjaga keseimbangan antara pengeluaran dan penerimaan untuk mencegah cash
missmatch, mampu memberikan informasi yang memadai mengenai kebutuhan dana,
dan mampu mengontrol realisasi anggaran dengan alokasi dana yang ada demi
mewujudkan disiplin anggaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan suatu
mekanisme kontrol terhadap perikatan-perikatan yang akan mengakibatkan
pengeluaran negara. Suatu mekanisme dimana pengeluaran-pengeluaran yang akan
terjadi dimasa depan, baik itu dalam jangka pendek maupun jangka panjang dapat
diketahui dan dikelola oleh Menteri Keuangan selaku BUN. Manajemen komitmen
merupakan salah satu alat yang diharapkan mampu digunakan oleh BUN dan
Pengguna Anggaran dalam rangka menjalankan fungsi tersebut agar dapat
memperoleh hasil yang optimal.
Aplikasi SAKTI memberi harapan yang lebih baik pada sisi pengawasan dan
monitoring terhadap transaksi maupun tingkat kepatuhan yang dilakukan satuan kerja.
Beberapa pihak seperti Unit Eselon I maupun Kementerian/Lembaga dari
masing-masing 3 satuan kerja, KPPN/Kementerian Keuangan serta pihak auditor akan
semakin mudah dalam memperoleh data maupun informasi secara akurat dan cepat
serta dapat meminimalkan tingkat kesalahan manusia yang selama ini sering terjadi.
Dasar hukum dari pelaksanaan modul komitmen dalam aplikasi SAKTI adalah
sebagai berikut.
Dalam World Bank Technical Paper No. 505 tentang Treasury Reference Model
digambarkan bahwa proses komitmen dalam praktiknya adalah sebagai berikut.
1. Unit pengeluaran atau spending unit memproses permintaan barang dan jasa;
2. Melakukan verifikasi kesesuaian pengeluaran dan ketersediaan anggaran dan
batas pengeluaran;
3. Setelah itu, unit pengeluaran akan memproses permintaan pengadaan sesuai
dengan prosedur yang ditentukan dan menempatkan pesanan pembelian pada
vendor;
4. Vendor harus terdaftar dalam database vendor, lalu unit pengeluaran akan
mendaftarkan komitmen dalam sistem dan memblokir jumlah yang sesuai dari
anggaran yang tersedia dan batas pengeluaran;
5. Transaksi komitmen diteruskan ke kementerian induk dan kantor regional
Perbendaharaan-Kementerian Keuangan yang akan memproses pembayaran
berdasarkan komitmen.
PEMBAHASAN
A. Modul Komitmen
Interaksi antara modul komitmen dengan modul lainnya dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Hubungan antara modul komitmen dengan modul lain dapat dilihat pada Gambar
di bawah ini.
Alur proses di dalam modul komitmen terdiri dari tiga kegiatan utama, yaitu
sebagai berikut.
a. Kegiatan perekaman data supplier yang belum ada di database. Jika data supplier
telah ada di dalam database, user bisa melakukan updating jika ada perubahan.
Data supplier ini akan menjadi input di dalam modul pembayaran untuk data
perekaman SPP.
b. Perekaman kontrak berdasarkan data supplier yang telah diinput. Perekaman
kontrak dilakuan saat kontrak disetujui dan siap dilaksanakan. Ketika kontrak
telah selesai dan barang/jasa telah diberikan, satker akan membuat BAST.
c. Perekaman BAST pada saat kontrak selesai. ADK BAST ini akan menjadi input
bagi modul pembayaran untuk perekaman SPP, juga menjadi input dalam Modul
Aset Tetap/Persediaan untuk perekaman detail aset.
Alur proses dalam modul komitmen dapat dilihat dalam Gambar 2 di bawah ini.
Dalam manajemen kontrak terdapat dua jenis user yang terlibat, yaitu operator
dan approver. Tugas operator yaitu merekam data kontrak, mencetak resume kontrak,
upload/rekam CAN (Commitment Application Number), merekam BAST, dan
monitoring Karwas Kontrak. Kemudian, tugas approver yaitu membuat ADK
kontrak/RFC (Request For Commitment), cetak resume kontrak, dan monitoring
Karwas Kontrak.
5. Pengembangan
Penerapan SAKTI sampai dengan saat ini masih pada tahapan piloting (termasuk
di dalamnya adalah unit vertikal Kementerian Keuangan) dan belum
diimplementasikan secara menyeluruh. Karena itu, perlu dilakukan evaluasi secara
menyeluruh dalam pelaksanaannya saat ini sehingga apabila ditemukan kelemahan,
keterbatasan, maupun kesalahan baik yang diakibatkan oleh human error, kegagalan
sistem, database, maupun kelemahan pengendalian internal dapat segera dilakukan
antisipasi dan perbaikan. Selain itu masih terdapat aplikasi yang belum diintegrasikan
misalnya aplikasi GPP. Dengan demikian, pada akhirnya penerapan SAKTI dapat
dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi secara akurat dan tepat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Modul Komitmen adalah modul yang memuat informasi mengenai kebutuhan
dana dan alokasi dana yang ada, yang berfungsi sebagai perencanaan kas agar tidak
terjadi cash missmatch. Modul Komitmen mencakup dua fungsi utama, yaitu
Manajemen Supplier dan Manajemen Kontrak. Karena merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam Sistm Akuntansi Keuangan Tingkat Instansi (SAKTI), maka
Modul Komitmen erat hubungannya dengan modul-modul lainnya. Modul Komitmen
memberikan input dan output berupa data dan informasi masing-masing kepada
Aplikasi GPP, Modul Aset Tetap/Persediaan, Modul Pembayaran, Modul GLP, dan
Modul Anggaran.
Manajemen supplier digunakan untuk merekam dan mengelola data-data detil
mengenai supplier, baik berupa satker, pihak ketiga, pengguna dana, lender, dan
pegawai, untuk kemudian didaftarkan ke SPAN. Tujuan pengelolaan tersebut
digunakan sebagai arah tujuan pembayaran tagihan, meningkatkan validitas data
supplier, evaluasi kinerja supplier, rekonsiliasi dengan data customer, maupun dalam
rangka memenuhi kebutuhan laporan manajerial terkait supplier. Adapun manajemen
kontrak digunakan untuk merekam dan mengelola data-data kontrak yang bertujuan
untuk perencanaan kas atas dasar perkiraan arus kas yang menyertai pelunasan sebuah
komitmen yang kemudian akan didaftarkan ke SPAN.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan oleh penulis adalah sebagai berikut.
1. Belum terdapat mekanisme Approved Vendor List (AVL) seperti halnya di
entitas sektor swasta. Mekanisme tersebut berguna untuk memberikan semacam
rating atau penilaian terhadap supplier-supplier yang mampu menyediakan
barang/jasa yang memenuhi standar kualitas yang ditetapkan dengan harga yang
bersaing sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam
pelaksanaan komitmen dalam rangka penyelenggaran pemerintahan.
2. Hingga saat ini belum ada fungsi/fitur yang menyediakan informasi keabsahan
supplier melalui mekanisme validasi oleh validator maupun daftar
jenis/klasifikasi usaha supplier dalam modul komitmen. Karena itu, perlu
ditambahkan fitur terkait dua hal tersebut sehingga proses perekaman supplier
dalam manajemen supplier dapat lebih mudah dan akurat.