Anda di halaman 1dari 39

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Anak Prasekolah


2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah

Anak merupakan dambaan setiap keluarga, selain itu keluarga juga

mengharapkan anaknya kelak bertumbuh optimal (sehat secara fisik,

mental/kognitif dan sosial), dapat dibanggakan serta berguna bagi nusa dan

bangsa. Sebagai aset bangsa, anak harus mendapatkan perhatian sejak mereka

masih dalam kandungan sampai mereka menjadi dewasa (Manumbalang, 2017).

Anak prasekolah adalah anak berusia dua sampai lima tahun. Rentang usia

tersebut merupakan periode emas seorang anak dalam pertumbuhan dan

perkembanggan. pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesehatan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang optimal, sehingga terciptanya masyarakat, bangsa dan negara

Indonesia yang hidup dengan perilaku dan lingkungan sehat, serta memiliki

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil.

Indonesia sehat yang telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan mempunyai

visi yang sangat ideal yakni masyarakat Indonesia yang penduduknya hidup

dalam lingkungan yang sehat. Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan

bagian integral dari pembangunan kesehatan nasional, artinya didalam

pembangunan kesehatan gigi tidak boleh diabaikan. Pembangunan kesehatan

diselenggarakan dengan memberikan prioritas kepada upaya peningkatan

kesehatan, pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya penyembuhan

6
7

dan pemulihan kesehatan, termasuk pada anak usia sekolah dasar agar tercapai

derajat kesehatan secara optimal (Depkes RI, 2000).

2.1.2 Perkembangan Anak

Menurut Behrman (2012) perkembangan yang terjadi pada masa

prasekolah adalah sebagai berikut :

a. Perkembangan fisik
Pada usia prasekolah tantangan-tantangan perkembangan dari periode

sebelumnya diakhiri dalam keadaan lingkungan sosial yang luas dan dibentuk

kembali oleh pertambahan bahasa yang rumit. Pada masa pertumbuhan anak

menghadapi teman bermain yang ramai atau suatu rungan kelas anak prasekolah.
Pada akhir tahun kedua, pertumbuhan tubuh dan otak lambat, dengan

penurunan otak yang seimbang pada kebutuhan nutrisi dan nafsu makan. Berat

badan rata-rata pada usia 3 tahun adalah 14,6 kg. Pada usia 4 tahun adalah 16,7 kg

dan pada usia 15 tahun adalah 18.7 kg. Rata-rata pertambahan berat pertahun

sekiar 2,3 kg. Petumbuhan tinggi badan juga tetap berlangsung dengan

bertambahan 6,75 cm sampai 7,5 cm pertahun dan umumnya lebih terjadi pada

perpanjangan tingkat dari pada batang rata-rata tinggi badan pada usia 3 tahun

adalah 95 cm. Pada usia 4 tahun adalah 103 m, dan pada usia 5 tahun adalah 110

cm.
Proposi fisik tidak lagi sama dengan anak toodler dalam posisi jongkok yang

gembung. Postur anak prasekolah lebih langsing tetapi kuat, anggun, tangkas dan

tegap. Hanya terdapat sedikit perbedaan dalam karakteristik fisik sesuai dengan

jenis kelamin, kecuali yang di tentukan oleh faktor lain seperti pakaian dan

potongan rambut. Sebagai besar sistem tubuh telah mengatur dan stabil serta

dapat serta menyesuaikan diri dengan stress dan perubahan yang moderat. Selama

periode ini sebagian besar anak sudah menjalani toilet training. Perkembangan
8

motorik terjadi sebagian besar peningkatan kekuatan dan penghalusan

keterampilan yang telah di pelajari sebelumnya, seperti berjalan, berlari, dann

melompat. Namun perkembangan otot dan pertumbuhan tulang masih jauh dari

matur. Aktivitas yang berlebihan dan olahraga yang berlebihan dapat mencederai

jaringan yang masih halus postur postur yang baik. Latihan yang tepat dan nutrisi

yang adekuat serta istirahat sangat penting untuk perkembangan sistem

muskuluskeletal yang optimal.


b. Perkembangan psikososial
Pada usia prasekolah anak mulai menyadari dan mempelajari kondisi

lingkungan di sekitarnya. Anak mulai membangun karakter dirinya, salah satunya

dengan meniru perilaku lingkungan sekitar. Pengaruh lingkungan, terutama orang

tua, salah satunya dapat membentuk perilaku makan pada anak. Anak usia

prasekolah sudah dapat memahami keberadaan dirinya, dan menyadari bahwa

dirinya tidak lagi sepenuhnya bergantung pada lingkungan sekitarnya. Oleh sebab

itu, anak mulai menunjukkan ke eksisannya dengan menuntut otonomi bagi

dirinya, sifat itu, diantaranya, ditunjukkan dengan perilaku menolak makanan,

merengek (Sutardjo, 2011).


Apabila anak prasekolah telah menguasai tugas pada periode todler,

mereka telah siap menghadapi dan berupaya keras untuk mencapai tugas

perkembangan pada tahap ini. Tugas psikososial pertama pada peiode prasekolah

adalah menguasai rasa inisiatif. Anak sedang dalam stadium belajar energik.

Mereka bermain, bekerja, dan hidup sepenuhnya serta merasakan rasa pencapaian

dan kepuasan yang sebenarnya dalam aktifitas mereka. Konflik timbul ketika anak

telah melampaui batas kemampuan mereka dan memasuki serta mengalami rasa

bersalah.
9

Perkembanggan super ego atau kesadaran telah dimulai pada masa toodler

dan merupakan tugas utama untuk anak usia prasekolah adalah mempelajari sikap

moral sosiokultural, mengembangkan kesadaran berarti mempelajari sikap moral

sosiokultural dari warisan keluarga. Bergantung pada tipe perilaku yang dianut

pada anak-anak. Mempelajari kebenaran dari kesalahan dan mempelajari kebaikan

dari keburukan adalah perkembangan moralitas (Behrman, 2012).


c. Perkembangan kognitif dan motorik

Perkembangan motorik mencerminkan mielinisasi pada traktus kortikospinal.

Salah satu tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan

untuk sekolah pelajaran sekolah. Banyak proses berpikir pada periode ini sangat

penting dalam mencampai kesiapan tersebut, dan telah ditentukan bahwa anak

mulai sekolah pada usia 5 dan 6 tahun dari pada umur yang lebih muda.

Fase preopraasional (piaget) teori kognitif piaget sebenarnya tidak meliputi

periode yang khusus untuk anak usia 3 sampai 5 tahun. Fase praoperaional

meliputi anak dalam rentang usia 2 sampai 7 tahun dan dibagi menjadi dua tahap :

fase prakonseptual, usia 2 sampai 4 tahun, dan fase pikiran intuitif, usia 4 sampai

7 tahun. Salah satu transisi utama selama kedua fase tersebut adalah perpindahan

dari pikiran egosentris total menjadi kesadaran sosial dan kemampuan untuk

mempetimbangkan sudut pandang orang lain.

Bahasa terus berkembang selama periode prasekolah berbicara terutama

masih menjadi pembawa komunikasi egosentris. Anak prasekolah berasumsi

bahwa setiap orang berpikir seperti apa yang mereka pikirkan dan penjelasan

singkat mengenai pikiran mereka membuat keseluruhan pemikiran mereka

dipahami oleh orang lain. Karena komunikasi verbal yang merujuk pada diri

sendiri bersifat mau menang sendiri. Maka mengeksplorasi dan memahami


10

pikiran anak kecil seringkali dibutuhkan melalui pendekatan nonverbal lainnya.

Untuk anak pada kelompok usia ini, metode yang paling menyenangkan dan

efektif adalah bermain, yang menjadi cara untuk memahami, mennyesuaikan, dan

mengembangkan pengalaman hidup.


Anak prasekolah semakin banyak mengunakan bahasa tanpa memahami

makna dari kata-kata tersebut. Terutama kanan dan kiri, sebab akibat dan waktu.

Anak bisa menggunakan konsep secara benar tetapi hanya dalam keadaan yang

telah mereka pelajari. Misalnya, mereka bisa mngetahui bagaimana menggunakan

sepatu dengan meningat bahwa kaitan sepatu selalu berada dibagian luar kaki.

Namun, jika memakai sepatu lain yang tidak memiliki kaitan, mereka tidak tahu

lagi sepatu mana yang cocok untuk kaki kanan dan kaki kiriya.
Secara superfisial, sebab akibat melambangkan pemikiran logis. Anak

prasekolah menjelaskan konsep yang penjelasannya telah mereka dengar dari

orang lain. Namun, pemahaman mereka masih terbatas. Misalnya konsep

mengenai waktu, karena waktu belum bisa dipahami sama sekali. Oleh karena itu,

waktu paling baik dijelaskan dalam hubungannya dengan suatu kejadian, seperti

“ibumu akan menjengukmu setelah kamu menghabiskan makan siangmu”.


Pemikiran anak prasekolah seringkali dijelaskan sebagai pikiran magis.

Karena egosentrismu dan alasan transduktif mereka, mereka percaya bahwa

pikiran adalah yanng paling berkuasa. Ketidakmampuan untuk merasionalilasi

sebab dan akibat suatu penyakit atau cedera secara logis menyulitkan mereka

memahami kejadian tersebut (Wong, 2009).


Anak usia tiga tahun memiliki hasrat yang besar untuk mandiri dan

melakukan berbagai hal sendiri. Mereka dapat menyikat gigi mereka sendiri, tapi

pengawasan orang tua sangat penting, anak usia tiga tahun dapat makan sendiri

tanpa di bantu.
11

Aktivitas bermain dan aktivitas pertumbuhan anak usia tiga tahun

berlangsung dengan penuh sukacita. Tekat dan kemampuan untuk mengendalikan

hasrat sudah seimbang. Anak usia prasekolah senang dengan diri mereka dan

teman bermain mereka. Mereka ramah dan mau berbagi, ketertarikan mereka

dalam kata-kata dan dalam berbagai gagasan dan pengetahuan membuat anak usia

tiga tahun menjadi teman yang menyenangkan dan menghibur.


Menginjak usia empat tahun, anak prasekolah mulai melihat dunia yang lebih

luas. Menjaga kepercayaan diri sendiri sambil mengendalikannya secara tegas

mungkin sulit dilakukan, anak usia empat tahun menguasai lebih banyak kosakata,

sedikitnya sekitar 2000 kata dan kemungkinan mereka menghitung dari satu

hingga 15 atau 20. Mereka biasanya dapat menuliskan sebagian nama mereka dan

menyebutkan usia serta nama lengkap mereka.


Banyak keluarga menemukan bahwa anak prasekolah merasa nyaman dengan

diri mereka dan hubungan mereka dengan orang lain pada usia lima tahun.

Mereka merasa puas dengan dunia rumah dan keluarga. Tugas perkembangan

yang telah mereka kuasai sudah memadai untuk sementara (Rodahl, 2014).

d. Perkembangan moral
Perkembangan penilaian moral anak kecil sedang berada pada tingkat paling

dasar terdapat sedikit, jika ada pehatian mengetahui suatu kesalahan. Mereka

berperilaku sesuai dengan kebebasan atau batasan yang berlaku pada suatu

tindakan. Pada orientasi hukuman dan kepatuhan, anak berusia sekitar 2 sampai 4

tahun menilai apakah suatu tindakan baik atau buruk bergantung dari apakah

hasilnya berupa hukuman atau penghargaan. Misalnya, jika orang tua

memperbolehkan memuku, anak akan menganggap bahwa memukul adalah baik

karena tidak berhubungan dengan hukuman.


e. Perkembangan spiritual
12

Perkembangan anak tentang keyakinan dan agama dipelajari dari orang lain

yang bermakna dalam lingkungan mereka, biasanya dari orang tua dan praktik

keagamaan mereka. Namun, pemahaman anak kecil mengenai spiritalitas

dipengaruhi oleh tinggkat kognitifnya. Anak prasekolah memiliki konsep konkret

mengenai tuhan dengan karakteristik fisik. Mereka mengerti kisah sederhana dari

kitab suci dan menghafal doa-doa singkat, tetapi pemahaman mereka mengenai

makna ritual ini masih terbatas. Mereka memperoleh manfaat dan penjelasan

konkret yang diberikan oleh pemuka agama, seperti gambar kitab suci dan cerita

tentang kelahiran nabi-nabi.


Perkembangan dan kesadaran sangat terkait dengan perkembangan spiritual.

Pada usia prasekolah anak mempelajari kebenaran dari kesalahan dan berperilaku

dengan benar untuk menghindari hukuman. Perbuatan salah menimbulkan

perasaan bersalah, dan anak prasekolah sering kali salah mengartikan penyakit

sebagai hukuman akibat pelanggaran yang nyata untuk mereka (Rosdahl, 2014).
f. Perkembangan citra tubuh
Masa prasekolah memainkan peranan penting dalam perkembangan citra

tubuh, dengan meningkatnya pemahaman bahasa, anak prasekolah mengenali

bahwa memiliki penampilan yang mereka inginkan. Mereka mulai mengenal

perbedaan warna kulit dan identitas serta rentan mempelajari prasangka. Mereka

menyadari makna kata seperti “cantik” atau “buruk”, dan penampilan mereka

mencerminkan pendapat orang lain. Pada usia 5 tahun anak mulai

membandingkan ukuran tubuhnya dengan teman sebaya dan menjadi sadar bahwa

mereka tinggi atau pendek.


Meskipun perkembangan citra tubuh telah maju. Anak prasekolah tidak dapat

mendefinisikan ruang lingkup hidupnya dengan baik dan mereka hanya memiliki

sedikit pengetahuan mengenai anatomi internalnya. Pengalaman tertusuk sangat


13

menakutkan, terutama yang mengganggu integritas kulit seperti injeksi dan

pembedahan (Rosdahl, 2014).


g. Perkembangan personal
Perkembangan personal meliputi berbagai kemampuan yang disebabkan oleh

kebiasaan, kepribadian, watak, dan emosi. Semuanya mengalami perubahan

perkembangan. Kebiasaan pada masa prasekolah yaitu sebagai beikut

(Soetjiningih, 2015).
1) Memberi makan
Pada umur 3 tahun, anak bisa makan dengan baik dengan menggunakan

sendok dan garpu, dan mungkin bisa menggunakan pisau untuk memotong

makanan. Anak dapat menuangkan air dari teko tanpa menumpahkannya.

Bila ada kebiasaan menggunakan sumpit, anak dapat menggunakan sumpit

mulai umur 3 tahun.


2) Tidur
Tidur adalah suatu tingkah laku yang dapat berubah dan berkembang. Pada

umur 2 tahun adalah suatu tahap perkembangan mobilitas yang meningkat.

Pada umur 2,5 – 3 tahun, ritual sebelum tidur penting untuk keberhasilan

tidur.
a) Kontrol spinter
Fungsi ekskresi adalah suatu gabungan kompleks antara reaksi volunter dan

in volunter. Pada saat lahir, buang air kecil dan buang air besar merupakan

aktifitas refleks. Secara bertahap mekanisme involunter menjadi mekanisme

kontrol volunter yaitu suatu kontrol yang tidak hanya karena pembelajaran

dan kebiasaan melainkan mengalami perkembangan.


b) Kontrol buang air besar
Pada umur 2 tahun, anak sudah dapat membedakan antara fungsi membuang

air kecil dan air besar. Pada umu 2,5 tahun, anak sudah mampu

menyampaikan keinginan untuk pergi ke toilet.


c) Kontrol buang air kecil
14

Kontrol buang air kecil pada siang hari dapat dicapai pada umur 2,5 – 3

tahun, anak jarang mengompol di siang hari, tetapi anak masih sering

mengompol pada malam hari. Pada umur 4 tahun, anak tidak lagi

mengompol pada siang hari maupun malam hari.

d) Berpakaian
Pada umur 3 tahun, anak mulai berpakaian dan suka mencoba berpakaian

sendiri. Pada umur 4 tahun, anak senang memakai pakaian dan merasa

nyaman memakai pakaian. Pada umur 5 tahun, kebanyakan anak bisa

memakai pakaian sendiri dan melepas pakaian sendiri, kecuali pakaian yang

memakai tali, kancing kecil dan kancing di belakang. Pada umur 6 tahun,

berpakaian menjadi kebiasaan perorangan, beberapa anak sangat tertarik

dengan pakaian dan sebagian tidak pada umur 7 tahun, anak memilih

pakaiannya sendiri.
h. Perkembangan sosial
Perkembangan sosial adalah perkembangan kemampuan anak untuk

berinteraksi dan bersosialisasi dengan lingkungannya. Anak hanya

mengenal orang-orang yang paling dekat dengan dirinya, yaitu ibunya dan

orang-orang yang serumah (Soetjiningsih, 2015). Selama periode prasekolah

proses individualisasi – perpisahan sudah komplet. Anak prasekolah telahh

mengatasi banyak ansietas yang berhubugan dengan asing dan ketakutan

akan perpisahan pada tahun-tahun sebelumnya. Mereka dapat berhubungan

dengan orang yang tidak dikenal dengan mudah dan menoleransi perpisahan

singkat dari orang tua dengan sedikit atau tanpa protes. Namun, mereka

masih membutuhkan keamanan dari orang tua, pembimbingan, penerangan,

dan persetujuan, terutama ketika memasuki masa prasekolah atau sekolah


15

dasar perpisahan yang lama, seperti yang diakibatkan oleh penyakit dan

hospitalisasi, tetapi anak prasekolah sudah dapat merespon dengan baik

untuk persiapan antisipasi dan penjelasan konkret. Mereka mampu melalui

banyak ketakutan, fantasi, dan ansietas yang tidak terselesaikan melalui

permainan terutama jika dipandu dengan objek yang tepat (misal : boneka)

yang mewakili anggota keluarga, staf medis dan keperawatan, serta anak

lain (Rosdahl, 2014).

2.2 Konsep Taman Kanak-Kanak


2.2.1 Pengertian Taman Kanak-Kanak

Taman kanak-kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan situasi

lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar keluarga. Seorang anak

usia TK sedang mengalami masa tumbuh kembang yang relatif pesat. Perubahan

fisik, emosi dan sosial anak berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi

oleh berbagai faktor dari diri anak sendiri dan ligkungan. Sekolah sebagai

lembaga pendidikan formal yang dapat membekali siswanya dengan berbagai

nilai, sikap, serta kemampuan dan keterampilan yang cukup kuat sebagai landasan

untuk menyelesaikan pendidikan pada jenjang berikutnya salah satu keterampilan

yang mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa ialah keterampilan dalam bertingkah

laku diantaranya penanaman pendidikan budi pekerti yang luhur sejak dini.

Pendidikan sebagai pondasi pendidikan nasional memegang peranan yang sangat

penting dalam menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dalam

menghadapi era globalisasi. Hampir semua ahli pendidikan sepakat bahwa jenjang

pendidikan sekolah sangat penting, karena sebagai peletak dasar perkembangan

kepribadian, sikap, dan perilaku, penanaman nilai etika dan moral, disamping juga

perkembangan fisik, mental, serta wawasannya (Sudarsana, 2016).


16

Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies

yang tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak biasa suka jajan makanan dan

minuman sesuai keinginannya. Anak-anak pada usia ini rentan terhadap

pertumbuhan dan perkembangan karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan

makaanan dan minuman baik di sekolah maupun dirumah (Worotitjan, 2013).

Upaya peningkatan status gizi untuk pembangunan sumber daya manusia

yang berkualitas pada hakekatnya harus dimulai sedini mungkin, salah satunya

anak usia sekolah. Anak prasekolah merupakan sasaran strategis dalam perbaikan

gizi mayarakat. Hal ini menjadi penting karena anak sekolah merupakan generasi

penerus tumpuan bangsa sehingga perlu dipersiapkan dengan baik kualitasnya,

anak sekolah sedang mengalami pertumbuhan secara fisik dan mental yang sangat

dipelukan guna menunjang kehidupannya di masa mendatang, guna mendukung

keadaan tersebut di atas anak sekolah memerlukan kondisi tubuh yang optimal

dan bugar, sehingga memerlukan status gizi yang baik.

2.3 Teori Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

Perilaku manusia adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia

dan dipengaruhi oleh adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi dan atau

genetika. Perilaku seseorang dikelompokkan ke dalam perilaku wajar, perilaku

dapat diterima, perilaku aneh, dan perilaku menyimpang. Dalam sosiologi,

perilaku dianggap sebagai sesuatu yang tidak ditujukan kepada orang lain dan

oleh karenanya merupakan suatu tindakan sosial manusia yang sangat mendasar.

Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Soekidjo Notoatmojo (2010), perilaku


17

merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap rangsangan dari luar (stimulus).

Perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua:

a. Perilaku tertutup (covert behaviour), perilaku tertutup terjadi bila respons

terhadap stimulus tersebut masih belum bisa diamati orang lain (dari luar)

secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian,

perasaan, persepsi, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk

“unobservabel behavior´atau “covert behavior” apabila respons tersebut

terjadi dalam diri sendiri, dan sulit diamati dari luar (orang lain) yang disebut

dengan pengetahuan (knowledge) dan sikap (attitude).

b. Perilaku Terbuka (Overt behaviour), apabila respons tersebut dalam bentuk

tindakan yang dapat diamati dari luar (orang lain) yang disebut praktek

(practice) yang diamati orang lain dati luar atau “observabel behavior”.

Perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan

kemudian organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori

‘S-O-R” (Stimulus-Organisme-Respons). Berdasarkan batasan dari Skinner

tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa perilaku adalah kegiatan atau

aktivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka pemenuhan keinginan,

kehendak, kebutuhan, nafsu, dan sebagainya. Kegiatan ini mencakup :

a. Kegiatan kognitif: pengamatan, perhatian, berfikir yang disebut Pengetahuan

b. Kegiatan emosi: merasakan, menilai yang disebut sikap (afeksi).

c. Kegiatan konasi: keinginan, kehendak yang disebut tindakan (practice).

Sedangkan menurut Soekidjo Notoatmojo (1997) perilaku adalah suatu

aktivitas dari manusia itu sendiri. Dan pendapat diatas disimpulkan bahwa
18

perilaku (aktivitas) yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya,

tetapi akibat dari adanya rangsang yang mengenai individu tersebut.

Menurut Soekidjo Notoatmojo (1997: 120-121) perilaku dapat dibedakan

menjadi dua macam, yaitu :

a. Perilaku pasif adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia

dan yang tidak secara langsung dapat terlihat orang lain. (tanpa tindakan:

berfikir, berpendapat, bersikap) artinya seseorang yang memiliki

pengetahuan positif untuk mendukung hidup sehat tetapi ia belum

melakukannya secara kongkrit.

b. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat diamati secara langsung

(melakukan tindakan), misalnya: seseorang yang tahu bahwa menjaga

kebersihan amat penting bagi kesehatannya ia sendiri melaksanakan

dengan baik serta dapat menganjurkan pada orang lain untuk berbuat

serupa.

2.3.2 Perilaku Hidup Sehat

Menurut Becker konsep perilaku sehat merupakan pengembangan dari

konsep perilaku yang dikembangkan Bloom. Becker menguraikan perilaku

kesehatan menjadi tiga domain, yakni pengetahuan kesehatan (health knowledge),

sikap terhadap kesehatan (health attitude) dan praktik kesehatan (health practice).

Hal ini berguna untuk mengukur seberapa besar tingkat perilaku kesehatan

individu yang menjadi unit analisis penelitian. Becker mengklasifikasikan

perilaku kesehatan menjadi tiga dimensi :

a. Pengetahuan kesehatan, pengetahuan tentang kesehatan mencakup apa yang

diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan, seperti


19

pengetahuan tentang penyakit menular, pengetahuan tentang faktor-faktor

yang terkait dan atau mempengaruhi kesehatan, pengetahuan tentang fasilitas

pelayanan kesehatan, dan pengetahuan untuk menghindari kecelakaan.

b. Sikap, sikap terhadap kesehatan adalah pendapat atau penilaian seseorang

terhadap hal-hal yang berkaitan engan memeliharaan kesehatan, seperti sikap

terhadap penyakit menular dan tidak menular, sikap terhadap faktor-faktor

yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, sikap tentang fasilitas pelayanan

kesehatan, dan sikap untuk menghindari kecelakaan.

c. Praktek kesehatan, praktek kesehatan untuk hidup sehat adalah semua kegiatan

atau aktivitas orang dalam rangka memelihara kesehatan, seperti tindakan

terhadap penyakit menular dan tidak menular, tindakan terhadap faktor-faktor

yang terkait dan atau memengaruhi kesehatan, tindakan tentang fasilitas

pelayanan kesehatan, dan tindakan untuk menghindari kecelakaan. Beberapa

kutipan lain tentang perilaku kesehatan diungkapkan oleh: 1) Solita, perilaku

kesehatan merupakan segala untuk pengalaman dan interaksi individu dengan

lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang

kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. 2) Cals dan

Cobb mengemukakan perilaku kesehatan sebagai: “perilaku untuk mencegah

penyakit pada tahap belum menunjukkan gejala (asymptomatic stage)”.

d. Skinner perilaku kesehatan (healthy behavior) diartikan sebagai respon

seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit,

penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan seperti lingkungan,

makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan kata lain, perilaku

kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik yang dapat
20

diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable), yang

berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan

kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan

masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan

apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Perilaku kesehatan merupakan

suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang

berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman serta lingkungan. Dalam konteks pelayanan kesehatan, perilaku

kesehatan dibagi menjadi dua: 1) Perilaku masyarakat yang dilayani atau

menerima pelayanan (consumer), Perilaku pemberi pelayanan atau petugas

kesehatan yang melayani (provider). Dimensi Perilaku kesehatan dibagi

menjadi dua (Soekidjo Notoatmojo, 2010), yaitu:

a. Healthy Behavior yaitu perilaku orang sehat untuk mencegah penyakit dan

meningkatkan kesehatan. Disebut juga perilaku preventif (tindakan atau upaya

untuk mencegah dari sakit dan masalah kesehatan yang lain: kecelakaan) dan

promotif (tindakan atau kegiatan untuk memelihara dan meningkatkannya

kesehatannya). Contoh: 1) Makan dengan gizi seimbang, 2) Olah

raga/kegiatan fisik secara teratur, 3) Tidak mengkonsumsi makanan/minuman

yang mengandung zat adiktif , 4) Istirahat cukup, 5) Rekreasi /mengendalikan

stress.

b. Health Seeking Behavior yaitu perilaku orang sakit untuk memperoleh

kesembuhan dan pemulihan kesehatannya. Disebut juga perilaku kuratif dan

rehabilitative yang mencakup kegiatan: 1) Mengenali gejala penyakit , 2)

Upaya memperoleh kesembuhan dan pemulihan yaitu dengan mengobati


21

sendiri atau mencari pelayanan (tradisional, profesional), 3) Patuh terhadap

proses penyembuhan dan pemulihan (complientce) atau kepatuhan.

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Perilaku Hidup Sehat

Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik

yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable),

yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Faktor-faktor

yang berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat antara lain dipengaruhi oleh

(Soekidjo Notoatmojo, 2010: 25):

a. Faktor makanan dan minuman terdiri dari kebiasaan makan pagi, pemilihan

jenis makanan, jumlah makanan dan minuman, kebersihan makanan.

b. Faktor perilaku terhadap kebersihan diri sendiri terdiri dari mandi,

membersihkan mulut dan gigi, membersihkan tangan dan kaki, kebersihan

pakaian.

c. Faktor perilaku terhadap kebersihan lingkungan lingkungan terdiri dari

kebersiahn kamar, kebersihan rumah, kebersihan lingkungan rumah,

kebersihan lingkungan sekolah.

d. Faktor perilaku terhadap sakit dan penyakit terdiri dari pemelihraan

kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, rencana pengobatan dan pemulihan

kesehatan. Faktor keseimbangan antara kegiatan istirahat dan olahraga terdiri

dari banyaknya waktu istirahat, aktivitas di rumah dan olahraga teratur.

Secara rinci faktor-faktor tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Perilaku terhadap Makanan dan Minuman

Tubuh manusia tumbuh karena adanya zat-zat yang berasal dari makanan.

Oleh sebab itu untuk dapat melangsungkan hidupnya manusia mutlak


22

memerlukan makanan. Dengan adanya pengetahuan tentang zat-zat gizi

seseorang akan mampu menyediakan dan menghidangkan makanan secara

seimbang, dalam arti komposisi ini penting untuk pertumbuhan dan

perkambangan. Pemenuhan unsur-unsur dalam komposisi makanan menunjang

tercapainya kondisi tubuh yang sehat. Variasi makanan sangat memegang

peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, makin beraneka

ragam bahan makanan yang dimakan, makin beragam pula sumber zat gizi

yang masuk ke dalam tubuh. Adapun fungsi makanan bagi tubuh adalah

mengurangi dan mencegah rasa lapar, mengganti sel-sel tubuh yang rusak,

untuk pertumbuhan badan, sebagai sumber tenaga, dan membantu

pentembuhan penyakit. Selain makanan, yang harus diperhatikan adalah

minuman.

Menurut pendapat Purnomo Ananto dan Abdul Kadir (2010), air yang

sehat adalah air yang bersih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak mengandung

hama dan tidak mengandung zat-zat kimia yang berbahaya. Minum air yang

sudah dimasak sampai mendidih ± 100C sebanyak 6-8 gelas sehari. Bila

banyak mengeluarkan keringat dan bayak buang air, jumlah air yang diminum

hendaknya perlu ditambah agar tubuh tidak kekurangan cairan. Adapun fungsi

air bagi tubuh adalah sebagai zat pembangun, sebagai zat pengatur, dan sebagai

pengaturan panas tubuh atau suhu tubuh.

2) Perilaku terhadap Kebersihan Diri Sendiri

Upaya pertama dan yang paling utama agar seseorang dapat tetap dalam

keadaan sehat adalah dengan menjaga kebersihan diri sendiri. Menjaga

kebersihan diri sendiri sebenarnya bukanlah hal yang mudah namun bukan pula
23

hal yang terlalu sulit untuk dilaksanakan. Memelihara kebersihan diri sendiri

secara optimal tidak mungkin terwujud tanpa ada penanaman sikap hidup

bersih, dan contoh teladan dari keluarga dan masyarakat sekitarnya. Tujuan

kebersihan diri sendiri adalah agar sesorang mengetahui akan manfaat

kebersihan diri sendiri dan mampu membersihkan bagian-bagian tubuh, serta

mampu menerapkan perawatan kebersihan diri sendiri dalam upaya

peningkatan hidup sehat. Kebersihan pangkal kesehatan adalah slogan yang

tidak bisa dipungkiri kebenarannya oleh sebab itu hendaknya setiap orang

harus selalu berupaya memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan itu

sendiri, antara lain dengan cara :

a. Mandi

Mandi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada badan dengan

menggunakan air bersih dan sabun. Menurut Purnomo Ananto dan Abdul

Kadir (2010), manfaat mandi adalah sebagai berikut : menghilangkan

kotoran yang melekat pada permukaan kulit, menghilangkan bau keringat,

merangsang peredaran darah dan syaraf, mengembalikan kesegaran tubuh.

Cara mandi yang baik dan benar adalah sebagai berikut :

a) Seluruh permukaan tubuh disiram dengan air yang bersih.

b) Seluruh permukaan tubuh disabun dan digosok untuk menghilangkan

kotoran yang menempel di kulit terutama pada bagian yang lembab

sampai kotoran hilang.

c) Setelah selesai, seluruh permukaan disiram air sampai semua sisa sabun

yang menempel hilang.

d) Keringkan seluruh permukaan tubuh dengan handuk bersih dan kering.


24

b. Membersihkan Rambut

Menurut Purnomo dan Abdul Kadir (2010), menjaga kebersihan rambut

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1) Pencucian rambut

2) Tebal atau tipisnya rambut, semakin tebal harus pula semakin sering

dicuci.

3) Lingkungan atau tempat bekerja seseorang, misalnya pada lingkungan

yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci rambutnya.

4) Seseorang yang sering memakai minyak rambut juga harus pula sering

mencuci rambutnya.

5) Adapun cara-cara mencuci rambut adalah rambut dicuci dengan shampo

paling sedikit dua kali seminggu, kemudian rambut disiram dengan air

dan digosok dengan shampoo ke seluruh bagian rambut. Permukaan

kulit kepala digosok sampai kotoran hilang selanjutnya disiram dengan

air. Setelah itu rambut dikeringkan dengan handuk.

c. Perawatan dan penyisiran rambut

1) Untuk perempuan

Pada waktu tertentu tiga bulan atau enam bulan sekali rambut sebaiknya

dipotong sesuai bentuk kepala dan selera.

2) Untuk laki-laki

Pada laki-laki memangkas rambut cukup satu kali sebulan atau menurut

keadaan. Rambut disisir dengn rapi supaya tidak kusut dan mudah

dirawat.
25

d. Membersihkan Mulut dan Gigi

Mulut termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat pencernaan

makanan. Menurut Purnomo Ananto dan Abdul Kadir (2010), mulut berupa

suatu rongga yang dibatasi oleh jaringan lemak, di bagian belakang

berhubungan dengan tenggorokan dan di depan ditutup oleh bibir. Gigi

adalah alat-alat sistem pencernaan makanan yang memegang peran penting

dalam kesehatan tubuh. Mulut dan gigi merupakan satu kesatuan karena gigi

terdapat di rongga mulut. Dengan membersihkan gigi berarti kita selalu

membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan yang biasa tertinggal di

antara gigi. Gigi harus dibersihkan secara teratur agar bersih dan sehat, serta

terhindar dari kerusakan seperti gigi berlubang dan timbul karang gigi.

Menggosok gigi sebaiknya dilakukan sesaat setelah makan pagi dan pada

waktu malam ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi. Setiap

dua bulan sekali juga harus diperiksa secara teratur ke dokter gigi. Menurut

pendapat Sadatoen Sorjohardjo (1986) guna gigi adalah terutama untuk

menghaluskan makanan dan juga digunakan untuk berbicara.

e. Memakai Pakaian yang Bersih dan Serasi

Pakaian yang dimaksud disini meliputi pakaian yang erat hubungannya

dengan kesehatan seperti kemeja, kaos, baju, celana, rok, kaos kaki, CD

(celana dalam), BH (bra). Fungsi pakain menurut pendapat Purnomo Ananto

dan Abdul Kadir (2010), adalah untuk melindungi kulit dari kotoran yang

berasal dari luar dan juga untuk membantu mengatur suhu tubuh. Beberapa

hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara lain sebagai berikut

:
26

1) Pakaian hendaknya diganti, setiap selesai mandi, dan bila kotor atau basah

karena keringat atau kena air.

2) Kenakan pakaian sesuai dengan ukuran tubuh.

3) Pakaian harus dicuci dengan detergen bila sudah kotor, kemudian dijemur

dan setelah kering disetrika lalu dilipat.

4) Pakaian yang telah dipakai keluar hendaknya jangan dipakai untuk tidur,

karena memungkinkan terkena debu atau kotoran.

5) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah

tertularnya penyakit.

3) Perilaku terhadap Kebersihan Lingkungan

Perilaku terhadap kebersihan lingkungan adalah respon seseorang

terhadap lingkungan sebagau determinan kesehatan manusia (Soekidjo

Notoatmojo, 1997). Manusia selalu hidup dan berada di suatu

lingkungan, seperti lingkungan tempat tinggal, tempat belajar, tempat

melakukan aktivitas jasmani dan olahraga ataupun tempat melakukan

rekreasi. Manusia dapat mengubah, memperbaiki, dan mengembangkan

lingkungannya untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari

lingkungan itu. Namun demikian, sering pula terjadi bahwa manusia,

baik secara sadar atau tidak karena ketidaktahuan dan kelalaian ataupun

alasan-alasan tertentu, malah mengotori lingkungan bahkan kadang-

kadang juga merusak lingkungan.

Untuk dapat terus mencapai derajat kesehatan yang baik manusia

harus hidup sehat secara teratur. Untuk dapat hidup sehat diperlukan

kondisi lingkungan yang bersih dan sehat. Dimanapun manusia berada ia


27

selalu bersama-sama dengan lingkungannya, baik pada waktu belajar,

bekerja, makan-minum maupun istirahat manusia tetap bersatu dengan

lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan perlu benar-benar

diperhatikan agar tidak merusak kesehatan. Dengan menyadari akan arti

kesehatan lingkungan, jelas bahwa kesehatan lingkungan merupakan

salah satu/daya upaya yang bersifat pencegahan yang dapat dilakukan

mulai sejak dini, baik dari lingkungan keluarga maupun lingkungan

sekolah.

4) Perilaku terhadap Sakit dan Penyakit

Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana

manusia berespon, baik secara pasif (mengetahui, bersikap, dan

mempersepsi penyakit) serta rasa sakit yang ada pada dirinya dan di luar

dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan

penyakit dan sakit tersebut (Soekidjo Notoatmojo, 1997). Perilaku

manusia terhadap sakit dan penyakit menurut Soekidjo Notoatmojo

(1997), meliputi :

a) Perilaku peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.

b) Perilaku pencegahan penyakit.

c) Perilaku pencarian pengobatan.

d) Perilaku pemulihan kesehatan.

Kesehatan tidak akan datang dengan sendirinya, namun perlu

adanya usaha. Usaha tersebut adalah dengan megupayakan agar setiap

orang mempunyai perilaku hidup sehat. Dengan demikian semua

perilaku hidup sehat di atas hendaknya dimiliki oleh siswa.


28

5) Keseimbangan antara Kegiatan, Istirahat, dan Olahraga

Kegiatan sehari-hari harus diatur sedemikian rupa sehingga ada

keseimbangan antara kegiatan, istirahat, dan olahraga. Istirahat tidak

hanya mengurangi aktivitas otot akan tetapi dapat meringankan

ketegangan pikiran dan menentramkan rohani. Menurut Endang Ramdan

(1982: 51) guna istirahat/tidur antara lain :

1) Menghilangkan zat-zat sampah yang tertimbun di tubuh selama

bekerja.

2) Memperbaiki bagian-bagian tubuh yang using/rusak.

3) Pergantian aktivitas/kegiatan dari giat menjadi non giat.

4) Menurunkan/melambatkan kegiatan-kegiatan jantung, paru-paru.

5) Olahraga sekarang sudah memasyarakat dan sering dilakukan oleh

individu atau kelompok masyarakat dengan tujuan yang berbeda.

Ada yang untuk kepentingan meningkatkan prestasi, kebugaran da

nada pula sekedar untuk bersenang-senang. Dengan berolahraga

akan menjadikan tubuh sehat. Untuk itu agar dapat dicapai derajat

kesehatan yang tinggi dan tingkat kesegaran jasmani yang optimal

hindarilah hidup yang tidak teratur. Menurut Purnomo Ananto dan

Abdul Kadir (2010), hidup yang teratur seperti :

a) Melakukan cara hidup di luar kebiasaan yang wajar dan sehat.

b) Tidur terlalu larut malam atau begadang karena akan

membahayakan kesehatan

c) Melakukan latihan jasmani atau olahraga yang tidak teratur.


29

d) Makan secar sembarangan, baik yang dimakan maupun cara dan

waktu makan.

2.4 Konsep Karies Gigi


2.3.1 Anatomi Gigi

Gigi adalah tulang keras dan kecil berwarna putih yang tumbuh tersusun

berakar dalam gusi. Gigi tersusun dalam dua lengkung, di rahang atas dan bawah

yang dikelilingi oleh pipi dan lidah (Widyastuti, 2015). Pada anak-anak terdapat

gigi primer (gigi susu, desidua) dengan jumlah 20, dimana pada tiap setengah

rahang terdapat 5 buah gigi, yaitu 2 gigi seri (insisivus), 1 taring (kaninus), dan 2

geraham (molar). Erupsi gigi primer yang pertama dimulai pada umur 6 bulan

sampai 2 tahun, kemudian secara bertahap akan dimulai pada umur 6 tahun

sampai 12-13 tahun dan diganti oleh gigi tetap (permanen, dewasa). Gigi tetap

berjumlah 32, pada tiap setengah rahang terdapat 8 buah gigi, yaitu 2 gigi

insisivus, 1 kaninus, dan 2 premolar yang menggantikan kedua molar gigi susu

dan tambahan 3 molar lagi di bagian posteriornya. Molar tetap pertama muncul

dibelakang gigi molar primer yang terakhir pada usia 6 tahun disusul dengan

molar berikutnya tiap 6 tahun, sehingga pergantian gigi akan selesai dengan

tumbuhnya gigi bungsu tetap pada usia sekitar 18 tahun. Karena gigi belakang

menunggu terlalu lama gigi bungsu ini sering terperangkap dalam rahang dan tak

dapat keluar karena gigi-gigi yang lain berdesakan diatasnya. Tiap gigi terdiri atas

mahkota gigi dan akar gigi yang bersatu pada bagian yang sedikit lebih tipis yang

disebut leher gigi. Gigi terdiri atas :


30

a. Mahkota gigi (mahkota klinis) yaitu bagian yang menonjol di atas gusi

(gingiva), sedangkan mahkota anatomis adalah bagian gigi yang dilapisi

email
b. Akar gigi yaitu bagian yang terpendam dalam alveolus pada tulang maksila

atau mandibula
c. Leher gigi (serviks) yaitu tempat bertemunya mahkota (anatomis) dan akar

gigi (Mansjoer, 2009).

Pada gigi manusia dapat ditemui 4 (empat) macam gigi yang terdapat pada mulut

yaitu :

1. Gigi Seri
Gigi seri adalah gigi yang memiliki satu akar yang berfungsi untuk

memotong dan mengerat makanan atau benda lainnya


2. Gigi taring
Gigi taring adalah gigi yang memiliki satu akar dan memiliki fungsi untuk

mengoyak makanan atau benda lainnya


3. Gigi geraham kecil
Gigi geraham kecil adalah gigi yang punya dua akar yang berguna atau

berfungsi untuk menggilas dan mengunyah makanan atau benda lainnya


4. Gigi geraham
Gigi gerahan adalah gigi yang memiliki tiga akar yang memiliki fungsi untuk

melumat dan mengunyah makanan atau benda-benda lainnya

Bagian-Bagian Gigi Yaitu :

1) Email adalah jaringan keras pelindung gigi yang menutupi seluruh permukaan

mahkota gigi
2) Dentin adalah lapisan di bawah email yang berwarna kuning muda, banyak

mengandung sel-sel yang peka terhadap rangsangan panas, dingin, asam, dan

manis
3) Pulpa adalah rongga di bawah dentin yang berisi pembuluh darah, berguna

sebagai pemasok makanan untuk gigi dan serabut saraf yang sensitif terhadap

rangsangan mekanis, termis, dan kimia.


31

4) Sementum adalah akar gigi yang ditutupi dengan sementum tipis yaitu

jaringan mineral yang sangat mirip tulang (Widyastuti, 2015).

Pertumbuhan gigi anak usia prasekolah


Gigi tetap pada anak prasekolah akan muncul ketika anak berusia 6 tahun

(Maulani, 2005). Pada saat inilah gigi beresikotinggi mengalami karies gigi,

apabila tidak dilakukan perawatan sejak dini dapat berdampak dilakukanya

pencabutan gigi karena petumbuhan gigi berikutnya mengalami gangguan atau

bahkan tidak dapat digantikan dengan gigi yang baru (Suryawati, 2010).
Usia anak prasekolah menyukai makanan manis misalnya, es krim, cokelat,

permen. Konsumsi makanan yang banyak mengandung sukrosa tersebut dapat

menyebabkan gigi berlubang atau karies gigi pada anak, sehingga orang tua perlu

mengawasi makanan yang dikonsumsi untuk menjaga kesehatan giginya (Santoso,

2009).
2.3.2 Pengertian Karies Gigi

Karies gigi merupakan kondisi saat muncul lubang pada gigi yang

banyak menyerang anak dan merupakan kelompok usia yang kritis dan

mempunyai sifat khusus yaitu transisi / pergantian dari gigi susu ke gigi

permanen (Hidaya, 2018). Karies gigi merupakan masalah utama kesehatan gigi

dan mulut di dunia. Di negara-negara yang sedang berkembang, prevalensi karies

gigi cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula dan

kurannya pemanfaatan flour (Indah, 2014).

Kecenderungan anak mengabaikan menggosok gigi karena anak tersebut

belum merasakan masalah sebelum terkena karies gigi. Anak baru akan merasa

ada masalah dengan giginya saat sudah timbul rasa nyeri akibat karies gigi yang

mengganggu aktivitas anak (Indah, 2014). Karies gigi terbentuk karena ada sisa

makanan yang menempel pada gigi yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran
32

gigi. Dampaknya, gigi menjadi keropos, berlubang bahkan patah (Widayati,

2014).

2.3.3 Penyebab karies gigi

Perkembangan karies gigi tergantung pada hubungan yang kritis antara

permukaan gigi, diet karbohidrat, dan bakteri mulut speifik. Proses pembusukan

dimulai dengan demineralisasi permukaan luar gigi, karena pembentukan asam

organik selama fermentasi bakteri diet karbohidrat. Lesi yang baru mulai, mula-

mula tampak seperti titik putih yang buram; dengan hilangnya jaringan gigi secara

progresif, terjadilah rongga.

Satu pertanyataan penting dari suatu pengamatan eksperimental adalah,

bahwa karies gigi mempunyai spesifitas pada bakteri; di mana potensi kariogenik

terdapat pada golongan streptokokus mulut yang secara kolektif disebut

Streptococcus mutans. Data ilmiah mutakhir menunjukkan bahwaorganisme ini

memulai sebagian besar kasus karies gigi pada permukaan email. Apabila

permukaan email berlubang, bakteri mulut lainnya (terutama laktobasilus)

menerobos ke dentin di bawahnya dan menyebabkan penghancuran struktur gigi

yang lebih lanjut melalui infeksi bakteri campuran. Segi etiologi karies gigi yang

penting kedua berhubungan dengan frekuensi konsumsi karbohidrat. Sebenarnya,

frekuensi pemasukan karbohidrat merupakan penentu yang lebih penting pada

perkembangan karies gigi daripada jumlah karbohidrat yang dikonsumsi.

Misalnya, potensi kariogenik penggunaan botol jus apel sepanjang malam atau

pada saat tidur siang atau keduanya, sangat berbeda dengan pemakaian jus apel

dengan jumlah yang sama tetapi dikonsumsi pada saat itu saja. Karbohidrat yang

terkandung pada produk-produk makanan yang tertahan dalam waktu yang lama
33

di dalam mulut mungkin lebih kariogenik daripada produk makanan yang tertahan

dalam waktu singkat (misalnya, sukrose pada permen karet lebih kariogenik

daripada sukrose pada minuman cola yang diminum secara biasa) (Nelson, 2012).

2.3.4 Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu tahap

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer bertujuan untuk

mencegah terjadinya penyakit dan mempertahankan keseimbangan fisiologis.

Pencegahan sekunderr bertujuan untuk mendeteksi karies secara dini dan

intervensi untuk mencegah berlanjutnya penyakit. Pencegahan tersier ditunjukkan

untuk mencegah meluasnya penyakit yang akan menyebabkan hilangnya fungsi

pengunyahan dan gigi.

1. Pencegahan primer (Dummond)


Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
a. Modifikasi diet
Untuk mencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan modifikasi

diet melalui berbagai cara, yaitu :


1) Memperbanyak memakan makanan kariostatik seperti lemak, protein

dan flour. Lemak dapat meningkatkan pH saliva setelah

mengkonsumsi karbohidrat. Lemak harus dikonsumsi sebelum

memakan makanan yang manis. Protein meningkatkan urea saliva

yang dapat menetralisir asam. Mengkonsumsi makan makanan tinggi

protein setelah makan kabohidrat dapat mengembalikan pH menjadi 7

dengan cepat. Flour dapat mencegah terjadinya karies. Flour secara

alami terdapat dalam jumlah yang kecil pada teh dan makanan laut.

Flour dari makanan, air atau minuman melindungi gigi dari serangan

asam. Flour mempunyai efek anti bakteri dan anti plak.


2) Mengganti gula
34

Gula sintetik seperti acharine dan aspartam serta gula alkohol banyak

digunakan pada makanan untuk mengurangi karies. Gula sintetik dan

gula alkohol bersifat nonkariogenik. Contoh dari gula alkohol adalah

xylitol sorbitol dan maltitol. Xylitol merupakan bentuk alkohol dari

xylose dan merupakan pengganti gula yang paling baik karena bakteri

plak tidak bisa memetabolisme xylitol dan dapat mengurangi

Streptococcus mutans pada mulut. Peneliti dari Universitas Michigan

menemukan bahwa anak sekolah yang mengunyah permen karet

xylitol selama 5 menit, 3 – 5 kali sehari dapat mengurangi karies dan

remineralisasi lesi awal karies. Sorbitol merupakan bentuk alkohol

dari sukrosa yang dibuat dengan menambahkan hidrogen pada

glukosa. Penelitian menyimpulkan bahwa mengunyah permen karet

sorbitol setelah makan dapat mengurangi terjadinya karies gigi secara

signifikan. Sorbitol secara alami terdapat pada buah-buahan dan sayur-

sayuran. Malitol merupakan bentuk alkohol dari mannose. Secara

alami terdapat pada nenas, asparagus, kentang dan wortel.


3) Mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan asam.
4) Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat sebelurn

tidur.
5) Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan manis

setelah makan makanan yang mengandung protein dan lemak atau

setelah konsurnsi keju setelah memakan makanan yang manis.


6) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat menstimulasi

saliva dengan makanan yang dimasak.


7) Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi saliva.
8) Membatasi meminum minuman yang manis
b. Pemakaian fluor
35

Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh bakteri,

menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta membantu remineralisasi

pada lesi awal karies. Fluor dapat diberikan dalam bentuk fluoridasi air

minum, pasta gigi,obat kumur,dantablet fluor.


c. Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara mekanis yaitu

dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat bantu lain seperti

benang gigi, tusuk gigi dan sikat interdental serta tindakan secara kimiawi

yaitu dengan menggunakan antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri

lain selain antibiotik.


2. Tahap pencegahan sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan pengobatan dan

perawatan gigi dan mulut serta penambalan pada gigi berlubang.

3. Tahap pencegahan tersier

Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa (akar gigi) atau

melakukan pencabutan gigi. (Ramayanti, 2013).

2.3.5 Bentuk – bentuk Karies Gigi

Berdasarkan cara meluasnya karies gigi :

1. Karies Berpenetrasi

Karies yang meluas dari email ke dentin dalambbentuk kerucut. Perluasannya

secara penetrasi, yaitu merembes ke arah dalam.

2. Karies Nonpenetrasi

Karies yang meluas dari email ke dentin dengan jalan meluas ke arah

samping sehingga menyebabkan bentuk seperti periuk.

2.3.6 Berdasarkan Stadium Karies

Pada klasifikasi ini,karies dibagi menurut dalamnya :


36

1. Karies superfisialis

Karies baru mengenai email saja, sedang dentin belum terkena

Gambar 2.1 Karies superfisialis

2. Karies media

Karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin

Gambar 2.2 Karies media


3. Karies profunda

Karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah

mengenai pulpa. Karies profunda ini dapat kita bagi lagi menjadi :

a. Karies prfunda stadium I. karies telah melewati setengah dentin, biasanya

belum dijumpai radang pulpa


b. Karies profunda stadium II. Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi

karies dengan pulpa. Biasanya disini telah terjadi radang pulpa


c. Karies profunda stadium III. Pulpa telah terbuka dan dijumpai bermacam-

macam radang pulpa (Tarigan, 2015).

Gambar 2.3 Karies profunda


2.3.7 Berdasarkan lokasi karies

G.V. Black mengklasifikasikan kavitas atas 5 bagian dan diberi tanda

dengan nomor Romawi, dimana kavitas diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi

yang terkena karies pembagian terebut adalah :


37

1. Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (ceruk dan fisura) dari gigi

premolar dan maolar (gigi posterior). Dapat juga terdapat pada gigi

anterior di foramen caecum.


2. Klas II
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal gigi-gigi molar atau

premolar, yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.


3. Klas III
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi depan, tetapi belum

mencapai margo-insisalis (belum mencapai sepertiga insisal gigi).


4. Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian aproksimal dari gigi-geligi depan dan

sudah mencapi margo-insisalis (telah mencapai sepertiga insisal dari gigi).


5. Klas V
Karies yang terdapat bagian sepertiga leher dari gigi-geligi depan maupun

gigi belakang pada permukaan labial, lingual, palatal, ataupun bukal dari gigi.

2.3.8 Klasifikasi berdasarkn keparahan


Menurut klasifikasi ini, karies di kelompokkan menjadi:
1. Karies insipien: mengenai kurang dari setengah ketebalan email
2. Karies moderat:mengenai lebih dari setegah ketebalan email, tetapi tidak

mencapai pertemuan dentin-email.


3. Kaies lanjutan: mengenai pertemuan dentin-mail dan krang dari setengah

jarak pulpa.
4. Mengenai lebih dari arah ke pulpa (Tarigan, 2015).
2.3.9 Faktor – faktor lain yang mempengaruhi karies gigi

Berikut adalah faktor lain yang dapat menyebabkan timbulnya karies :

1. Frekuensi menyikat gigi


Maksimal menyikat gigi 3x sehari, setelah makan pagi, makan siang, dan

sebelum tidur, atau minimal 2x sehari setelah makan pagi dan malam

sebelum tidur.
2. Waktu menyikat gigi
38

Pagi hari setelah sarapan, dan malam sebelum tidur adalah waktu yang

tepat untuk menyikat gigi, karena air liur tidak banyak keluar pada waktu

tidur, sehingga gigi akan rusak apabila membiarkan sisa makanan pada

gigi tanpa menyikatnya.


3. Kebiasaan makanan kariogenik
Makanan kariogenik adalah makanan manis yang dapat menyebabkan

terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak

mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut,

sehingga sangat mudah menempel pada permukaan gigi dan sela-sela gigi.

Pada umumnya para ahli sependapat bahwa karbohidrat yang paling erat

berhubungan dengan proses karies adalah sukrosa, karena mempunyai

kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme

asidogenik seperti pertumbuhan streptococcus mutans dan streotococcus

sobrinus. Sukrosa banyak terdapat pada makanan manis dan camilan

( snack ) seperti roti, coklat, permen dan es krim. Mengkonsumsi makanan

kariogenik dengan frekuensi yang lebih sering akan meningkatan

terjadinya karies dibandingkan dengan mengkonsumsi dalam jumlah

banyak tetapi dengan frekuensi yang lebih jarang.


4. Pendidikan orang tua
Menurut Axelsson dkk (2003) responden dengan tingkat pendidikan

perguruan tinggi lebih cenderung menilai kesehatan gigi dibandingkan

dengan pendidikan yang lebih rendah.


5. Pengetahuan orang tua
Tingkat pendidikan yang rendah dapat menyebabkan pengetahuan orang

tua mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak menjadi kurang

sehingga resiko anak terkena penyakit gigi dan mulut menjadi lebih tinggi.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Suwelo (1992) bahwa tingkat


39

pendidikan, dan pengetahuan, orang tua terhadap pemeliharaan kesehatan

gigi dan mulut merupakan faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya

karies gigi pada anak.


6. Tingkat ekonomi
Mc. Donal (2004), Melaporkan bahwa satu diantara empat anak di

Amerika lahir dengan kemiskinan. Tercatat anak-anak dan remaja yang

hidup dalam kemiskinan menderita karies gigi dua kali lebih banyak

dibandingkan dengan teman sebaya yang berstatus ekonomi tinggi

(WP.Sari, 2013). Adapun indikator tingkat pendapatan meliputi : 1).

Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih

dari Rp. 3.500.000,00 perbulan; 2.) golongan pendapatan tinggi adalah jika

pendapatan rata-rata antara Rp. 2.500.000,00 s/d Rp. 3.500.000,00 per

bulan; 3). Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata

antara Rp. 1.500.000,00 s/d Rp. 2.500.000,00 per bulan; 4). Golongan

pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata dibawah Rp.

1.500.000,00 per bulan (Indrianawati, 2015).

2.5 Konsep Pola Menggosok Gigi


2.4.1 Pengertian Pola Menggosok Gigi

Menggosok gigi adalah rutinitas kita setidaknya 2x sehari, menggosok gigi

sangatlah banyak manfaatnya, merawat gigi seperti menggosok gigi,

membersihkan karang gigi dan menghindari bau mulut, tidak terjangkit

bermacam penyakit mulut dan penyakit gusi jika karies terjadi maka fungsi gigi

sebagai pengunyah terganggu dan nyeri yang timbul karena peradangan pada gusi

menyebabkan anak tidak mau makan dan jika hal ini terjadi anak akan mengalami

mal nutrisi (Faqih, 2016).


40

Menggosok gigi adalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk

menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit

gigi dan mulut (Sari, 2017).

2.4.2 Cara Agar Mulut Kita Lebih Sehat


1) Menggosok gigi sampai bersih dengan sikat yang lembut
Menyikat gigi berarti membuang plak gigi dan sisa makanan untuk

mencegah kerusakan gigi. Kebanyakan orang menyikat gigi hanya selama

45 detik, namun paling tidak menyikat gigi sampai dua menit agar gigi

benar-benar bersih dan sebaiknya dilakukan sehabis makan

2) Menyikat lidah
Di dalam rongga mulut selaian gigi juga terdapat organ penting lainnya

yaitu lidah. Mulut mengandung bakteri dan beberapa jenis bakteri dapat

tumbuh di lidah dan menyebabkan nafas berbau tak sedap


3) Mengurangi mengkonsumsi makanan ringan
Makanan ringan cukup tinggi kadar gulanya, sehingga berpotensi sebagai

makanan untuk pertumbuhan bakteri mulut. Dalam waktu sekitar 20 menit

setelah makan makanan ringan, bakteri akan menghasilkan senyawa asam

seperti asetat, format, dan laktat yang menyerang email gigi


4) Mengurangi atau menghentikan meminum minuman bersoda
Gula dalam minuman bersoda dapat menjadi nutrisi untuk pertumbuhan

bakteri di mulut sebagaimana pada makanan ringan. Kalaupun komposisi

minumannya tanpa gula, adanya asam sitrat dan fosfat hingga pH 2 (sangat

asam) dapat menggerus akar dan email gigi


5) Mengkonsumsi permmen karet yang bahan pemanisnya xilitol
Xilitol (C5H1205) merupakan kelompok gula alkohol yang dalam

penelitian selama 25 tahun terakhir ini terbukti dapat mencgah terjadinya

karies gigi atau kerusakan gigi.


2.4.3 Cara Untuk Mencegah Terjadinya Lubang Pada Gigi, Berikut

Langkah-Langkah Yang Dapat Dilakukan


41

1. Memeriksa gigi secara rutin


Kunjungi dokter gigi setiap 6 bulan sekali walaupun tidak merasakan

keluhan pada gigi. Untuk mendeteksi adanya lubang kecil dan segera

diberikan penanganan agar lubang tidak semakin besar


2. Menyikat gigi secara teratur dan pada waktu yang tepat
Pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Karena pada

waktu kita tidur air liur tidak banyak keluar, sehingga gigi akan rusak bila

membiarkan sisa makanan pada gigi tanpa menyikatnya


3. Menyikat gigi dengan cara yang benar
Menyikat ke arah bawah untuk gigi depan (gigi seri) bagian atas, menyikat

ke arah arah untuk gigi depan bagian bawah dan menyikat secara mendatar

untuk gigi geraham


4. Kumur setelah makan
Menyikat gigi tidak mungkin dilakukan setelah habis makan, maka cara

terbaik adalah berkumur-kumur agar sisa makanan tidak terus menempel.


5. Gunakan benang gigi untuk mengeluarkan sisa makanan
Sisa makanan yang tertinggal sebaiknya tidak dikeluarkan menggunakan

tusuk gigi karena akan menyebabkan celah gigi semakin besar


6. Memilih pasta gigi yang mengandung fluorida
Zat ini merupakan salah satu bahan pembentuk email gigi dan dapat

mencegah pembusukan pada gigi


7. Makan makanan yang berserat
Mengkonsumsi sayuran atau atau buah terbukti dapat membuat gigi lebih

kuat dan mencegah terjadinya gigi berlubang


8. Mengurangi makanan yang mengandung gula dan tepung
Makanan jenis ini bila tertinggal di gigi dan ada bakteri akan

menyebabkan asam yang membuat gigi berlubang

2.4.4 Cara Atau Metode Menggosok Gigi Yang Benar

Gosok gigi adalah cara paling mudah untuk menjaga kesehatan gigi dan

mulut. Akan tetapi banyak orang yang menyepelekan pentingnya

gosok gigi. Terdapat cara-cara untuk menggosok gigi dengan baik dan

benar :
42

a. Ambil sikat dan pasta gigi, peganglah sikat gigi dengan cara sendiri

(yang penting nyaman untuk dipegang), oleskan pasta gigi di sikat

gigi yang sudah dipegang.


b. Sikat gigi (gigi depan dengan cara menjalankan sikat gigi pelan-pelan

dan naik turun. Kenapa harus pelan-pelan karena biasanya orang

yang menyikat gigi secara kasar, akan mengakibatkan gusi lecet dan

berdarah.
c. Langkah selanjutnya gosok bagian gigi sebelah kanan dan kiri. Cara

pengaplikasian hampir sama dengan menyikat gigi depan, yaitu gosok

perlahan dengan irama naik turun. Jika susah mengosok naik turun bisa

menggosok biasa namun dengan durasi lebih lama, karena mengosok

dengan cara naik turun walaupun pelan-pelan akan lebih cepat

menghilangkan sisa makanan yang tertempel.


d. Setelah selesai menggosok area gigi bagian kanan, kiri dan depan,

maka langkah selanjutnya adalah membersihkan/ menyikat gigi bagian

dalam (gigi geraham). Usahakan sikat dengan cara pelan-pelan namun

kotoran tak ada yang tertinggal karena biasanya plak kuning terjadi di area

ini jika gosok giginya tidak bersih. Caranya, gunakanan ujung bulu

sikat untuk menjangkau area gigi geraham dengan sedikit tekanan

sampai ujung sikat sedikit melungkung.


e. Langkah terakhir gosok gigi dalam (gigi tengah) dengan cara

menegakan lurus sikat gigi, lalu sikat gerakkan sikat keatas kebawah

(Arumsari, 2016).
2.4.5 Frekuensi Dan Waktu Menyikat Gigi

Frekuensi membersihkan gigi dan mulut sebagai bentuk perilaku akan

mempengaruhi baik buruknya kebersihan gigi dan mulut, dimana akan

mempengaruhi juga angka karies dan penyakit penyangga gigi. Frekuensi


43

menggosok gigi juga mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut anak-anak. Ini

dikuatkan dengan penelitian silvia dkk, 2005 bahwa sekitar 464,9% anak yang

menggosok gigi kurang dari 2 kali sehari memiliki tingkat kebersihan gigi dan

mulut yang kurang. Pengalaman mendapatkan pendidikan kesehatan juga

mempengaruhi kebersihan gigi dan mulut. Kesehatan mulut tidak dapat lepas dari

etiologi, dengan plak sebagai faktor bersama pada terjadinya karies dan

periodonsium.penting disadari bahwa plak pada dasarnya dibentuk teruus

menerus. Dengan susah payah gigi geligi dan gusi dibersihka dari plak dan waktu

setengah jam bakteri berkolonisasi diatasnya. Oleh karena itu sama sekali bebas

plak secara maksimal hanyalah dalam waktu sangat pendek (Alimah, 2014).

2.6 Kerangka Teori


44

Gambar 2.4 Kerangka Teori Hubungan Pola Gosok Gigi Terhadap Terjadinya

Karies Gigi Pada Anak Prasekolah di TK Siti Mayithoh Kecamatan

Diwek Kabupaten Jombang.

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengkajian Jiwa Ririsnew
    Pengkajian Jiwa Ririsnew
    Dokumen25 halaman
    Pengkajian Jiwa Ririsnew
    Riris
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen9 halaman
    Abs Trak
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Catatan Perkembangan
    Catatan Perkembangan
    Dokumen6 halaman
    Catatan Perkembangan
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Analisis
    Analisis
    Dokumen3 halaman
    Analisis
    riski arifin
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen9 halaman
    Abs Trak
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Cover Contoh
    Cover Contoh
    Dokumen10 halaman
    Cover Contoh
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Leaflet MP Asi
    Leaflet MP Asi
    Dokumen2 halaman
    Leaflet MP Asi
    Iyoez
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen14 halaman
    Bab Iv
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen14 halaman
    Bab Iv
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen14 halaman
    Bab Iv
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen14 halaman
    Bab Iv
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen3 halaman
    Bab 3
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Bab 6
    Bab 6
    Dokumen2 halaman
    Bab 6
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen5 halaman
    Bab 1
    Riris Alfiana
    Belum ada peringkat