Anda di halaman 1dari 12

PEWARNAAN DAN OSTEOGENESIS EMBRIO PUYUH (Coturnix coturnix japonica) PADA

MASA INKUBASI 8,10,12,14, DAN 15 HARI


2,5
Aldy Trianda, 2,5 Annisa Julianti, 2,5Dhea Ramadhanti 2,5 Ida Nuraeni.

2
Laboratorium Struktur Perkembangan Hewan Jurusan Biologi FMIPA Universitas Bengkulu

5
Kelompok Praktikum SPH II Angkatan 2019 Kelas A

ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk membuat preparat awetan embrio puyuh dan menghitung
panjang tulang yang menulang.Telur puyuh yang telah diinkubasi umur 11 hari dipecahkan
dan dibersikan dari bulu-bulunya dan organ dalamnya, dimasukan kedalam botol film yang
berisi alkohol 70% untuk difiksasi selama 7 hari. Kemudian embrio dipindahkan kedalam
botol film yang berisi alician blue selama 3 hari. Kemudian dilakukan rehidrasi
menggunakan alkohol masing-masing selama 3 jam, dan direhidrasi dengan aquades selama
15 menit. Selanjutnya dilakukan transparansi I dengan KOH 1% selama 2 hari. Embrio
diwarnai dengan alizarin red selama 3 hari. Dilakukan transparansi II dengan KOH 1%
selama 2 hari. Kemudian dilakukan penjernihan dengan KOH dan gliserin dengan
perbandingan 3:1, 1:1, dan 1:3 masing-masing 1 hari.Terakhir penyimpanan dengan
menggunakan gliserin murni. Dihitung panjang tulang dengan jangka sorong. Hasil yang
didapat pada praktikum terdapat dua warna pada tulang yaitu biru dan merah, dimana tulag
yang berwarna biru adalah tulang rawan (kartilago) dan yang berwarna merah adalah tulang
kompak. Dari hasi tersebut maka perkembangan embrio pada setiap inkubasi bebeda-beda.
Panjang tulang cranium embrio puyuh yang terpanjang pada rentang 5,3-13,8 mm, tulang
ekstremitas anterior dengan rentang dan panjang tulang ekstremitas posterior pada rentang.

Kata kunci: Embrio puyuh, masa inkubas,i osifikasi dan osteogenesis.

PENDAHULUAN osifikasi endokondral yaitu proses

Proses osifikasi atau terbentuknya pembentukan tulang yang terjadi dimana

tulang terjadi dengan 2 cara yaitu melalui sel-sel mesenkim berdeferensiasi lebih

osifikasi intra membrane dan osifikasi dahulu menjadi kartilago (jaringan rawan)

endokondral. Osifikasi intra membran lalu berubah menjadi jaringan tulang,

merupakan proses pembentukan tulang missal proses pembentukan tulang

dari jaringan mesenkim menjadi jaringan panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis.

tulang, contohnya padda proses Tulang selalu terbentuk dalam kerangka

pembentukan tulang pipih. Sedangkan jaringan penyambung (connective tissue)


yang telah ada sebelumnya.Perbedaan-
perbedaan dalam perkembangan terjadi tetapi dapat terjadi patologis dalam
karena dalam embrio beberapa dari tulang- jaringan penyambung lain, seperti tulang
tulang itu diendapkan dalam mesenkim rawan dan dinding pembuluh darah.
yang belum terdiferensiasi (pembentukan Osifikasi belum terjadi dalam matriks
tulang intra membran), sedangkan di tulang, daerah itu disebut
bagian lain dari tubuh terjadi pembentukan osteoid(Campbell dkk., 2008).
tulang yang didahului oleh sistem tulang Tulang membentuk rangka tubuh,
rawan penumpu yang sementara yang fungsinya untuk menahan berat
(pembentukan tulang endokondral) badan.Otot volunter (rangka) diinsersikan
(Nazirah, 2014). pada tulang melalui penyisipan tendon ke
Proses penting pembentukan jaringan penyambung periosteum.Tulang
matriks tulang dan osifikasi (penulangan) panjang membentuk suatu sistem tuas yang
adalah sama. Osifikasi bermembran terjadi meningkatkan kekuatan yang dihasilkan
dalam tulang-tulang tengkorak pipih dan oleh kontraksi otot. Tulang melindungi
klavikula (tulang selangka), sedangkan sistem saraf pusat (yang terdapat di dalam
osifikasi endokondral bersifat khas untuk tengkorak dan kanalis spinalis) dan
sebagian besar sisi kerangka tubuh. sumsum tulang (Kusumawati, Asmari
Perbedaan antara kedua proses itu terletak dkk., 2008).
dalam kenyataan bahwa pada osifikasi Perkembangan awal struktural
endokondral, tiap spikula diendapkan unggas (hingga fase gastrula) berlangsung
sekeliling pecahan matriks tulang rawan di dalam tubuh induk setelah terjadi
yang telah mengapur, sedangkan pada fertilisasi, saat telur masih dalam tubuh
spikula tulang intra membran tidak induk. Embrio unggas tidak memiliki
terdapat kerangka semacam. Matriks hubungan langsung dengan induknya
tulang mengandung unsur-unsur yang selama perkembangan embrional, oleh
sama seperti jaringan-jaringan karena itu pertumbuhan embrio berasal
penyambung lainnya, serat-serat dan bahan dari dalam telur tersebut. Perkembangan
dasar. Pengendapan matriks ini oleh embrio dari hari ke hari, Hari PertamaAsal
osteoblast disebut osifikasi. Pengendapan mula lempengan embrio pada tahap
garam-garam kalsium dalam matriks ini blastodermal.Nampak ada rongga
disebut kalsifikasi (pengapuran), suatu segmentasi yang berada di bawah area
proses yang terjadi normal pada tulang pelucida, terdapat pada cincin yang
berwarna lebih gelap dari sekitarnya.Hari memisahkan kepala dengan badannya.
kedua nampak jalur pertama pada pusat Terjadi pembentukan paruh. Otak nampak
blastoderm.Diantara extraembrionic ada di daerah kepala, yang lebih kecil
annexis nampak membran vitelin yang ukurannya dibanding dengan embrio. Hari
memiliki peranan utama dalam nutrisi kedelapan membrane vetilin menyelimuti
embrio.. Hari ketiga embrio berada di sisi (menutupi) hampir seluruh kuning telur.
kiri, dikelilingi oleh sistem peredaran Pigmentasi pada mata mulai tampak.
darah, membram viteline menyebar di atas Bagian paruh atas dan bawah mulai
permukaan kuning telur.Kepala dan badan terpisah, demikian juga dengan sayap kan
dapat dibedakan, demikian juga kaki. Leher merenggang dan otak telah
otak.Nampak juga struktur jantung yang berada di dalam rongga kepala. Terjadi
mulai berdenyut. Hari keempat pembukaan indra pendengar bagian luar.
perkembangan rongga amniotik, yang akan Kuku mulai nampak, mulai tumbuh folikel
mengelilingi embrio, yang berisi cairan bulu pertama.Alantois mulai berkembang
amniotik, berfungsi untuk melindungi dan meningkatnya pembuluh darah pada
embrio dan membolehkan embrio vitellus.Hari kesembilan lubang hidung
bergerak. Nampak gelembung alantois masih sempit.Terjadi pertumbuhan kelopak
yang berperan utama dalam penyerapan mata, perluasan bagian distal anggota
kalsium, pernapasan dan tempat badan.Membrane viteline mengelilingi
penyimpanan sisa-sisa.. Hari kelima kunig telur dengan sempurna.Folikel bulu
peningkatan ukuran embrio, embrio mulai menutup bagian bawah anggota
membentuk huruf C, kepala bergerak badan.Patuk paruh mulai nampak.Pada hari
mendekati ekor.Terjadi perkembangan kesepuluh lubang palpebrai memiliki
sayap. Hari keenam membram vetiline bentuk elips yang cenderung menjadi
terus berkembang dan mengelilingi lebih encer.Alantois mencapai ukuran maksimal,
dari separuh kuning telur.Fissura ada sedangkan vitellus makin menyusut.Hari
diantara jari kesatu, kedua dan ketiga dari berikutnya folikel bulu mengelilingi bagian
anggota badan bagian atas dan antara jari luar indera pendengaran meatus dan
kedua dan ketiga anggota badan bagian menutupi kelopak mata bagian
bawah. Jari kedua lebih panjang dari jari atas.Kelopak mata bagian bawah menutupi
lain.Hari ketujuh cairan yang makin 2/3 atau bahkan ¼ bagian kornea.Hari
mengencer di bagian leher.Nampak jelas berikutnya alantois menyusut menjadi
membrane choioalantois.Bulu-bulu hampir menandakan bahwa tulang tersebut telah
menutupi seluruh tubuh dan berkembang mengalami kalsifikasi atau osteogenesis.
dengan cepat. Hari berikutnya beberapa Warna merah tua terbentuk karena zat
morfologi embrio berubah: bulu halus warna yang diberikan terikat oleh kalsium
terus berkembang, vitellus menyusut cepat pada matriks tulang.
dan putih telur mulai menghilang. Kepala
MATERIAL DAN METODOLOGI
bergerak kea rah kerabang telur (posisi
pipping) di bawah sayap kanan.Hari WAKTU PELAKSANAAN
berikutnya sistem ginjal dari embrio mulai Praktikum dilaksanakan pada hari
memproduksi urates (garam dari asam selasa, tanggal 15 Oktober 2019.
urat).Paruh yang berada di bagian bawah Bertempat di Laboratorium Fisiologi
sayap kana, menuju rongga udara (yang Hewan, Basic Science Jurusan Biologi,
ada di dalam telur).Putih telur telah diserap Fakultas Matematika dan Ilmu
semua.Hari berikutnya terjadi internalisasi Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu.
vitellin dan terjadi pengurangan cairan ALAT DAN BAHAN
amniotik.Hari berikutnya penyerapan
Alat
vitellin secara cepat.Paruh mulai mematuk
alat yang digunakan adalah mesin
selaput/membrane kerabang bagian dalam
inkubasi, botol film, cawan petri, label dan
dan siap untuk menembusnya.Hari terakhir
pinset, mikroskopdan jangka sorong.
vitelus terserap semua, menutup pusar
(umbilicus).Anak puyuh menembus Bahan
selaput kerabang telur bagian dalam dan Bahan yang digunakan adalah telur
bernafas pada rongga udara.Pertukaran gas puyuh, alkohol 96%, KOH 1%, alician
terjadi melalui kerabang telur.Anak puyuh blue, gliserin, alizarin red, aquades,
siap menetas dan mulai memecah kerabang alkohol 70%, gliserin murni, dan preparat
telur (Pokphand, 2007). embrio puyuh.
Alizarin red merupakan suatu
Prosedur kerja
metode untuk mengetahui pembentukan
tulang pada embrio atau untuk mendeteksi Pada proses inkubasi, lima butir
proses osifikasi pada tulang embrio. telur puyuh dimasukkan ke dalam mesin
Tulang yang diwarnai oleh Alizarin red inkubasi dengan suhu 38˚C. Selama tiga
akan berwarna merah tua, yang hari telur di diamkan, kemudian hari
berikutnya setiap pagi dan sore telur puyuh adalah tulang mandibulla, femur, humerus,
diubah posisinya agar panasnya merata, palanges.Dihitung jumlah tulang ekor,
dilakukan sampai masa inkubasi selesai tulang rusuk, tulang belakang, dan tulang
(11 hari). Telur puyuh yang telah leher.
diinkubasi umur 11 hari dipecahkan di
dalam petridis dan dibersikan dari bulu-
bulunya dan organ dalamnya, dimasukan
kedalam botol film yang berisi alkohol
96% untuk difiksasi selama 7 hari.
Kemudian embrio dipindahkan kedalam
botol film yang berisi alician blue selama
3 hari. Kemidian dilakukan rehidrasi
menggunakan alkohol selama 3 jam, dan
direhidrasi dengan aquades selama 15
menit. Selanjutnya dilakukan transparansi
I dengan KOH 1% selama 2 hari. Embrio
diwarnai dengan alizarin red selama 3
hari. Dilakukan transparansi II dengan
KOH 1% selama 2 hari. Kemudian
dilakukan penjernihan dengan KOH dan
gliserin dengan perbandingan 3:1, 1:1, dan
1:3 masing-masing 1 hari. Terakhir
dilakukan penyimpanan dengan
menggunakan gliserin murni. Pengukuran
panjang tulang dilakukan dengan
menggunakan jangka sorong. Jangka
sorong diletakkan pada bagian tulang yang
akan dihitung, dilihat pada skalat utama
dan ditambah dengan skala nonius yang
sudah di kali 0,001. Kemudian satuan
diubah ke dalam mm (millimeter) dengan
dikali 10.Tulang yang dihitung panjangnya
HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Setelah melakukan penetasan telur puyuh maka di dapat hasil sebagai berikut.

Cr
Cr Cr
Cx Cx
Cx
Ea Ea
Ea
Ep
Ep
Ep

(a) (b) (c)

Cr Cr Cr Cx
Cx
Cx

Ea
Fm
Fm
Tb
Ph
Ph
Ph

(d) (e) (f)

Gambar 1.Keseluruhan embrio puyuh. Masa inkubasi 11 hari (a), masa inkubasi 12 hari (b),
masa inkubasi 13 hari (c), masa inkubasi 14 hari (d), masa inkubasi 15 hari (e), masa inkubasi
16 hari (f). Cr: cranium; Cx: cervix; Ea: extremitas atas; Ep: extremitas bawah; Ph: palanges;
Fm: femur; Tb: tibia.

Setelah dibandingkan panjang tulang cranium embrio puyuh maka didapat hasil
sebagai berikut.
a b c

d e f

Gambar 2. Bagian cranium embrio puyuh a. 11 hari; b. 12 hari; c. 13 hari; d. 14 hari; e. 15


hari; f. 16 hari.

Hasil bagian extremitas atas embrio puyuh pada seluruh inkubasi adalah sebagai
berikut.

a b c

d e f

Gambar 3. Bagian extremitas atas embrio puyuh a. 11 hari; b. 12 hari; c. 13 hari; d. 14


hari; e. 15 hari; f. 16 hari.
Hasil bagian extremitas bawah embrio puyuh pada seluruh inkubasi adalah sebagai
berikut.

a b c

d e f

Gambar 4. Bagian extremitas bawah embrio puyuh a. 11 hari; b. 12 hari; c. 13 hari; d. 14 hari;
e. 15 hari; f. 16 hari.

Setelah dilakukan pengukuran panjang tulang pada seluruh masa inkubasi maka di
dapat hasil sebagai berikut.

Table 1.Hasil pengukuran panjang tulang embrio puyuh.

Masa PF PT PT PP PH PR PU PC P JR JV J J
inkuba m 1 2 3 m M C C
si S V

11 hari 6,8 8,9 3,2 3, 6, 4, 5,4 5,1 4,1 8,1 7,7 7 24 1 5


5 7 4 4 5 0
12 hari 4,8 6,1 3,6 1 2, 1 3,5 2,1 2,5 2,4 11, 7 7 1 8
Pengkukuran Panjang Tulang Embrio Puyuh
Pengkukuran Panjang
(Coturnix Tulang
coturnix Embrio Puyuh
japonica)
18
(Coturnix coturnix japonica)
16 18
14 16
Panjang Tulang (mm)

12 14
Panjang Tulang (mm)

10 12
12 Hari
8 10 12 Hari
14 Hari
6 8
14 Hari
15 Hari
4 6
15 Hari
2 4
0 2
0 PF PT PTm PP 1 PP 2 PP 3 PH PR PU PCm PM JR JV JCS JCV
PF PT PTm PP 1 PP 2 PP 3 PH PR PU PCm
Parameter pengukuran tulang PM JR JV JCS JCV
Parameter pengukuran tulang

1 1 1
13 hari 8,2 10, 5,4 1, 2, 1, 3,5 3,4 2,7 2,1 5,3 7 10 9 9
6 4 0 2 4
14 hari 11, 13, 11, 9, 6, 9, 7,1 4,5 4,5 4,1 8,5 7 20 1 8
1 6 3 7 4 5 5 0
15 hari 11, 14, 8,3 3, 3, 4, 6,3 5,2 6,1 4,6 12, 8 25 1 1
2 5 1 2 5 1 1 0
16 hari 11, 12, 6,6 3, 2, 3, 6,6 4,8 4,5 2,2 13, 8 7 1 7
6 7 5 1 3 8 4
Keterangan: PF: panjang tulang femur (mm); PT: panjang tulang tibiotarsus (mm);
PTm: panjang tulang tarsometatarsus (mm); PH: panjang tulang humerus (mm); PU: panjang
tulang ulna (mm); PCm: panjang tulang carpometacarpus (mm); PM: panjang tulang
mandibula (mm); JP: jumlah tulang rusuk; JCv: jumlah tulang ekor; JCs: jumlah tulang ekor;
JV: jumlah tulang belakang.

Grafik pertumbuhan panjang tulang embrio puyuh

Grafik 1. Pertumbuhan panjang tulang embrio puyuh PF: panjang tulang femur (mm);
PT: panjang tulang tibiotarsus (mm); PTm: panjang tulang tarsometatarsus (mm); PH:
panjang tulang humerus (mm); PU: panjang tulang ulna (mm); PCm: panjang tulang
carpometacarpus (mm); PM: panjang tulang mandibula (mm); JP: jumlah tulang rusuk; JCv:
jumlah tulang ekor; JCs: jumlah tulang ekor; JV: jumlah tulang belakang.

PEMBAHASAN seperti vertebrae, costae, sternum dan


Pembentukan tulang terjadi dengan extremitates. Proses penulangan diawali
dua cara. Cara pertama yaitu osifikasi intra dengan masuknya pembuluh darah
membran (membranous) dimana tulang membawa bahan tulang (ossein dan
terbentuk melalui konversi langsung dari mineral) ke jaringan tulang rawan,
jaringan mesenkim menjadi jaringan hadirnya osteoblast di situ, disusul dengan
tulang, atau dapat dikatakan pembentukan hadirnya pula chondroblast yang meresap
tulang dengan jalan transformasi jaringan tulang rawan yang dirombak. Chondrosit
pengikat fibrosa. Cara yang kedua yaitu menyusun diri menjadi jajaran lurus,
osifikasi endokondral, yakni pembentukan disusul dengan masuknya bahan kapur dan
tulang dimana sel-sel mesenkim mineral lain ke matrix. Tulang akan terdiri
berdiferensiasi terlebih dahulu menjadi dari lapisan-lapisan (lamella) yang
kartilago (jaringan rawan) kemudian sebagian besar tersusun menurut lingkaran
berubah menjadi jaringan tulang. membentuk sistem Harvers (Karyadi,
Perkembangan tulang terdiri dari 2003).
bertambahnya ukuran (tumbuh), Perkembangan embrio puyuh di
kedewasaan dan umur. Perubahan dari dalam telur hanya sampai 16-17 hari saja.
perkembangan membranous dan Berbeda dengan ayam perkembangannya
kartilaginous tulang keras disebut sampai 21 hari. Proses perkembangan
pendewasaan tulang. Terdapat 5 periode embrio puyuh meliputi pembentukan
pembentukan tulang yaitu: (1) periode tulang dan organ. Organogenesis terbentuk
embrionik: mandibula, maksila, humerus, saat umur embrio 30-33 jam. Sedangkan
radius, ulna, femur, dan fibia (2) periode pada embrio ayam organogenesis terbentuk
fetal: scapula, illium, fibula (3) tulang saat embrio berumur 30-48 jam.
muda: epiphisis pada anggota badan, Pembentukan tulang yang terjadi pada
karpal, tarsal, dan sesamoids (4) tulang masa inkubasi 11 hari adalah lebih banyak
remaja: scapula, tulang rusuk, tulang tulang rawan disbanding dengan tulang
pinggul/pinggang (5) tulang dewasa. kompak dimana tulang kompak hanya ada
Pertumbuhan tulang secara endokondral di bagian estremitas bawah. Tulang-tulang
terdapat pada tulang sebelah dalam tubuh, yang lain masih berupa tulang rawan
(kartilago). Inkubasi umur 12 hari tulang yang berwarna merah tua adalah tulang
kompak sudah mulai tumbuh lebih banyak, yang telah mengalami kompaksasi
bagian cranium, exstremitas atas dan sehingga menjadi tulang kompak. Pewarna
bawah.Masa inkubasi 13 hari tulang alcian blue digunakan untuk pewarnaan
kompak sudah mendominasi dan tulang skeleton berwarna biru, yang artinya
rawan tinggal sedikit, hanya di bagian bahwa tulang yang berwarna biru adalah
tulang ekor dan lipatan-lipatan tulang. tulang rawan 9kartilago). Larutan gliserin
Masa inkubasi 14 hari tulang kompak berfungsi sebagai pengawet specimen
sudah terbentuk semua dan tulang rawan karena sifatnya yang kental sehingga dapat
hanya di bagian ekor. Masa inkubasi 15 melindungi tulang-tulang embrio puyuh
hari tulang kompak bertambah panjang dan dari kerusakan akibat guncagan (Soeminto,
diameternya juga bertambah.Masa 2000).
inkubasi 16 hari tulang-tulang kompaknya
KESIMPULAN
sudah kokoh dan terus bertambah panjang
serta diameter juga bertambah lebar. Pada praktikum pewarnaa , pengukuran
Larutan-larutan yang digunakan panjang dan dimeter tulang femur dan
dalam percobaan ini mempunyai fungsi humerus dapat di simpulkan bahwa
sendiri-sendiri. Larutan alkohol berfungsi perkembangan tulang terdiri dari
sebagai fiksatif. Dimana fiksasi adalah bertambahnya ukuran (tumbuh),
suatu usaha untuk mempertahankan kedewasaan dan umur. Perkembangan
elemen -elemen sel atau jaringan agar tetap embrio puyuh di dalam telur hanya sampai
pada tempatnya dan tidak mengalami 16-17 hari saja. Pembentukan tulang yang
perubahan bentuk maupun ukuran. terjadi pada masa inkubasi 11 hari adalah
Dinamakan larutan fiksatif karena lebih banyak tulang rawan disbanding
kemampuan membuat jaringan mudah dengan tulang kompak dimana tulang
menyerap warna. Larutan KOH dalam kompak hanya ada di bagian estremitas
percobaan tersebut berfungsi agar otot bawah. Tulang-tulang yang lain masih
menjadi transparan dan skeletonnya berupa tulang rawan (kartilago). Larutan
terlihat jelas. Larutan pewarna Alizarin alkohol berfungsi sebagai fiksatif.
Red berfungsi skeleton berwarna merah
tua atau ungu, yang artinya bahwa tulang
DAFTAR PUSTAKA
Campbell. 2008. Struktur Hewan. Bandung :
ITB Bandung.

Gerrit,B.R. 1998. Dasar-Dasar Histologi.


Jakarta : Erlangga
Karyadi,Bakhti,dkk.2003. Pemberian Rasio
Kalsium Dan Fosfor Terhadap
Osifikasi Tulang Embrio Puyuh.
Jurnal Penelitian Unib. Vol IX(2):76-
80
Nalbandov,A.V.1990. Fisiologi Reproduksi
Pada Mamalia Dan Unggas. Jakarta :
UI Press
Pokhpan . 2007. Dasar-dasar Ekologi Hewan.
Medan : IKIP Medan.
Sadler,T.W.2000. Embariologi Kedokteran
EGC. Jakarta : Erlangga
Suminto.2000. Ekologi Hewan. Malang : UM
Press
Yatim, Wildan. 1990. Embryologi. Bandung :
Tarsito

Anda mungkin juga menyukai