Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH IMUNOHEMATOLOGI

Transfusi Darah

Pemeriksaan serologis (HIV/AIDS, Hepatitis, Sifilis, Crossmatch)

Oleh :

1. Mentari Dewi Sartika (A102.08.040)


2. Pungky Waluyo (A102.08.047)
3. Susanti Handayani (A102.08.059)
4. Wanda Dyah Irana (A102.08.063)

AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL


SURAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari


seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Transfusi bertujuan mengganti
darah yang hilang akibat perdarahan, luka bakar, mengatasi shock,
mempertahankan daya tahan tubuh terhadap infeksi (Tarwoto, 2006).
Pada tahun 1900 Dr. Loustiner menemukan 4 macam golongan darah
Golongan darah A, B, AB dan golongan darah O. Selain itu tahun 1940 ditemukan
golongan darah baru yaitu Rhesus Faktor positif dan rhesus faktor negatif pada sel
darah merah (erythrocyt). Transfusi diberikan untuk :
 meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
 memperbaiki volume darah tubuh, kekebalan dan masalah pembekuan
Tergantung kepada alasan dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah
lengkap atau komponen darah (misalnya sel darah merah, trombosit, faktor
pembekuan, plasma segar yang dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah
putih). Jika memungkinkan, akan lebih baik jika transfusi yang diberikan hanya
terdiri dari komponen darah yang diperlukan oleh resipien. Memberikan
komponen tertentu lebih aman dan tidak boros.
Ada beberapa pemeriksaan penyaring yang dilakukan pada proses
transfusi darah sebelum darah di berikan kepada penerima diantaranya :
Pemeriksaan HIV, Sifilis (VDRL), Hepatitis B dan C. Pemeriksaan Crossmatch
bukan merupakan pemeriksaan penyaring transfusi drah namun merupakan tes
untuk uji kecocokan darah pendonor dengan resipien.
Teknik penyaringan darah sekarang ini sudah jauh lebih baik, sehingga
transfusi lebih aman dibandingkan sebelumnya. Tetapi masih ditemukan adanya
resiko untuk resipien, seperti reaksi alergi dan infeksi. Meskipun kemungkinan
terkena AIDS atau hepatitis melalui transfusi sudah kecil, tetapi harus tetap
waspada akan resiko ini dan sebaiknya transfusi hanya dilakukan jika tidak ada
pilihan lain.

1
BAB II
ISI

I. Pemeriksaan HIV/ AIDS


HIV adalah agen penyebab acquired immunedefisiency syndrome
(AIDS) virus ini berkembang lewat lapisan luar lipid yang dibawah dari
membrane sel inang. Pemeriksaan antibody HIV dalam serum atau plasma
merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan apakah
seseorang tak terlindungi dari HIV dan melindungi darah dan elemen-
elemen yang dihasilkan darah untuk HIV. Perbedaan dalam sifat-sifat
biologis, aktifitas serologis, dan deretan genom, HIV 1 dan 2 positif sera
dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar HIV.
a. Metode : ELISA (Enzim-Linked Immunosorbent Assay)
b. Tujuan : untuk melacak antigen gp 24.
c. Prinsip : prinsip dasar uji ELISA-Ag HIV adalah double antibody
sandwich antiglobulin (indirect sandwich) ELISA.
d. Alat dan Bahan
 Sampel
 Butiran polisteren yang dilapisi IgG anti-HIV manusia
 IgG anti-HIV poliklonal dari kelinci
 Goat antrabbit IgG berlabel horse-radish peroxidase
 PBS-T
 Sulfuric acid
 Klinipet dan tipsnya
 Incubator
 Timer
 O-phenylenediamine dihydrochloride

2
e. Prosedur kerja
1) Sampel (200 ul) dicampur dengan butiran polisteren yang
dilapisi IgG anti-HIV manusia, dan diinkubasikan selama
semalam pada suhu ruangan.
2) Setelah tahap pencucian, ditambahkan IgG anti-HIV poliklonal
dari kelinci, dan diinkubasi selama 4 jam pada suhu 40 C.
3) Setelah dicuci, untuk memisahkan bagian yang terikat dari yang
bebas, di tambahkan goat antirabbit IgG berlabel horse-radish
peroxidase, dan diinkubasi selama 2 jam pada suhu 240 C.
4) Setelah itu, beats dicuci dengan PBS-T
5) Selanjutnya ditambahkan subtract O-phenylenediamine
dihydrochloride, dan diinkubasikan selama 30 menit pada suhu
ruangan. Reaksi dihentikan dengan penambahan 1 M sulfuric
acid.
6) Pembacaan dilakukan dengan microELISA reader pada 1.492
nm.
f. Interpretasi Hasil
Kadar antigen dalam sampel ditentukan dengan mengeluarkan
absorban pada kurva baku yang dibuat dari berbagai serum standar
yang mengandung antigen gp 24 dengan konsentrasi yang diketahui.

II. Pemeriksaan HbsAg


Hepatitis adalah suatu keadaan peradangan jaringan hati, yang
disebabkan oleh infeksi atau non infeksi. Salah satu gejala yang dapat
terlihat pada pasien hepatitis adalah kulit dan sklera mata menjadi
berwarna kuning (ikterus ). Ikterus adalah suatu keadaan dimana plasma,
kulit dan selaput lendir menjadi kuning yang diakibatkan pewarnaan yang
berlebihan oleh bilirubin ( Noer HMS, 1996). Metode tes screening HbsAg
yang paling banyak digunakan adalah ELISA karena ELISA dianggap
memiliki tingkat sensitivity dan spesifikasi yang tinggi ( Handojo, 2004).

3
A. Pemeriksaan ELISA ( Enzym Linked Imuno Sorbent Assay ) HBsAg
1. Tujuan : Untuk mengetahui sekaligus menentukan titer dari
antibodi pada serum tes terhadap Hepatitis B Surface Antigen (
HBsAg ).
2. Specimen : Serum atau plasma.
3. Prinsip : Double Sandwich Ag Assay Lubang plate ( phase
padat) (HbsAg ) + spesimen ( anti -HBs ) + HbsAg – HRPO 
HbsAg anti – HBs HbsAg - HRPO  sandwich kompleks.
Sandwich kompleks + substrat TMB  warna biru.
Warna biru + H2SO4 2N ( stop solution )  kuning sampai coklat.
Baca absorben dengan panjang gelombang 450 nm.
4. Kit : Pasific Biotekindo
5. Reagen
 Plate HBsAg ( solid phase coated Hbs Ag )
 Larutan HBsAg Peroksidase ( konjugat)
 Kontrol positif anti-HBs
 Kontrol negatif anti-HBs
 Larutan substrat TMB ( Tetra Methyl Benzidine ) A
 Larutan substrat TMB ( Tetra Methyl Benzidine ) B
 Larutan pencuci dengan pengenceran 20X
 H2SO4 2 N ( Stopping solution )
6. Alat – alat :
 Mikropipet 50µl dan 100µl
 Inkubator dengan kontrol temperatur 37°C
 Lempeng pencuci
 ELISA Reader
 Well

4
7. Cara kerja :
1) Masukan 50µl control positive, control negative dan sample
dalam masing-masing well.
2) Tambahkan 50µl anti-HBS peroxidase solution (conjugate)
kedalam masing-masing well, di rotator selama 2 detik.
3) Inkubasi pada suhu 37ºc selama 80 menit.
4) Well di cuci 6 kali dengan larutan pencuci.
5) Tambahkan masing-masing TMB substrate solution A 50µl dan
B50µl, dirotator selama 2-3 detik.
6) Tutup dengan cover hitan, inkubasi suhu kamar selama 30 menit.
7) Tambahkan 100 µl larutan stop solution H2SO4 2 N.
8) Baca pada ELISA reader dengan panjang gelombang 450 atau
650 nm
8. Interpretasi Hasil :
 Hasil Negatif
Spesimen dari pasien dengan nilai absorben lebih kecil dari
nilai cut off disebut non-reaktif dan berarti HBsAg negative.
 Hasil Positif
Spesimen dari pasien dengan nilai absorben lebih besar atau
sama dengan nilai cut off disebut reaktif.

NCx = Absorben rata-rata dari negatif kontrol

B. Pemeriksaan HbsAg Rapid test


1. Metode : imunokromatografi
2. Tujuan : untuk mengetahui adanya virus hepatitis B dalam serum
penderita
3. Prinsip : imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan
pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi
dengan anti HBs (antibodi). Campuran ini selanjutnya akan

5
bergerak sepanjang strip membran untuk berikatan dengan
antibody spesifik pada daerah tes, sehingga akan menghasilkan
garis warna.
4. Alat dan Bahan
 Tabung reaksi
 Serum
 Strip HBsAg atau strip ACON
5. Cara kerja :
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Siapkan serum dalam tabung reaksi
3) Keluarkan strip HBsAg dari kemasannya
4) Celupkan kedalam seru, biarkan selama 15 menit
5) Amati hasil test yang terjadi
6. Interpretasi Hasil
 Positif (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan test
 Invalid : tidak terjadi garis merah pada control test
 Negatif (-) : terdapat satu garis pada control

III. Pemeriksaan Anti-HCV


1. Metode : Imunokromatografi
2. Tujuan : Untuk mengetahui adanya virus hepatitis C dalam serum
3. Prinsip : Imunokromatografi dengan prinsip serum yang diteteskan
pada bantalan sampel bereaksi dengan partikel yang telah dilapisi
dengan antibodi. Campuran ini selanjutnya akan bergerak sepanjang
strip membran untuk berikatan dengan antibody spesifik pada daerah
tes, sehingga akan menghasilkan garis warna.
4. Alat dan bahan :
 Pipet tetes
 Strip Anti HCV
 Tabung reaksi
 Serum sampel

6
 Reagen HCV / buffer HCV
5. Cara kerja :
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2) Tempatkan kemasan strip pada temperature ruangan sebelum
dibaca
3) Siapkan serum dalam tabung reaksi kemudian diambil kurang
lebih satu tetes serum, lalu masukan strip HCV setelah itu
masukan buffer HCV kurang lebih 2 tetes.
4) Tunggu sampai muncul garis merah pada strip
6. Interpretasi Hasil
 Positif (+) : terdapat 2 garis pada daerah control dan test
 Invalid : tidak terjadi garis merah pada control test
 Negatif (-) : terdapat satu garis pada control

IV. Pemeriksaan Sifilis


Ada tiga jenis pemeriksaan sipilis yaitu VDRL (Venereal Disease
Research Laboratory) , RPR (Rapid Plasma Reagin) , dan TPHA
(Treponema phalidum hemaglutination). Untuk mendeteksi adanya sifilis
dapat dilakukan pemeriksaan VDRL (Venereal Disease Research
Laboratory) dan pemeriksaan TPHA (Treponema Pallidum
Hemaglutination Assay). Test VDRL dilakukan sebagai tindakan skrining
awal.
A. Pemeriksaan VDRL (Venereal Disease Research Laboratory)
1. Tujuan : Untuk membantu diagnosa Treponematosis atau untuk
mengetahui ada tidaknya antibody terhadap antigen Treponema
dalam sampel yang diperiksa.
2. Prinsip : Reagen RPR adalah sebuah metode serologis non
Treponema untuk mendeteksi sifilis. Antigen yang berupa partikel
karbon yang dilapisi dengan lipid kompleks mengaglutinasi reagen
dalam serum. Reagen adalah antibody yang terdapat dalam serum
pasien penderita sifilis. Aglutinasi terlihat sebagai gumpalan hitam

7
yang mengindikasikan adanya antibody yang dicari dalam sampel
yang diperiksa.
3. Alat dan Bahan :
 Rotator
 Kertas plat
 Lidi
 Serum
 reagen VDRL
 dropper pipet
4. Prosedur :
a. Cara Kualitatif
1) Siapkan plat kertas penguji, letakkan secara berurutan
pada plat tersebut control positif, control negatif dan
sampel.
2) Pada masing-masing plat, tambahkan satu tetes reagen
VDRL, homogenkan dengan ujung lidi atau stik.
3) Rotator dengan kecepatan 100 rpm selama 8 menit.
4) Baca hasil tepat 8 menit.
5) Interpretasi hasil :
 (+) terjadi flokulasi hitam dalam waktu 8 menit.
 (-) tidak terjadi flokulasi hitam dalam waktu 8 menit.
b. Cara Semi kuantitatif
1) Masukkan 50 mikroliter NaCl 0,9% dengan clinipet ke
empat lingkarankertas uji.
2) Tambahkan 50 mikroliter sampel serum ke lingkaran 1,
homogenkan.
3) Dari lingkaran 1 ambil 50 mikroliter letakkan pada
lingkaran 2, homogenkan.
4) Lakukan hal yang sama sampai ke lingkaran 4, dari
lingkaran 4 ambil 50 mikroliter, buang.

8
5) Pada masing-masing lingkaran tambahkan 1 tetes reagen
VDRL, homogenkan.
6) Rotator selama 8 menit dengan kecepatan 100 rpm.
7) Baca hasil tepat 8 menit.
8) Interpretasi hasil :
 (+) terjadi flokulasi hitam dalam waktu 8 menit.
 (-) tidak terjadi flokulasi hitam dalam waktu 8 menit.

B. Pemeriksaan TPHA (Treponema Pallidum Hemaglutination Assay)


1. Tujuan : Untuk mengetahui antibody terhadap antigen kuman
Treponema pallidumdalam sampel yang diperiksa beserta titernya
secara semi kuantitatif.
2. Prinsip : Tes TPHA adalah pemeriksaan indirect haemaglutinasi
yang sensitif dan spesifik untuk mendeteksi antibody terhadap
Treponema pallidum dengan erytrosit burung yang diawetkan dan
dilapisi dengan komponen antigenik dari Treponema pallidum.
Tes ini akan membentuk aglutinasi dengan adanya antibody
spesifik terhadap Treponema pallidum dan menunjukkan pola
yang khas pada lempeng mikrotitrasi. Antibody Treponema non
patogenik diserap oleh ekstrak Reiter’s Treponema yang terdapat
dalam suspensi sel.
3. Alat dan Bahan :
 sampel serum
 reagen TPHA
 diluen
 control positif
 control negatif
 mikro plate
 clinipet
 yellow tip

9
4. Cara kerja :
a. Cara Kualitatif
1) Masing- masing sampel menggunakan tiga lubang pada
mikroplate
2) Pada lubang1 tambahkan 190 mikroliter diluen dan 10
mikroliter sampel.
3) Dengan menggunakan mikropipet homogenkan campuran
tersebut. Pindahkan campuran tersebut ke lubang 2 dan 3
sebanyak 25 mikroliter.
4) Lubang 2 ditambah 75 mikroliter control sel.
5) Lubang 3 ditambah 75 mikroliter test sel.
6) Homogenkan.
7) Inkubasi 45-60 menit pada suhu kamar.
8) Baca adanya aglutinasi.
9) Interpretasi hasil :
 (+) menyebar atau tidak terbentuk titik ditengah
lubang dalam waktu 1 jam.
 (-) terbentuk titik ditengah lubang dalam waktu 1
jam.
Lakukan hal yang sama untuk control positif dan control
negatif (sampel diganti control positif dan control negatif)
b. Cara Semi Kuantitatif
1) Tambahkan 25 mikroliter diluen ke dalam lubang 4-9.
2) Ambil 25 mikroliter dari lubang 1 (tes kualitatif)
masukkan ke lubang 4, homogenkan.
3) Ambil 25 mikroliter dari lubang 4 encerkan berturut turut
ke lubang berikutnya sampai dengan lubang 9. Pada
lubang 9 ambil 25 mikroliter, lalu buang.
4) Tambahkan masing-masing lubang dari 4 sampai 9
dengan 75 mikroliter test sel, homogenkan.
5) Inkubasi 45-60 menit pada suhu kamar.

10
6) Baca adanya aglutinasi.
7) Interpretasi hasil :
 (+) menyebar atau tidak terbentuk titik ditengah
lubang dalam waktu 1 jam.
 (-) terbentuk titik ditengah lubang dalam waktu 1
jam.

V. Pemeriksaan Crossmatch
Crossmatch atau eaksi silang adalah suatu jenis pemeriksaan yang
dilakukan sebelum pelaksanaan transfusidarah.Tujuannya adalah untuk
melihat apakah darah dari pendonor cocok dengan penerima (resipien)
sehingga dapat mencegah terjadinya reaksi transfusi hemolitik. Selain itu
juga untuk konfirmasi golongan darah.
1. Tujuan : untuk mengetahui apakah darah donor compatible atau
incompatible dengan darah resipien.
2. Prinsip :
- Reaksi Mayor : reaksi antara sel darah donor dengan plasma
resipien.
- Reaksi minor : reaksi antara sel darah resipien dengan plasma
donor.
3. Alat dan bahan :
 Centrifuge
 Anti A,B, O
 Pipet tetes
 Lidi
 Sampel darah
 Tabung serologi
 NaCl 0,9%
 Objek glass
 Anticoagulan Na2EDTA

11
4. Cara kerja :
1) Siapkan 2 tabung beri tanda R (resipien) dan D (Donor) masing-
masing tambahkan 2 tetes Na2EDTA dan 2ml darah, homogenkan
2) Pusing dengan kecepatan 3000rpm selama 10 menit
3) Plasma dipisahkan dari darah, masukkan dalam tabung serologi
lain
4) Endapan sel darah di tambah NaCl 0,9% sama banyak (1:1)
5) Pusing selama 10 menit pada kecepatan 3000rpm, akan terbentuk
2 lapisan, buang lapisan supernatan
6) Siapkan 2 tabung untuk membuat suspensi 5% .masing-masing
ambil 1 tetes lapisan bawah tambahkan 19 tetes NaCl 0,9%,
homogenkan
7) Siapkan 2 tabung serologi beri tanda Mayor dan Minor
- Mayor : 1 tetes suspensi sel darah donor + 2 tetes plasma
resipien
- Minor : 1 tetes suspensi sel darah resipien + 2 tetes plasma
donor
8) Pusing kedua tabung tersebut dengan kecepatan 1000rpm selama 1
menit
9) Baca hasil :
 (+) terjadi aglutinasi
 (-) tidak terjadi aglutinasi
10) Interpretasi hasil:
 Compatible : Reaksi silang mayor (-) dan minor (-)
Reaksi silang mayor (-) dan minor (+)
 Incompatible : Reaksi silang mayor (+) dan minor (+)
Reaksi silang mayor (+) dan minor (-)

12
VI. Faktor-faktor yang harus diperhatikan pada uji serologi
a. Pra Analitik
 Syarat sampel serum
tidak lisis, tidak ikterik, tidak lipemik/keruh
 Pada pengembilan darah tidak boleh terlalu lama memasang
tourniquet karena dapat menyebabkan hemokonsentrasi
 Reagen :
tidak memiliki inhibitor spesifik, tidak toksik, memiliki aglutinin ,
Kontrol antigen, Kontrol pelarut,Antisera standar.
 Peralatan yang digunakan harus bersih dan kering
 Pelabelan harus benar
b. Analitik
 Cara kerja harus sesuai dengan prosedur
 Memilih metode yang tepat dan sesui dengan pemeriksaan
 Teliti dan hati hati
 Memperhatikan teknik yang benar dan faktor yang dapat
memepengaruhi pemeriksaan.
c. Pasca Analitik
 Pembacaan hasil harus tepat dan benar
 Pelaporan hasil dan kesimpulan harus benar

13
BAB III

KESIMPULAN

Transfusi darah adalah proses pemindahan atau pemberian darah dari


seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Ada beberapa pemeriksaan
penyaring yang dilakukan pada proses transfusi darah sebelum darah di berikan
kepada penerima diantaranya : Pemeriksaan HIV, Sifilis (VDRL), Hepatitis B dan
C. Pemeriksaan Crossmatch bukan merupakan pemeriksaan penyaring transfusi
drah namun merupakan tes untuk uji kecocokan darah pendonor dengan resipien.
Dalam uji penyaring sangat penting dalam memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi pemeriksaan yang meliputi faktor pra analitik, analitik dan
post analitik. Selain itu, petugas yang melakukan uji harus selalu berhati-hati dan
butuh konsentrasi, ketelitian dan ketepatan dalam proses pengujian, sehingga hasil
yang dikeluarkanpun menjadi valid dan dapat dapat dipercaya.

14
DAFTAR PUSTAKA

 Lesmana LA, Soewignyo, Akbar HN. Sulaiman HA, dan Noer HNS.1990
Steroid Withdrawal dan Interferon Alfa Rekombinan pada Hepatitis B
Kroniik.Jakarta:PPHI
 Handojo dan. Indro.2004. Immunoassai Terapan Pada Beberapa Penyakit
Infeksi. Surabaya : Airlangga University Press.
 Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diagnostik. Cet 5.
Makassar : Hasanuddin University Press.
 http://www.indpretest.com/IVD_tests_kits_pic/Medical_diagnostics_samp
les/IVD_HCT_tes diakses 17 Maret 2014 pukul 20.34 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai