Anda di halaman 1dari 25

BAB I

KONSEP MEDIS

A. PENGERTIAN ISPA
ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernafasan akut, istilah ini
diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections
(ARI). ISPA adalah penyakit infeksi yang sangat umum dijumpai pada anak-
anak maupun dewasa dengan gejala batuk, pilek, panas atau ketiga gejala
tersebut muncul secara bersamaan (Depkes, 2002).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan
akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung
kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi
kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara
stimulan atau berurutan (Muttaqin, 2008).
ISPA adalah Infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14 hari
yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat (Depkes
RI, 2005).
ISPA adalah penyakit yang
menyerang salah satu bagian dan atau
lebih dari saluran pernafasan mulai
dari hidung hingga alveoli termasuk
jaringan adneksanya seperti sinus,
rongga telinga tengah dan pleura
(Nelson, 2003).
Infeksi pernafasan akut adalah proses inflamasi yang disebabkan oleh
virus, bakteri, atipikal (mikro plasma) atau aspirasi substansi asing, yang
melibatkan suatu atau semua bagian saluran pernafasan
(Wong,D.L,2003:458).
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
dengan pengertian sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh
manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta
organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran
pernafasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa
saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termasuk dalam
saluran pernafasan (respiratory tract).
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas
14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung
lebih dari 14 hari.
ISPA adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang
disebabkan infeksi jasad remik atau bakteri, virus tanpa atau disertai radang
parenkim paru.
ISPA adalah infeksi yang disebabkan mikroorganisme di saluran nafas
bagian atas maupun bawah yang tidak berfungsi untuk pertukaran gas,
termasuk rongga hidung, faring, dan laring. ISPA sering dikenal dengan kata
pilek, faringitis (radang tenggorokan), laringitis, dan influenza tanpa
komplikasi.

B. ETIOLOGI
Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri Penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus
penyebabnya antara lain golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus,
Picornavirus, Micoplasma, Herpessvirus dan lain-lain (Depkes, 2000 dalam
Suhandayani, 2007).
Bakteri tersebut di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran
pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri
tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat
perubahan musim panas ke musim hujan (PD PERSI, 2002).
Virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA adalah influensa yang di
udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas
yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang
anak – anak di bawah usia 2 tahun yang kecepatan tubuhnya lemah atau belum
sempurna. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontrubusi terhadap
kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi
kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
Menurut Wong dalam bukunya, ISPA dapat disebabkan oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu :
1. Agen Infeksius
Saluran pernapasan merupakan subjek dari berbagai organisme
infeksius, namun sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus, terutama
virus sinsitial pernapasan (RSV). Agen lain yang terlibat dalam invasi
primer atau sekunder antara lain adalah streptokokus hemolitik-β grup A,
stafilokokus, haemophilus influenza, Chlamydiatrachomatis, mycoplasma
dan pneumokokus.
2. Usia
Bayi di bawah 3 bulan memiliki kecepatan infeksi lebih rendah yang
kemungkinan disebabkan oleh fungsi protektif dari antibodi maternal.
Kecepatan infeksi meningkat pada usia 3 sampai 6 bulan, waktu antara
hilangnya antibody maternal dan munculnya antibody bayi sendiri.
Kecepatan infeksi virus terus meningkat selama toddler dan usia
prasekolah. Pada saat anak mencapai usia 5 tahun, infeksi pernapasan
akibat virus cenderung jarang terjadi, namun insidensi mycoplasma
pnemuniae dan streptokokus β grup A mengalami peningkatan. Jumlah
jaringan limfoid meningkat selama masa kanak-kanak pertengahan dan
pajanan berulang terhadap organisme menyebabkan peningkatan imunitas
sejalan dengan bertambah besarnya anak.
3. Ukuran Tubuh
Perbedaan anatomik mempengaruhi respons terhadap infeksi saluran
pernapasan. Diameter jalan napas lebih kecil pada anak-anak yang masih
kecil dan merupakan subjek yang masuk akal untuk mengalami
penyempitan karena edema membrane mukosa serta peningkatan produksi
secret. Selain itu, jarak antarstruktur dalam traktus lebih pendek pada anak
kecil, oleh karena itu organism berpindah lebih cepat ke saluran
pernapasan bawah dan menyebabkan perluasan saluran yang terserang.
Tuba eustasius yang relative pendek dan terbuka pada bayi dan anak-anak
memungkinkan mudahnya kuman pathogen masuk ke telinga tengah.
4. Resistensi
Kemampuan untuk menahan masuknya organisme bergantung pada
beberapa faktor. Defisiensi system imun menyebabkan anak beresiko
mengalami proses infeksi. Kondisi lain yang menurunkan ketahanan
adalah malnutrisi, anemia, keletihan dan menggigil. Kondisi-kondisi yang
mempengaruhi saluran pernapasan akan melemahkan pertahanan anak dan
mencetuskan infeksi antara lain alergi (Rinitis alergika), asma, anomaly
jantung yang menyebabkan kongesti paru dan fibrosis kistik.
5. Perubahan Musim
Patogen saluran pernapasan paling banyak terjadi secara epidemi pada
musim dingin dan panas, namun infeksi mitoplasma terjadi lebih sering
pada musim semi dan awal musim dingin. Musim panas dan musim dingin
merupakan musim yang biasanya terjadi infeksi.
(Wong, 2008, hlm. 931)
Faktor Resiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
1. Jenis kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, lakilakilah
yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas orang laki-laki
merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka sering
terkena polusi udara.
2. Usia Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA.
Hal ini disebabkan karena banyaknya ibu rumah tangga yang memasak
sambil menggendong anaknya.
3. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat akan gejala dan
upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA yang datang
kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat karena
kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar tidak mudah
terserang penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 2 aspek yaitu (Notoatmodjo, 2007):
1. Status gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA. Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak 12
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang cukup.
Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk
kedalam tubuh.
2. Faktor rumah
Syarat-syarat rumah yang sehat (Suhandayani, 2007):
a. Bahan bangunan
1) Lantai : Ubin atau semen adalah baik. Syarat yang penting
disini adalah tdak berdebu pada musim kemarau dan tidak
basah pada musim hujan. Untuk memperoleh lantai tanah yang
padat (tidak berdebu) dapat ditempuh dengan menyiram air
kemudian dipadatkan dengan benda-benda yang berat, dan
dilakukan berkali-kali. Lantai yang basah dan berdebu
merupakan sarang penyakit gangguan pernapasan.
2) Dinding : Tembok adalah baik, namun disamping mahal
tembok sebenarnya kurang cocok untuk daerah tropis, lebih-
lebih bila ventilasinya tidak cukup. Dinding rumah di daerah
tropis khususnya di pedesaan lebih baik dinding atau papan.
Sebab meskipun jendela tidak cukup, maka lubang-lubang pada
dinding atau papan tersebut dapat merupakan ventilasi, dan
dapat menambah penerangan alamiah.
3) Atap Genteng : Atap genteng adalah umum dipakai baik di
daerah perkotaan maupun pedesaan. Disamping atap genteng
cocok untuk daerah tropis, juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri.
Namun demikian, banyak masyarakat pedesaan yang tidak
mampu untuk itu, maka atap daun rumbai atau daun kelapa pun
dapat dipertahankan. Atap seng ataupun asbes tidak cocok
untuk rumah pedesaan, di samping mahal juga menimbulkan
suhu panas didalam rumah.
4) Lain-lain (tiang, kaso dan reng) Kayu untuk tiang, bambu untuk
kaso dan reng adalah umum di pedesaan. Menurut pengalaman
bahan-bahan ini tahan lama. Tapi perlu diperhatikan bahwa
lubanglubang bambu merupakan sarang tikus yang baik. Untuk
menghindari ini cara memotongnya barus menurut ruas-ruas
bambu tersebut, maka lubang pada ujung-ujung bambu yang
digunakan untuk kaso tersebut ditutup dengan kayu.
b. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap
segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang 14 diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2
(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udara didalam ruangan naik karena terjadinya proses
penguapan dari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit) c) Cahaya Rumah yang sehat
memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan rumah,
terutama cahaya matahari di samping kurang nyaman, juga
merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak
cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau, dam akhirnya
dapat merusakan mata.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu
(Lamsidi, 2003) : 15
1. Cerobong asap
Cerobong asap sering kita jumpai diperusahaan atau pabrik-
pabrik industri yang dibuat menjulang tinggi ke atas (vertikal).
Cerobong tersebut dibuat agar asap bisa keluar ke atas terbawa
oleh angin. Cerobong asap sebaiknya dibuat horizontal tidak
lagi vertikal, sebab gas (asap) yang dibuang melalui cerobong
horizontal dan dialirkan ke bak air akan mudah larut. Setelah
larut debu halus dan asap mudah dipisahkan, sementara air
yang asam bisa dinetralkan oleh media Treated Natural Zeolid
(TNZ) yang sekaligus bisa menyerap racun dan logam berat.
Langkah tersebut dilakukan supaya tidak akan ada lagi
pencemaran udara, apalagi hujan asam. Cerobong asap juga
bisa berasal dari polusi rumah tangga, polusi rumah tangga
dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk memasak, bahan
bakar untuk memasak yang paling banyak menyebabkan asap
adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya seperti arang.
2. Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen,
benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut
akan beresiko terserang ISPA. 16 d. Faktor timbulnya penyakit
Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit menurut
Bloom dikutip dari Effendy (2004) menyebutkan bahwa
lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, sehat atau
tidaknya lingkungan kesehatan, individu, keluarga dan
masyarakat sangat tergantung pada perilaku manusia itu
sendiri. Disamping itu, derajat kesehatan juga dipengaruhi oleh
lingkungan, misalnya membuat ventilasi rumah yang cukup
untuk mengurangi polusi asap maupun polusi udara,
keturunan, misalnya dimana ada orang yang terkena penyakit
ISPA di situ juga pasti ada salah satu keluarga yang terkena
penyakit ISPA karena penyakit ISPA bisa juga disebabkan
karena keturunan, dan dengan pelayanan seharihari yang baik
maka penyakit ISPA akan berkurang dan kesehatannya sedikit
demi sedikit akan membaik, dan pengaruh mempengaruhi satu
dengan yang lainnya.

C. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai
berikut:
1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.
Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia

D. MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi saluran pernafasan akut bergantung pada tempat
infeksi serta mikroorganisme penyebab infeksi. Semua manifestasi klinis
terjadi akibat proses peradangan dan adanya kerusakan langsung akibat
mikroorganisme. Manifestasi klinis ISPA antara lain :
a. Batuk
b. Bersin dan kongesti nasal
c. Pengeluaran mukus dan rabas dari hidung
d. Sakit kepala
e. Demam
f. Malaise
(Corwin, 2008)
1. Tanda ISPA
a) Demam
Paling banyak terjadi pada usia 6 bulan sampai 3 tahun suhu dapat
mencapai 39,5oC sampai 40,5oC sekalipun pada infeksi normal.
Demam sering muncul sebagai tanda awal infeksi.
b) Meningismus
Tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya
terjadi selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri
kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya
tanda kernig dan brudzinski.
c) Anoreksia
Sering menjadi tanda awal adanya penyakit. Menurun atau
meningkatnya selama demam dari suatu penyakit.
d) Muntah
Dapat mendahului tanda-tanda lain selama beberapa jam biasanya
hanya sebentar namun dapat tetap selama sakit.
2. Gejala ISPA
a) Diare
Biasanya ringan, namun dapat menjadi berat. Sering disertai infeksi
pernapasan akibat virus. Dan sering menyebabkan dehidrasi.
b) Nyeri Abdomen
Spasme otot akibat muntah dapat menjadi salah satu faktor terutama
pada anak yang tegang dan gugup.
c) Hidung Tersumbat
Hidung anak kecil mudah tersumbat oleh pembengkakan mukosa dan
eksudasi. Dapat mempengaruhi pernapasan dan pemberian makan pada
bayi. Dapat menimbulkan otitis media dan sinusitis.
d) Rabas Hidung
Encer dan berair (rinorea) atau kental dan purulen bergantung pada
jenis atau tahap infeksi. Berkaitan dengan rasa gatal dan dapat
mengiritasi bibir atas dan kulit sekitar hidung.
e) Batuk
Dapat terlihat hanya selama fase akut. Dapat tetap ada selama beberapa
bulan setelah penyakit.
f) Bunyi Napas
Serak, mendengkur, stridor, mengi, ronkhi kasar dan batuk.
g) Sakit Tenggorokan
Sering dikeluhkan oleh anak-anak yang lebih besar, sedangakn anak-
anak yang masih kecil mungkin tidak mengeluh bahkan ketika sudah
sangat terinfeksi. Anak sering menolak untuk minum atau makan
secara oral (Wong, 2008,hlm. 932).
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis. Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise,
mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia. Bila
peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun
adalah: tidak bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk,
sedangkan tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan
adalah: kurang bisa minum (kemampuan minumnya menurun sampai kurang
dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang, kesadaran menurun,
stridor, Wheezing, demam dan dingin.
Menurut Suyudi,2002 gejala ISPA adalah sebagai berikut :
a. Gejala ISPA ringan
Seseorang dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan gejala
sebagai berikut :
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misalnya pada waktu berbicara atau menangis).
3) Pilek yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung.
4) Panas atau demam, suhu badan >370C atau jika dahi diraba dengan
punggung tangan terasa panas.
Jika menderita ISPA ringan maka perawatan cukup dilakukan di rumah
tidak perlu dibawa ke dokter atau Puskesmas. Di rumah dapat diberi obat
penurun panas yang dijual bebas di toko-toko atau Apotik tetapi jika
dalam dua hari gejala belum hilang, maka harus segera di bawa ke dokter
atau Puskesmas terdekat.
b. Gejala ISPA sedang
Seseorang dinyatakan menderita ISPA sedang jika di jumpai gejala
ISPA ringan dengan disertai gejala sebagai berikut :
1) Pernapasan lebih >30 kali/menit
2) Suhu lebih dari 390C.
3) Tenggorokan berwarna merah.
4) Timbul bercak-bercak pada kulit menyerupai bercak campak
5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
6) Pernafasan berbunyi seperti mendengkur.
7) Pernafasan berbunyi seperti mencuit-cuit.
Dari gejala ISPA sedang ini, maka perlu hati-hati karena jika menderita
ISPA ringan, sedangkan badan panas lebih dari 390C, gizinya kurang,
pertahanan tubuh lemah maka akan menderita ISPA sedang dan harus
mendapat pertolongan petugas kesehatan.
c. Gejala ISPA berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ada gejala ISPA
ringan atau sedang disertai satu atau lebih gejala sebagai berikut:
1) Bibir atau kulit membiru
2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernapas
3) Anak tidak sadar atau kesadarannya menurun
4) Pernafasan berbunyi mengorok dan anak tampak gelisah
5) Pernafasan menciut dan anak tampak gelisah
6) Nadi lebih cepat dari 60x/menit
7) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernapas
8) Tenggorokan berwarna merah

E. PATOFISIOLOGI
Penyakit ISPA disebabkan oleh virus dan bakteri yang disebarkan melalui
saluran pernafasan yang kemudian dihirup dan masuk ke dalam tubuh,
sehingga menyebabkan respon pertahanan bergerak yang kemudian masuk
dan menempel pada saluran pernafasan yang menyebabkan reaksi imun
menurun dan dapat menginfeksi saluran pernafasan yang mengakibatkan
sekresi mucus meningkat dan mengakibatkan saluran nafas tersumbat dan
mengakibatkan sesak nafas dan batuk produktif.
Ketika saluran pernafasan telah terinfeksi oleh virus dan bakteri yang
kemudian terjadi reaksi inflamasi yang ditandai dengan rubor dan dolor yang
mengakibatkan aliran darah meningkat pada daerah inflamasi dengan tanda
kemerahan pada faring mengakibatkan hipersensitifitas meningkat dan
menyebabkan timbulnya nyeri. Tanda inflamasi berikutnya adalah kalor, yang
mengakibatkan suhu tubuh meningkat dan menyebabkan hipertermi yang
mengakibatkan peningkatan kebutuhan cairan yang kemudian mengalami
dehidrasi. Tumor, adanya pembesaran pada tonsil yang mengakibatkan
kesulitan dalam menelan yang menyebabkan intake nutrisi dan cairan
inadekuat. Fungsiolesa, adanya kerusakan struktur lapisan dinding saluran
pernafasan sehingga meningkatkan kerja kelenjar mucus dan cairan mucus
meningkat yang menyebabkan batuk.
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga menimbulkan sesak
nafas dan juga menyebabkan batuk yang produktif.
Dampak infeksi sekunder bakteri pun bisa menyerang saluran nafas
bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam
saluran pernafasan atas, setelah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi
paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Sylvia, 2005).

F. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan DEPKES (2005) juga menemukan bahwa 20-30% kematian
disebabkan oleh ISPA. Faktor penting yang mempengaruhi ISPA adalah
pencemaran udara. Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan
merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga mempermudah
timbulnya gangguan pernapasan. Tingginya tingkat pencemaran udara
menyebabkan ISPA memiliki angka yang paling banyak diderita oleh
masyarakat dibandingkan penyakit lainnya. Selain faktor tersebut,
peningkatan penyebaran penyakit ISPA juga dikarenakan oleh perubahan
iklim serta rendahnya kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat dalam
masyarakat. maka di dalam makalah ini akan dijabarkan secara lengkap
semua hal yang berkaitan dengan ISPA.
G. PENATALAKSANAAN/PENGOBATAN ISPA
Pengobatan ISPA dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
(Depkes,2005) :
1. Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,
oksigen dan sebagainya.
2. Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita
tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian
kontrmoksasol keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik
pengganti yaitu ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan
dirumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat
batuk lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein,
dekstrometorfan dan antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun
panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila pada
pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat) disertai
pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik
(penisilin) selama 10 hari.
a. Pengobatan ISPA
1) Istirahat untuk menurunkan kebutuhan metabolik tubuh.
2) Hidrasi tambahan untuk membantu mengencerkan mukus yang kental
sehingga mudah dikeluarkan dari saluran nafas. Hal ini perlu dilakukan
karena mukus yang terakumulasi merupakan tempat yang baik untuk
perkembangbiakan mikroorganisme sehingga dapat terjadi infeksi
bakteri sekunder.
3) Dekongestan, antihistamin, dan supresan batuk dapat mengurangi
beberapa gejala yang menggangu.
4) Beberapa penelitian menyaran zinc loezenges atau meningkatkan
konsumsi vitamin c dapat menurunkan tingkat keparahan atau
kemungkinan infeksi beberapa virus tertentu.
5) Diperlukan antibiotik apabila penyebabnya adalah bakteri atau
sekunder terhadap infeksi virus.
(Elizabeth J.Cormin, 2009, hlm: 540)
b. Penatalaksanaan ISPA
1) Non farmakologi
a. Pilek
Jika anak pilek, lubang hidung harus dibersihkan dari ingus agar
anak dapat bernapas dengan lancar. Hati-hati dalam membersihkan
hidung, jangan sampai hidung terluka.
b. Demam
Kompres
Cara mengompres :
 Ambil secarik kain bersih (misal sapu tangan)
 Sediakan air dingin yang bersih.
 Celupkan kain dalam air sampai basah, lalu peras agar tidak
terlalu basah.
 Tempelkan kain pada dahi dan kepala anak, tapi jangan sampai
menutupi mata dan muka anak. Demikian seterusnya sampai
demam berkurang.
 Cukup minum, karena demam menyebabkan anak kekurangan
cairan tubuh
 Berikan pakaian tipis pada anak yang tidak ketat , dapat
menyerap keringat dan selimut tipis.
 Istirahat yang cukup untuk menurunkan kebutuhan metabolic
tubuh.
c. Kebutuhan gizi
Jika anak masih disusui hendaknya disusui secukupnya. Jika anak
sudah mendapat makanan padat hendaknya diberi makanan yang
cukupbergizi, yaitu: protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral.
2) Farmakologi
a. Demam
1. Anak umur > 6 bulan, 3 x sehari 1/16 tablet paracetamol dari
500 mg (atau 3 x ¼ sendok the sirup paracetamol)
2. Anak umur 6 bulan – 1 tahun, 3 x sehari 1/8 tablet paracetamol
dari 500 mg (atau 3 x ½ sendok the sirup paracetamol)
3. Anak umur 1 tahun – 3 tahun, 3 x sehari ¼ tablet paracetamol
dari 500 mg (atau 3 x 1 sendok the sirup paracetamol)
4. Anak umur 3 tahun – 5 tahun, 3 x sehari ½ tablet paracetamol
dari 500 mg (atau 3 x 2 sendok the sirup paracetamol)
5. Usia > 5 Tahun obat penurun panas seperti Paracetamol tablet
500 mg
b. Batuk
Pereda batuk yang mengandung dekstrometorfan dapat diberikan
untuk batuk kering. Beberapa preparat mengandung alkohol sampai
22 %, preparat ini tidak boleh diberikan secara kontinu dan harus
dijauhkan dari jangkauan anak-anak. Dekongestan, antihistamin
dan supresan batuk dapat mengurangi beberapa gejala yang
mengganggu. Mengkonsumsi vitamin c dapat menurunkan tingkat
keparahan atau kemungkinan infeksi beberapa virus tertentu.
(Wong, 2008, hlm. 935)
Berikut ini beberapa tips untuk penanganan ISPA secara umum:
1. Istirahat yang cukup
2. Berikan minum lebih banyak, terutama bila batuk dan demam
3. Berikan obat penurun panas bila demam
4. Hindari penularan ke orang lain. Cara untuk menghindari penularan:
menutup mulut dan hidung bila batuk/bersin, cuci tangan dengan sabun
setelah batuk/bersin, gunakan masker (bila anak cukup kooperatif), hindari
kontak terlalu dekat dengan bayi atau manular.
5. Jangan memberikan antibiotik tanpa intruksi dokter. Antibiotik tidak
diperlukan apabila ISPA yang disebabkan infeksi virus. Penggunaan
antibiotik yang tidak tepat dapat meningkatkan kekebalan bakteri terhadap
antibiotik tersebut.
6. Hindari pemberian obat batuk/pilek pada anak. Diskusikan dengan dokter
anda mengenai manfaat dan risiko obat tersebut apabila akan diberikan
pada anak anda
7. Kenali tanda-tanda gawat pada anak.

H. PENCEGAHAN ISPA
Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
1. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita
atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang
cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena
dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin
meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan
masuk ke tubuh kita.
2. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun
orang dewasa. Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita
supaya tidak mudah terserang berbagai macam penyakit yang disebabkan
oleh virus / bakteri.
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah,
sehingga dapat mencegah seseorang menghirup asap tersebut yang bisa
menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat
bagi manusia.
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri
yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui
udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini
biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk aerosol
(anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni
Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari
tubuh secara droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran
antara bibit penyakit).
Sebagaimana yang telah di sebutkan tadi, hal-hal yang dapat kita lakukan
untuk melindungi diri dalam rangka pencegahan ISPA adalah dengan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Hal ini menjadi sangat sulit bagi
anak-anak karena perlu pengawasan yang baik serta memberikan kesadaran
kepada mereka. Keadaan gizi dan keadaan lingkungan merupakan hal yang
penting bagi pencegahan penyakit ISPA.
Pencegahan infeksi saluran pernapasan atas dapat dilakukan sendiri dengan :
a) Menjaga keadaan gizi anda dan keluarga agar tetap baik. Memberikan ASI
eksklusif pada bayi anda.
b) Menjaga pola hidup bersih dan sehat, istirahat/tidur yang cukup dan olah
raga teratur.
c) Membiasakan cuci tangan teratur menggunakan air dan sabun atau hand
sanitizer terutama setelah kontak dengan penderita ISPA. Ajarkan pada
anak untuk rajin cuci tangan untuk mencegah ISPA dan penyakit infeksi
lainnya.
d) Melakukan imunisasi pada anak anda. Imunisasi yang dapat mencegah
ISPA diantaranya imunisasi influenza, imunisasi DPT-Hib /DaPT-Hib, dan
imunisasi PCV
e) Hindari kontak yang terlalu dekat dengan penderita ISPA.
f) Hindari menyentuh mulut atau hidung anda setelah kontak dengan flu.
Segera cuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer setelah kontak
dengan penderita ISPA.
g) Apabila anda sakit, gunakanlah masker dan rajin cuci tangan agar tidak
menulari anak anda atau anggota keluarga lainnya.
h) Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

Anda perlu segera memeriksakan kondisi penyakit ke dokter apabila:


a. Sesak napas atau frekuensi napas menjadi lebih cepat
b. Napas berbunyi mengi (wheezing) atau seperti merintih (grunting)
c. Dinding dada/sela-sela iga tampa tertarik ke dalam bila anak bernapas
d. Bibir berwarna kebiru-biruan
e. Leher anak kaku
f. Kesulitan menelan
g. Muntah terus menerus
h. Anak tampak sangat lemah
i. Tips perawatan infeksi ISPA
Perawatan ini dapat di lakukan sendiri oleh ibu dirumah untuk mengatasi
penyakit bayi atau anaknya yang mengalami ISPA.
1) Mengatasi panas atau demam
Untuk anak – anak umur 2 bulan s/d 5 tahun demam dapat ditangani
dengan memberikan obat penurun demam atau kompres.
2) Mengatasi batuk
Disarankan untuk memberikan obat tradisional yang bisa dibuat sendiri,
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh campurkan dengan madu atau kecap ½
sendok teh. Ramuan ini diberikan 3x sehari.
3) Makanan
Berikan makanan dengan kualitas gizi cukup, sedikit-sedikit tapi di ulangi
lebih sering daripada biasanya jika muntah. ASI pada bayi tetap di
berikan.
4) Minuman
Berikan cairan berupa air putih, buah lebih banyak dari biasanya untuk
mengencerkan dahak dan menambah cairan bagi yang kekurangan cairan.
5) Gaya hidup
a) Jangan memakai pakaian atau selimut yang tebal
b) Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari ingus. Ini akan
mempercepat penyembuhan dan bisa menghindari komplikasi yang
mungkin muncul.
c) Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan mencegah
adanya asap yang dihirup, tidak terkecuali melarang orang tua
merokok di sekitar anak.

I. Komplikasi
a. Penemonia.
b. Bronchitis.
c. Sinusitis.
d. Laryngitis.
e. Kejang deman.
(Soegijanto, S. 2007)
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan ISPA :
1. Riwayat : demam, batu, pilek, anoreksia, badan lemah/tidak bergairah,
riwayat penyakit pernapasan,pengobatan yang dilakukan dirumah dan
penyakit yang menyertai.
2. Tanda fisik : Demam, dyspneu, tachipneu, menggunakan otot pernafasan
tambahan, faring hiperemis, pembesaran tonsil, sakit menelan.
3. Faktor perkembangan : Umum ,tingkat perkembangan,kebiasaan sehari-
hari,mekanisme koping,kemampuan mengerti tindakan yang dilakukan.
4. Pengetahuan pasien/keluarga : pengalaman terkena penyakit pernafasan,
pengetahuan tentang penyakit pernafasan dan tindakan yang dilakukan.
Pemeriksaan Fisik Difokuskan Pada Pengkajian Sistem Pernafasan
1. Inspeksi
a) Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan
b) Tonsil tampak kemerahan dan edema
c) Tampak batuk tidak produktif
d) Tidak ada jaringan parut pada leher
e) Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan
cuping hidung
2. Palpasi
a) Adanya demam
b) Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri
tekan pada nodus limfe servikalis
c) Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid
3. Perkusi
Suara paru normal (resonance)
4. Auskultasi
Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua sisi paru
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukkan
sekret, produksi sekret berlebih di bronkus
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3. Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme
4. Risiko ketidaksembangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan nyeri menelan,penurunannafsu makan sekunder terhadap infeksi
saluran pernapasan akut.
5. Resiko Infeksi berhubungan dengan penumpukkan sekret dan produksi
mukus berlebih
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap
informasi, keterbatasan kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang
ada.
7. Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan Keletihan, suplai O2 menurun
PENYIMPANGAN KDM
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2007. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi ke-8.
Volume 12. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Depkes RI. 2002. Pedoman pemberantasan penyalit saluran pernafasan akut.
Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Depkes RI. 2005. Pedoman program pemberantasan penyakit infeksi saluran
pernafasan akut untuk penanggulangan Pneumonia pada balita. Jakarta
: Departemen Kesehatan RI.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. 2007. Pedoman Pemberantasan
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta.
Dharmage. 2009. Risk factor of acute lower tract infection in children under five
years of age. Medical Public Health.
Muttaqin, A .2008. Buku Ajar : Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Nelson. 2003. Ilmu kesehatan anak. Jakarta: EGC
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC jilid 3.
Yogyakarta : MediAction Publishing
Soegijanto, S. 2007. Ilmu penyakit anak; diagnosa dan penatalaksanaan. Jakarta:
Salemba medika
Suhandayani, I. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ispa
Pada Balita Di Puskesmas Pati I Kabupaten Pati Tahun 2006.
Semarang : Skripsi Tidak dipublikasikan.
Suryadi,dkk. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Percetakan penebar
swadaya
Suriadi, Yuliani R. 2005. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: CV sagung
Seto
WHO. 2008. Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernapasan akut
(ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas
pelayanan kesehatan
Wilkinson, Judith M. 2016. Diagnosis keperawatan diagnosis NANDA-I,
Intervensi NIC, Hasil NOC Ed. 10. Jakarta: EGC
Wong, Donna L, dkk. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Edisi 6. Jakarta :
EGC
Yusrie, 2011. Pencegahan ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Diunduh pada
17 Juni 2017 di http://www.kesehatan123.com/1683/pencegahan-ispa-
infeksi-saluran-pernapasan-akut/

Anda mungkin juga menyukai