Makalah Strategi
Makalah Strategi
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah perbedaan model pembelajaran berbasis masalah dengan
model pembelajaran berbasis proyek. makalah ini dibuat sebagai media untuk menambah wawasan
pengetahuan demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Penyusunan makalah ini dimaksudkan agar kedepannya memudahkan kita dalam melakukan
perkuliahan mata kuliah Strategi Pembelajaran Kimia. Oleh karena itu, kami berharap dengan adanya
makalah ini, mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan perbedaan model pembelajaran berbasis
masalah dan model pembelajaran berbasis proyek.
Dalam penyusunan laporan ini, kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, demi penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan
saran dan kritik dari berbagai pihak.
Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen yang telah membimbing dan
mengarahkan kami, serta rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran sains diajarkan dengan menekankan pada proses member pengalaman
kepada siswa dalam memadukan pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan yang sesuai
konsep ilmuwan. Pengetahuan awal siswa yang diperoleh dari pengalaman mengamati
fenomena-fenomena di lingkungan tempat tinggal memberikan latar belakang dalam
membangun pengetahuan awal siswa. Setiap siswa tentu mempunyai tafsiran yang berbeda
terhadap pengalaman yang diperoleh dalam kehidupan sehari-hari. Ketika siswa berada
dalam proses pembelajaran di kelas, guru memfasilitasi kegiatan pembelajaran agar terbentuk
konsep baru yang sesuai dengan konsep ilmuwan.
Guru hendaknya merancang pembelajaran yang efektif dengan memperhatikan
karakteristik materi pembelajaran yang diajarkan. Hal-hal yang perlu dipertimbangan guru
dalam merancang pembelajaran dengan memilih pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran. Kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik
pembelajaran akan terbentuk sebuah model pembelajaran. Model pembelajaran pada
dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang dikembangkan di Indonesia, para
guru saat ini banyak ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, sebagaimana yang
disyaratkan dalam kurikulum nasional. Jika guru telah memahami karakteristik materi ajar
dan siswa, pemilihan model pembelajaran diharapkan dapat mewujudkan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai. Kurikulum 2013 telah memberikan acuan dalam
pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan saintifik. Model pembelajaran
yang dimaksud meliputi : project based learning (PjBL), problem based learning (PBL),
discovery learning dan inquiry learning
Pemilihan model pembelajaran diserahkan kepada guru dengan menyesuaikan dengan
karakteristik materi ajar. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang
berpusat pada siswa dan memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa.
Pengalaman belajar siswa maupun konsep dibangun berdasarkan produk yang dihasilkan
dalam proses pembelajaran berbasis proyek. Makalah ini hanya akan membahas model
1
pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dan pembelajaran berbasis proyek
(project based learning).
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran berbasis masalah?
2. Bagaimana karakteristik model pembelajaran berbasis masalah?
3. Apa saja sintaks dari model pembelajaran berbasis masalah?
4. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah?
5. Apa pengertian model pembelajaran berbasis proyek?
6. Bagaimana karakteristik pembelajaran berbasis proyek?
7. Apa saja sintaks dari pembelajaran berbasis proyek?
8. Apa saja kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek?
C. Tujuan
Untuk mengetahui:
1. Pengertian model pembelajaran berbasis masalah
2. Karakteristik model pembelajaran berbasis masalah
3. Sintaks dari model pembelajaran berbasis masalah
4. Kelebihan dan kelemahan dari model pembelajaran berbasis masalah
5. Pengertian model pembelajaran berbasis proyek
6. Karakteristik pembelajaran berbasis proyek
7. Sintaks dari pembelajaran berbasis proyek
8. Kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek
2
BAB II
PEMBAHASAN
Model problem based learning juga biasa disebut dengan model pembelajaran
berbasis masalah. Menurut Darmadi (2017:117) pembelajaran berbasis masalah
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual
sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Didalam kelas yang menerapkan
model pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk
memecahkan masalah dunia nyata. Masalah yang diberikan pada peserta didik ini
digunakan untuk mengikat rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dipelajari.
Pembelajaran problem b ased learning didorong oleh tantangan, masalah nyata, dan
peserta didik bekerja dalam kelompok kolaborasi kecil. Peserta didik didorong untuk
bertanggungjawab terhadap kelompoknya dan mengorganisir proses pembelajaran
dengan bantuan instruktur atau guru.
Tan (2004) juga menyebutkan bahwa PBL telah diakui sebagai suatu
pengembangan dari pembelajaran aktif dan pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada siswa, yang menggunakan masalah-masalah yang tidak terstruktur (masalah-
masalah dunia nyata atau masalah-masalah simulasi yang kompleks) sebagai titik
awal dan jangkar atau sauh untuk proses pembelajaran. Sedangkan Roh (2003)
mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah adalah strategi pembelajaran di
kelas yang mengatur atau mengelola pembelajaran matematika di sekitar kegiatan
3
pemecahan masalah dan memberikan kepada para siswa kesempatan untuk berfikir
secara kritis, mengajukan ide kreatif mereka sendiri, dan mengomunikasikan dengan
temannya secara matematis. PBL menggambarkan suatu suasana pembelajaran yang
menggunakan masalah untuk memandu, mengemudikan, menggerakkan, atau
mengarahkan pembelajaran. Pembelajaran dalam PBL dimulai dengan suatu masalah
yang harus diselesaikan, dan masalah tersebut diajukan dengan cara sedemikian
hingga para siswa memerlukan tambahan pengetahuan baru sebelum mereka dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
Tidak sekedar mencoba atau mencari jawab tunggal yang benar, para siswa
akan menafsirkan masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang diperlukan,
mengenali penyelesaian yang mungkin, menilai beberapa pilihan, dan menampilkan
kesimpulan (Roh, 2003). Dari beberapa pengertian PBL seperti tersebut di atas
dapatlah disimpulkan bahwa PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menggunakan masalah nyata atau masalah simulasi yang kompleks sebagai titik awal
pembelajaran, dengan karakteristik: (1) Pembelajaran dipandu oleh masalah yang
menantang; (2) Para siswa bekerja dalam kelompok kecil; (3) Guru mengambil peran
sebagai fasilitator dalam pembelajaran
4
Proses pemecahan masalah memungkinkan masih terdapat peserta didik yang belum
mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya, sehingga peserta didik
berusaha untuk mencari sendiri melalui berbagai sumber.
d) Learning occurs in small groups
Pada pelaksanaan problem based learning , agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar
pemikiran dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaborative, problem based
learning dilaksanakan dalam bentuk kelompok kecil.
e) Teacher act as fasilitators
Pada pelaksanaan problem based learning, guru berperan sebagai fasilitator. Namun,
walaupun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas peserta didik
dan mendorong peserta didik agar dapat mencapai tujuan dari pembelajaran.
3. Sintaks model pembelajaran problem based learning
5
d. Guru memotivasi peserta didik agar
terlibat dalam aktivitas pemecahan
masalah.
Tahap 2 Mengorganisasi peserta didik untuk a. Guru membagi peserta didik menjadi
belajar kelompok kecil untuk memecahkan
masalah
b. Guru mendorong peserta didik untuk
mengidentifikasi tugas-tugas belajar
terkait permasalahan
6
4. Kelebihan dan kelemahan model problem based learning
(b) Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para peserta didik dengan
sendirinya
(d) Membantu peserta didik dalam belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi
yang serba baru
(e) Dapat mendorong peserta didik mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
(f) Mendorong kreativitas peserta didik dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang
telah ia lakukan
(g) Dengan model pembelajaran ini akan terjadi pembelajaran yang bermakna
(h) Model ini mengintregasikan pengetahuan dan keterampilan secara simultan dan
mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan
(i) Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
(a) model ini membutuhkan pembiasaan, karena dalam teknis pelaksanaannya yang rumit dan
peserta didik dituntut untuk berkonsentrasi dan daya kreasi yang tinggi
(b) persiapan proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama, hal tersebut karena
sedapat
mungkin persoalan yang ada harus dipecahkan sampai tuntas, agar maknanya tidak terpotong
7
(c) peserta didik tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk
belajar, terutama bagi mereka yang tidak memiliki pengalaman sebelumnya
(d) tak jarang guru juga merasa kesulitan, hal tersebut disebabkan karena guru kesulitan dalam
menjadi fasilitator dan mendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan yang tepat daripada
menyerahkan mereka solusi.
8
Johnson & Lamb (2007) menyatakan bahwa : project based learning focuses
on creating a product or an artifact by using problem-based and inquirybased learning
depending on the depth of the driving question. Terdapat keterkaitan antara problem
based learning (PBL) dan inquiry based learning (IBL) dalam PjBL. PBL berfokus
pada solving real-world, dan pembelajaran inquiry berfokus pada problem-solving
skills, sedangkan PjBl berfokus pada penciptaan proyek atau produk dalam
membangun konsep.
9
merepresentasikan “tingkat kesulitan” bagi siswa, atau dapat dilakukan
dengan penerapan informasi atau keterampilan yang siap dipelajari, proyek
yang dimaksud adalah tak lebih dari sebuah latihan, dan bukan proyek
PjBL yang dimaksud.
d) Project are sudent-driven to some significant degree. Inti proyek bukanlah
berpusat pada guru, berupa teks aturan atau sudah dalam bentuk paket
tugas. Misalkan tugas laboratorium dan booklet pembelajaran bukanlah
contoh PjBL. PjBL lebih mengutamakan kemandirian, pilihan, waktu kerja
yang tidak bersifat kaku, dan tanggung jawab siswa daripada proyek
tradisional dan pembelajaran tradisional.
e) Proyek adalah realistis, tidak school-like. Karakterisitik proyek
memberikan keotentikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi
topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek
dilakukan, produk yang dihasilkan, atau kriteria di mana produk-produk
atau unjuk kerja dinilai. PjBL melibatkan tantangan-tantangan kehidupan
nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik (bukan simulatif),
dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang
sesungguhnya.
Fase 3: Menyusun jadwal (create schedule) Guru dan siswa secara kolaboratif
menyusun jadwal kegiatan dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini
antara lain: membuat jadwal untuk menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu
akhir penyelesaian proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang
baru, (4) membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan
(alasan) tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus
disetujui bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan
pengerjaan proyek di luar kelas.
Fase 4: Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and
progress of project)
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama menyelesaikan
proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi siswa pada setiap
proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar
mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan kegiatan yang penting.
Fase 5: Penilaian hasil (assess the outcome) Penilaian dilakukan untuk membantu
guru dalam mengukur ketercapaian standar kompetensi, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang
tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun
strategi pembelajaran berikutnya.
13
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PjBL dan PBL merupakan pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru sebagai
fasilitator, dan siswa bekerja dalam kelompok. Selain itu, terdapat pula perbedaan
antara PBL dan PjBL. Perrenet, et al (dalam Mills dan Treagust, 2003, hlm. 8)
mengungkapkan perbedaan PjBL dan PBL adalah:
1. Proyek yang dikerjakan siswa relatif membutuhkan waktu yang lama untuk selesai
dibanding pelaksanaan PBL.
2. PjBL menekankan pada application pengetahuan, sedangkan pada PBL siswa
ditekankan untuk acquisition pengetahuan.
3. PjBL biasanya memadukan beberapa disiplin ilmu (mata pelajaran), sedangkan
PBL lebih sering pada satu mata pelajaran atau bisa juga beberapa disiplin ilmu.
4. Manajemen waktu dan pengelolaan dalam mendapatkan sumber informasi pada
PjBL jauh lebih penting dibanding pada PBL
5. Self-direction pada PjBL pun lebih menonjol dibanding pada PBL.
14
Pertanyaan dari kelas A dan kelas B
Jawaba: pengetahuan baru dan penemuan baru itu berbeda karna pengetahuan baru
adalah proses yang diperoleh oleh siswa berdasarkan pengalaman yang dimiliki
sebelumnya atau pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Siswa sudah memiliki
pengetahuan awal kemudian didapat pengetahuan baru sehingga diproses dengan
asimilasi yaitu proses penyesuaian dengan mengolah informasi yang akan diterima
sehingga memiliki kesamaan dengan apa yang sudah dimiliki. Sedangkan penemuan
baru proses yang dihasilkan dari pengetahuan awal yang sudah dimiliki dengan
penemuan yang dihasilkan dengan membutuhkan kreativitas yang tinggi.
2. Leni juni ardila
Apa saja teori yang mendukung model pembelajaran PBL?
Jawaba: teori konstruktivisme. Kognitif, dan Bruner
Teori konstruktivisme, teori ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri
dan mentransformasikan informasi kompleks, menganalisis informasi baru dengan
informasi lama. Teori kognitif, menurut teori ini perkembangan kognitif sebagian
besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi anak dengan lingkungan. Teori Bruner,
bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan
secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya member hasil yang palinag baik.
15
DAFTAR PUSTAKA
dan Problem Based Learning (PBL) Ditinjau dari Pencapaian Keterampilan Proses
Siswa. Pancasakti Science Education Journal. 3 (1),
16