Anda di halaman 1dari 6

Filipi 4:2-9

Pernahkah kita ada di dalam suatu tanggung jawab yang menuntut kita untuk terus

bersehati, meskipun di dalamnya banyak hal-hal yang tidak bisa disatu hatikan? Pernahkah kita

berada dalam satu tanggung jawab yang menuntut kita untuk always stand by meskipun kita

sudah lelah dan kehilangan sukacita? Dan yang terakhir, apakah kita pernah merasakan losing

hope didalam setiap tanggung jawab yang sudah dipercayakan kepada kita? Berbicara soal

tanggung jawab, pasti masing-masing kita baik secara pribadi maupun dalam organisasi pasti

memiliki tanggung jawab, mau itu tanggung jawab yang besar ataupun kecil sekalipun. Paulus

yang kita ketahui merupakan seorang rasul dan bertanggungjawab untuk mengabarkan kebenaran

Firman, juga banyak mengalami pergumulan yang mungkin juga kita rasakan dalam kehidupan

pribadi maupun organisasi kita. Pembacaan kita pada saat ini terdapat dalam Surat Paulus kepada

jemaat yang ada di Filipi. Kota Filipi adalah kota dimana Paulus diterima sangat baik, dan di

kota ini Paulus tidak begitu merasakan tekanan dalam pelayanan, tidak sama saat Paulus berada

di Paulus (2 Kor).

Surat Filipi ditulis oleh Paulus saat Paulus ada di dalam Penjara, dan ditujukan kepada

jemaatnya yang ada di Filipi. Filipi adalah jemaat pertama yang didirikan di Benua Eropa, dan

jemaat di Filipi memberikan sebuah pemberian tangan kepada Paulus yang pada saat itu berada

di penjara di Roma, melalui teman Paulus yang bernama Epafroditus. Atas kebaikan jemaat

Filipi, Paulus berterimakasih kepada mereka lalu memberikan nasehat untuk menguatkan iman
mereka, dan pada pembacaan kita tadi itu adalah nasehat terakhir Paulus sebelum Paulus

mengakhiri suratnya kepada Jemaat di Filipi, nasehat-nasehat yang lainnya kita bisa temukan di

dalam perikop-perikop sebelumnya.

Dalam nasehat terakhir ini, Paulus menekankan mengenai kewajiban Kristiani. Paulus

tidak menegur jemaat di Filipi mengenai kesalahan dalam doktrin, tetapi lebih menekankan

tentang hubungan terhadap sesama.

- Pada ayat yang ke 2-3, Paulus memberikan nasehat kepada Euodia dan Sintikhe supaya

mereka sehati sepikir dalam Tuhan karena pada saat itu kedua orang ini sedang berselisih

paham dengan jemaat sehingga Paulus menekankan bahwa kedua orang ini tidak boleh

menyimpan kepahitan dan permasalahan itu antar mereka, mereka harus mampu

berdamai dengan kehidupan mereka, dan untuk itu maka mereka harus kembali bersatu

hati dan sepikir lalu Paulus berpesan juga kepada Sunsugos, kawan Paulus untuk terus

menerus menolong mereka dalam mengabarkan Injil yang telah disiarkan bersama

dengan Paulus dan rekan-rekannya yang lain.

- Pada ayat yang ke 4 – 5, Paulus menasehatkan jemaat di Filipi untuk senantiasa

bersukacita dalam Tuhan. Bapak/Ibu basudaraku, bayangkan, pada saat itu Paulus berada

dipenjara tapi dia masih mampu menyuruh jemaat untuk bersukacita. Paulus pada saat

ada dipenjara meyakini bahwa dia tidak pernah sendiri karena Tuhan selalu menyertai

dan menemani dia, makanya Paulus mampu untuk senantiasa bersukacita, dan dia mau
jemaat yang ada di Filipi juga terus menerus bersukacita dalam Tuhan, sebab dari

sukacita itu akan muncul sebuah kebaikan hati pada ay yang ke 5 yang harus kita

tunjukkan kesemua orang yang ada. Sukacita yang kita miliki harus kita bagikan kepada

orang lain, agar orang lain juga mampu untuk bersukacita.

- Pada ayat yang ke 6 – 7, Paulus berpesan bahwa ubahlah kekhawatiran jemaat Filipi saat

itu menjadi doa serta permohonan dengan ucapan syukur, sebagai manusia semua pasti

merasakan khawatir, mulai dari khawatir tentang kehidupan, tentang perekonomian,

pekerjaan, kesehatan dan lain sebagainya, tetapi Paulus mengatakan bahwa ubahlah

kekhawatiran itu menjadi doa dalam ucapan syukur, karena kekhawatiran itu tidak

mampu menambah sehasta pun kehidupan, kata Yesus. Paulus berpesan seperti itu,

karena ada jaminan Allah pada ayat yang ke 7, bahwa Allah memiliki berkat dan karunia

yang melampaui akal manusia, dan akan terus memelihara jemaat dalam hati dan pikiran.

- Dan yang terakhir ayat 8-9, Paulus menginginkan kita untuk menjaga pikiran kita hanya

untuk yang baik saja. Agar segala perbuatan yang berasal dari pikiran itu dapat senantiasa

baik juga. Paulus menginginkan jemaat Filipi yang membuat hatinya bersukacita ini,

terus menerus hidup dalam pengajaran tentang Injil yang diberikannya, segala yang baik

haruslah dilakukan agar nama Allah senantiasa dimuliakan, dan jangan khawatir karena

Allah akan selalu menyertai mereka.

-
Apa yang mau dikatakan FT?

- Pesan dalam Firman ini ditujukan juga untuk kita, dalam bersehati dalam Tuhan. Kembali

kepertanyaan reflektif saya di awal renungan ini, di dalam organisasi seperti ini, pasti ada

sering ketidaksamaan dalam jalan berpikir. Hal itu tentu saja merupakan hal yang wajar,

masing-masing manusia diberikan Tuhan talenta untuk berpikir dan memberi saran, tetapi

Tuhan juga memberikan hikmat kepada kita, dalam mengatasi perbedaan-perbedaan

tujuan, perbedaan-perbedaan pikiran itu. Kesehatian sangat diperlukan dalam

berorganisasi, agar tidak timbul perpecahan. Jangan mengedepankan ego didalam

mengambil dan menyampaikan pemikiran kita dalam forum-forum tertentu. Semua orang

menginginkan komisariat ini menjadi baik, dan tentu saja untuk itu jangan sampai ada

perpecahan dalam komisariat. Tunjuukkan dan buktikan kalua komisariat MIPA Unhas

ini memiliki daya saing, dan juga memiliki anggota yang kompak.

- Bersukacitalah! Dalam segala perkara kehidupan yang berat. Sebab dikatakan pemazmur

bahwa hati yang gembira adalah obat, ketika kita bergumul, ketika kita memiliki perasaan

yang tidak menyenangkan. Bersukacitalah! Bahkan dalam tanggungjawab yang berat,

kita harus tetap bersukacita. Tetap bersukacita dalam menghadapi teman-teman

komisariat yang datangnya sekali setahun dalam kegiatan, tetap sukacita menghadapi

teman-teman komisariat yang mungkin saja masih kurang sadar akan tanggung jawabnya,

dan yang lain-lainnya. Kenapa harus bersukacita? Karena berkat itu datang ketika hati
kita bersukacita. Kalau dalam kehidupan berorganisasi kita tidak bersukacita, maka kita

akan kehilangan berkat itu. Contohnya kalau dalam tanggungjawab organisasi, kita tidak

tahan sama rekan-rekan sepersekutuan yang seenaknya sama kita, dan kita menyimpan

kepahitan, pasti kita akan kehilangan berkat, malah kita mendapat racun dalam dirinya

kita. Jadi belajar bersukacita dalam setiap kondisi. Susah, tetapi haruskita yakini bahwa

Tuhan slalu ada bersama kita dan selalu menopang kita dalam menjalani tanggung jawab

kita.

- Kekhawatiran, juga sering terjadi dalam komisariat manapun. Khawatir dalam “apakah

kita mampu melakukan kegiatan ini itu anu” khawatir tentang komisariat yang mulai

kehilangan orang-orang yang sadar dan cinta akan komisariat ini, mulai khawatir akankah

komisariat ini tetap berdiri tegap dan bisa tetap eksis. Tetapi rekan-rekan sepergerakan,

khawatir itu jangan dibiarkan merasuki diri kita, nyatakan kekhawatiran itu dalam doa,

dan tentu saja tidak cukup sampai disitu, ketika kita telah berdoa untuk komisariat kita,

pergumulan-pergumulan komisariat kita , kita harus bisa jadi penggerak untuk menepis

kekhawatiran itu. Semua tidak gun ajika hanya sampai dibatas khawatir, tetapi harus ada

tindakan nyata agar apa yang kita khawatirkan tidak benar-benar terjadi.

- Yang terakhir. Berbuatlah baik sebagaimana diajarkan Firman Tuhan, jernihkan dan

jauhkan pikiran kita dari hal-hal yang bercela sehingga kita mampu untuk melakukan

kebenaran FT itu dalam kehidupan kita. Kadang-kadang pemikiran yang tidak benar akan
berdampak tidak benar juga dalam perilaku hidup kita, untuk itu. Usahakan semua yg

baik ada dalam pikiran kita, agar perilaku kita menjadi baik juga. Ini lebih kepada

pribadi2 yg akan menjadi penggerak dalam komisariat. Jangan baper! Baper itu cuman

merusak hidup dan merusak pikiran kita, belajar untuk mengontrol perasaan dalam forum

komisariat, agar kebaperan itu tidak menjadi akar pahit dan merusak komisariat sendiri.

Anda mungkin juga menyukai