The Gravimetric Infusion Anaesthesia With Ketamine and Propofol in Dogs
The Gravimetric Infusion Anaesthesia With Ketamine and Propofol in Dogs
net/publication/327007992
CITATIONS READS
2 505
1 author:
Ngurah Sudisma
Udayana University
5 PUBLICATIONS 3 CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Ngurah Sudisma on 14 August 2018.
Jalan Paglima Besar Sudirman Denpasar Bali Tlp. (0361) 223791. Email: sudisma@yahoo.com
2)
Laboratorium Penyakit Dalam, 3) Laboratorium Bedah, Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor,
Jalan Agatis Kampus Dramaga Bogor 16680 Tlp. (0251) 8626460
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menilai kualitas dan efektivitas penggunaaan kombinasi ketamin-
propofol secara gravimetrik pada anjing. Kualitas waktu anestesi serta fungsi kardiovaskuler dan respirasi
dievaluasi pada 20 ekor anjing domestik. Anjing dibagi lima kelompok perlakuan dan masing-masing
empat ekor sebagai ulangan. Semua hewan coba dipremedikasi atropin–xilazin (AX) (0,03 dan 2 mg/
kgBB) secara intramuskuler, setelah 10 menit diinduksi intravena dengan ketamin-propofol (KP) (masing-
masing 4 mg/kg BB), dan 15 menit kemudian diinfus intravena secara gravimetrik dengan ketamin-
propofol (K-P-) sampai menit ke-120. Dilakukan infus ketamin-propofol 0,2 mg/kg/menit pada perlakuan
AXKP-K2P2, 0,4 mg/kg/menit pada AXKP-K4P4, dan dosis 0,6 mg/kg/menit pada perlakuan AXKP-K6P6.
Sedangkan perlakuan AXKP-P4 diinfus dengan propofol 0,4 mg/kg/menit, serta perlakuan AXKP-I
dianestesi dengan isofluran 1-2%. Sebelum dan selama hewan teranestesi dilakukan pemeriksaan fungsi
kardiovaskuler yaitu frekuensi denyut jantung, capillary refill time (CRT), dan elektrokardiogram (EKG)
serta pemeriksaan fungsi respirasi yaitu frekuensi respirasi, end tidal CO2 (ET CO2), dan saturasi oksigen
(Sp O2). Semua kombinasi anestetik tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap waktu
induksi, waktu anestesi, waktu sadar, dan waktu pemulihan. Perlakuan AXKP-K2P2 dan AXKP-K4P4
berpengaruh minimal terhadap denyut jantung, respirasi, ET CO2, Sp O2, nilai CRT, dan EKG. Perlakuan
AXKP-K6P6 menyebabkan penurunan tajam terhadap Sp O2 dan peningkatan tidak stabil terhadap
denyut jantung, respirasi, serta ET CO2. Pemeliharaan status teranestesi dengan AXKP-P4 menyebabkan
tertekannya respirasi dan penurunan denyut jantung. Keseluruhan kombinasi anestetik tidak
memengaruhi gambaran listrik jantung. Penelitian ini menunjukkan kombinasi ketamin-propofol dosis
0,2-0,4 mg/kg/menit menghasilkan kualitas anestesi yang baik dan dapat digunakan untuk pemeliharan
status teranestesi secara gravimetrik sebagai alternatif pengganti anestesi inhalasi pada anjing.
Kata-kata kunci : anestesia, gravimetrik, ketamin, propofol, anjing
ABSTRACT
This study aim was to evaluate quality of anaesthesia by using gravimetric infusion anaesthesia with
ketamine and propofol in dogs. The quality of anaesthesia, duration of actions, and the physiological responsse
of anaesthesia were evaluated in twenty domestic dogs. Anaesthesia was induced intramuscularly with
atropine (0.03 mg/kg)-xylazine (2 mg/kg) (AX), intravenously ketamine-propofol (KP) (4 mg/kg), and
maintained with continuous intravenous infusion with pre-mixed propofol (P) and normal saline containing
2 mg/ml of propofol and 2 mg/ml of ketamine (K). Domestic stray dogs were randomly divided into five
groups. Groups AXKP-K2P2, AXKP-K4P4, and AXKP-K6P6 were treated with ketamine-propofol the dose
0.2 mg/kg/minute, 0.4 and 0.6 mg/kg/minute respectively, while group AXKP-P4 was given propofol 0.4 mg/
kg/minute and group AXKP-I was given isoflurane 1-2%. Heart rate (HR), respiratory rate (RR),
electrocardiogram (ECG), blood oxygen saturation (SpO2), end tidal CO2 (ET CO2), and capillary refill time
(CRT) were measured. No significant difference (P>0.05) found between the groups in anaesthetion times.
All groups showed rapid and smooth inductions, prolonged surgical stage, and rapid recovery. Groups AXKP-
K2P2 and AXKP-K4P4 showed minimal physiological effect on the dogs. The HR, RR, ET CO2, SpO2, CRT,
and ECG wave were stabl. Combination of AXKP-K6P6 induced SpO2 depression, increased and instability
of HR, RR and ET CO2. Groups AXKP-P4 showed decreased of HR and respiratory depression. All anaesthetic
combinations showed no significant influence (P>0.05) on the electricity of the dog’s heart. The combination
of ketamine-propofol at dose 0.2 and 0.4 mg/kg/minute were found to be better as an application for
maintaining anaesthesia by gravimetric continuous intravenous infusion. The method is a suitable
alternative for inhalation anaesthesia in dogs.
189
Sudisma et al Jurnal Veteriner
190
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
Jones, 1996; Muir et at., 2000; McKelvey dan dan pedal), dan arah bola mata menuju
Hollingshead, 2003). Selama proses adaptasi, ventrokantus. Durasi anestesi diukur mulai
semua anjing dibebaskan dari parasit eksternal hewan teranestesia sampai hewan sadar
dan internal dengan memberikan obat cacing ditandai dengan adanya gerakan, munculnya
dan ektoparasit (McKelvey dan Hollingshead, respons rasa nyeri, suara, dan refleks. Waktu
2003). Penelitian ini menggunakan alat fisiograf sadar diukur dari infus dicabut sampai hewan
(model BSM-800, Nihon Kohden®), oxymetri mulai sadar. Waktu pemulihan (recovery)
(VE02-14), dan elektrokardiogram (Cardisuni diukur dari hewan mulai sadar sampai hewan
D300). bisa berdiri dengan keempat kaki.
191
Sudisma et al Jurnal Veteriner
dengan uji wilayah berganda Duncan dengan mempunyai tempat kerja yang berbeda dengan
selang kepercayaan 95% dan 99% (Rossi dan propofol, mekanisme ketamin menghasilkan
Junqueira, 2003; Steel dan Torrie, 1981). anestesi bekerja secara antagonis dengan
reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) dan
mampu meningkatkan pengaruh anestesia
HASIL DAN PEMBAHASAN apabila dikombinasikan dengan propofol untuk
induksi anestesi pada manusia (Lerche et al.,
Waktu anestesi 2000).
Perlakuan AXKP-K2P2, AXKP-K4P4,
AXKP-K6P6, AXKP-P4, dan perlakuan AXKP- Denyut Jantung
I mempunyai waktu induksi, durasi, sadar, dan Terjadi penurunan denyut jantung pada
waktu pemulihan yang tidak berbeda nyata awal perlakuan disebabkan karena pengaruh
(P>0,05) (Tabel 1). premedikasi atropin-xilazin (Gambar 1a). Xilazin
Waktu induksi tidak berbeda karena mempunyai potensi bekerja lebih cepat
premedikasi dan induksi yang digunakan sama dibandingkan atropin dan berpengaruh sangat
yaitu atropin-xilazin-ketamin-propofol (AXKP). kuat menurunkan denyut jantung (Rossi dan
Sedangkan durasi, waktu sadar, dan waktu Junqueira, 2003; Adams, 2001; Bishop, 1996).
pemulihan pada semua perlakuan tidak berbeda. Golongan a2-adrenergik agonis seperti xilazin
Hal tersebut berarti pemeliharaan status menyebabkan penurunan transmisi simpatik
teranestesi secara infus gravimetrik dengan dari susunan saraf pusat, tertekannya
kombinasi ketamin-propofol dosis 0,2 – 0,6 mg/ pacemaker secara langsung, tertekannya
kg/menit tidak berbeda dengan anestesi inhalasi konduksi, terhambatnya pelepasan
isofluran. Kombinasi ketamin-propofol noradrenalin dari ujung saraf simpatik,
memberikan pengaruh positif terhadap waktu peningkatan pelepasan acetylcholine dari saraf
anestesi, menghasilkan waktu induksi cepat dan parasimpatik, dan meningkatnya tonus vagal
lembut, waktu anestesinya lama, waktu sadar (Rossi dan Junqueira, 2003). Xilazin
dan waktu pemulihan juga cepat dan lembut. menyebabkan aktivitas simpatik menurun dan
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian aktivitas vagal meningkat (Kul et al., 2001).
VanNatta dan Rex (2006), Holmeister et al., Selanjutnya pada menit ke-20 terjadi
(2008), dan Muhammad et al., (2009) bahwa peningkatan denyut jantung karena atropin
kombinasi ketamin dan propofol dapat diberikan secara intramuskuler bersamaan
menghindari depresi respirasi, induksi lembut, dengan xilazin, sehingga atropin bekerja lebih
waktu pemulihan cepat dan lembut, dan fungsi lambat dibandingkan dengan xilazin. Atropin
psikomotornya cepat kembali saat pemulihan. mampu meningkatkan denyut jantung dan
Propofol menghasilkan pengaruh anestesi mencegah terjadinya bradikardia akibat xilazin.
dengan mekanisme yang bekerja pada reseptor Atropin merupakan obat antimuskarinik
α Amino Butiric Acid A (GABAA) dan digunakan digunakan untuk mengurangi salivasi, sekresi
sebagai induksi anestesi karena mempunyai bronkhial, dan untuk melindungi serta
mula kerja dan waktu pengeluaran dari tubuh mencegah kejadian aritmia yang disebabkan
yang cepat (Stoelting, 1999). Ketamin oleh prosedur atau sifat obat-obat anestesi
Tabel 1 Nilai rata-rata ± simpangan baku (rata-rata ± SD) waktu induksi, durasi, sadar, dan
waktu pemulihan selama pemberian induksi atropin-xilazin-ketamin-propofol (AXKP) dan
pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin(K) dan propofol(P) pada
anjing
192
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
(Bishop, 1996). Atropin termasuk obat yang pengaruh anestesi apabila dikombinasikan
bekerja secara kompetitif terhadap dengan propofol (Lerche et al., 2000). Dosis
acetylcholine, sehingga berpengaruh untuk ketamin yang rendah menghasilkan pengaruh
meningkatkan denyut jantung (Carlson, 1986). analgesik yang baik dan efek samping yang
Pemeliharaan status teranestesi melalui minimal (Intelisano et al., 2008).
tetes infus gravimetrik dengan propofol (0,4 mg/
kg/menit) menyebabkan penurunan denyut Elektrokardiogram (EKG)
jantung sangat nyata pada menit ke-70 sampai Perubahan amplitudo gelombang P dan R,
140 (Gambar 1a). Hal tersebut karena infus durasi PR dan QRS selama teranestesi pada
dengan propofol menyebabkan penurunan semua perlakuan tidak menunjukkan perbedaan
denyut jantung karena pengaruh premedikasi nyata dengan nilai awal (Gambar 1b,1c,1d, dan
xilazin sangat kuat menurunkan denyut 1f). Hal tersebut berarti bahwa perlakuan
jantung dan pengaruh premedikasi atropin yang premedikasi, induksi, dan pemeliharaan status
diberikan secara intramuskuler sudah hilang teranestesi belum menyebabkan perubahan
sampai menit ke-50. Ko et al., (2001) terhadap listrik jantung pada saat terjadi
melaporkan bahwa penambahan atropin pada depolarisasi dan repolarisasi atrium mau pun
anjing yang mengalami sedasi akibat anestesi, depolarisasi ventrikel. Otot jantung mampu
sangat efektif mencegah bradikardia selama 50 berkontraksi sendiri akibat aliran listrik dari
menit. Propofol menimbulkan pengaruh tidak nodus sino-atrial sebagai pace maker, nodus
nyata terhadap denyut jantung anjing atrio-ventrikel, berkas His, dan serabut
(Mohamadnia et al., 2008). Begitu pula Purkinje. Sistem saraf hanya dapat
penelitian Belo et al., (1994) pada manusia, memodifikasi aliran listrik pada jantung,
bahwa propofol menyebabkan penurunan sehingga perubahan aliran listrik atau aksi
tekanan darah tetapi tidak menyebabkan potensial pada sistem saraf akibat perlakuan
perubahan pada denyut jantung. Propofol anestesi belum mampu mengubah aliran listrik
mempunyi molekul mirip alkohol, melekulnya pada atrium maupun ventrikel jantung.
bekerja dan berikatan pada reseptor GABAA Durasi interval QT pada perlakuan AXKP-
pada membran sel saraf pada otak khususnya P4 dan AXKP-I mengalami peningkatan.
reseptor GABAA subtipe ß3 (pada transmembran Pemeliharaan status teranestesi hanya dengan
(TM)2 dan TM3 bagian N265 (ßN265)) sehingga propofol dan isofluran menyebabkan perlam-
menyebabkan kehilangan kesadaran batan repolarisasi ventrikel sehingga durasi
(unconciousness) dan pada reseptor GABAA interval QT meningkat. Perlakuan kombinasi
subtipe ß2 (50% pada CNS) menyebabkan sedasi. AXKP-K2P2 dan AXKP-K4P4 tidak menyebab-
Propofol menghilangkan kesadaran dan pelemas kan perubahan (Gambar 1e). Pemeliharaan
otot yang baik, menyebabkan hipotensi arterial anestesi hanya dengan propofol dan isofluran
dan bradikardi terutama apabila diberikan cenderung memengaruhi waktu yang
secara cepat dengan dosis yang tinggi (Miller, dibutuhkan jantung untuk berdenyut lebih lama
2010; Franks, 2008; Stawicki, 2007). terutama pada saat terjadinya repolarisasi
Tetes infus gravimetrik dengan kombinasi ventrikel, sedangkan kemampuan atau
ketamin-propofol dosis 0,2 dan 0,4 mg/kg/menit, kekuatan jantung untuk berdenyut tidak
serta isofluran dosis 1-2% tidak berpengaruh terpengaruh. Keadaan tersebut bersamaan
nyata terhadap denyut jantung, tetapi dengan dengan terjadinya penurunan frekuensi denyut
kombinasi ketamin-propofol dosis 0,6 mg/kg/ jantung. Telah diketahui bahwa waktu untuk
menit menyebabkan denyut jantung meningkat ventrikel mengadakan repolarisasi berbanding
tidak stabil (Gambar 1a). Hal tersebut lurus dengan laju jantung. Semakin cepat
disebabkan karena pengaruh anestesi dan efek jantung berdenyut, semakin cepat pula waktu
samping propofol sangat berhubungan dengan untuk repolarisasi, dan semakin pendek interval
dosis dan keuntungan penggunaaan propofol QT. Sebaliknya apabila denyut jantung semakin
diperoleh dengan cara mengatur dosis dan lambat, maka semakin panjang pula interval
mengkombinasikan dengan anestetik lain seperti QT (Karim dan Kebo, 2002). Dalam penelitian
ketamin (McKelvey dan Hollingshead, 2003). ini, perpanjangan interval QT disebabkan oleh
Ketamin mempunyai tempat kerja yang berbeda penggunaan xilazin pada perlakuan premedikasi
dengan propofol, mempunyai pengaruh anestesi dan pada saat pemeliharaan status
antinosiseptik, serta mampu meningkatkan teranestesi tidak dikombinasikan dengan
193
Sudisma et al Jurnal Veteriner
a b
c d
e f
Gambar 1 Perubahan nilai rataan denyut jantung (a), gelombang P (b), gelombang R (c), interval
PR (d), interval QT (e), dan komplek QRS (f) selama pemberian induksi atropin-xilazin-ketamin-
propofol (AXKP) dan pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin(K) dan
propofol(P) pada anjing. I= isofluran; P4= propofol 0,4 mg/kg/menit; K2P2= ketamin propofol 0,2
mg/kg/menit; K4P4= ketamin propofol 0,4 mg/kg/menit; K6P6= ketamin propofol 0,6 mg/kg/menit.
194
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
a b
c d
Gambar 2 Perubahan nilai rataan respirasi (a), endtidal CO2 (ET CO2) (b), saturasi oksigen (Sp
O2) (c), dan capillary refill time (CRT) (d) selama pemberian induksi atropin-xilazin-ketamin-propofol
(AXKP) dan pemeliharaan anestesi secara infus gravimetrik dengan ketamin(K) dan propofol(P)
pada anjing. I= isofluran; P4= propofol 0,4 mg/kg/menit; K2P2= ketamin propofol 0,2 mg/kg/menit;
K4P4= ketamin propofol 0,4 mg/kg/menit; K6P6= ketamin propofol 0,6 mg/kg/menit.
menyebabkan penurunan respirasi dan saturasi 2007). Subtipe ß3 yang terdapat pada reseptor
oksigen. Penurunan saturasi oksigen juga GABAA juga merespons terjadinya depresi
disebabkan karena obat obat anestetik respirasi akibat etomidat dan propofol pada CNS
menyebabkan relaksasi otot bronkhus dan (Henschel et al., 2008). Propofol secara tunggal
penurunan tingkat oksigenasi darah (Ismail et menyebabkan apnea dan kombinasi ketamin-
al., 2010). Premedikasi xilazin juga menyebab- propofol mampu mengurangi tekanan respirasi
kan penurunan saturasi oksigen akibat dibandingkan hanya dengan propofol (Maddison
menurunnya respirasi. Baniadam et al., (2007) et al., 2002; Andrews et al., 1997; Stawicki, 2007;
juga melaporkan bahwa xilazin menyebabkan Mohamadnia et al., 2008).
penurunan saturasi oksigen, sehingga nilai Tetes infus gravimetrik dengan kombinasi
saturasi oksigen menurun lebih tajam pada ketamin-propofol dosis 0,2 dan 0,4 mg/kg/menit,
menit ke-10 dan 20. serta isofluran dosis 1-2% tidak berpengaruh
Pemeliharaan status teranestesi melalui nyata terhadap respirasi dan saturasi oksigen.
tetes infus gravimetrik dengan propofol (0,4 mg/ Tetapi kombinasi ketamin-propofol dosis 0,6 mg/
kg/menit) menyebabkan penurunan frekuensi kg/menit menyebabkan respirasi meningkat
respirasi sangat nyata pada menit ke-40 sampai tidak stabil dan nilai saturasi oksigen menurun
70 (Gambar 2a). Hal tersebut disebabkan karena tajam pada menit ke-50 sampai menit ke-140
infus dengan propofol menghasilkan pengaruh (Gambar 2a, 2c). Hal tersebut disebabkan
menghilangkan kesadaran dan pelemas otot karena pengaruh anestetik dan efek samping
yang baik, menyebabkan hipotensi arteri, propofol sangat berhubungan dengan dosis dan
bradikardi, dan depresi respirasi terutama keuntungan penggunaaan propofol diperoleh
apabila diberikan secara cepat dengan dosis yang dengan cara menurunkan dosis dan
tinggi (Miller, 2010; Franks, 2008; Stawicki, mengombinasikan dengan agen anestetik lain
195
Sudisma et al Jurnal Veteriner
seperti ketamin (McKelvey dan Hollingshead, (hiperventilasi) yang menyebabkan tekanan CO2
2003). Ketamin mampu meningkatkan respirasi menurun (Aditama, 1987). Dosis
pengaruh anestesia apabila dikombinasikan propofol lebih tinggi (0,6 mg/kg/menit) menekan
dengan propofol (Lerche et al., 2000), sedangkan respirasi lebih kuat dan memaksa jantung
penurunan nilai saturasi oksigen yang tajam berdenyut lebih kuat sehingga respirasi naik
pada menit ke-50 sampai menit ke-140 turun dan tekanan CO2 sangat tajam naik turun
disebabkan karena tingginya konsentrasi dan tidak stabil.
propofol. Propofol mempunyai potensi mendepresi
respirasi, menyebabkan penurunan metabolik Capillary Refill Time (CRT)
dan saturasi oksigen (Seymour dan Novakovski, Nilai CRT mengalami peningkatan pada
2007). Mohamadnia et al., (2008) melaporkan menit ke-20 sampai 40, selanjutnya menurun
bahwa saturasi oksigen menurun akibat mendekati nilai awal sampai menit ke-140
pemberian propofol dengan konsentrasi lebih (Gambar 2d). Hal tersebut disebabkan karena
tinggi. Penurunan saturasi oksigen juga dapat penurunan denyut jantung, curah jantung, dan
disebabkan oleh terjepitnya leher dan karena dilatasi pembuluh darah perifer dapat
adanya tranduser pada lidah sehingga menyebabkan meningkatnya nilai CRT (Rossi
mengganggu respirasi. dan Junqueira, 2003; Kul et al., 2001).
Konsentrasi propofol yang tinggi berpotensi
End Tidal CO2 (ET CO2) mendepresi respirasi dan menyebabkan
Perubahan nilai ET CO 2 pada semua penurunan metabolik (Seymour dan
perlakuan tidak berbeda nyata dengan nilai awal Novakovski, 2007). Subtipe ß3 yang terdapat
(Gambar 2b), perlakuan anestesi belum pada reseptor GABAA juga merespons terjadinya
mengakibatkan perubahan terhadap volume depresi respirasi akibat propofol pada CNS
tidal dan nilai CO2 respirasi. Hal tersebut (Henschel et al., 2008). Efek samping
menunjukkan bahwa volume tidal sangat penggunaaan propofol adalah hipotensi dan
ditentukan oleh kedalaman respirasi. Respirasi apnea (Stawicki, 2007), secara langsung
yang lebih dalam dengan frekuensi yang lebih menyebabkan vasodilatasi dan relaksasi
rendah dapat mempertahankan volume tidal pembuluh darah (Karsli et al., 1999), sehingga
dan jumlah gas CO2 respirasi. Greene dan nilai CRT menjadi lebih lama.
Thurmon (1988) melaporkan bahwa tidak
ditemukan perubahan tekanan O2 dan CO2
setelah penyuntikan xilazin pada anjing, SIMPULAN
demikian juga Allen et al., (1986) mendapatkan
bahwa kombinasi xilazin dan ketamin pada Kombinasi ketamin-propofol secara
kucing tidak menyebabkan perubahan pada gravimetrik, menghasilkan kualitas anestesi
tekanan CO2 dan O2. yang baik untuk pemeliharan status teranestesi
Pemeliharaan status teranestesi melalui pada anjing. Kombinasi ketamin-propofol
infus gravimetrik dengan kombinasi ketamin- menghasilkan waktu induksi cepat dan lembut,
propofol menyebabkan penurunan nilai CO2 waktu anestesi panjang, dan waktu pemulihan
tetapi tidak berbeda nyata dengan nilai awal. singkat, serta memiliki resiko yang minimal
Perubahan nilai CO2 yang tidak stabil terjadi terhadap fungsi kardiovaskuler dan respirasi
pada perlakuan AXKP-K6P6 (0,6 mg/kg/menit) pada anjing selama teranestesi. Kombinasi
walaupun tidak berbeda nyata dengan nilai awal ketamin-propofol dapat digunakan untuk
(Gambar 2b), karena efek samping penggu- pemeliharaan status teranestesi secara
naaan dosis propofol dan ketamin yang tinggi. gravimetrik melalui infus intravena sebagai
Pemberian anestetik menyebabkan penurunan alternatif anestesi inhalasi pada anjing.
metabolisme tubuh dan menyebabkan
penurunan tekanan oksigen sehingga tubuh
berusaha mempertahankan homeostasis supaya SARAN
tetap normal dengan cara metabolisme
anaerobik dan terjadi alkalosis respirasi yang Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
ditandai dengan penurunan tekanan CO 2 menggunakan kombinasi ketamin-propofol
respirasi (Woodrow, 2004). Apabila kondisi dengan variasi dosis yang lebih banyak untuk
tekanan oksigen darah menurun, terjadi mendapatkan kombinasi yang paling optimum.
rangsangan untuk stimulasi pernapasan
196
Jurnal Veteriner Juni 2012 Vol. 13 No. 2: 189-198
197
Sudisma et al Jurnal Veteriner
Karsli B, Kaya T, Sarioglu Y. 1999. Effects of Muir WW, Hubbell JAE, Skarda RT, Bednarski
ketamine, propofol and midazolam on RM. 2000. Veterinary anesthesia. 3rd Ed.
spontaneus contractions of isolated pregnant United States of America: Mosby.
rat myometrium. T Klin J Med Res. 17:70- Pathak SC, Migan JM, Peshin PK, Singh AP.
76. 1982. Anesthetic and hemodynamic effecs
Ko JCH, Fox SM, Mandsager RE. 2001. Effects of ketamine hydrochloride in buffalo calves.
of preemptive atropine administration on Am J Vet 5:875-877.
incidence of medetomidine-induced Pretto EA. 2002. Pursuing the holy grail of
bradycardia in dogs. JAVMA 218: 52-57. anesthesia. Anesthesiology News. 1:1-9.
Kul M, Koc Y, Alkan F, Ogurtan Z. 2001. The Rossi RD, Junqueira AL. 2003. Analgesic and
effects of xylazine-ketamine and diazepam- systemic effects of ketamine, xylazine, and
ketamine on arterial blood pressure and lidocaine after subarachnoid administration
blood gases in dog. OJVR 4:124-132. in goats. Am.Journal Vet.R 64: 51-56.
Lerche P, Nolan AM, Reid J. 2000. Comparative Seymour C, Novakovski TD. 2007. Manual of
study of propofol or propofol and ketamine canine and feline anaesthesia and analgesia.
for the induction of anaesthesia in dog. The 2nd Ed. Brithis Small Animal Veterinari
Veterinary Record. 146:571-574. Association. P. 71.
Lumb WV, Jones EW. 1996. Veterinary Stawicki SP. 2007. Common sedative agents.
Anesthesia. 3rd Ed. Philadelphia: Lea and OPUS 12 Scientist. 1:8-9.
Febiger. Steel RGD, Torrie JH. 1981. Principles and
Maddison J, Page S, Church D. 2002. Small procedures of statistics. 2 nd Ed. Tokyo.
animal clinical pharmacology. 1st Ed. USA. McGraw Hill International Book.
WB Saunders. Stoelting RK.1999. Nonbarbiturate induction
McKelvey D, Hollingshead KW. 2003. Veterinary drugs. In Pharmacology and Physiology in
Anesthesia and Analgesia. 3rd Ed. United Anesthetic Practice. Philadelphia.Hlm.140-
States of America: Mosby. 448 hlm. 157.
Miller RD. 2010. Miller’s Anesthesia. 7thEd. VanNatta ME, Rex DK. 2006. Propofol alone
United States of America: Churchill titrated to deep sedation versus propofol in
Livingston Elsevier. combination with opioid and/or
Muhammad N, Zafar MA, Muhammad G, benzodiazepines and titrated to moderate
Masood MZ, Manzoor A, sarfaraz I. 2009. sedation for colonoscopy. Amer J
Comparative anaesthetic efficacy of propofol, Gastroenteral 101: 2209-2217.
thiopental sodium and combination of Wanna O, Werawatganon T, Piriyakitphaiboom
propofol with ketamine hydrochloride in S, Taesiri B. 2004. A comparison of propofol
dogs. Pakistan Vet J 29: 11-15. and ketamine as induction agents for
Mohamadnia AR, Shabazkia H, Akhlaghi M, cesarean section. J Med Assoc Thai 87:774-
Shahrokhi M, saberin L. 2008. Clinical 9
evaluation of repeated propofol total Woodrow P. 2004. Blood gas analysis. Nursing
intravenous anesthesia in dog. Pakistan Standart 18:45-52.
Journal of Biological Sciences 11: 1820-
1824.
198