Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH

ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH

Nama : Ajeng Puspita Wahyu K

NIM : P07124115002

Kelas : D III Reguler

PRODI D III KEBIDANAN

JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA

2016

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan. Jadi
asuhan kebidanan pada neonatus, bayi dan balita adalah perawatan yang
diberikan oleh bidan pada bayi baru lahir, bayi, dan balita. Neonatus, bayi dan
balita dengan masalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan
gangguan pada neonatus, bayi dan balita. Ada beberapa masalah yang dapat
terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti muntah dan gumoh.
Masyarakat di Indonesia khususnya di daerah terpencil yang kehidupannya
masih primitif, masih banyak ibu yang memiliki anak tetapi belum mengetahui
penanganan gangguan yang terjadi pada neonatus, bayi dan balita seperti
contohnya muntah dan gumoh yang kerap kali terjadi. Oleh karena itu
dikhawatirkan ibu tidak bisa menangani masalah ini dengan benar. Dalam
keadaan seperti ini maka peran bidan pendidik sangat diperlukan.
Muntah dan gumoh pada neonatus, bayi dan balita dapat terjadi
disebabkan posisi saat menyusu yang tidak tepat, minum terburu-buru, atau
bayi sudah kenyang tetapi diberi minum serta dapat disebabkan karena faktor
fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi, juga karena gangguan
psikologi seperti cemas. Kasus seperti ini merupakan hal yang lazim terjadi
pada neonatus, bayi dan balita yang dapat dicegah dengan mudah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
2. Bagaimana etiologi terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
3. Bagaimana insiden yang terjadi pada muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
4. Bagaimana patofisiologi terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
5. Apa saja tanda dan gejala muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
6. Bagaimana komplikasi yang dapat terjadi terhadap muntah dan gumoh
pada bayi/anak?
7. Bagaimana penatalaksanaan kasus muntah dan gumoh pada bayi/anak ?
8. Bagaimana peran bidan dalam menangani kasus muntah dan gumoh pada
bayi/anak ?

C. Tujuan

2
1. Mengetahui penegrtian muntah dan gumoh pada bayi/anak.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya muntah dan gumoh pada bayi/anak.
3. Mengetahui angka kejadian yang terjadi pada kasus muntah dan gumoh
pada bayi/anak.
4. Mengetahui patofisiologi yang terjadi pada muntah dan gumoh pada
bayi/anak.
5. Mengetahui tanda dan gejala muntah dan gumoh pada bayi/anak.
6. Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi karena adanya muntah dan
gumoh pada bayi/anak.
7. Mengetahui penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus
muntah dan gumoh pada bayi/anak.
8. Menegtahui peran bidan dalam menangani kasus muntah dan gumoh pada
bayi/anak.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. MUNTAH
1. Pengertian
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen (Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan
tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian besar
atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke
lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam
pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan
kadang disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah
pemberian ASI atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan
karena iritasi mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama
proses persalinan.

2. Etiologi
Muntah dapat disebabkan karena faktor fisiologis seperti kelainan
kongenital dan infeksi, juga karena gangguan psikologi seperti cemas.
Muntah harus dibedakan dengan gumoh/regurgitasi.
Gangguan yang diidentifikasikan menyerti muntah antara lain :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah keluarnya lendir yang
kadang disertai sedikit darah. Kemungkinan iritasi lambung
akbiat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, dalam
jumlah banyak tidak proyektil, cenderung menetap biasanya
terjadi akibat dari obstruksi usus halus.
Muntah proyektil merupakan tanda adanya stenosis pilorus, juga merupakan
tanda peningkatan tekanan intrakranial.
3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 45% anak/bayi berumur di bawah 12
bulan dapat mengalami muntah, dan kejadian tersebut menurun sesuai dengan
bertambahnya usia serta perbaikan cara maupun pola makan pada anak/bayi.

4
4. Patofisiologi
Suatu keadaan dimana anak/ bayi menyemprotkan isi perutnya
keluar, kadang-kadang sampai sleuruh isinya dikeluarkan. Pada bayi sering
timbul pada minggu pertama. Hal tersebut merupakan aksi refleks yang
dikoordinasi dalam medulla oblongata dimana isi lambung dikeluarkan dengan
paksa melalui mulut. Muntah dapat dikaitkan dengan keracunan, penyakit
saluran penceranaan, penyakit intracranial dan toksin yang dihasilkan oleh
bakteri.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami
muntah yaitu keluarnya cairan (susu atau makanan yang halus) dari lambung
melalui mulut bayi dalam jumlah yang banyak dimana bayi juga mengalami
batuk saat memuntahkan isi lambungnya.

6. Komplikasi
Muntah yang terjadi pada bayi umumnya mengalir melalui mulut
saja namun dalam jumlah yang banyak. Namun apabila muntah pada bayi
terjadi secara proyektil atau menyemprot secara tidak biasa kemungkinan
terjadi stenosis pylorus yaitu kondisi umum yang mempengaruhi pembukaan
pilorus (katup otot yang menjaga makanan diperut sampai masuk ke tahap
pencernaan berikutnya) antara lambung dan usus kecil pada bayi. Sehingga
makanan bayi tertimbun dalam lambung dan saat ditambah makanan lagi isi
lambung akan naik ke atas lagi dengan cara menyemprot melalui mulut bayi
secara tidak biasa.
Selain itu, muntah yang berlebihan pada bayi dapat menimbulkan
dehidrasi atau alkaliosis karena kehilangan cairan tubuh/elektrolit, ketosisi
karena bayi cenderung tidak ingin makan dan minum, asidosis yang
disebabkan adanya ketosis dapat berkelanjutan menjadi syok bahkan sampai
kejang serta ketegangan otot perut, perdarahan konjungtiva ruptur esofagus,
aspirasi yang disebabkan karena muntah yang sangat sehat.

7. Penatalaksanaan

5
Muntah yang terjadi pada bayi dapat dipengaruhi oleh faktor psikologi
yang cemas oleh karena itu saat menyusui perlu diciptakan hubungan yang
harmonis antara orang tua dan anak/bayi, ciptakan suasana yang
menyenangkan saat makan atau menyusui, dan perlakukan bayi dengan baik
dan hati-hati.
Ajarkan dan terapkan pola makan yang benar, hindari makanan yang
menimbulkan alergi agar tidak terjadi permasalahan pencernaan pada
anak/bayi. Diet yang sesuai dan tidak merangsang muntah jika simptomatis
dapat diberi emetik.
Jaga kebersihan mulut anak/bayi. Cegah aspirasi saat anak/bayi
mengalami muntah. Jangan langsung mengangkat bayi saat muntah.
Seringkali khawatir, dan bermaksud untuk menangani muntah, kita
cenderung mengangkat anak/bayi dari posisi tidurnya. Padahal cara ini
justru berbahaya, karena muntah bisa turun lagi, masuk ke paru, dan
akhirnya malah mengganggu paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan cairan muntahan dari
hidungnya. Hal ini justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan
masuk e dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.
Kolaborasi bila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna
hijau dan muntah proyektil/menyemprot.

8. Peran bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik
dalam mengatasi masalah muntah pada bayi yaitu bidan harus segera
memberikan pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi terutama
ibu bahwa muntah bukanlah suatu keadaan yang harus diatasi dengan rasa
kepanikan melainkan harus ditangani dengan asuhan yang tepat. Ibu dianjurkan
untuk tidak panik akan tetapi harus dapat menangani sendiri ketika bayi
muntah di rumah. Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara dan teknik
menangani bayi yang muntah agar tidak terjadi salah asuhan sehingga tidak
menimbulkan dampak yang fatal pada gumoh bayi tersebut. Kemudian bidan
juga perlu memberi tahu kepada ibu apabila bayi muntah

6
proyektik/menyemprot harus segera diperiksakan agar dapat dirujuk ke rumah
sakit.

9. Gambar

7
B. GUMOH
1. Pengertian
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes
RI, 1999). Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu
pertumbuhan bayi.
Selain itu gumoh juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali
sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung.
Muntah susu adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi yang
mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat
badan yang memuaskan, pada umumnya disebabkan karena bayi menelan
udara pada saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi,
regurgitasi adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang
normal pada bayi berusia dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan
menurun seiring pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi
dalam waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa
mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan
karena asupan gizi berkurang maupun karena asupan makanan tersebut
keluar lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung
yang ikut keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui
hidung dan bahkan disertai muntah.
Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin
ada. Bila disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali,
dapat menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong
keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara
pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut
keluar karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal,
gumoh bisa dialami bayi antara 1-4 kali sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah
makan dan minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan. Selama
berat badan bayi meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh

8
tidak bercampur darah dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh
tak perlu dipermasalahkan.

2. Etiologi
Penyebab terjadinya gumoh memang bisa bermacam-macam.
Diantaranya adalah :
a. Susu atau ASI yang diminum bayi melebihi kapasitas lambung, padahal
di usia itu kapasitas lambung bayi masih sangat kecil.
b. Terlalu aktif, misalnya pada saat bayi menggeliat atau terus-terus
menangis.
c. Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna, akibatnnya apabila
setelah menyusu bayi ditidurkan atau dibiarkan dalam posisi salah, susu
akan keluar dari mulut.
d. Bayi sudah kenyang tapi tetap diberi minum.
e. Posisi salah saat menyusui atau pemberian susu botol.
f. Tergesa-gesa saat pemberian susu.
g. Kegagalan dalam mengeluarkan udara yang tertelan.

3. Insiden
Catatan Depkes 2010 Sekitar 70% bayi berumur di bawah 4 bulan
mengalami gumoh minimal 1 kali setiap harinya, dan kejadian tersebut
menurun sesuai dengan bertambahnya usia hingga (8-10) % pada umur 9-
12 bulan dan 5% pada umur 18 bulan.

4. Patofisiologi
Pada keadaan biasanya sudah dalam keadaan terisi penuh, sehingga
kadang-kadang gumoh bercampur dengan air liur yang mengalir kembali
ke atas dan keluar melalui mulut pada sudut-sudut bibir. Hal tersebut
disebabkan karena otot katup diujung lambung tidak bisa bekerja dengan
baik yang seharusnya mendorong isi lambung ke bawah. Keadaan ini juga
dapat terjadi pada orang dewasa dan anak-anak yang lebih besar.
Kebanyakan gumoh terjadi pada bayi bulan-bulan pertama kehidupannya.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada bayi yang mengalami
gumoh ialah keluarnya cairan dari sudut-sudut bibir bayi berupa cairan

9
putih yang mana biasanya adalah ASI atau susu bercampur dengan air liur
bayi sendiri yang jumlahnya tidak terlalu banyak.

6. Komplikasi
Gumoh yang terjadi biasanya akan berhenti apabila isi lambung
sudah sesuai dengan kapasitasnya dalam arti tidak melebihi kapasitas
lambung bayi lagi. Akan tetapi gumoh dapat pula terjadi secara terus
menerus dimana cairan akan terus keluar lewat mulut bayi tanpa henti
setelah diberi ASI atau susu maupun makanan. Hal tersebut kemungkinan
karena obstruksi esofagus (tidak berkembangnya esofagus sehingga
makanan tidak dapat dilewatkan dari mulut ke lambung). Oleh karena itu
ASI atau susu yang masuk ke kerongkongan akan naik dan kembali lagi
keluar melewati mulut bayi.

7. Penatalaksanaan
Beri susu yang lebih kental pada bayi yang sudah dapat
mengkonsumsi susu formula atau makanan pendamping ASI. Campurkan
tepung beras sebanyak 5 gram untuk setiap 100 cc susu. Lalu minumkan
seperti biasanya.
Posisi menyusu bersudut 45°. Posisi terlentang membentuk sudut
45° antara badan, pinggang dan tempat tidur bayi, terbukti membantu
menguranggi aliran balik susu dari lambung ke kerongkongan. Perbaiki
teknik menyusui yang benar yaitu dagu bayi menempel pada payudara,
areola atas lebih terlihat, bibir bawah melebar keluar dan mulut membuka
lebar. Jangan memaksakan memberi ASI atau susu dan makanan apabila
bayi masih kenyang atau baru saja makan dan minum.
Sendawakan bayi segera setelah selesai makan dan minum.
Gendong si kecil dalam posisi 45° atau tidurkan terlentang dan ganjalan
berupa bantalan atas tumpukan kain di punggungnnya. Biarkan ia pada
posisi tersebut selama mungkin (minimal 2 jam).
Jangan langsung mengangkat bayi saat ia gumoh. Seringkali
khawatir, dan bermaksud untuk menghentikan gumoh, kita cenderung
mengangkat anak dari posisi tidurnya. Padahal cara ini justru berbahaya,

10
karena cairan gumoh bisa turun lagi, masuk ke paru, dan akhirnya malah
mengganggu paru-paru.
Biarkan saja bayi bila mengeluarkan gumoh dari hidungnya. Hal ini
justru lebih baik daripada cairan kembali dihirup dan masuk ke dalam paru-
paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi.

8. Peran Bidan
Bidan memiliki peran dan tanggung jawab sebagai bidan pendidik
dalam mengatasi masalah gumoh pada bayi yaitu bidan harus segera
memberikan pengetahuan dan penjelasan kepada keluarga sang bayi
terutama ibu bahwa gumoh merupakan kejadian yang lazim dialami oleh
bayi pada bulan-bulan pertama kehidupannya. Ibu dianjurkan untuk tidak
panik akan tetapi harus dapat menangani sendiri ketika bayi gumoh di
rumah.
Oleh karena itu bidan harus menjelaskan cara dan teknik
menangani bayi yang gumoh agar tidak terjadi salah asuhan sehingga tidak
menimbulkan dampak yang fatal pada gumoh bayi tersebut.

9. Gambar

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen (Markum, 1992). Umumnya bersifat sementara dan
tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu muntah juga dapat diartikan sebagai keluarnya sebagian
besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk
ke lambung, disertai kontraksi lambung dan abdomen. Dalam beberapa jam
pertama setelah lahir bayi mungkin mengalami muntah lendir, bahkan kadang
disertai sedikit darah. Muntah ini tidak jarang menetap setelah pemberian ASI
atau makanan, keadaan tersebut kemungkinan disebabkan karena iritasi
mukosa lambung oleh sejumlah benda yang ditelan selama proses persalinan.
Gumoh adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan
melalui mulut tanpa paksaaan, beberapa saat setelah minum susu (Depkes RI,
1999). Umumnya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan bayi.
Selain itu gumoh juga dapat diartiakn sebagai keluarnya kembali
sebagian kecil isi lambung setelah beberapa saat makanan masuk lambung.
Muntah susu adalah hal ynag agak umum, terutama pada bayi yang
mendapatkan ASI. Hal ini tidak akan mengganggu pertambahan berat badan
yang memuaskan, pada umumnya disebabkan karena bayi menelan udara pada
saat menyusui.
Selanjutnya, gumoh dalam istilah kedokteran disebut regurgitasi,
regurgitasi adalah gejala klinis dna merupakan keadaan fisiologis yang normal
pada bayi berusia dibawah satu tahun. Kejadian tersebut akan menurun seiring
pertambahan usia.
Jika terjadi gumoh secara berlebihan, frekuensi sering dan terjadi
dalam waktu lama akan menyebabkan masalah tersendiri, yang bisa
mengakibatkan gangguan pada bayi tersebut. Baik gangguan pertumbuhan
karena asupan gizi berkurang maupun karena asupan makanan tersebut keluar

12
lagi dan dapat merusak dinding kerongkongan akibat asam lambung yang ikut
keluar dan mengiritasi. Apalagi kalau sampai gumoh melalui hidung dan
bahkan disertai muntah.
Perlu diwaspadai juga adanya kelainan organ lain yang mungkin ada.
Bila disertai kondisi tidak ada cairan yang bisa masuk sama sekali, dapat
menyebabkan terjadinya kekurangan cairan tubuh.
Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong
keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Gumoh terjadi secara
pasif atau terjadi secara spontan. Berbeda dari muntah, ketika isi perut keluar
karena anak berusaha mengeluarkannya. Dalam kondisi normal, gumoh bisa
dialami bayi antara 1-4 kali sehari.
Gumoh dikategorikan normal, jika terjadinya beberapa saat setelah makan dan
minum serta tidak diikuti gejala lain mencurigakan. Selama berat badan bayi
meningkat sesuai standar kesehatan, tidak rewel, gumoh tidak bercampur darah
dan tidak susah makan atau minum, maka gumoh tak perlu dipermasalahkan.
Peran bidan sebagai pendidik sangat penting dalam menangani kasus
semacam ini. Bidan berkewajiban memberikan pengetahuan dan informasi
kepada ibu bagaimana cara mencegah dan menangani neonatus, bayi dan balita
yang mengalami muntah dan gumoh.

B. Saran
Saran kepada para ibu yang memiliki bayi baru lahir maupun balita agar
segera mencari tahu informasi tentang bagaimana cara menangani kasus yang
sering terjadi pada neonatus, bayi dan balita. Dengan ini ibu diharapkan dapat
selalu memantau anak agar kesehatannya dapat terjaga dengan baik, serta
apabila sewaktu-waktu bayi mengalami salah satu kasus yang sering terjadi
pada neonatus, bayi dan balita ibu dapat melakukan tindakan sesuai dengan
anjuran.

13
DAFTAR PUSTAKA

Karyuni, P.E dan Eny Meliya (Ed). 2008. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi
Baru Lahir. Jakarta : EGC.

Kosim, M. S, Achmad Surdjono dan Dwikisworo Setyowireni (Ed). 2005. Buku


Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk Dokter, Perawat,
Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.

Rukiyah, A.Y dan Lia Yulianti. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta :
CV. Trans Info Media.

Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Yogyakarta : Nuha
Medika.

14
NOTULEN

1. Muntah yang bagaimanakah yang perlu dilakukan tindakan rujukan ?

Muntah yang perlu dilakukan rujukan ke rumah sakit ialah muntah yang
dialami oleh bayi/anak dengan frekuensi sering atau lebih dari satu kali
dalam sehari dengan muntahan yang warnanya kuning, hijau bahkan
kehitaman. Karena cairan muntahan dengan warna tersebut dapat diduga
sebagai kelainan pencernaan anatomis sehingga perlu tindakan rujukan
segera.

2. Asuhan kebidanan bagi bayi/anak yang muntah atau gumoh dan bagi ibu
agar bisa mengatasi bayinya yang muntah ?

Sebagai bidan sebaiknya memberi pengetahuan dan informasi kepada ibu


untuk tidak panik ketika menghadapi bayi/anaknya yang mengalami
muntah atau gumoh. Ibu disarankan untuk tidak langsung mengangkat
bayinya/anaknya karena dikawatirkan kepala bayi/anak mengalami posisi
defleksi yang dapat memicu terjadinya aspirasi dan dapat berakibat fatal.
Namun bukan berarti bayi/anak yang muntah atau gumoh harus dibiarkan
saja, ibu boleh mengangkat bayi/anak apabila dapat dipastikan bahwa
gumoh atau muntah sudah berhenti dan ibu bisa mengangkat bayi/anak
dengan memiringkan posisi bayi dulu dan baru diangkat dengan menjaga
kepala agar tidak defleksi sehingga dapat mencegah terjadinya aspirasi.

15

Anda mungkin juga menyukai