Anda di halaman 1dari 53

DRAINASE TERAPAN

DRAINASE BAWAH PERMUKAAN


Dinia Anggraheni
HP: 085643189808
Email: dinia.anggraheni@uii.ac.id

PRODI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
PENGERTIAN

DRAINASE BAWAH TANAH adalah drainase buatan yang terletak di


bawah tanah dan dipakai ketika drainase alam tidak cukup memuaskan.
Drainase bawah tanah atau subsurface drainage sudah dikenal secara luas
di Eropa dan Amerika pada abad ke 12. Awalnya drainase bawah tanah
dipakai untuk kepentingan pertanian.

Namun, pada prinsipnya, drainase bawah tanah digunakan untuk:


• Membuang kelebihan air pada permukaan maupun bawah permukaan
• Membuang kelebihan kandungan garam yang ada pada air
• Menjaga muka air tanah pada elevasi yang diinginkan
Sehingga pada perkembangannya, drainase bawah tanah juga digunakan
pada drainase jalan raya, drainase lapangan terbang, lapangan olah raga
dan lain-lain.
DRAINASE
PERTANIAN
DRAINASE PEMUKIMAN
4 Tipe Sistem Drainase Bawah Tanah:
1. Tubewell drainage (vertical drainage,
well drainage)
2. Mole drainage (horizontal drainage)
3. Open drainage (horizontal drainage,
ditch drainage)
4. Pipe drainage (horizontal drainage,
tile drainage)
4 Tipe
Drainase
Bawah
Tanah
Gravel Mole Drain

Gravel Mole Drain Machine

Mole Plough
Layout pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Singular Drainage System
Keuntungan singular drainage system:
• Simpel pada desain dan instalasi
• Mudah dalam pengecekan
• Pembersihan mudah
• Diameter pipa seragam
• Hanya mempetimbangkan slope untuk drainase

Kerugian:
Lebih mahal pada pemeliharaan
Layout pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Extended Field Drain System
Layout pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Composite Drainage System
Material pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Pipes for Field Drains
Fungsinya adalah untuk menangkap kelebihan air tanah dan
menyalurkannya pada drainase kolektor/open drain.

Kriteria pipanya harus:


Seluas mungkin untuk menangkap air tapi sekecil mungkin untuk
menjaga agar partikel tanah tidak masuk ke dalam pipa.
Material pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Pipes for Field Drains
Terbuat dari: Perforated plastic (PVC), Concrete, Clay (tile)
Material pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Pipes for Field Drains
Terbuat dari: Perforated plastic (PVC), Concrete, Clay (tile)
Material pada Sistem Drainase Bawah Permukaan

Pipes for Collector Drains:


Berfungsi sebagai penyalur kelebihan air ke
outletnya.
Secara umum, bahan sama dengan field drain
pipes hanya saja diameternya lebih besar.
Dapat terbuat dari plastik (PVC), concrete,
atau clay (lebih mahal)
Material pada Sistem Drainase Bawah Permukaan

Envelop
Berfungsi sebagai material porus yang diletakkan disekeliling pipa :
• Filter function, menjaga agar partikel tanah tidak masuk ke pipa.
• Hydraulic function, untuk menyediakan kondisi porus untuk
mencapai permeable yang tinggi pada daerah sekitar pipa untuk
mengurangi resistensi pemasukan air pada pipa
Struktur pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Manholes/sumps
Struktur pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Manholes/sumps
Struktur pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Outlets
Struktur pada Sistem Drainase Bawah Permukaan
Pumps
Proses pembuatan drainase bawah
permukaan
Proses checking kualitas drainase
bawah permukaan
Maintenance drainase bawah permukaan
Maintenance drainase bawah permukaan
Perlu mempelajari sifat sifat tanah
Sifat-Sifat Tanah
INFILTRASI
Infiltrasi adalah proses meresapnya air ke dalam tanah melewati permukaan tanah.

Faktor yang mempengaruhi infiltrasi:


• Kepadatan tanah, semakin tinggi kepadatan laju infiltrasi semakin kecil.
• Sifat dan Jenis tanaman penutup, tanaman akan memberikan keuntungan
dengan makin besarnya infiltrasi.
• Jenis Tanah (Struktur dan Tekstur tanah)
• Kelembaban Tanah, semakin tinggi kadar air dalam tanah, laju infiltrasi semakin
kecil.
Sifat-Sifat Tanah
TEKSTUR

Tekstur adalah ukuran dan proporsi kelompok ukuran butir-butir primer bagian
mineral tanah.
Butir-butir primer tanah terbagi dalam butir lempung (clay), lumpur (silt), dan pasir
(sand).

Clay

Silt

Sand
 Menurut sistem USDA (united states departement of agriculture) , tekstur tanah
dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur, seperti diberikan pada
diagram segitiga tekstur tanah
Misalkan hasil Uji analisis
distribusi butiran = menyatakan
bahwa persentase pasir (X) 32%,
lanau (Y) 42% dan lempung (Z)
26%, berdasarkan diagram
segitiga tekstur maka tanah
tersebut masuk kedalam
golongan tanah bertekstur Clay
loam (Lempung berliat).
Z
Y

X
Gambar 2. Diagram Segi Tiga Tekstur Tanah
(sumber Kirby, 1980)
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah tersebut. Tekstur
tanah merupakan perbandingan antara butir-butir pasir, debu dan liat. Kelas tekstur dibedakan
berdasarkan prosentase kandungan pasir (Sand), debu (silt) dan liat (Clay).

Tabel Proporsi Fraksi menurut Kelas Tekstur Tanah


Kelas Tekstur Tanah Proporsi (%) fraksi tanah
Sand Silt Clay
1. Pasir (Sandy) 85-100 0-15 0-10

2. Pasir Berlempung (Loam Sandy) 70-85 0-30 0-15

3. Lempung Berpasir (Sandy Loam) 50-70 0-50 0-20

4. Lempung (Loam) 22,5-52,5 30-50 10-30

5. Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay- 45-80 0-30 20-37,5


Loam)
6. Lempung Liat berdebu (Sandy-silt 0-20 40-70 27,5-40
loam)
7. Lempung Berliat (Clay Loam) 20-45 15-52,5 27,5-40

8. Lempung Berdebu (Silty Loam) 47,5 50-87,5 27,5

9. Debu (Silt) 0-20 0-80 0-12,5

10. Liat Berpasir (Sandy-Clay) 45-62,5 20 37,5-57,5

11. Liat Berdebu (Silty-Clay) 0-20 40-60 40-60

12. Liat (Clay) 55-100 0-40 0-40

Sumber : http://helmysuhendar.blogspot.com/2013/03/makalah-tanah-struktur-jenis-teksture.html
Menurut Hardjowigeno (1992) tekstur tanah di lapangan dapat dibedakan dengan cara manual yaitu
dengan memijit tanah basah di antara jari jempol dengan jari telunjuk, sambil dirasakan halus
kasarnya yang meliputi rasa keberadaan butir-butir pasir, debu dan liat, dengan cara sebagai berikut:
1. Apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan
gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir (Sandy)

Tanah Pasir

2. Apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah
sekali hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Pasir Berlempung (Loam Sandy).

3. Apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur,
maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berpasir (Sandy Loam).

Tanah Lempung berpasir


4. Apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk agak
teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung(Loam).

Tanah Lempung

5. Apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu (Silty Loam).

Tanah Lempung berdebu


6. Apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu (Silt).

Tanah Debu

7. Apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Berliat (Clay Loam)

Tanah Lempung berliat


8. Apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Lempung Liat Berpasir (Sandy-Clay-Loam).

Tanah Lempung liat berpasir

9. Apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta
dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Liat Berdebu (Sandy-silt loam).

Tanah Lempung liat berdebu


10. Apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berpasir
(Sandy-Clay).

Tanah liat berpasir

11. Apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan
mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat Berdebu
(Silty-Clay).

Tanah liat berdebu


12. Apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan
baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Liat
(Clay).

Tanah liat
STRUKTUR

Struktur tanah adalah ikatan butir-butir primer butiran yang berukuran kecil ke
dalam butir sekunder atau agregat.
Susunan butir-butir primer tersebut menentukan tipe struktur. Tanah-tanah yang
berstruktur granuler lebih terbuka dan akan menyerap air lebih cepat dari
pada yang berstruktur dengan susunan butiran primernya lebih rapat..

Macam-macam struktur tanah


1. Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya diameternya
tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terletak di lapisan tanah horizon A.

Struktur tanah berbutir


2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu vertikal. Jika
sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya membulat maka
disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya dapat mencapai 10 cm.

Struktur tanah bloky

3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu


vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi
(deposited).

Struktur tanah platy


4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu horizontal.
Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6 sisi dan
diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah berliat. Jika
bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut kolumner.

Struktur tanah prisma


Keterangan:
Lapisan Tanah O : Serasah / sisa-sisa tanaman (Oi) dan
bahan organik tanah (BOT) hasil
dekomposisi serasah (Oa)
A : Horison mineral ber BOT tinggi
sehingga berwarna agak gelap
E : Horison mineral yang telah
tereluviasi (tercuci) sehingga kadar
(BOT, liat silikat, Fe dan Al) rendah
tetapi pasir dan debu kuarsa
(seskuoksida) dan mineral resisten
lainnya tinggi, berwarna terang
B : Horison illuvial atau horison tempat
terakumulasinya bahan-bahan yang
tercuci dari harison diatasnya
(akumulasi bahan eluvial).
C : Lapisan yang bahan penyusunnya
masih sama dengan bahan induk (R)
atau belum terjadi perubahan
R : Bahan Induk tanah
PARAMETER TANAH
• Kadar Air
Perbandingan berat air dengan berat bagian padat dari tanah. Dinyatakan dalam %

Ww Ww adalah berat air, Ws adalah berat tanah kering


w
Ws
• Berat Jenis Tanah
Perbandingan berat butir tanah dengan berat air dalam volume yang sama. (tanpa
satuan)

• Angka Pori
Perbandingan volume pori dengan volume padat.

Vv
e Vv adalah volume pori, Vs adalah volume padat
Vs
• Porositas
Perbandingan volume pori dengan volume total, dinyatakan dalam %.

Vv
n Vv adalah volume pori, Vt adalah volume total
Vt
Ketika Tanah bertemu Air
Sebelum Hujan

Setelah Hujan
HUBUNGAN GENANGAN DAN WAKTU

Genangan

Waktu (t)

Grafik hubungan lama genangan terhadap waktu

Semakin tinggi genangan, waktu yang dibutuhkan semakin lama sehingga


pengeringan semakin lama dan pada akhirnya akan mencapai titik jenuh
sehingga air tidak dapat melakukan inflitrasi
GARIS LENGKUNG SOMASI

Garis Lengkung Somasi

Lengkung somasi adalah gambaran gerakan air di dalam tanah yang memberikan
hubungan antara kedalaman tanah sebagai sumbu vertikal dan lama waktu
resapan sebagai sumbu horizontal.
KINERJA DRAINASE BAWAH PERMUKAAN

Anda mungkin juga menyukai