Anda di halaman 1dari 12

2.

1 Defenisi

Cemas atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian dari


stimulus. Keadaan emosi ini biasanya merupakan pengalaman individu yang
subyektif, yang tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas berbneda
dengan takut. Ansietas dapat merupakan suatu sumber kekuatan dan energinya
dapat menghasilkan suatu tindakan yang destruktif atau konstruktif (Wahid,
2008).

Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir disertai
dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari susunan
saraf autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang umum tetapi non-
spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Sedangkan depresi merupakan
satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan
yang sedih dan gejala penyertanya termasuk perubahan pola tidur dan nafsu
makan, psikomotor, konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri. Keadaan dimana individu/kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi system syaraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman tidak jelas, non spesifik (Ashadi, 2008).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati disertai


berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi
sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang jelas bagi pasien

2.2. Etiologi

Faktor-faktor Penyebab Ansietas

Ada beberapa penyebab ansietas, yang pertama adalah faktor biologis, termasuk
faktor genetik, dan yang kedua adalah faktor psiko-sosial. Faktor biologis
misalnya karena sakit, pengaruh hormonal atau depresi pasca-melahirkan.
Sedangkan faktor psiko-sosial misalnya konflik pribadi atau interpersonal,
masalah eksistensi atau masalah keluarga. Ansietas berupa gangguan perasaan
cemas berlebih sering dianggap sebagai masalah pribadi dan bukan sebagai
penyakit.

a) Faktor Pikiran

Orang yang selalu berfikir apa yang buruk nanti, padahal itu belum tentu dan
bahkan biasanya tidak akan terjadi namun mereka mengurung diri mereka di
bawah pengaruh ansietas atau kecemasan. ‘Dari pendekatan sosial, ansietas dapat
disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan, krisis, ketakutan yang terus menerus
yang disebabkan oleh kesusahan dan kegagalan yang bertubi-tubi, adanya
kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang, represi terhadap
macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak bisa berlangsung secara
sempurna(incomplete repress), atau dorongan-dorongan seksual yang tidak
mendapat kepuasan dan terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik
batin’ (Fatimah, 2009).

b) Faktor TFR

Tidak semua ansietas yang mungkin dialami muncul dari pikiran yang buruk
mengenai kemungkinan kelemahan-kelemahan pribadi atau kegagalan-kegagalan
yang terungkap secara luas. Namun bisa saja terjadi TFR atau Toleransi Frustasi
yang Rendah. Ide dasar dari TFR adalah sebagai berikut: ‘Hidup harus gampang
dan berjalan sesuai dengan yang saya inginkan tanpa terlalu banyak kesulitan atau
kekesalan; dan jika itu tidak terjadi, adalah mengerikan dan saya tidak tahan’. Jika
memegang gagasan ini, maka kita berada dalam ‘jebakan nyaman’. Variasi yang
tipikal dari gagasan ini adalah, “Saya harus merasa baik”, “Saya tidak boleh
cemas”, Saya harus selalu sabar, tenang, dan terkendali”. Jika kita menganut
pikiran ini, sudah terbukti bahwa kita akan mulai merasa tidak enak segera setelah
memikirkan hal tersebut, dan hampir dapat dipastikan bahwa serangan ansietas
akan terjadi, bahkan kita mencemaskan tentang keadaan cemas itu (Fatimah,
2009).
c) Faktor Lingkungan

Seorang anak yang ibunya menderita ansietas maka anaknya cenderung


meengalaminya pula, karena sang anak dapat mengenali dan merasakan apa yang
dialami oleh sang ibu dan tentunya mempengarahi prilaku dan cara berpikir anak
tersebut (Fatimah, 2009).

d) Faktor Biologis

Faktor biologis ansietas merupakan akibat dari reaksi syaraf otonom yang
berlebihan (tonus syaraf simpatis meningkat) dan terjadi pelepasan
katekholamine., sebagai contoh PMS atau Pre Menstrual Syndrome, disamping
dapat terjadi gangguan fisik ternyata PMS juga dapat memunculkan ansietas,
berupa gangguan mental seperti mudah tersinggung dan sensitif (Fatimah, 2009).

Dilihat dari aspek psikoanalisis kecemasan dapat terjadi akibat impuls-impuls


bawah sadar (seks, agresi, dan ancaman ) yang masuk ke alam sadar. Mekanisme
pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil dapat menimbulkan kecemasan
yang mengambang, displacement dapat mengakibatkan reaksi fobia, reaksi
formasi, dan undoing dapat mengakibatkan gangguan obsesi kompulsif.
Sedangkan ketidakberhasilan represi mengakibatkan gangguan panik. Dari
pendekatan sosial, ansietas dapat disebabkan karena frustasi, konflik, tekanan atau
krisis (Hidayat, 2007).

e) Faktor Psikologis

Sedangkan dari aspek psikoanalisis, ansietas dapat terjadi akibat impuls-impuls


bawah sadar (seks, agresi, dan ancaman) yang masuk ke alam sadar, atau
mekanisme pertahanan jiwa yang tidak sepenuhnya berhasil, dapat menimbulkan
ansietas yakni reaksi fobia (Fatimah, 2009).

f) Faktor Penyakit

Ansietas juga timbul sebagai efek sekunder dari suatu penyakit, misalnya pasien
yang menderita penyakit kanker ternyata juga sering menderita gangguan psikis
seperti depresi, ansietas dan gangguan lainnya, ketakutan pasien akan penyakit
yang dideritanya atau pun kesakitan fisik yang dialaminya dari suatu penyakit
itulah yang menjadi penyebab timbulnya ansietas (Fatimah, 2009).

g) Faktor Penyalahgunaan Obat

Penyalahgunaan atau penggunaan obat/zat tertentu yang berlebihan juga


merupakan salah satu penyebab utama ansietas. ”Seperti alkoholisme, intoksikasi
kafein, hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi
gejala ansietas ini” (Brust, 2007). Karena sebagian besar orang akan berlari ke
hal-hal tadi untuk menghadapi ansietas yang timbul pada dirinya. Beberapa zat
yang dapat menyebabkan ansietas anatara lain :

1. Anti kompulsan (Carbamazepine, ethosuximide)


2. Antihistamin
3. Antimicrobials (Cephalosporins, ofloxacin, aciclovir, isoniazid)
4. Bronchodilators (Theophyllines)
5. Digitalis (pada level toksik)
6. Oestrogen
7. Levodopa
8. Corticosteroids
9. Tiroksin
10. Non-steroidal anti-inflammatory drugs(Indomethacin) (Fatimah, 2009).

Berbagai studi berupaya mencari hubungan antara gangguan psikiatrik


(cemas) dan penyalahgunaan zat. Itu terbukti antara keduanya ada hubungan yang
kuat. Mayoritas peneliti setuju bahwa penyalahgunaan zat lebih pada mengikuti
daripada mendahului onset gangguan psikiatrik (kecuali perilaku ). 60 – 80%
remaja penyalahguna zat memiliki beberapa psikopatologi yang lain. Lebih
kurang 20% remaja mengalami gangguan mental dan emosional yang
memungkinkan mereka terlibat inisiasi dan penyalahgunaan zat (Hidayat, 2007).

h) Faktor Keturunan

Ansietas juga dapat disebabkan karena adanya pengaruh faktor genetik dari
keluarga. Penelitian telah melaporkan bahwa duapertiga sampai tigaperempat
pasien yang terkena ansietas memiliki sekurang-kurangnya satu sanak saudara
derajat pertama dengan ansietas spesifik tipe spesifik yang sama (Brust, 2007).

Meskipun demikian masih banyak penyebab ansietas yang harus selalu dicari,
untuk itu diperlukan analisis yang lengkap seperti asal timbulnya gejala dan
matriks interpersonal dan social bermulanya gejala. Sama halnya dengan
mekanisme depresi yang kompleks, penyebab gangguan ini hingga kini juga
masih belum dapat ditentukan. Sejauh ini penyebabnya diduga berasal dari faktor
biologi (keturunan), penyakit (gangguan) neurologi, efek samping pengobatan
jangka panjang (pada reserpine atau beta blocker), penyalahgunaan obat seperti
amphetamine serta adanya penyakit kronis dan stress psikososial (Fatimah, 2009).

Selain faktor-faktor di atas, ada beberapa faktor yang dikemukakan para ahli,
yaitu:

a) Faktor predisposisi

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :

1. Teori psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen, yaitu id,
ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls primitif.
Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator
antara tuntutan dari id dan superego. Menurut teori psikoanalitik, ansietas
merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan superego, yang berfungsi
memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi (Wahid, 2008).

2. Teori interpersonal

Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan
yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai
harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat
(Wahid, 2008).
3. Teori prilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu


kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli prilaku
menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan
keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu
yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan
menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya
(Wahid, 2008).

4. Kajian keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang


biasa ditemui dalam suatu keluarga (Wahid, 2008).

5. Kajian biologis

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk


benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas. Selain itu
kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor (Wahid, 2008).

b) Faktor presipitasi

Faktor presipitasi ansietas dapat diklasifikasikan dalam dua jenis :

1. Ancaman terhadap integritas biologik

Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti kebutuhan akan


makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan faktor umum penyebab
ansietas.

1. Ancaman terhadap rasa aman

Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan diri meliputi ;
(1) tidak tercapainya harapan, (2) tidak terpenuhinya kebutuhan akan status, (3)
rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan diri dan prilaku, (4) tidak
mampu untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain (Wahid, 2008).
c) Pengkajian pada ansietas juga dilakukan pada tiga aspek yaitu :

1. Aspek Fisiologis

Observasi status fisiologi klien dilakukan dengan mengidentifikasi respon sistem


saraf otonom, khususnya saraf simpatik. Klien dengan ansietas mungkin terjadi
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, susah bernafas, rasa tercekik,
mulut kering, rasa kembung pada perut dan nyeri, berkeringat pada telapak tangan
dan tremor. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan fungsi
adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen
dan kalsium (Wahid, 2008).

1. Aspek kognitif

Pengkajian pada fungsi kognitif mungkin didapatkan : susah untuk berkonsentrasi,


menurunnya lapang persepsi, kurang perhatian terhadap hal yang kecil atau susah
untuk memfokuskan fikiran. Pada tingkat ansietas ditentukan oleh luasnya
gangguan pada fungsi kognitif (Wahid, 2008).

1. Aspek emosi atau prilaku

Gangguan pada aspek emosi atau prilaku antara lain : mudah tersinggung, marah,
menarik diri, merasa tidak berdaya, dan mudah menangis. Pengkajian pada reaksi
afektif didapatkan dari keluhan klien. Klien mungkin menceritakan bahwa dirinya
merasa gugup yang luar biasa, tegang, ketakutan, dan bingung (Wahid, 2008).

TANDA DAN GEJALA

Gejala-gejala Ansietas

Setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap stres tergantung pada
kondisi masing-masing individu, beberapa simtom yang muncul tidaklah sama.
Kadang beberapa diantara simtom tersebut tidak berpengaruh berat pada beberapa
individu, lainnya sangat mengganggu. Gejala muncul biasanya disebabkan
interaksi dari aspek-aspek biopsikososial termasuk genetik dengan beberapa
situasi, stres atau trauma yang merupakan stressor munculnya gejala ini. Di sistem
saraf pusat beberapa mediator utama dari gejala ini adalah. norepinephrine dan
serotonin. Sebenarnya ansietas diperantarai oleh suatu sistem kompleks yang
melibatkan sistem limbic, thalamus, korteks frontal secara anatomis dan
norepinefrin, serotonin dan GABA pada sistem neurokimia, yang mana hingga
saat ini belum diketahui jelas bagaimana kerja bagian-bagian tersebut
menimbulkan ansietas (Ashadi, 2008).

Ansietas dan gangguannya dapat menampilkan diri dalam berbagai tanda dan
gejala fisik dan psikologik seperti gemetar, renjatan, rasa goyah, nyeri punggung
dan kepala, ketegangan otot, napas pendek, mudah lelah, sering kaget,
hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah dan pucat, takikardi, palpitasi,
berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing. Rasa takut,
sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual
di perut dan sebagainya (Ashadi, 2008).

KLASIFIKASI ANSIETAS

Beberapa teori membagi ansietas kedalam empat tingkat sesuai dengan rentang
respon ansietas yaitu :

1. Ansietas ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan kehidupan sehari-hari.


Pada tingkat ini lapang persepsi meningkat dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Pada tingkat ini individu terdorong untuk belajar dan akan
menghasilkan pertumbuhan dan ktreativitas.

Respon Fisiologis
– Sesekali nafas pendek
– Nada dan tekanan darah naik
– Gejala ringan pada lambung
– Muka berkerut dan bibir bergetar

Respon Kognitif
– Mampu menerima rangsang yang kompleks
– Konsentrasi pada masalah
– Menyelesaikan masalah secara efektif
Respon Perilaku dan Emosi
– Tidak dapat duduk tenang
– Tremor halus pada tangan
– Suara kadang – kadang meninggi (Anonim2, 2009).

2. Ansietas sedang

Pada tingkat ini lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.

Respon fisiologik
– Sering nafas pendek
– Nadi dan tekanan darah naik
– Mulut kering
– Anorexia
– Diare / konstipasi
– Gelisah

Respon kognitif
– Lapang persepsi menyempit
– Rangsang luar tidak mampu diterima
– Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya

Respon perilaku dan emosi


– Gerakan tersentak – sentak / meremas tangan
– Bicara banyak dan lebih cepat
– Susah tidur
– Perasaan tidak aman (Anonim2, 2009).

3. Ansietas berat

Pada ansietas berat, lapang persepsi menjadi sangat menurun. Individu


cenderumng memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang lain.
Individu tidak mampu berfikir berat lagi dan membutuhkan banyak pengarahan
(Wahid, 2008).

4. Ansietas panik
Pada tingkat ini individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan (Wahid, 2008).

Respon fisiologik
– Palpitasi
– Jantung berdenyut keras
– Berkeringat
– Gemetar/menggigil
– Sensasi sesak nafas
– Merasa tersedak

- Nyeri dada

- Mual,pusing, pening

Respon kognitif
– Merasa tidak nyata (derealisas)
– Merasa terasing pada diri sendiri (depersonalisasi)
– Takut kehilangan kendali (menjadi gila dan mati)

Respon perilaku dan emosi


– Parentesia (sensasi kebas/kesemutan)
– Merasa tidak tegap
– Perasaan tidak nyaman (Anonim2, 2009).

Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :

1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak mampuan fisiologis


yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari– hari.

2. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga


diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang (Anonim2, 2009)

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan ansietas pada
tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencakup fisik ( somatik ) , psikologik atau psikiatrik, psikososial
dan psikoreligius. Selengkapnya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1) Makan makanan yang bergizi dan seimbang.

2) Tidur yang cukup

3) Olahraga yang cukup

4) Tidak merokok

5) Tidak meminum minuman keras

b. Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk


cemas dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi
gangguan neurotransmiter ( sinyal penghantar syaraf ) di susunan saraf pusat otak
( limbic system ). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas
(anxiolitic), yaitu diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspironeHCl,
meprobamate dan alprazolam.

c. Terapi somatik Gejala atau keluhan fisik ( somatik ) sering dijumpai


sebagai gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik ( fisik ) itu dapat diberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu,


antara lain:

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi semangat atau dorongan agar


pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidak mampuan mengatasi kecemasan

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksutkan memperbaiki (re-konstruksi)


kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien yaitu


kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrai dan daya ingat.

5) Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses


dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadap stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan agar faktor


keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat dijadikan
sebagai faktor pendukung .

7) Terapi psikoreligius untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat


hubungannya dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai
problem kehidupan yang merupakan stressor psikososial. (Eko Prabowo, 2014)

RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon adaptif respon maladaptive

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan (Stuart, 2007).

Anda mungkin juga menyukai