Anda di halaman 1dari 16

COMBUTSIO

DEFENISI

Luka bakar/ Combutsio adalah penyebab utama keempat trauma dan penyebab paling umum
kecacatan dan kematian di seluruh dunia (Ardabili, dkk., 2016). Dan merupakan penyebab
kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering
mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia
(Rahayuningsih, 2012). Ardabili, dkk. (2016) melaporkan bahwa insiden total luka bakar telah
terjadi diperkirakan sekitar 2,4 juta kasus di berbagai negara yang berbeda, 650.000 dan 75.000
di antaranya memerlukan perawatan segera dan rawat inap. Luka bakar merupakan suatu bentuk
kerusakan dan atau kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu
yang sangat tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang
sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau penyebab lainnya), berlangsung
reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami
kerusakan (Moenadjat, 2009). Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti kobaran api ditubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash),
terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat
bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn).

ETIOLOGI

Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah,

Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat : Luka bakar thermal burn
biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh
(flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas, dan
lain-lain) (Moenadjat, 2005).

Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn) : Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam
kuat atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat, 2005).

Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn) : Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan
karena arus, api, dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima,
sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari
lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).

KLASIFIKASI

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain :

Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme dan Penyebab

Luka Bakar Termal ; Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, .kontak dengan
benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak .dengan zat kimia dan aliran listrik (WHO,
2008).

Luka Bakar Inhalasi ; Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas
atau .produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna .(WHO, 2008).

Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar

Derajat I (superficial partial-thickness) ; Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit.
Luka .bakar derajat I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan jaringan .parut saat
remodeling (Barbara et al., 2013).

Derajat II (deep partial-thickness) ; Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis


dan .sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan, .sedikit edema dan
nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka .bakar derajat II dapat sembuh dalam 7
hingga 20 hari dan akan .meninggalkan jaringan parut (Barbara et al., 2013).

Derajat II Dangkal (Superficial)

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan luka bakar pada
mulanya tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai
derajat II superficial setelah 12-24 jam

Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah muda dan basah.

Jarang menyebabkan hypertrophic scar.

Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara spontan kurang dari 3
minggu (Brunicardi et al., 2005).

Derajat II dalam (Deep)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis

Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar keringat,kelenjar sebasea


sebagian besar masih utuh.

Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang tersisa.

Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tanpak berwarna merah
muda dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis
(daerah yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak
ada sama sekali, daerah yg berwarna merah muda mengindikasikan masih ada
beberapa aliran darah ) (Moenadjat, 2001)

Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9 minggu (Brunicardi et al.,
2005)

Derajat III (full thickness) ; Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit,
.termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit akan .tampak kering dan mungkin
ditemukan bulla berdinding tipis, .dengan tampilan luka yang beragam dari warna putih,
merah terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan .biasanya terbatas akibat
hancurnya ujung saraf pada dermis. .Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan
biasanya .membutuhkan donor kulit (Barbara et al., 2013).
Luka bakar derajat IV ; Luka full thickness yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
ltulang dengan adanya kerusakan yang luas. Kerusakan meliputi seluruh dermis, organ-
organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat mengalami
kerusakan, tidak dijumpai bula, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, terletak
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar, terjadi koagulasi protein pada epidemis dan
dermis yang dikenal scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensori karena ujung-ujung
syaraf sensorik mengalami kerusakan dan kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama
karena ada proses epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).

Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka

Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% .atau derajat II dengan luas
<2%.

Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10- .15% atau derajat II dengan luas
5-10%.

Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% .atau derajat III dengan luas
>10% .

Untuk menilai luas luka menggunakan metode Rules of nine berdasarkan luas permukaan tubuh
total. Luas luka bakar ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis.
Persentase pada orang dewasa dan anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9%
dan untuk ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan
posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing 18%, yang termasuk adalah
toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan pada anak-anak persentasenya
berbeda pada kepala memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa, 2009).

PATOFISIOLOGI

Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal tetapi memiliki efek
systemic. Perubahan ini khusus terjadi pada luka bakar dan umumnya tidak ditemui pada luka
yang disebabkan oleh cedera lainnya. Karena efek panas terdapat perubahan systemic
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler ke
ruang interstitial. Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma maksimal muncul
dalam 8 jam pertama dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah 48 jam permeabilitas kapiler kembali
kembali normal atau membentuk trombus yang menjadikan tidak adanya aliran sirkulasi darah.
Hilangnya plasma merupakan penyebab hypovolemic shock pada penderita luka bakar. Jumlah
kehilangan cairan tergantung pada luas luka bakar pada permukaan tubuh yang dihitung dengan
aturan Wallace rules of 9 pada orang dewasa dan Lund dan Browder grafik pada orang dewasa
dan anak-anak. Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari
10% dapat terjadi hypovolemic shock jika resuscitation tidak memadai. Peningkatan
permeabilitas kapiler secara systemic tidak terjadi pada luka lainnya. Hanya terdapat reaksi lokal
pada lokasi luka karena inflamasi menyebabkan vasodilation progresif persisten dan edema.
Hypovolemic shock yang terjadi pada trauma lain disebabkan hilangnya darah dan
membutuhkan tranfusi segera (Tiwari, 2012).

MANIFESTASI KLINIS

Derajat satu (superfisial)

Ex ; Tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah.

Bagian yang terkena ; Epidermis

Gejala ; Kesemutan, hiperestesia (supersensivitas), rasa nyeri mereda jika didinginkan

Penampilan luka ; Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema

Perjalanan kesembuhan ; Kesembuhan lengkap dalam waktu satu minggu, terjadi pengelupasan
kulit

Derajat-dua (partial-thickness)

Ex ; Tersiram air mendidih, terbakar oleh nyala api

Bagian yang terkena ; Epidermis dan bagian dermis

Gejala ; Nyeri, hiperestesia, sensitif terhadap udara yang dingin

Penampilan luka ; Melepuh, dasar luka berbintik-bintik merah, epidermis retak, permukaan luka
basah, terdapat edema
Perjalanan kesembuhan ; Kesembuhan dalam waktu 2-3 minggu, pembentukan parut dan
depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga.

Derajat-tiga (full-thickness)
Ex ; Terbakar nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik

Bagian yang terkena ; Epidermis, keseluruhan dermis dan kadang-kadang jaringan subkutan

Gejala ; Tidak terasa nyeri, syok, hematuria (adanya darah dalam urin) dan kemungkinan pula
hemolisis (destruksi sel darah merah), kemungkinan terdapat luka masuk dan keluar (pada luka
bakar listrik)

Penampilan luka ; Kering, luka bakar berwarna putih seperti bahan kulit atau gosong, kulit retak
dengan bagian lemak yang tampak, terdapat edema

Perjalanan kesembuhan ; Pembentukan eskar, diperlukan pencangkokan, pembentukan parut dan


hilangnya kontur serta fungsi kulit, hilangnya jari tangan atau ekstrenitas dapat terjadi.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hitung darah lengkap: Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht
(Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun
dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh
darah.
Leukosit: Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.

GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan
tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2) mungkin terlihat
pada retensi karbon monoksida.

Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan,
hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

Natrium Urin: Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari 10
mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau
gangguan pompa, natrium.

Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.

Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.

BUN atau Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi
kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.

EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.

Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

PENATALAKSANAAN

Pre Hospital

Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk mencari air. Hal ini
akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena tertiup oleh angin. Oleh karena itu,
segeralah hentikan (stop), jatuhkan (drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam.
Bila memiliki karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan
apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia atau benda dingin, segera basuh dan
jauhkan bahan kimia atau benda dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami
luka bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan membawa orang
dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat menyebabkan evaporasi cairan tubuh
yang terekspose udara luar dan menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya
diberikan obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam mefenamat
samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis.

Hospital

Resusitasi A, B, C ; Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.

Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi antara lain adalah: riwayat
terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum
yang hitam.

Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat gerakan dada untuk bernapas,
segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat
menghambat gerakan pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur
costae

Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan edema.


pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena kebocoran plasma
yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat
diberikan yaitu dengan Formula Baxter dan Evans

Resusitasi Cairan

Cara Evans ; Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah,

Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl

Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid 3.2000cc glukosa 5%
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairn hari pertama.
Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua. Sebagai
monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.

Cara Baxter ; Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus,

Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc

Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan
dalam 16 jam. Hari pertama terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat
karena terjadi hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah pemberian
hari pertama.

Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.

Monitor urine dan CVP.

Topikal dan tutup luka

Obat – obatan

Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.

Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai kultur.

Analgetik : kuat (morfin, petidine)

Antasida : kalau perlu

Penatalaksanaan Pembedahan ; Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi bagian distal
akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini penjepitan berupa nyeri, kemudian
kehilangan daya rasa menjadi kebal pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan
yaitu membuat irisan memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.

Perawatan Luka Bakar


Perawatan luka bakar harus direncanakan menurut luas dan dalamnya luka bakar, kemudian
perawatannya dilakukan melalui tiga fase yaitu :

Fase Resusitatif ; Fase resusitatif cedera luka bakar terdiri atas waktu antara cedera awal sampai
36 hingga 48 jam setelah cedera. Fase ini berakhir ketika resusitasi cairan selesai. Selama fase
ini, masalah saluran napas dan pernapasan yang mengancam nyawa adalah perhatian utama.
Fase ini juga ditandai dengan terjadinya hypovolemia, yang menyebabkan kebocoran cairan
kapiler dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial, menyebabkan edema. Walaupun cairan
tetap berada dalam tubuh, cairan tersebut tidak mungkin berperan dalam menjaga sirkulasi
yang memadai, karena tidak berada di ruang vaskuler lagi.

Fase Akut ; Fase pemulihan akut setelah luka bakar mayor dimulai ketika hemodinamik klien
sudah stabil, integritas kapiler sudah kembali, dan diuresis sudah mulai muncul. Waktu
tersebut dimulai kira-kira pada 48 hingga 72 jam setelah waktu cedera. Untuk klien baik
dengan luka bakar moderat atau minor, fase akut pada dasarnya dimulai pada waktu cedera.
Fase akut berlanjut hingga penutupan luka tercapai.

Fase Rehabilitasi ; Fase rehabilitasi dalam pemulihan mewakili fase terakhir dalam pemulihan
luka bakar dan mencakup waktu sejak penutupan luka sampai pemulangan dan setelahnya.
Dalam rangka mencapai hasil terbaik, pemberi perawatan harus mengerti konsekuensi cedera
luka bakar, dan penanganan rehabilitasi harus dimulai sejak hari saat cedera terjadi. Pada
akhirnya, program rehabilitasi luka bakar dirancang untuk pemulihan fungsional dan
emosional maksimal. Cara-cara untuk meningkatkan penyembuhan luka, mencegah dan
meminimalkan deformitas dan parut hipertrofik, meningkatkan fungsi dan kekuatan fisik,
meningkatkan dukungan emosional, serta memberikan pengajaran adalah bagian dari fase
rehabilitasi yang berlangsung.

MADU

DEFENISI

Madu merupakan bahan makanan sumber energi yang mengandung gula-gula sederhana
sehingga dapat segera dimanfaatkan oleh tubuh. Madu adalah cairan alami yang umumnya
memiliki rasa manis, yang dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (Floral nectar)
atau bagian lain dari tanaman (extra floral nectar) atau ekskresi serangga. Madu dihasilkan oleh
lebah dari sari bunga yang berbeda beda sehingga komposisi yang ada disatu madu bisa berbeda
dengan madu lainnya. Namun secara umum zat- zat penyembuhan teradapat diseluruh madu
sejauh madu tersebut benar-benar asli. Keaslian madu dapat dianalisis melalui kandungan zat
yang terdapat pada madu (Putriwindani, 2011).

Jenis –jenis Madu

Hammad (2009) menyatakan bahwa madu terdiri dari beberapa jenis yang tergantung pada
sumber bunganya. Madu yang sumber bunganya bahwa satu jenis sari bunga disebut monofloral,
sedangkan madu yang sumbernya berasal dari berbagai sari bunga disebut madu multifloral.
Madu dapat diklasifikasikan kedalam berbagai jenis berdasarkan spesifikasi tertentu, meliputi
warna, kekentalan, dan aroma. Berikut ini adalah penjelasan karakteristik beberapa jenis madu :

Madu bunga akasia yaitu madu yang berwarna kuning susu dan mempunyai aroma yang lembut.
Madu ini mempunyai kandungan fruktosa yang tinggi. Oleh sebab itu, jenis madu ini selalu
dalam keadaan cair.

Madu bunga Limau merupakan madu yang termaksud madu yang paling laris dipasaran, karena
memiliki aroma yang lezat dan rasanya yang istimewa. Warnanya kuning kehijau hijauan.

Madu Heather berwarna kuning gelap atau merah kecoklatan. Madu ini memiliki keunikan
tersendiri yaitu ia akan membeku dan keadaanya diam, namun akan cair ketika akan
diguncangkan.

Madu Lobak yaitu jenis madu yang mengandung glukosa yang tinggi sehingga lebih cepat
mengkristal. Warnanya putih pucat karena kandungan glukosanya yang tinggi sehingga
rasanya manis menyengat.

Madu alfalfa berwarna kuning muda, aromanya wangi, rasanya lembut, dan cepat mengkristal.
Oleh karena itu madu ini sering dijual bersama sarangnya.
Madu Willow berasal dari pohon willow yang memiliki daun berwarna ungu. Madu ini
termaksud madu yang rasanya paling enak dan aromanya sangat wangi. Warnanya terang
kehijau-hijauan dan tidak mudah mengkristal.

Madu Eucalyptus berwarna kungin muda dan memiliki cita rasa yang kuat. Madu jenis ini
terkenal akan khasiatnya untuk mengobati penyakit dada.

Madu Citrus umumnya dijual dengan nama “madu jeruk”, meski sebenarnya berasal dari pohon
lemon. Madu ini berwarna terang dan rasanya lezat.

Madu sikomore memiliki ciri khas yaitu tidak cepat masak. Madu jenis ini sebaiknya dikonsumsi
beberapa bulan setelah disaring.

Madu Dandelion memiliki ciri khas berwarna kuning tua keemas-emasan. Madu ini memiliki
rasa yang lezat dengan aroma yang tajam.

KANDUNGAN MADU

Madu memiliki antioksidan dan pemulungan radikal properti, yang terutama karena flavonoid
dan fenolik. Madu juga merangsang pertumbuhan jaringan baru sehingga selain mempercepat
penyembuhan juga mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit. Madu memiliki efek
osmotik dengan tinginya kadar gula dalam madu terutama fruktosa, dan kadar air yang sangat
sedikit menyebabkan madu memiliki efek osmotik yang tinggi. Dengan adanya efek tersebut
memungkinkan mikroorganisme yang ada dalam tubuh sukar tumbuh dan berkembang.

Selain itu kandungan air yang terdapat dalam madu akan memberikan kelembaban pada luka.
Hal ini sesuai dengan prinsip perawatanluka modern yaitu "Moisture Balance". Madu dapat
menurunkan pH dan mengurangi ukuran luka kronis seperti ulkus vena/arteri dan luka
decubitusdalam waktu dua minggu secara signifikan. Hal ini akan memudahkan terjadinya
proses granulasi dan epitelisasi pada luka.

Madu mampu mengabsorbsi pus atau nanah atau luka, sehingga secara tidak langsung madu akan
membersihkan luka tersebut. Madu menimbulkan efek analgetik (penghilang nyeri), mengurangi
iritasi, dan dapat mengeliminasi bau yang menyengat pada luka. Madu juga berfungsi sebagai
antioksidan karena adanya vitamin C yang banyak terkandung pada madu. Secara tidak langsung
madu mengeliminasi zat radikal bebas yang ada pada tubuh kita. Pada luka bakar, dimana madu
telah dimanfaatkan untuk manahan luka-luka bakar yang terjadi pada kulit. Jika diusapkan pada
daerah yang terbakar, madu akan mengurangi rasa sakit yang menyengat dan mencegah
pembentukan lepuhan.

ASKEP

PENGKAJIAN

Aktifitas/istirahat ; Penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak pada area yang
sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus.

Sirkulasi ; Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT), hipotensi (syok), penurunan
nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera, vasokontriksi perifer umum dengan
kehilangan nadi, kulit putih dan dingin (syok listrik), takikardia (syok/ansietas/nyeri),
disritmia (syok listrik), pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).

Integritas ego ; Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan. Tanda: ansietas,
menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri, marah.

Eliminasi ; Keluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat, warna mungkin hitam
kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah
kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi), penurunan bising usus/tak ada,
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.

Makanan/cairan ; Oedema jaringan umum, anoreksia, mual/muntah.

Neurosensori ; Area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan
refleks tendon dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi
korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur membran
timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran saraf).

Nyeri/kenyamanan ; Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren sensitif
untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang
derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.

Pernafasan ; terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi
oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. Pengembangan torak mungkin terbatas pada
adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema
laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).

Keamanan ; Kulit umum : destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 3-5 hari
sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa luka. Area kulit tak terbakar
mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan
curah jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok. Cedera api : terdapat area
cedera campuran dalam sehubunagn dengan variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan
terbakar. Bulu hidung gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal. Cedera kimia : tampak luka
bervariasi sesuai agen penyebab. Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit
samak halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara mum ebih dalam
dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah
cedera. Cedera listrik : cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di bawah nekrosis.
Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran masuk/keluar (eksplosif), luka bakar
dari gerakan aliran pada proksimal tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan
pakaian terbakar. Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi otot
tetanik sehubungan dengan syok listrik).

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

LED : mengkaji hemokonsentrasi

Elektrolit serum, mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan biokimia. Ini terutama penting untuk
memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi pulmonal, khususnya pada cedera
inhalasi asap.

BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.

Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menandakan kerusakan otot pada luka
bakar ketebalan penuh luas.

Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.

Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada luka bakar masif.

Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obtruksi
trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka bakar daerah leher; kompresi
jalan nafas thorak dan dada atau keterdatasan pengembangan dada.

Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan cairan melalui rute
abnormal. Peningkatan kebutuhan : status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan,
kehilangan perdarahan.

Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi asap atau sindrom
kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar sirkumfisial dari dada atau leher.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak adekuat; kerusakan
perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan sekunder tidak adekuat; penurunan Hb,
penekanan respons inflamasi.

Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan edema. Manifulasi jaringan


cidera contoh debridemen luka.

Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi neurovaskuler perifer


berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar
ekstremitas dengan edema.
Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status hipermetabolik
(sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi normal pada cedera berat) atau katabolisme
protein.

Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuskuler, nyeri/tak nyaman,


penurunan kekuatan dan tahanan.

Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan permukaan kulit karena
destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar dalam).

Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis situasi; kejadian traumatik
peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.

Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan
Salah interpretasi informasi Tidak mengenal sumber informasi.

Anda mungkin juga menyukai