Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PRAKTIKUM

PESTISIDA DAN APLIKASI

PENGENALAN PESTISIDA

ASISTEN:

1. WIDIA SARI

2. BUNGA YULIANA

WAN SAHURO RAMADHANI

1706113396

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS RIAU

2019
I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk membunuh hama,


baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida telah secara luas digunakan untuk
tujuan memberantas hama dan penyakit tanaman dalam bidang pertanian.
Pestisida juga digunakan di rumah tangga untuk memberantas nyamuk, kecoa dan
berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain pihak pestisida ini secara nyata
banyak menimbulkan keracunan pada orang (Kementan, 2007).

Pestisida merupakan racun yang mempunyai nilai ekonomis terutama bagi


petani. Pestisida memiliki kemampuan membasmi organisme selektif (target
organisme), tetapi pada praktiknya pemakian pestisida dapat menimbulkan bahaya
pada organisme non target. Dampak negatif terhadap organisme non target
meliputi dampak terhadap lingkungan berupa pencemaran dan menimbulkan
keracunan bahkan dapat menimbulkan kematian bagi manusia, oleh karena itu kita
sebagai manusia harus mengenali dan mengetahui tentang jenis dan informasi
tentang pestisida agar tidak merugika diri sendiri (Tarumingkeng, 2008).

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang


sangat dilematis, terutama pada tanaman sayuran yang sampai sat ini masih
menggunakan insektisida kimia sintetis secara intensif. Di satu pihak dengan
digunakannya pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan organisme
penggangu tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten
terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya
musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran
lingkungan, sedangkan di lain pihak tanpa pengunaan pestisida akan sulit
menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT. Karena hal tersebut, kita harus
menggunakan pestisida dengan sebaik-baiknya dan mengikuti cara pemakaian,
dosis, konsentrasi, dan penggunaannya (Kardinan, 2001).
Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak,
memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest
("hama") yang diberi akhiran cide ("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam,
seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang
dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam bahasa
sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". Tergantung dari
sasarannya, pestisida dapat berupa insektisida (serangga) fungisida (fungi/jamur)
rodentisida (hewan pengerat/Rodentia) herbisida (gulma) akarisida (tungau)
bakterisida (bakteri) (Novizan, 2002).

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah:
1. Agar mahasiswa mengetahui jenis-jenis dan fungsi pestisida.
2. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu membedakan nama dagang, nama
umum, bahan aktif, bahan pembawa dan bahan pembantu suatu produk
pestisida.
3. Agar mahasiswa mengetahui rekomendasi suatu pestisida berdasarkan
organisme pengganggu tanaman (OPT) di lapangan.
4. Agar mahasiswa mengetahui rekomendasi dosis, konsentrasi dan volume
semprot yang tertera pada suatu produk pestisida.
5. Agar mahasiswa mengetahui prinsip-prinsip menggunakan pestisida.

1.3 Manfaat

Manfaat dari kegiatan praktikum ini adalah menambah wawasan


pengetahuan mahasiswa tentang pestisida.
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pestisida


Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di
sini adalah sangat luas, yaitu serangga, tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit
tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria dan virus, kemudian
nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput, tikus,
burung dan hewan lain yang dianggap merugikan. Bagi kehidupan rumah tangga,
yang dimaksud hama adalah meliputi semua hewan yang mengganggu
kesejahteraan hidupnya, seperti lalat, nyamuk, kecoak ,ngengat, kumbang, siput,
kutu, tungau, ulat, rayap, ganggang serta kehidupan lainnya yang terbukti
mengganggu kesejahteraannya ( Herwanto , 1988 ).
Menurut kementan (2007) pestisida merupakan bahan kimia yang
digunakan untuk membunuh hama, baik insekta, jamur maupun gulma. Pestisida
telah secara luas digunakan untuk tujuan memberantas hama dan penyakit
tanaman dalam bidang pertanian. Pestisida juga digunakan di rumah tangga untuk
memberantas nyamuk, kecoa dan berbagai serangga penganggu lainnya. Dilain
pihak pestisida ini secara nyata banyak menimbulkan keracunan pada orang.

2.2 Jenis-jenis Pestisida

2.2.1 Berdasarkan Jasad Sasaran

Penggolongan pestisida berdasarkan jasad sasaran yang akan dikendalikan


yaitu (Wudianto, 2001):

1. Insektisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bias
mematikan semua jenis serangga.
2. Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa
digunakan untuk memberantas dan mencegah cendawan.
3. Bakterisida adalah senyawa yang mengandung bahan aktif beracun yang bisa
membunuh bakteri,
4. Nematisida adalah senyawa yang digunakan untuk mengendalikan
nematode/cacing.
5. Akarisida atau mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia
beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba.
6. Rodentisida adalah senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan
berbagai jenis binatang pengerat, misalnya tikus.
7. Moluskisida adalah pestisida untuk membunuh moluska, misalnya siput.
8. Herbisida adalah senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh
tumbuhan pengganggu yang disebut gulma.

2.2.2 Berdasarkan Pergerakan Pestisida di Dalam Tanaman

Pestisida berdasarkan gerakannya pada tanaman setelah digunakan adalah


sebagai berikut (Djojosumarto, 2000):

1. Pestisida sistemik
Pestisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman baik melalui akar,
batang ataupun daun. Kemudian pestisida sistemik tersebut akan mengikuti
gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan ke tanaman-tanaman lainnya baik
ke atas ataupun ke bawah, termasuk juga ke tunas yang baru tumbuh. Contoh
pestisisda sistemik dalam golongan insektisida adalah Furatiokarb, Fosfamidon,
Isolan, Karbofuran, dan Monokrotofos.
2. Pestisisda nonsistemik
Pestisisda nonsistemik setelah digunakan pada tanaman maka tidak akan
diserap oleh jaringan tanaman, namun hanya menempel pada bagian luar tanaman
saja. Contoh pestisida nonsistemik dalam golongan insektisida adalah Dioksikarb,
Diazinon, Diklorvos, Profenofos, dan Quinalfos.
3. Pestisida sistemik lokal
Pestisida sistemik lokal merupakan kelompok pestisida yang dapat diserap
oleh tanaman umumnya bagian daun, namun tidak dapat disalurkan ke bagian
tanaman lainnya. pestisida yang berdaya kerja translaminar atau pestisida yang
mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan merupakan kategori dari pestisida
sistemik lokal. Contoh dalam golongan insektisida adalah Dimetan, Furatiokarb,
Pyrolan, dan Profenofos.

2.2.3 Berdasarkan Cara Masuk

Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, pestisida digolongkan


ke dalam (Moekasan dan Prabaningrum, 2012) :

1. Racun perut/lambung merupakan bahan beracun pestisida yang dapat


merusak sistem pencernaan jika tertelan oleh serangga
2. Racun kontak merupakan bahan beracun pestisida yang dapat membunuh atau
mengganggu perkembangbiakan serangga, jika bahan beracun tersebut mengenai
tubuh serangga.
3. Racun nafas merupakan bahan racun pestisida yang biasanya berbentuk gas
atau bahan lain yang mudah menguap (fumigan) dan dapat membunuh serangga
jika terhisap oleh sistem pernafasan serangga tersebut.
4. Racun saraf :merupakan pestisida yang cara kerjanya mengganggu sistem
saraf jasad sasaran
5. Racun protoplasmik merupakan racun yang bekerja dengan cara merusak
protein dalam sel tubuh jasad sasaran
6. Racun sistemik merupakan bahan racun pestisida yang masuk ke dalam
sistem jaringan tanaman dan ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman,
sehingga bila dihisap, dimakan atau mengenai jasad sasarannya bisa meracuni.
Jenis pestisida tertentu hanya menembus ke jaringan tanaman (translaminar) dan
tidak akan ditranlokasikan ke seluruh bagian tanaman.

2.2.4 Berdasarkan Cara Kerja

Dilihat dari cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat
dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu (Juli, 2005):

1. Racun perut
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran memakan
pestisida.Pestisida yang termasuk golongan ini pada umumnya dipakai untuk
membasmi serangga-serangga pengunyah, penjilat dan penggigit.Daya bunuhnya
melalui perut. Contoh: Diazinon 60 EC.
2. Racun kontak
Berarti mempunyai daya bunuh setelah tubuh jasad terkena
pestisida.Organisme tersebut terkena pestisida secara kontak langsung atau
bersinggungan dengan residu yang terdapat di permukaan yang terkena pestisida.
Contoh: Mipcin 50 WP.
3. Racun gas (pernafasan)
Berarti mempunyai daya bunuh setelah jasad sasaran terkena uap atau
gas.Jenis racun yang disebut juga fumigant ini digunakan terbatas pada ruangan
ruangan tertutup.

2.2.5 Berdasarkan Formulasi

Berdasarkan formulasi pestisida dibagi menjadi 2 yaitu: (Kardinan, 2004)


1. Bentuk Cair
Berikut beberapa formulasi pestisida dalam bentuk cair:
a. EC (Emulsifiable Cocentrate atau Emulsible Cocentrate). Sediaan berbentuk
pekatan (konsentrat) cair dengankonsentrasi bahan aktif yang cukup tinggi.
Kosentrasi ini jika dicampur dengan air akan membentuk emulsi (butiran
endapan cair yang melayang dalam media cair lain). EC umumnya digunakan
dengan cara disemprot, meskipun dapat pula digunakan dengan cara lain.
b. Soluble Concentrate in water (WSC) atau Water Soluble Concentrate (WSC).
Formulasi ini mirip EC, tetapi bila decampur air tidak membentuk emulsi,
melainkan membentuk larutan homogen. Umumnya, sediaan ini digunakan
dengan cara disemprotkan.
c. Aeous Solution (AS) atau Aquaous Concentrate (AC). pekatan ini dilarutkan
dalam air. Persisida yang diformulasi dalam bentuk AS dan AC umumnya
pestisida berbentuk garam yang mempunyai kelarutan tinggi dalam air.
Pestisida ini juga digunakan dengan cara disemprot.
d. Soluble Liquid (SL). Pekatan cair ini jika dicampurkan air akan membentuk
larutan. Pestisida ini digunakan dengan cara disemprotkan. SL juga dapat
mengacu pada formulasi slurry.
e. Flowable (F) atau Flowable Water (FW). Formulasi ini berupa konsentrasi cair
yangsangat pekat. Bila dicampur air, F atau FW akan membentuk emulsi
seperti halnya WP. Pada dasarnya FW adalah WP yang dibasahkan.
f. Ultra Low Volume (ULV). Sediaan khusus untuk penyemprotan dengan
volume ultra rendah, yakni volume semprot antara 1 hingga 5 liter/hektar. ULV
umumnya merupakan sediaan siap pakai, tanpa harus dicampur dengan air.

2. Bentuk padat
Berikut beberapa formulasi pestisida dalam bentuk padat yaitu: (Wudianto,
2007).
a. Wettable Powder (WP). Formulasi WP bersama EC merupakan formulasi
klasik yang masih banyak digunakan hingga saat ini. WP adalah formulasi
bentuk tepung yang bila dicampur air akan membentuk suspensi yang
penggunaannya dengan cara disemprot.
b. Soluble Powder (S atau SP). Formulasi bentuk tepung yang bisa dicampur air
akan menghasilkan larutan homogen. Pestisida ini juga digunakandengan cara
disemprotkan.
c. Butiran (G). Butiran yang umumnya merupakan sedian siap pakai dengan
konsentrasi rendah. Pestisida butiran digunakan dengan cara ditaburkan di
lapangan (baik secara manual dengan tangan atau dengan mesin penabur)
setelah penaburan dapat diikuti dengan pengolahan tanah atau tidak.
Disamping formulasi G dikenal juga fomulasi SG, yakni sand granular.
d. Water Dipersible Granule (WG atau WDG) . WDG atau WG berbentuk
butiran, mirip G, tetapi penggunaanya sangat berbeda. Formulasi WDG harus
diencerkan dengan air dan digunakan dengan cara disemprotkan.
e. Seed dreesing (SD) atau Seed Treatment (ST). Sediaan berbentuk tepung yang
khusus digunakan untuk perawatan benih
f. Tepung Hembus atau Dust (D). Sediaan siap pakai dengan konsentrasi rendah
yang digunakan dengan cara dihembuskan.
g. Umpan atau bait (B) ready Mix Bait (RB atau RMB). umpan merupakan
formulasi siap pakai yang umumya digunakan untuk formulasi rodentisida.
2.2.6 Berdasarkan Susunan Kimia

Menurut Dep.Kes RI Dirjen P2M dan PL 2000, berdasarkan struktur


kimianya pestisida dapat digolongkan menjadi :
1. Golongan organochlorin
Pestisida organochlorin misalnya DDT, Dieldrin, Endrin dan lain-lain.
Umumnya golongan ini mempunyai sifat: merupakan racun yang universal,
degradasinya berlangsung sangat lambat larut dalam lemak.
2. Golongan organophosfat
Pestisida organophosfat misalnya diazonin dan basudin. Golongan ini
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : merupakan racun yang tidak selektif
degradasinya berlangsung lebih cepat atau kurang persisten di lingkungan,
menimbulkan resisten pada berbagai serangga dan memusnahkan populasi
predator dan serangga parasit, lebih toksik terhadap manusia dari pada
organokhlor.
3. Golongan carbamat termasuk baygon, bayrusil, dan lain-lain.
Golongan ini mempunyai sifat sebagai berikut : mirip dengan sifat
pestisida organophosfat, tidak terakumulasi dalam sistem kehidupan, degradasi
tetap cepat diturunkan dan dieliminasi namun pestisida ini aman untuk hewan,
tetapi toksik yang kuat untuk tawon.
4. Senyawa dinitrofenol misalnya morocidho 40EC.
Salah satu pernafasan dalam sel hidup melalui proses pengubahan ADP
(Adenesone-5-diphosphate) dengan bantuan energi sesuai dengankebutuhan dan
diperoleh dari rangkaian pengaliran elektronik potensial tinggi ke yang lebih
rendah sampai dengan reaksi proton dengan oksigen dalam sel. Berperan memacu
proses pernafasan sehingga energi berlebihan dari yang diperlukan akibatnya
menimbulkan proses kerusakan jaringan.
5. Pyretroid
Salah satu insektisida tertua di dunia, merupakan campuran dari beberapa
ester yang disebut pyretrin yang diekstraksi dari bunga dari genus
Chrysanthemum. Jenis pyretroid yang relatif stabil terhadap sinar matahari adalah
: deltametrin, permetrin, fenvalerate. Sedangkan jenis pyretroid yang sintetis yang
stabil terhadap sinar matahari dan sangat beracun bagi serangga adalah : difetrin,
sipermetrin, fluvalinate, siflutrin, fenpropatrin, tralometrin, sihalometrin,
flusitrinate.
6. Fumigant
Fumigant adalah senyawa atau campuran yang menghasilkan gas atau uap
atau asap untuk membunuh serangga , cacing, bakteri, dan tikus. Biasanya
fumigant merupakan cairan atau zat padat yang murah menguap atau
menghasilkan gas yang mengandung halogen yang radikal (Cl, Br, F), misalnya
chlorofikrin, ethylendibromide, naftalene, metylbromide, formaldehid, fostin.
7. Petroleum
Minyak bumi yang dipakai sebagai insektisida dan miksida.Minyak tanah
yang juga digunakan sebagai herbisi
8. Antibiotik
Misalnya senyawa kimia seperti penicillin yang dihasilkan dari
mikroorganisme ini mempunyai efek sebagai bakterisida dan fungisida.

2.3 Susunan Formulasi Pestisida


1. Bahan aktif
Bahan aktif merupakan senyawa kimia atau bahan-bahan lain yang
memiliki efek sebagai pestisida. Bahan aktif pestisida dapat berbentuk cairan,
padat, dan gas. Bahan aktif yang digunakan dalam formulasi biasa berasal dari
dalam bentuk aslinya, yang dikemudian dicampur dengan bahan-bahan pembantu
lainnya dan bahan pembawa. Namun beberapa bahan aktif kimia dalam bentuk
sintetiknya dalam bentuk aslinya terutama herbisida yang bahan aktifnya
berbentuk asam seringkali sulit diformulasikan. Disamping itu, beberapa bahan
aktif pestisida terdiri atas beberapa isomer aktif. Sebagai contoh adalah insektisida
sipermetrin. Dari bahan aktif ini dipisahkan alfa-sipermetrin, beta-sipermetrin, dan
zeta-sipemetrin.
2. Bahan pembantu (adjuvant)
Bahan-bahan pembantu merupakan bahan-bahan atau senyawa kimia yang
ditambahkan kedalam pestisida dalam proses formulasinya agar mudah untuk
diaplikasikan. Bahan-bahan Bahan-bahan pembantu sering ditambahkan pada
formulasi adalah solvent atau bahan pelarut, diluents atau bahan pembasah,
emetik tau digunakan sebagai bahan penambah bau, dll.
3. Bahan pembawa
Bahan pembawa digunakan untuk menurunkan konsentrasi produk
pestisida, tergantung pada cara penggunaan yang diinginkan. Bahan pembawa
dapat berupa air, minyak, talk, attapulgit, bentonit, tepung, pasir,dll.
Menurut Butarbutar (2009), pestisida dalam bentuk teknis (technical
grade) sebelum digunakan perlu diformulasikan dahulu. Pestisida yang dijual
telah diformulasikan sehingga untuk penggunaannya pemakai tinggal mengikuti
petunjuk-petunjuk yang diberikan dalam manual. Menurut Munaf (1997), yang
dimaksud dengan formulasi (formulated product), ialah komposisi dan bentuk
pestisida yang dipasarkan. Pestisida yang terdapat dipasaran umumnya tidaklah
merupakan bahan aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahan yang
tidak aktif 100%, karena selain zat pengisi atau bahan tambahn yang tidak aktif
(inert ingridient) juga da yang berisi campuran dari 2 atau lebih pestisida. Menurut
Djojosumarto dalam Runia (2008), produk jadi yang merupakan campuran fisik
antara bahan aktif dan bahan tambahan yang tidak aktif dinamakan formulasi.
Formulasi sangat menentukan bagaimana pestisida dengan bentuk dan komposisi
tertentu harus digunakan, berapa dosis atau takaran yang harus digunakan, berapa
frekuensi dan interval penggunaan, serta terhadap jasad sasaran apa pestisida
dengan formulasi tersebut dapat digunakan secara efektif. Kode formulasi adalah :
a. Formulasi cair
b. Berbentuk butiran
c. Bebentuk tepung
d. Bentuk minyak
e. Fumigansia (fumigant)
f. Bentuk tablet

2.4 Efikasi Macam- Macam Pestisida


Berdasarkan konsepsi PHT, penggunaan pestisida harus berdasarkan pada
enam tepat, yaitu:
1. Tepat sasaran
Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan jenis OPT
yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah awal yang harus
dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk mengetahui jenis OPT yang
menyerang. Langkah selanjutnya ialah memilih jenis pestisida yang sesuai dengan
OPT tersebut. Pada tabel berikut disajikan daftar golongan pestisida berdasarkan
OPT sasaran.
2. Tepat mutu
Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu baik.Untuk itu
agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh Komisi Pestisida.Jangan
menggunakan pestisida yang tidak terdaftar, sudah kadaluarsa, rusak atau yang
diduga palsu karena efikasinya diragukan dan bahkan dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.Pestisida yang terdaftar dan diijinkan beredar di Indonesia
kemasannya diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.
3. Tepat jenis pestisida
Suatu jenis pestisida belum tentu dianjurkan untuk mengendalikan semua
jenis OPT pada semua jenis tanaman. Oleh karena itu agar dipilih jenis pestisida
yang dianjurkan untuk mengendalikan suatu jenis OPT pada suatu jenis tanaman.
Informasi tersebut dapat dilihat pada label atau kemasan pestisida.
4. Tepat waktu penggunaan
Waktu penggunaan pestisida harus tepat, yaitu pada saat OPT mencapai
ambang pengendalian dan penyemprotannya harus dilakukan pada sore hari
(pukul 16.00 atau 17.00) ketika suhu udara < 30 oC dan kelembaban udara 50-
80%.
5. Tepat dosis atau konsentrasi formulasi
Dosis atau konsentrasi formulasi harus tepat yaitu sesuai dengan
rekomendasi anjuran karena telah diketahui efektif mengendalikan OPT tersebut
pada suatu jenis tanaman. Penggunaan dosis atau konsentrasi formulasi yang tidak
tepat akan mempengaruhi efikasi pestisida dan meninggalkan residu pada hasil
panen yang membahayakan bagi konsumen. Informasi dosis atau konsentrasi
anjuran untuk setiap jenis OPT pada tanaman tertentu dapat dilihat pada label atau
kemasan pestisida.
6. Tepat cara penggunaan
Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara
disemprotkan. Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan
dengan cara disemprot. Pada jenis OPT tertentu dan tanaman tertentu, aplikasi
pestisida dapat dilakukan dengan cara penyiraman, perendaman, penaburan,
pengembusan, pengolesan, dll. Informasi tersebut dapat diperoleh dari brosur atau
label kemasan pestisida.
III METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah produk pestisida dari
berbagai kelompok (insektisida, fungisida, bakterisida, nematisida, rodentisida,
akarisida, dll).

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah kertas dan alat tulis untu
mendeskripsikan berbagai jenis produk petisida.

3.2 Cara Kerja


Cara kerja pada praktikum ini adalah:

1. Mahasiswa mangambil salah satu produk pestisida yang disediakan oleh


Asisten Praktikum
2. Mahasiswa mendeskripsikan produk pestisida yang dipilih berupa nama
dagang, nama umum, bahan aktif, cara masuk pestisida membunuh jasad
sasaran, cara membunuh hama tanaman dan hama OPT sasaran, dosis,
konsentrasi dan volume semprot
3. Mahasiswa mengambil produk selanjutnya setelah selesai mengerjakan produk
pertamadan begitu seterusnya sampai semua kelompok produk pestisida
dideskripsikan dengan baik
4. Pada saat praktikum berakhir, mahasiswa meminta paraf Asisten pada lembar
kerja
5. Mahasiswa membut laporan mingguan dengan format (cover, kata pengantar,
daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, pendahuluan, metode, hasil dan
pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka)
6. Laporan praktikum dikumpulkan satu minggu setelah kegiatan praktikum
selesai dilaksanakan.
IV ISI DAN PEMBAHASAN

Jenis pestisida: Insektisida/akarisida


Nama dagang: Marshal
Nama umum: Marshal 200 EC
Bahan aktif: Karbosulfan 200, 11 gram/liter
Cara masuk pestisida membunuh jasad
sasaran: Racun sistemik
Cara membunuh hama tanaman dan hama
OPT sasaran: Racun perut/lambung dan racun
kontak
Dosis:
1. Bawang merah :ulat grayak Spodoptera exigua (Penyemprotan volume tinggi
: 1 - 2 ml/l)
2. Cabai merah :kutu daun Myzus persicae, hama thrips tabaci (Penyemprotan
volume tinggi : 2 - 4 l/ha)
3. Cabai merah :tungau Tetranychus sp. (Penyemprotan volume tinggi : 1,5 - 3
ml/l). Jeruk :tungau Tetranychus sp. (Penyemprotan volume tinggi : 1,5 - 3
ml/l)
4. Kakao :pengisap buah Helopeltis sp. (Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1
ml/l)
5. Kapas :wereng kapas Sundapteryx biguttula (Penyemprotan volume tinggi : 1
- 2 l/ha )
6. Kedelai :ulat grayak Spodoptera litura, penggerek polong Etiella zinckenella
(Penyemprotan volume tinggi : 2 - 3,5 ml/l)
7. Kelapa :kutu daun Aspidiotus destructor (Infus akar : 8 - 16 ml/pohon ;
Injeksi batang : 8 - 16 ml/pohon)
8. Kelapa :hama Sexava nubila (Injeksi batang : 30 ml/pohon). Kelapa sawit
:ulat kantong Metisa plana, hama Sexava nubila (Penyemprotan volume
tinggi : 0,5 - 1 l/ha)
9. Kentang :hama Thrips palmi (Penyemprotan volume tinggi : 1,5 - 3 ml/l)
10. Ketimun :kutu daun Aphis sp., Myzus persicae (Penyemprotan volume tinggi
: 1,5 - 3 ml/l)
11. Lada :pengisap buah Dasynus piperis, pengisap bunga Diplogomphus hewitti
(Penyemprotan volume tinggi : 1,5 - 3 ml/l)
12. Semangka :hama Thrips sp., kutu daun Aphis sp., Myzus persicae
(Penyemprotan volume tinggi : 1,5 - 3 ml/l)
13. Tomat :penggerek buah Heliothis armigera (Penyemprotan volume tinggi : 3
ml/l).
Konsentrasi:-
Volume semprot:-

Jenis pestisida: Insektisida


Nama dagang: DuPont Lannate
Nama umum: DuPont Lannate 40 SP
Bahan aktif: Metomil 40%
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
Racun kontak, racun lambung, dan pernafasan.
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT
sasaran: Racun kontak, racun lambung, dan
pernafasan.
Dosis:
1. Bawang merah, hama : ulat grayak dosis : 1-2 g/l
2. Bawang putih, hama : ulat grayak dosis : 1-2 g/l
3. Cabai, hama : ulat grayak dosis : 1 -2 g/l
4. Jeruk, hama : tungau merah dan kutu daun dosis : 0,5-1 g/l
5. Kacang hijau, hama : lalat bibit dan ulat grayak dosis : 1-2 g/l , penggulung
daun dan penggerek polong dosis : 2-4 g/l , perusak daun dosis : 4 g/l.
Konsentrasi:-
Volume semprot:
1. Bawang merah, hama : ulat grayak volume semprot : 450-1050 l/ha
2. Bawang putih, hama : ulat grayak volume semprot : 500l/ha
3. Cabai, hama : ulat grayak volume semprot : 600 l/ha
4. Jeruk, hama : tungau merah dan kutu daun volume semprot : 500-1000 l/ha
5. Kacang hijau, hama : lalat bibit dan ulat grayak, penggulung daun, penggerek
polong, dan perusak daun volume semprot : 400-600 l/ha.

Jenis pestisida: Bakterisida


Nama dagang: Agrept
Nama umum: Agrept 20 WP
Bahan aktif: Streptomisin sulfat 20%
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
racun sistemik
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT
sasaran:-
Dosis:
1. Kedelai, penyakit layu bakteri dosisnya : 2-
2,5g/l
2. Padi, penyakit hawar daun dosisnya : 1-1,5g/l
3. Tembakau, penyakit layu bakteri dosisnya : 2-2-,5g/l
4. Tomat, penyakit layu bakteri, dosisnya : 1-2g/l
5. Akasia, penyakit layu bakteri, dosisnya : 0,75-1l/ha
6. Cabai, penyakit layu bakteri dosisnya : 1-1,5g/l
7. Jahe, penyakit layu bakteri, dosisnya : 1-1,5g/l.
Konsentrasi:-
Volume semprot:-

Jenis pestisida: Insektisisda


Nama dagang: Decis
Nama umum: Decis 25 EC
Bahan aktif: Streptomisin sulfat 20%
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
Racun kontak dan racun perut/lambung
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT sasaran: Racun kontak dan racun
perut/lambung
Dosis:
1. Anggrek : ulat grayak Spodoptera litura (Penyemprotan volume tinggi : 0,5 -
1 ml/l)
2. Apel : ulat grayak Spodotera litura (Penyemprotan volume tinggi : 0,75 - 1
ml/l)
3. Bawang Merah : ulat grayak Spodoptera exigua (Penyemprotan volume
tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
4. Belimbing : lalat buah Bactrocera sp. (penyemprotan volume tinggi : 0,75 - 1
ml/l)
5. Benih jagung : hama gudang Sitophilus zeamais (Perlakuan benih : 0,013 -
0,038 ml/kg benih)
6. Cabai : ulat grayak Spodotera litura, hama Thrips sp., kutu daun Myzus
persicae, lalat buah Bactrocera sp. (Penyemprotan volume tinggi : 0,25 - 0,5
ml/l)
7. Jagung : belalang Locusta migratoria, lalat bibit Atherigona sp.
(Penyemprotan volume tinggi : 0,2 - 0,4 l/ha)
8. Jagung : penggerek batang Ostrinia furnacalis, penggerek tongkol
Helicoverpa armigera (penyemprotan volume tinggi : 1 - 1,5 ml/l)
9. Jagung : ulat grayak Spodoptera litura (penyemprotan volume tinggi : 0,25 -
1 ml/l)
10. Jarak pagar : kutu putih Ferrisia virgata (penyemprotan volume tinggi : 0,5 -
1 ml/l)
11. Jeruk : pengisap pucuk Diaphorina citri, kutu daun Toxoptera citricidus
(Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
12. Kacang hijau : lalat bibit Agromyza phaseoli (Penyemprotan volume tinggi :
0,25 - 0,5 l/ha)
13. Kacang panjang : kutu daun Aphis craccivora, ulat jengkal Chrysodeixis
chalcites (penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
14. Kakao : pengisap buah Helopeltis antonii (Penyemprotan volume tinggi : 0,5
- 1 ml/l)
15. Kapas : penggerek buah Earias sp., penggerek pucuk Heliothis sp.
(Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
16. Kedelai : lalat bibit Agromyza phaseoli, pengisap polong Riptortus linearis,
perusak daun Phaedonia sp., Plusia sp., ulat grayak Spodoptera sp.
(Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
17. Kelapa sawit : ulat api Thosea asigna (Penyemprotan volume tinggi : 0,25 -
0,3 l/ha)
18. Kentang : kutu daun Myzus sp.,hama trips Thrips palmi (Penyemprotan
volume tinggi : 0,5 - 1 ml/l)
19. Ketimun : hama trips Thrips palmi, kutu daun Myzus persicae, Aulacophora
femoralis (penyemprotan volume tinggi : 375 - 500 ml/ha)
20. Kopi : penggerek buah Hypothenemus hampei (Penyemprotan volume tinggi :
0,5 - 1 ml/l)
21. Kubis : perusak daun Plutella xylostella, ulat krop Crocidolomia pavonana
(Penyemprotan volume tinggi : 0,4 ml/l)
22. Lada : bubuk buah Lophobaris piperis, pengisap buah Dasynus piperis,
pengisap bunga Diplogomphus hewitti (Penyemprotan volume tinggi : 0,1 -
0,2 ml/l )
23. Mangga : wereng mangga Idiocerus sp. (penyemprotan volume tinggi : 0,25 -
0,50 ml/l)
24. Melon : hama trips Thrips palmi, kutu daun Myzus persicae, Aulacophora
femoralis (penyemprotan volume tinggi : 375 - 500 ml/ha)
25. Melon : penggerek buah Helicoverpa armigera (Penyemprotan volume tinggi
: 1,5 - 2 ml/l)
26. Semangka : hama trips Thrips sp., Aphis sp. (Penyemprotan volume tinggi :
0,25 - 0,5 ml/l)
27. Semangka : penggerek buah Helicoverpa armigera (Penyemprotan volume
tinggi : 1,5 - 2 ml/l)
28. Teh : pengisap daun Helopeltis sp. (Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1
ml/l)
29. Tembakau : penggerek pucuk Heliothis assulta, ulat grayak Spodoptera litura
(Penyemprotan volume tinggi : 0,15 - 0,2 l/ha)
30. Tomat : ulat buah Heliothis armigera (Penyemprotan volume tinggi : 0,25 -
0,5 ml/l).
Konsentrasi:-
Volume semprot:-

Jenis pestisida: Insektisisda


Nama dagang: Dharmabas
Nama umum: Dharmabas 500 EC
Bahan aktif: BPMC 500 g/lt
Cara masuk pestisida membunuh jasad
sasaran: Racun kontak dan racun
perut/lambung
Cara membunuh hama tanaman dan hama
OPT sasaran: Racun kontak dan racun
perut/lambung
Dosis:
1. Bawang merah :ulat grayak Spodoptera exigua (Penyemprotan volume tinggi
: 1,5 - 3 ml/l)
2. Cabai :ulat grayak Spodoptera litura (Penyemprotan volume tinggi : 3 - 6
ml/l)
3. Kakao :pengisap buah Helopeltis antonii (Penyemprotan volume tinggi : 1,5 -
3 ml/l) Padi :walang sangit Leptocorisa oratorius, wereng punggung putih
Sogatella furcifera (Penyemprotan volume tinggi : 2 - 4 ml/l)
4. Padi :wereng coklat Nilaparvata lugens (Penyemprotan volume tinggi : 1
ml/l)
5. Padi :wereng hijau Nephotettix virescens, ulat grayak Spodoptera litura
(Penyemprotan volume tinggi : 1 - 2 l/ha)
6. Tebu :penggerek batang Chilo auricilius, Chilo saochariphagus
(Penyemprotan volume tinggi : 1,5 - 3 ml/l)
7. Teh :pengisap daun Helopeltis sp. (Penyemprotan volume tinggi : 300 - 600
ml/ha).
Konsentrasi:-
Volume semprot: 400-500/ha.

Jenis pestisida: Fungisida


Nama dagang: Dithane
Nama umum: Dithane M-45 80 WP
Bahan aktif: Mankozeb 80 %
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
Racun kontak
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT
sasaran: Racun kontak
Dosis:
1. Apel : penyakit bercak daun Marsonina coronaria (Penyemprotan volume
tinggi : 1,5 - 3 g/l)
2. Bawang : penyakit bercak ungu Alternaria alii (Penyemprotan volume
tinggi : 1 - 2 kg/ha)
3. Bawang merah : penyakit bercak ungu Alternaria porri (Penyemprotan
volume tinggi : 3 - 6 g/l)
4. Bawang putih : penyakit bercak ungu Alternaria porri (Penyemprotan
volume tinggi : 3 - 6 g/l)
5. Cabai : penyakit bercak daun Cercospora capsici (Penyemprotan volume
tinggi : 3 - 6 g/l)
6. Cengkeh di pembibitan : penyakit bercak daun Cylindrocladium
quinqueseptatum (Penyemprotan volume tinggi : 1 - 1,8 kg/ha)
7. Kacang tanah : penyakit bercak daun Cercospora arachidicola, Cercospora
personata (Penyemprotan volume tinggi : 1 - 2 kg/ha)
8. Kakao : penyakit busuk buah Phytophthora palmivora (Penyemprotan
volume tinggi : 0,8 - 1,2 kg/ha)
9. Karet di pembibitan : penyakit gugur daun Colletotrichum gloeosporioides
(Penyemprotan volume tinggi : 0,5 - 1 kg/ha)
10. Kedelai : penyakit karat daun Phakopsora pachyrhizi (Penyemprotan
volume tinggi : 1,5 - 3 g/l)
11. Kelapa : penyakit bercak daun Fusarium sp., Gloeosporium sp., Pestalotia
sp. (Penyemprotan volume tinggi : 2 g/l)
12. Kentang : penyakit busuk daun Phytophthora infestans (Penyemprotan
volume tinggi : 1,2 - 2,4 kg/ha)
13. Kina : penyakit mopog Rhizoctonia solani (Penyemprotan volume tinggi :
4,5 -6,3 kg/ha)
14. Kopi : penyakit karat daun Hemileia vastatrix (Penyemprotan volume tinggi
: 0,3 - 0,6 kg/ha)
15. Padi : penyakit bercak daun Cercospora oryzae (Penyemprotan volume
tinggi : 1,5 - 3 g/l)
16. Petsai : penyakit bercak daun Alternaria brassicae (Penyemprotan volume
tinggi : 1 - 2 kg/ha)
17. Rosela : penyakit busuk kaki Phytophthora parasitica (Penyemprotan
volume tinggi : 1,5 - 2,7 kg/ha)
18. Teh : penyakit ccar daun Exobasidium vexans (Penyemprotan volume tinggi
: 0,42 - 0,84 kg/ha)
19. Tembakau di persemaian : penyakit rebah batang Phytopthora parasitica
var. nicotianae, Phytium spp., Rhizoctonia solani (Penyemprotan volume
tinggi : 4,5 - 7 kg/ha)
20. Tembakau : penyakit patik daun Cercospora nicotianae (Penyemprotan
volume tinggi : 1,6 - 3,2 kg/ha)
21. Tomat : penyakit busuk daun Phytophthora infestans (Penyemprotan
volume tinggi : 1,6 - 2,4 kg/ha)
22. Vanili : penyakit busuk batang Nectria vanilliae (Penyemprotan volume
tinggi : 0,9 kg/ha).
Konsentrasi:-
Volume semprot:-
Jenis pestisida: Herbisida
Nama dagang: Smart
Nama umum: Smart 486 SL
Bahan aktif: Isopropilamina glifosfat 486 g/L
(setara dengan glifosfat 360 g/L)
Cara masuk pestisida membunuh jasad
sasaran: Racun sistemik
Cara membunuh hama tanaman dan hama
OPT sasaran:-
Dosis:
1. Karet, babadotan (Ageratum conyzoides) dosisnya 3-3,75 L/ha
2. Kelapa sawit, alang-alang (Imperata cylindrica) dosisnya 4,5-6 L/ha
3. Teh, babadotan (Ageratum spp.) dosisnya 1,5-3 L/ha.
Konsentrasi:-
Volume semprot:-

Jenis pestisida: Bakterisida


Nama dagang: Terramycin
Nama umum: Terramycin
Bahan aktif: Oksitetrasiklina hidroklorida
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
Racun sistemik
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT
sasaran:-
Dosis:-
Konsentrasi:-
Volume semprot:-
Jenis pestisida: Herbisida
Nama dagang: Kround-up
Nama umum: Kround-up 240 SL
Bahan aktif: IPA glifosat 240 g/l (setara dengan
glifosat 178 g/l)
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
Racun sistemik
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT
sasaran:-
Dosis: Kakao, gulma berdaun lebar (Ageratum
conyzoides) dan gulma berdaun sempit (Paspalum conjugatum) dosis: 2-5 l/ha.
Konsentrasi:-
Volume semprot:-

Jenis pestisida: Insektisida


Nama dagang: DuPont Lannate
Nama umum: Dupont Lannate 25 WP
Bahan aktif: metomil 25 %
Cara masuk pestisida membunuh jasad sasaran:
Racun sistemik
Cara membunuh hama tanaman dan hama OPT
sasaran: racun kontak dan perut/lambung
Dosis:
1. Bawang merah hama : ulat grayak Spodoptera exigua dosis : 1 1,5 g/l
2. Kacang hijau hama : ulat bibit Agromyza sp, ulat grayak Spodoptera exigua,
perusak daun Plusia sp, Thrips sp, penghisap daun Empoasca sp dosis : 0,6
1,2 kg/ha
3. Kacang tanah hama : penghisap daun Empoasca sp dosis : 0,6 1,2 kg/ha
4. Kakao hama : penghisap daun Helopeltis antonii dosis : 1 1,5 g/l
5. Kacang kedelai hama : ulat grayak Spodoptera litura, penggerak polong
Etiella zinckenella dosis : - 0,3 - 0,6 g/l.
Konsentrasi:-
Volume semprot:
1. Bawang merah hama : ulat grayak Spodoptera exigua volume semprot : 450
1050 l/ha
2. Kacang hijau hama : ulat bibit Agromyza sp, ulat grayak Spodoptera exigua,
perusak daun Plusia sp, Thrips sp, penghisap daun Empoasca sp volume
semprot : 500 l/ha
3. Kacang tanah hama : penghisap daun Empoasca sp volume semprot : 500 l/ha
4. Kakao hama : penghisap daun Helopeltis antonii volume semprot :
500cc/pohon
5. Kacang kedelai hama : ulat grayak Spodoptera litura, penggerak polong
Etiella zinckenella volume semprot: 1,2- 2,4 g/l.
V KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan


bahwa pestisida dapat digolongkan menjadi beberapa golongan yaitu:
1. Berdasarkan jasad sasarannya diantaranya terdiri dari insektisida yang
digunakan untuk membunuh serangga, fungisida yang digunakan untuk
membunuh jamur, bakterisida untuk membunuh bakteri, dan herbisida untuk
mematikan gulma.
2. Pestisida berdasarkan gerakannya pada tanaman setelah digunakan yaitu
sistemik, non sistemik, dan sistemik lokal.
3. Berdasarkan cara masuknya ke dalam jasad sasaran, pestisida digolongkan ke
dalam racun perut/lambung, racun kontak, racun nafas, racun saraf, racun
protoplasmic, dan racun sistemik.
4. Berdasarkan cara kerja pestisida tersebut dalam membunuh hama dapat
dibedakan lagi menjadi tiga golongan, yaitu racun perut, racun kontak, dan
racun gas (pernafasan).
5. Berdasarkan formulasi pestisida dibagi menjadi 2 yaitu bentuk cair diantaranya
emulsifiable concentrater (EC) dan soluble liquid (SL) dan bentuk padat
diantaranya wettable powder (WP) dan soluble powder (SP).
6. Berdasarkan struktur kimianya pestisida dapat digolongkan diantaranya
menjadi golongan organochlorin, golongan organophosfat, dan carbamat.
Penggunaan pestisida harus berdasarkan pada enam tepat yaitu tepat
sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu penggunaan, tepat dosis atau
konsentrasi formulasi, dan tepat cara penggunaan.
DAFTAR PUSTAKA

Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha


"SUBUR" Provinsi Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com.
(Diakses tanggal 18 Oktober 2019).

Djojosumarto, Panut. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius,


Yogyakarta. Hal 46.

Herwanto , Totok . 1988. Peralatan Pengendalian Hama Dan Penyakit


Tanaman. Bandung: Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik
Pertanian.

Juli Soemirat Slamet. 2005. Kesehatan Lingkungan. Gajah Mada Univ Press.
Yogyakarta.

Kardinan, Agus., 2004. Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2007. Peraturan Menteri Pertanian RI Nomor


01/Permentan/OT.140/1/2007, tentang Daftar Bahan Aktif Pestisida yang
Dilarang dan Pestisida Terbatas. Jakarta.

Moekasan, T.K dan L.Prabaningrum. 2012. Penggolongan Pestisida Berdasarkan


Cara Kerjanya (Mode of Action). Yayasan Bina Tani Sejahtera Lembang.
Bandung.

Munaf, S. 1997. Keracunan Akut Pestisida; Teknik Diagnosa, Pertolongan


Pertama, Pengobatan dan Pencegahan. Widya Medika. Jakarta.

Novizan. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida Ramah Lingkungan.


Jakarta : Agromedia Pustaka.

Runia, Y, 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Pestisida


Organofosfat, Karbamat, dan Kejadian Anemia pada Petani Holtikultura
di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang.
http://www.Yodenca-Assti-Runia.pdf. Tesis Magister Lingkungan.
Diakses tanggal 18 Oktober 2019.
Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Institut Pertanian Bogor.
Bogor. Hal: 74-77.

Wudianto, R., 2007. Petunjuk Penggunaan Fungisida. Penebar Swadaya, Jakarta.


Hal 58.

Wudianto. 2001. Chapter II. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2019.


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19589/4/Chapter%20II.pd
f.
LAMPIRAN

Gambar 1. Marshal 200 EC Gambar 2. DuPont Lanntate 40 SP

Gambar 3. Agrept 20 WP Gambar 4. Decis 25 EC

Gambar 5. Dharmabas 500 EC Gambar 6. Dithane M-45 80


WP
Gambar 7. Smart 486 SL Gambar 8. Terramycin

Gambar 9. Kround-up 240 SL Gambar 10. DuPont Lannate 25 WP

Anda mungkin juga menyukai