PENDAHULUAN
1
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner, otak (menyebabkan stroke) dan dapat
menyebabkan kematian bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai. Proteinuria adalah manifestasi paling umum
dari penyakit ginjal. Definisi proteinuria menurut National Institute
Disesase (NIDDK) adalah sebuah keadaan dimana terdapatnya komponen
protein dalam kandungan urin. Komponen protein dalam urin yang paling
sering adalah albumin, yang akan meningkat sejalan dengan meningkatnya
kerusakan pembuluh darah di ginjal.
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui defenisi protein
b. Untuk mengetahui defenisi protein urin (albuminuria)
c. Untuk mengetahui defenisi hipertensi
d. Untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dengan albuminuria
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PROTEIN
b. Struktur sekunder
Struktur sekunder protein bersifat regular, pola lipatan berulang
dari rangka protein. Dua pola terbanyak adalah alpha helix dan
beta sheet.
c. Struktur tersier
Struktur tersier protein adalah lipatan secara keseluruhan dari
rantai polipeptida sehingga membentuk 3 dimensi tertentu.
d. Struktur kuartener
Beberapa protein tersusun atas lebih dari satu rantai
polipeptida. Struktur kuartener menggambarkan subunit-
subunit yang berbeda dipakai bersama-sama membentuk
struktur protein.
a. Protein hormon
Hormon protein bertugas mengatur tindakan dan fungsi
hormone dalam tubuh. Setiap hormone memengaruhi tiap satu
3
sel tertentu untuk mengkoordinasi proses metabolism dalam
tubuh. Misalnya organ pancreas yang menghasilkan hormon
insulin untuk mengatur kadar gula dalam darah.
b. Protein enzim
Bertugas sebagai pembentuk enzim, yakni zat yang
mendukung terjadinya reaksi kimia dalam tubuh. Misalnya
enzim dihasilkan untuk mengubah karbohidrat, protein, dan
lemak ke dalam bentuk yang lebih sederhana agar mudah
diserap tubuh.
c. Protein struktural
Berfungsi untuk mempertahankan struktur dan membangun
konstruksi tubuh dari tingkat sel. Misalnya protein kolagen
yang menjadi komponen utama tendon, tulang rawan, dan
kulit. Protein keratin juga berfungsi untuk membentuk struktur
kulit, kuku, rambut dan gigi.
d. Protein antibodi
Disebut juga protein defensive, berfungsi melindungi tubuh
dari serangan virus, bakteri, dan zat asing lainnya. Protein ini
bertindak sebagai komponen pembentuk antibodi dalam tubuh.
Misalnya fibrinogen dan thrombin yang merupakan antibody
dan berfungsi membantu proses pembekuan darah, mencegah
kehilangan darah setelah terjadinya cedera, serta mempercepat
proses penyembuhan luka.
e. Protein transport
Berfungsi sebagai pengatur molekul dan zat gizi dalam tubuh.
Misalnya hemoglobin yang berfungsi unntuk mengikat oksigen
yang mengantarkannya.
f. Protein pengikat
Berfungsi menyimpan asam amino dan ion logam yang
dibutuhkan tubuh. Protein ini jugs bertindak sebagai cadangan
makanan yang memberikan energy jika dibutuhkan oleh tubuh.
Misalnya protein ferritin yang menyimpan dan mengontrol
kadar zat besi dalam tubuh.
4
g. Protein penggerak
Protein ini bertanggung jawab untuk pergerakan otot dalam
tubuh, seperti mengatur kekuatan dan kecepatan jangtungg
bergerak dan otot saat berkontraksi. Misalnya myosin dan
aktin untuk menghasilkan kontraksi otot, dan relaksasi seperti
saat menekuk dan meluruskan lutut kaki (Anonim, 2017).
5
d. Penggolongan protein berdasarkan tingkat degradasi
Protein alami: protein dalam sel
Turunan protein yang merupakan hasil degradasi protein.
6
darah, sehingga albuminuria disebut juga sebagai proteinuria
(Gandasoebrata, 2013).
a. Pemeriksaan kualitatif
Metode carik celup: akurasi untuk protein kurang akurat
disbanding pemeriksaan standar. Hal ini karena carik celup hanya
sensitif untuk albumin
Metode heller: kurang akurat karena penilaian hanya secara
kualitatif dan tidak ada nilai untuk protein urin yang positif atau
terbentuk cincin putih
7
c. Pemeriksaan semi kuantitatif
2.3 HIPERTENSI
2.3.3 Pengertian Hipertensi
a. Umur
Insiden hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan
umur. Pasien yang berumur diatas 60 tahun, 50-60%
mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan
140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambahnya usia.
b. Riwayat keluarga
Seseorang yang mempunyai riwayat keluarga sebagai
pembawa hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar
8
untuk terkena hipertensi. Hal ini berkaitan dengan gen dan
faktor genetik, dimana banyak gen turut berperan pada
perkembangan gangguan hipertensi.
c. Kebiasaan merokok
Nikotin dan rokok meningkatkan tekanan darah secara akut.
Merokok akan memaksa jantung bekerja lebih keras karena
suplai oksigen yang sedikit. Nikotin dan karbon monoksida
yang dikandung rokok ketika dihisap akan masuk ke dalam
aliran darah dan merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri, dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan tekanan
darah tinggi
d. Konsumsi garam
Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar,
sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga
berdampak kepada timbulnya hipertensi.
f. Obesitas
Lemak yang berlebihan memberikan tekanan berlebihan pada
arteri, dan akibatnya pada jantung. Hal ini meningkatkam
tekanan pada arteri dan jantung. Secara tidak langsung
menyebabkan kenaikan tekanan darah.
g. Stress
Stres dapat meningkatkan tekanah darah sewaktu. Hormon
adrenalin akan meningkat sewaktu kita stres, dan itu bisa
mengakibatkan jantung memompa darah lebih cepat sehingga
tekanan darah pun 12 meningkat.
9
2.3 HUBUNGAN ANTARA HIPERTENSI DAN ALBUMINURIA
10
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN
3.1 METODE
3.2 PEMBAHASAN
11
Table 3. Distribusi responden dengan hipertensi dan albuminuria
Albuminuria (n) P
Negatif Positif
Pre hipertensi 7 1
Hipertensi derajat 1 8 4 0.001*
Hipertensi derajat 2 1 14
Hipertensi sistolik 4 1
Keterangan: p<0,05 berbeda bermakna (Uji Fitsher)
.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia tidak menunjukkan
perbedaan bermakna secara statistik dengan albuminuria. Sedangkan
berdasarkan perbedaan derajat hipertensi dengan albuminuria didapatkan
jumlah terbanyak pada subjek dengan hipertensi derajat 2 sebanyak 15
orang. Hasil ini menunjukkan bahwa urinalisa albumin dapat digunakan
sebagai pemeriksaan penunjang pada penderita hipertensi yang merupakan
pertanda adanya komplikasi ke organ ginjal.
Implikasi penelitian ini adalah bahwa diperlukan pemeriksaan
tekanan darah secara rutin dan pemeriksaan urinalisis yang mencangkup
adanya tes albuminuria sebagai skrining pada pasien yang berusia di atas
40 tahun karena dapat mengetahui kemungkinan adanya hipertensi atau
penyakit lainnya yang menyebabkan terjadinya albuminuria, mengingat
banyaknya pasien dengan hipertensi yang tidak menyadari bahwa dirinya
hipertensi. Keterbatasan penelitian ini adalah data yang digunakan adalah
data sekunder sehingga tidak diketahui berapa lama pasien sudah
menderita hipertensi
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Ariand Dedy. 2015. Kimia Klini Seri 1 Sistem Urinaria dan Pemeriksaan
Urinalisa. Bekasi: Am-publising.
Bawier LA. 2006. Proteinuria. Dalam buku ajar Penyakit Dalam. Edisi keempat
jilid 1. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam
14