Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3


OSTEMIELITIS DAN GOUT

Disusun Oleh :

Agina Amalia Putri


175070201111025

Disusun Oleh :
Agina Amalia Putri
17507020111025
Reguler 1 PSIK 2017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya hanturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih
dan rahmatNya yang diberikan sehingga tugas makalah mengenai Penyakit sistem
musculoskeletal ini dapat saya selesaikan dengan baik. Adapun makalah ini saya buat
untuk memenuhi kewajiban tugas Keperawatan Medikal Bedah 3 yang telah
diberikan.
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya menghanturkan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang sudah ikut membantu kami dalam menyelesaikan makalah
ini, dalam bentuk ide, biaya maupun tenaga. Pada akhirnya, saran dan kritik pembaca
makalah ini yang bertujuan untuk kebaikan makalah ini kedepannya, kami terima dan
kami hargai.

Malang, 31 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
OSTEMIELITIS
Definisi ....................................................................................................................... 1
Etiologi ....................................................................................................................... 1
Faktor Risiko ............................................................................................................... 1
Patofisiologi ................................................................................................................ 2
Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 3
Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................. 4
Komplikasi .................................................................................................................. 4
Tatalaksana Medis ..................................................................................................... 5
Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 5
GOUT
Definisi ....................................................................................................................... 12
Etiologi ....................................................................................................................... 12
Faktor Risiko ............................................................................................................... 12
Patofisiologi ................................................................................................................ 13
Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 14
Pemeriksaan Diagnostik ............................................................................................. 15
Komplikasi .................................................................................................................. 15
Tatalaksana Medis ..................................................................................................... 15
Asuhan Keperawatan ................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 21

ii
OSTEMIELITIS
A. DEFINISI
Ostemielitis adalah infeksi tulang yang di tandai dengan inflamai akut
ataupun kronik pada tulang dan struktur sekunder akibat infeksi organisme piogenik,
termasuk bakteri, jamur, dan mikrobakteri.
Ostemielitis secara umum dapat terjadi secara akut maupun kronis, namun
dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
1. Ostemielitis hematogen
Merupakan infeksi tulang yang disebabkan bakteri yang disebarkan
melalui aliran darah ke tulang
2. Ostemielitis akibat penyebaran langsung
Ostemielitis yang paling sering terjadi pada pasien pasca trauma atau
operasi. Disebabkan oleh bakteri yang mendapat akses langsung ke
tulang
3. Ortemielitis akibat infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Ostemielitis akibat infeksi ini dapat terjadi setelah beberapa hari atau
minggu menyebar ke tulang.

B. ETIOLOGI
Ostemielitis disebabkan oleh keadaan tulang yang tidak optimal sehingga
menjadi rentan terhadap penyakit.
1. Penyebab utama penyakit ini adalah bakteri Staphylococcus aureus. Bakteri S.
aureus menghasilkan reseptor yang disebut dengan adhesin. Adhesin
digunakan untuk mengikat kolagen pada tulang rawan. Apabila bakteri sudah
melekat pada tulang, maka mereka akan membuat lapisan biofilm pelindung
di sekitar mereka dan permukaan yang mendasarinya.
2. Haemophilus influenzae, banyak menyerang anak usia dibawah 4 tahun
3. Organisme lain, seperti B. coli, B. aeruginosa capsulata, Proteus mirabilis,
Brucella, Barterioides fragilis

C. FAKTOR RISIKO
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
ostemielitis adalah :

1
1. Memiliki penyakit seperti diabetes, anemia sel sabit, HIV AIDS, Rheumatoid
arthritis, bacteremia, endocarditis, dan menggunakan obat-obatan IV
2. Menjalani hemodialisa
3. Pernah menderita ostemielitis akut
4. Mengkonsumsi kortikosteroid
5. Mengalami trauma, luka, atau patah tulang
6. Pasca operasi tulang

D. PATOFISIOLOGI
Tulang dapat terinfeksi melalui rute infeksi hematogen, yaitu melalui
penyemaian bakteremi tulang dari sumber infeksi yang jauh / penyebaran yang
berdekatan dari jariangan atau sendi disekitarnya, bisa juga melalui rute inokulasi
langsung tulang dari trauma atau operasi . Ostemielitis hematogen biasanya lebih
sering terjadi pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Pada orang
dewasa, ostemielitis lebih sering akibat keadaan trauma ataupun pasca pembedahan
tulang, dan pada orang dewasa tua biasanya diakibatkan oleh penyakit lain seperti
ulkus dekubitus dan astroplasti sendi yang terinfeksi.

2
PATHWAY

Staphylococcus aureus / operasi

Invasi kuman / fagositosis

Infeksi tulang dan jaringan sekitar

Proses inflamasi

Peningkatan Nekrosis tulang


Risiko infeksi
vaskularisasi & edema

Kerusakan integritas jaringan


Iskemia & nekrosis Tulang
tulang rapuh
↓kemampuan
Pembentukan abses gerak
Risiko
Nyeri Gangguan mobilitas fisik cedera

E. MANIFESTASI KLINIS
Pada pasien osteomyelitis akut biasanya manifestasi klinis muncul dalam
waktu 2 minggu, sedangkan pada pasien ostemolielitis kronis manifestasi klinis
muncul dalam waktu lebih dari 2 minggu, beberapa manifetasi klinis yang muncul
adalah :
1. Eritema
2. Rasa hangat pada area infeksi
3. Edema
4. Nyeri tulang
5. Demam tinggi
6. Hasil lab : leukositosis, anemia, LED meningkat

3
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Pemeriksaan rutin dan tes darah lengkap
Pada pasien osteomyelitis biasanya didapatkan hasil bahwa hasil sel darah
putih dalam keadaan normal meskipun menderita osteomyelitis akut,
namun dapa dilihat lagi, pada pasien osteomyelitis kadar erythrocyte
sedimentatior rate (ESR) dan C-reactive protein (CRP) nya tinggi.
2. Mikrobiologi
Kultur darah harus dilakukan apabila seseorang diduga menderita
osteomyelitis. Biasanya dilakukan biopsi tulang dengan pemeriksaan
histopatologis dan kultur jaringan
3. Radiologi
Indicator radiologi pada pasien osteomyelitis

4. CT scan dan MRI


Kedua pemeriksaan dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan
menentukan evaluasi untuk osteomyelitis. Keduanya dapat menunjukkan
anatomi tulang secara detail termasuk kerusakan kortikal dan juga ektensi
jaringan lunak nya.
5. Biopsy tulang
Biopsy tulang dilakukan apabila akan dilakukan pemeriksaan kultur jaringan

G. KOMPLIKASI

4
Komplikasi osteomyelitis dapat dicegah dengan pemberian terapi antibiotic,
namun apabila pasien osteomyelitis telat untuk mendapatkan terapi ataupun
mendapatkan terapi inadekuat beberapa komplikasi yang mungkin timbul antara lain:
1. Abses
2. Arthritis septik
3. Amyloidosis
4. Deformitas tulang
5. Infeksi sistemik
6. Infeksi jaringan lunak
7. Karsinoma sel squamous
8. Fraktur patologis

H. TATALAKSANA MEDIS
Beberapa penataaksanaan medis yang dapat dilakukan :
1. Istirahat dan memberikan analgesic
2. Pemberian transfusi darah
3. Pemberian antibiotic secepatnya
4. Istirahat lokal dengan bidai atau traksi
5. Drainase bedah. Dilakukan apabila setelah 24 jam pengobatan lokal dan
sistemik antibiotic gagal. Drainase dilakukan beberapa hari menggunakan
NaCL dan antibiotik

I. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : An. X
Umur : 10 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Sumber informasi : An. X

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh adanya rasa sakit di lutut sebelah kiri

5
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pada An. X di dapatkan data bahwa terdapat ekstensi kaki

4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU


Pasien mengeluh adanya rasa sakit lutut sebelah kiri setelah kecelakaan trampoline
saat melompat. Pasien mengalami abrasi kulit superfisial tetapi nyeri tidak berlanjut.
3 minggu kemudian, pasien mengatakan bahwa ia berjalan sejauh 35 km dalam 3 hari,
setelah itu nyeri pada lututnya timbul kembali pada malam hari. Muncul bengkak,
kemerahan dan demam. Keluarga pasien membawa pasien ke dokter anak dan ahli
bedah ortopedi. Kemudia pasien mendapatkan radiografi lutut kiri dan dari hasil yang
didapatkan tidak ada perubahan pada patella. Pasien hanya mendapat terapi
pengobatan NSAID. 5 hari kemudian, pasien kembali ke rumah sakit dengan keluhan
rasa sakit pada lutut kirinya dan ditandai dengan pembengkakan dan hipertermia
pada lututnya. Pasien tersebut mendapatkan pemeriksaan darah lengkap dan di rujuk
ke pusat ortopedi. Pasien di diagnosa akibat adanya pembengkakan jaringan lunak
prepatellar dan hipertermia lokal lutut kiri tanpa efusi atau demam sendi. Kemudian
pasien mendapatkan tindakan biopsy dan swap serta pemeriksaan histologi. Dari hasil
kultur didapatkan bahwa terdapat Staphylococcus aureus. Pasien mendapatkan
pengobatan cefuroxime IV (100mg/kgBB dalam 3 dosis) dan fosfosimin (190 mg/kgBB
dalam 3 dosis). Kaki kiri pasien mendapatkan tindakan gips kaki panjang dan harus di
rawat inap di rumah sakit selama 17 hari.

5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Klinis anamnesis dan pemeriksaan kulit : Tidak terkaji
b. Laboratorium darah :
Komponen Darah Hasil Kadar Normal
Sel darah putih 8,750 µl 5,50 – 13,50 µl
Laju sedimentasi eritrosit 61 mm / jam 1 – 10 mm / jam
Protein C-reaktif (CRP) 9,3 mg/dL 0,0 – 1,1 mg/dL
Sedimentasi eritrosit 19 mm / jam 1 -10 mm / jam
Titer anistreptolysin 352 IU / ml -200 IU / ml
c. CT Scan / MRI :

6
- Lesi osteolitik 2,0 x 1,1 x 1,0 cm dari
patela (pemeriksaan pertama )
- Lesi osteolitik 1,5 cm dari patella
dengan nekrosis sentral (pemeriksaan
kedua)
d. Pemeriksaan histologis :tanda-tanda osteomyelitis akut

B. Analisa Data
No. Data Pathway Diagnosa
1. DO : Invasi bakteri Risiko infeksi
- Sel darah putih 8,750 µl ↓
- CRP 9,3 mg/dL Proses inflamasi
- Sedimentasi eritrosi 19 ↓
mm / jam Peningkatan
DS : vaskularisasi
- Px mengeluh sakit pada ↓
lutut sebelah kiri Risiko infeksi
- Px mengalami nyeri
berkepanjangan selama
8 minggu
2. DO : Invasi bakteri Nyeri akut
- Px mendapatkan ↓
tindakan gips kaki Proses inflamasi
panjang ↓
- Terdapat Respon inflamasi
pembengkakan jaringan tubuh
luna prepatellar dan ↓
hipertermia lokal lutut Edema
kiri ↓
- Px mendapatkan Nyeri akut
tindakan biopsi
DS :
- Px mengeluh nyeri pada

7
lutut kiri
3. DO : Invasi bakteri Gangguan mobilitas
- Px mendapatkan ↓ fisik
tindakan gips kaki Proses inflamasi
panjang ↓
Edema
DS : ↓
- Px mengeluh nyeri pada Tindakan gips
lutut kiri ↓
- Px mendapatkan Gangguan
tindakan imobilisasi mobilitas fisik
selama 2 minggu

C. Diagnosis Keperawatan
1. Risiko infeksi d.d kadar sel darah putih dalam batas normal
2. Nyeri akut b.d proses inflamasi dan edema
3. Gangguan mobilitas fisik b.d tindakan pemberian gips kaki panjang

D. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa : Risiko infeksi d.d kadar sel darah putih dalam batas normal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
Diharapkan risiko infeksi pada jaringan tidak terjadi
Hasil : Mendapatkan skor sesuai dengan indicator NIC

NOC NIC
NOC : Deteksi risiko NIC : identifikasi risiko
No Indikator 1 2 3 4 5 1. Kaji ulang
1. Mengidentifikasi riwayat
kemungkinan kesehatan masa
risiko kesehatan lalu dan
2. Mengetahui dokumentasikan
riwayat penyakit bukti yang

8
dalam keluarga menunjukkan
3. Memonitor adanya penyakit
perubahan medis, diagnosa
status keperawatan
kesehatan serta
perawatannya
Keterangan : 2. Kaji ulang dari
1. Tidak pernah menunjukkan data yang
2. Jarang menunjukkan didapatkan dari
3. Kadang-kadang menunjukkan pengkajian
4. Sering menunjukkan risiko secara
5. Secara konsisten menunjukkan rutin
3. Diskusikan dan
rencanakan
aktivitas-
aktivitas
pengurangan
risiko
berkolaborasi
dengan
individua atau
kelompok
1. Rencanakan
monitor
kesehatan
jangka panjang

2. Diagnosa : Nyeri akut b.d proses inflamasi dan edema


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 7x24 jam
diharapkan nyeri pada pasien akan menurun
Hasil : Mendapatkan skor sesuai dengan indicator NIC

NOC NIC

9
NOC : Kontrol nyeri NIC : Management nyer
No Indikator 1 2 3 4 5 1. Gali pengetahuan
1. Menggunakan pasien mengenai
tindakan nyeri
pengurangan 2. Gali Bersama
nyeri tanpa pasien faktor yang
analgesik dapat
2. Menggunakan memberatkan dan
sumbe daya meringakan nyeri
yang tersedia 3. Kurangi faktor-

3. Melaporkan faktor yang dapat

nyeri yang mencetuskan nyeri

terkontrol 4. Ajarkan prinsip


management nyeri

Keterangan : 5. Dorong pasien

1. Tidak pernah menunjukkan untuk moitor dan

2. Jarang menunjukkan menangani nyeri

3. Kadang-kadang menunjukkan dengan tepat

4. Sering menunjukkan
5. Konsisten menunjukkan

3. Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik b.d tindakan pemberian gips kaki panjang
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien dapat mobilisasi kembali
Hasil : Mendapatkan skor sesuai dengan indicator NIC

NOC NIC
NOC : Adaptasi terhadap disabilitas fisik NIC : perawatan gips :
No Indikator 1 2 3 4 5 pemeliharaan
1. Beradaptasi 1. Monitor tanda-
terhadap tanda infeksi
keterbatasan 2. Monitor fungsi
secara sirkulasi dan

10
fungsional neurologis
2. Mengidentifikasi 3. Inspeksi pada
cara untuk gips ada
beradaptasi tidaknya cairan
dengan 4. Jangan biarkap
perubahan gips basah
hidup 5. Posisikan gips di
3. Melaporkan atas bantal
peningkatan untuk
dalam mengurangi
kenyamanan kekakuan
psikologis 6. Tinggikan
ekstremitas

Keterangan : yang digips lebih

1. Tidak pernah dilakukan tinggi dari


2. Jarang dilakukan jantuk
3. Kadang-kadang dilakukan 7. Cek apakah ada

4. Sering dilakukan retak / patahan

5. Secara konsisten dilakukan pada gips

11
GOUT
A. DEFINISI
Gout arthritis atau lebih dikenal oleh mesyarakat dengan penyakit asam urat
merupakan penyakit heterogen sebagai akibat deposisi kritasl monosodium urat pada
jaringan atau suoersaturasi asam urat di dalam cairan ekstraseluler.
Gout meliputi 3 stadium :
1. Gout arthritis stadium akut
Ditandai dengan radang sendi yang timbul sangat cepat dalam waktu singkat.
Biasanya ditandai dengan rasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan.
Stadium ini bersifat monoartikuler
2. Stadium interkritikal
Stadium ini merupakan kelanjutan stadium akut, dimana terjadi periode
interkritik asimptomatik. Pada stadium ini proses perdangan masih terus
berlanjut, walaupun tanpa ada keluhan
3. Stadium gout arthritis kronik
Stadium ini merupakan stadium bagi pasien yang mampu megobati dirinya
sendiri sehingga dalam waktu lama tidak mau berobat secara teratur pada
dokter.

B. ETIOLOGI
Penyebab utama dari gout adalanya adanya penumpukan kristal urat di
sendi. Kondisi ini yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit yang hebat. Kristal
urat dapat terbentuk ketika sseorang memiliki kadar asam urat yang tinggi dalam
darah. Asam urat terbentuk ketika tubuh memecah purin. Selain alami terbentuk
dalam tubuh, purin juga dapat terbentuk dari makanan seperti daging merah dan
makanan laut.
Dalam keadaan normal, asam urat akan larut dalam darah dan keluar melalui
urin. Namun, apabila tubuh terlalu banyak memproduksi asam urat atau ginjal
mengeluarkan terlalu sedikit asam urat maka asam urat dapat menumpuk dan
membentuk kristal urat yang menyebabkan gout.

C. FAKTOR RISIKO
Beberapa kondisi yang dapat menjadi faktor risiko :

12
1. Genetik
2. Kondisi kesehatan seperti, kadar kolestrol yang tinggi, tekanan darah tinggi,
diabetes, dan penyakit jantung
3. Penggunaan obat-obatan diuretic untuk tekanan darah tinggi. Obat ini dapat
meningkatkan kadar asam urat
4. Jenis kelamin
Gout lebih sering terjadi pada pria, sebab estrogen alami melindungi wanita
untuk terkena gout
5. Konsumsi daging merah dan makanan laut dapat meningkatkan risiko dengan
menghasilkan purin
6. Konsumsi alkohol yang berlebihan
7. Obesitas
8. Operasi bypass
9. Kelelahan fisik, stress
10. Tindakan operasi dan penggunaan obat diuretik

D. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi gout dapat dibagi menjadi 4 tahap :
1. Fase I
Fase ini ditandai dengan adanya pengingkatan asam urat akibat metabolisme
purin yang berasal dari diet dan pemecahan sel tubuh. Pada pasien gout,
tubuh tidak mampu untuk mengkeskresikan asam urat pada urin
2. Fase II
Akibat pengingkatan asam urat maka tubuh akan menimbulkan manifestasi
seperti tanda radang pada sendi. Radang pada sendi diakibatkan oleh
monosodium urat ke cairan sendi
3. Fase III
Pada fase ini, tanda gejala bisa saja menghilang, namun cairan monosodium
urat masih terdapat di dalam sendi
4. Fase IV
Ditandai dengan timbulnya tofi, yaitu deposit monosodium urat pada sendi

PATHWAY

13
Alkohol, makanan, obat-obatan

↑ kadar protein & kadar laktat dalam darah, eskresi asam urat terganggu

Sekresi asam urat ↓, gangguan metabolisme purin, produksi asam urat ↑

Gout

Penimbunan kristal Pengendapan kristal urat


urat Terbentuk
tofi
Mekanisme Kekakuan
peradangan pada sendi
Perubahan bentuk
tulang & sendi
Eritema, panas
Gangguan
Nyeri Gangguan citra tubuh mobilitas
fisik

E. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis gout dapat terlihat melalui stadiumnya :
1. Stadium akut
- Terasa sakit yang hebat dan tidak dapat berjalan
- Nyeri yang disertai bengkak
- Terasa hangat dan timbul kemerahan
- Demam, menggigil dan merasa lelah
2. Stadium interkritikal
- Pada stadium ini tidak terlihat tanda-tanda manifestasi yang terlihat. Namun
apabila dilakukan aspirasi sendi akan ditemukan kristal urat
3. Stadium kronik
- Terdapat tofi yang banyak dan poliartikular
- Terkadang timbul infeksi sekunder akibat tofi yang pecah

14
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC
Beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan :
1. Tes cairan sendi
Tes cairan sendi dilakukan untuk diteliti dibawah mikroskop dan dicek apakah
ada kristal urea didalamnya
2. Tes darah lengkap
Tes darah dilakukan untuk mengetahui kadar asam urat. Tingkat asam urat
yang tinggi tidak selalu menandakan positif gout, namun bisa saja risiko gout
3. X-Ray
4. USG
Tes ini dilakukan untuk melihat area asam urat

G. KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat timbul :
1. Munculnya benjolan keras / tofi
Tofi terbentuk akibat penumpukan krisal asam urat dibawah kulit. Tofi dapat
membengkak dan mengeras saat serangan asam urat terjadi
2. Penyakit batu ginjal
Kristal asam urat bisa saja menumpuk di saluran kemih dan menimbulkan
batu ginjal

H. TATALAKSANA MEDIS
Secara umum, penanganannya dapat dilakukan dengan :
1. Memberikan edukasi
2. Pengaturan diet
3. Istirahat sendi
4. Pengobatan
1. Obat Anti Inflamasi Nonsteroid (OAINs)
OAINs dapat mengontrol inflamasi dan rasa sakit pada penderita. namun
beberapa efek samping yang mungkin timbul adalah iritasi pada sistem
gastro, ulseras pada perut dan usus, dan pendaraha pada usus. Contoh
OAINs adalah indometasin.

15
2. Kolkisin
Obat ini digunakan pada stadium akut. Dapat menghilangkan nyeri dalam
waktu 48 jam. Kolkisin dapat mengontrol gout secara efektif dan
mencegah fagositsis kristal urat oleh neutrofil. Namun efek sampingnya
adalah nausea dan diare.
3. Kostikosteroid
Obat ini diberikan pada pasien yang tidak bisa menggunakan OAINs dan
kolkins. Efek sampingnya adalah penipisan tulang, susah menyembuhkan
luka dan juga penurunan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
4. Obat urikosurik
Obat ini dapat meningkatkan eksresi asam urat sehinggga menurunkan
konsentrasi asam urat serum
5. Latihan fisik aerobic dan latihan fisik ringan lainnya

I. ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. Y
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : Pria
Sumber informasi : Tn. Y

2. KELUHAN UTAMA
Pasien mengeluh sakit parah pada kaki kanan, khusus nya di jempol kaki kanan

3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Px mengeluh sakit parah pada jempol kaki kanannya saat bangun tidur. Px
mengatakan tidak ada nyeri di anggota tubuh yang lainnya. Px mengatakan bahwa
semalam sebelumnya ia minum alkohol meskipun tidak terlalu banyak. Jempol kaki
kanan dalam keadaan bengkak, hangat, merah dan lembut.

4. RIWAYAT PENYAKIT TERDAHULU

16
25 tahun lalu, px berisiko untuk menderita hipertensi, diabetes mellitus, alkoholisme
kronis serta batu ginjal. Px pernah menjalani nefrektomi sekitar 25 tahun yang lalu.

5. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Px mengatakan tidak ada riwayat keluarga yang mengalama penyakit seperti yang
diderita pasien saat ini

6. PEMERIKSAAN FISIK
a. Suhu Tubuh : 38,2 ℃
b. Laboratorium darah :
Komponen Darah Hasil
HB 8,9 gm / dl
ESR 124 mm
Leukosit 7400 mm
Gula darah 139 mg / dl
Creatinin 1,6 mg / dl
Kadar asam urat serum 10,9 mg / dl
Eksresi asam urat 24 jam 446 mg / dl
c. CT Scan / MRI : Tidak terkaji
e. Pemeriksaan histologis :Cairan synovial berbentuk batang atau
jarum (-)

B. Analisa Data
No. Data Pathway Diagnosa
4. DO : Konsumsi alkohol Nyeri akut
- Jempol kaki kanan ↓
bengkak, kemerahan, Penigkatan kadar
dan hangat protein
- Suhu 38,2 ℃ ↓
DS : Sekresi asam
- Px mengeluh nyeri urat↓
parah pada jempol ↓
kaki kanan Penimbunan

17
kristar urat

Mekanisme
peradangan

Nyeri akut
5. DO : Mekanisme Hipertermia
- Suhu 38,2 ℃ peradangan

Proses inflamasi

Respon inflamasi
tubuh

Hipertermia
6. DO : Pengendapan Gangguan mobilitas
- Jempol kaki kanan kristal urat fisik
bengkak, hangat dan ↓
kemerahan Gout
- Suhu 38,2 ℃ ↓
DS : Terbentuk tofi
- Px mengeluh nyeri ↓
parah pada jempol Gangguan
kaki kanan mobilitas fisik
- Px mengeluh
kesusahan akibat rasa
nyeri pada jempol kaki
kanannya

C. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut b.d penumpukan kristal urat pada sendi

18
2. Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme
3. Gangguan mobilitas fisik b,d kekakuan pada sendi

D. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Diagnosa : Nyeri akut b.d penumpukan kristal urat pada sendi Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nyeri pada px akan berkurang
Hasil : Mendapatkan skor sesuai dengan indicator NIC

NOC NIC
NOC : tingkat nyeri NIC : Pemberian analgesik
No Indikator 1 2 3 4 5 1. Tentukan keparahan
1. Nyeri nyeri
yang 2. Cek adanya riwayat
dilaporkan alergi obat
2. Panjang 3. Pilih analgesic atau
episode kombinasi analgesic
nyeri yang sesuai
4. Berikan analgesic

Keterangan : pada nyeri yang

1. Berat berat

2. Cukup berat 5. Evalauasi pemberian


3. Sedang analgesic

4. Ringan
5. Tidak ada

2. Diagnosa : Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan suhu tubuh px akan kembali normal
Hasil : Mendapatkan skor sesuai dengan indicator NIC

NOC NIC
NOC : termoregulasi NIC : Perawatan demam

19
No Indikator 1 2 3 4 5 1. Pantau suhu dan
1. Peningkatan tanda vital lainnya
suhu kulit 2. Monitor warna kulit
2. Hipertermia dan suhu
3. Beri obat atau cairan

Keterangan : iv

1. Sangat terganggu 4. Fasilitasi istirahat

2. Banyak terganggu dan pembatasan

3. Cukup terganggu aktivitas

4. Sedikit terganggu 5. Mandikan pasien

5. Tidak terganggu dengan spon hangat


dengan hati-hati
6. Pantau komplikasi
yang berhubungan
dengan demam

3. Diagnosa : Gangguan mobilitas fisik b,d kekakuan pada sendi


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan pasien dapat mobilitas normal kembali
Hasil : Mendapatkan skor sesuai dengan indicator NIC

NOC NIC
NOC : Pergerakan sendi NIC : terapi latihan : mobilitas
No Indikator 1 2 3 4 5 sendi
1. Jari 1. Lakukan latihan ROM
kanan aktif dan pasif sesuai
2. Jempol indikasi
kanan 2. Bantu untuk melakukan
pergerakan sendi yang

Keterangan : ritmis

1. Deviasi berat dari kisaran normal 3. Tentukan


2. Deviasi yang cukup besar dari kisaran perkembangan
normal terhadap pencapaian

20
3. Deviasi sedang dari kisaran normal 4. Sediakan dukungan
4. Deviasi ringan dari kisaran normal positif
5. Tidak ada deviasi dari kisaran normal

DAFTAR PUSTAKA

Fritz, Joseph. at all. (2009). Osteomyelitis : Approach to Diagnosis and Treatment.


https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2696389/
Momodu, Ifeanyi. Savaliya, Vipul. (2019). Osteomyelitis.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532250/
Sholihah, Fatwa. (2014). Diagnosis and Treatment Gout Arthritis. J Majority Volume 3
No. 7
Tim penyusun. (2018). Pedoman Diagnosis dan Pengelolaan Gout. ISBN 078-979-
3730-31-8. Perhimpunan Reumatologi Indonesia : Jakarta Pusat
Tausche, Anne. At all. (2009). Gout : Current Diagnosis and Treatment.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2754667/

21

Anda mungkin juga menyukai