Anda di halaman 1dari 48

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Studi kepustakaan dilakukan terhadap sejumlah teori yang berkaitan

dengan permasalahan.

2.1 Pengertian Perancangan

Perancangan suatu alat termasuk ke dalam metode rekayasa, sehingga

langkah-langkah perancangan akan mengikuti metode rekayasa. Salah satu

definisi teknik perancangan dikemukakan oleh Morris Asimow dalam buku

Sritomo Wignyosoebroto yang berjudul " Teknik Tata Cara dan Pengukuran

Kerja " tahun 1995 yang berbunyi sebagai berikut " Teknik perancangan adalah

aktivitas dengan maksud tertentu menuju ke arah pemenuhan kebutuhan

manusia, terutama yang dapat diterima oleh farktor teknologi peradaban

kita"

Dari pengertian tersebut jelas perancangan adalah :

1.Aktivitas dengan maksud tertentu.

2.Memiliki sasaran pada pemenuhan kebutuhan manusia.

3.Berdasarkan pada pertimbangan teknologi.

2.2 Rekayasa Nilai

Dalam sub bab ini akan dijelaskan mengenai sejarah rekayasa

nilai, definisi rekayasa nilai, rencana kerja rekayasa nilai, dan beberapa

metode yang digunakan dalam rekayasa nilai.


2.2.1 Sejarah Rekayasa Nilai

Analisis nilai (value analysis) dikenal pada waktu Perang Dunia ke-II, saat

itu perusahaan General Electric menghadapi kekurangan material dan

tenaga kerja untuk memproduksi komponen-komponen persenjataan untuk

pesawat terbang. Untuk menghadapi kesulitan tersebut, Lawrences

D.Milles, salah seorang ahli perusahaan tersebut mengembangkan suatu

sistem yang disebut analisis nilai yang dapat mengurangi biaya dan juga dapat

meningkatkan hasil produksi.

Metode yang dikembangkan oleh Milles dikenal sebagai Teknik

Analisis Nilai (Value Analysis Technique) dan menjadi standar General

Electric Company. Pada tahun 1954, salah satu biro Departemen Pertahanan

Amerika Serikat menggunakan metode dari Milles yaitu Value Engineering.

Pada tahun 1965, Biro Reklame Amerika Serikat mulai menggunakan

Rekayasa Nilai pada tahap konstruksi dan perencanaannya.

Pada tahun 1972, Departement of Public Building Services

mengembangkan Value Engineering secara luas di mana ditentukan bahwa

Value Engineering Program merupakan keharusan bagi Construction

Management Services. Pada tahun 1975, Environmental Protection

Agency (E.P.A) juga mengharuskan penggunaan Value Engineering.

Sekarang ini Rekayasa Nilai telah dikenal dan dipraktekkan dibanyak

negara Amerika Serikat termasuk di Indonesia, Rekayasa nilai sudah

diterapkan pada hampir semua bidang dengan hasil yang memuaskan.


2.2.2 Definisi Rekayasa Nilai

Terdapat beberapa definisi Rekayasa Nilai antara lain :

1. Menurut Lawrence D. Milles

Rekayasa nilai adalah suatu pendekatan yang bersifat kreatif dan

sistematis dengan tujuan mengurangi/menghilangkan biaya-biaya yang

tidak diperlukan.

2. Menurut Society of American Value Engineering

Rekayasa nilai adalah suatu teknik yang diterapkan secara sistematis

untuk fungsi suatu produk atau jasa, menentukan nilai moneter dari

fungsi tersebut serta memenuhinya dengan biaya minimum.

3. Menurut W. Zimmerman dan Glen. D. Hark.

Rekayasa nilai adalah manajemen yang mencapai keseimbangan

fungsional terbaik antara biaya, keandalan dan penampilan dari suatu

sistem produk.

4. Menurut Heller.

Merupakan suatu penerapan sistematis dari sejumlah teknik untuk

mengidentifikasi fungsi-fungsi suatu benda/jasa dengan memberi nilai

terhadap masing-masing fungsi yang ada serta mengembangkan sejumlah

alternatif yang memungkinkan tercapainya fungsi tersebut dengan biaya total

minimum.

Dari definisi di atas terlihat bahwa teknik rekayasa nilai menggunakan

suatu pendekatan sistematis untuk mendefinisikan fungsi-fungsi yang diinginkan

dalam mendesain suatu sistem, produk, atau jasa, mengukur performansi fungsi-
fungsinya sehingga performansi akhir yang dihasilkan akan sama atau mendekati

performansi yang diinginkan pemakai dengan pertimbangan biaya yang lebih

optimal.

Rekayasa nilai merupakan suatu teknik perancangan sistem yang

pendekatan sistematiknya dengan menggunakan teknik-teknik tertentu untuk :

1) Mengidentifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan.

2) Mengembangkan alternatif-alternatif.

3) Menerapkan nilai-nilanya.

Setiap produk selalu mempunyai fungsi utama (basic function). Setiap

produk harus dapat atau memungkinkan untuk melakukan sesuatu.

Namun pada umumnya konsumen menginginkan sejumlah fungsi lain

sebetulnya bersifat sekunder. Selain fungsi tersebut, suatu produk juga

mempunyai fungsi estetis.

2.2.3 Karakteristik Rekayasa Nilai

Rekayasa nilai mempunyai karakteristik (W. Zimmerman and Heart, 1983)

sebagai berikut :

1. Berorientasi pada fungsi

Merancang produk yang dimulai dengan mengidentifikasikan fungsi-fungsi

yang dibutuhkan.
2. Berorientasi pada sistem

Menganalisis produk atau proyek secara keseluruhan dengan melihat

keterkaitan antara komponen-komponennya dengan mengidentifikasikan dan

menghilangkan biaya-biaya yang tidak diperlukan.

3. Berorientasi pada siklus hidup produk

Melakukan analisis terhadap biaya total untuk memiliki dan mengoperasikan

fasilitas selama hidupnya.

4. Multi disiplin

Proses perencanaan dilakukan oleh suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah

ahli yang berasal dari berbagai disiplin ilmu dan konsultan rekayasa nilai.

5. Teknik manajemen yang teruji

Menggunakan teknik-teknik manajemen tertentu yang telah terbukti

kualitasnya. Karakteristik di atas digunakan untuk mencapai tujuan rekayasa

nilai yaitu mendapatkan nilai optimal dan suatu produk atau proyek.

Yang perlu diperhatikan bahwa rekayasa nilai merupakan :

a. Proses pengurangan biaya, dengan jelas menekan biaya desain dan

mengurangi kualitas, keandalan serta performansinya.

b. Proses perancangan (redesain) dengan adanya penambahan nilai (added

value) produk dengan meningkatkan performansi atau reduction cost.

c. Proses pengendalian kualitas.

Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil yang

akan dicapai dalam rekayasa nilai merupakan; a) alternatif penggunaan

bahan/material, b) proses/prosedur, atau c) suatu rancangan/desain baru,


dengan pertimbangan alternatif tersebut akan memiliki nilai (value) yang

lebih baik.

2.2.4 Konsep Nilai

Nilai dapat diidentifikasikan sebagai sejumlah uang yang dapat diterima

kembali dari suatu produk atau jasa. Dengan kata lain bahwa rekayasa nilai adalah

kegunaan atau manfaat yang dapat diberikan oleh suatu produk atau jasa. Didalam

studi rekayasa nilai dapat diuraikan tipe-tipe dari nilai (value), yaitu sebagai

berikut :

1. Nilai Guna (Use Value)

Nilai ini mencerminkan seberapa besar kegunaan produk akibat terpenuhinya

suatu fungsi, di mana nilai ini tergantung dari sifat dan kualitas produk.

2. Nilai Kebanggaan (Esteem Va1ue)

Nilai ini menunjukkan seberapa besar kemampuan produk untuk memuaskan

konsumen yang memilikinya. Kemampuan ini ditentukan oleh sifat-sifat

khusus dari produk seperti daya tarik, keindahan maupun prestise dari produk

tersebut.

3. Nilai Tukar (Exchange Value)

Nilai ini menunjukkan seberapa besar konsumen bersedia berkorban atau

mengeluarkan biaya untuk mendapatkan produk tersebut.

4. Nilai Biaya (Cost Value)

Nilai ini menunjukkan seberapa besar biaya total yang diperlukan untuk

menghasilkan produk serta memenuhi fungsi yang diinginkan.


2.2.5 Konsep Dasar Rekayasa Nilai

Pada dasarnya suatu produk dirancang dengan tujuan utama untuk

memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan kepada konsumen pemakai

produk tersebut. Atribut yang terdapat pada produk yang dipergunakan memenuhi

kebutuhan dan memuaskan konsumen pemakainya dinamakan fungsi (value).

Sering terjadi bahwa perancang produk menciptakan fungsi-fungsi pada produk

secara berlebihan, sehingga adanya fungsi-fungsi yang tidak atau kurang

dibutuhkan ini berakibat timbulnya biaya tambahan yang tidak dikehendaki

(unnecessary cost).

Nilai (value) dapat dirumuskan sebagai perbandingan (ratio) antara

performansi yang ditampilkan oleh suatu fungsi terhadap biaya yang dikeluarkan

untuk mendapatkan fungsi yang terbaik. Nilai dapat dinyatakan dengan

perbandingan performansi dengan biaya sebagai berikut :

Performansi
Nilai =
Biaya

Jika dituliskan dengan rumus yaitu :

P
V =
C

(Sumber : Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Dikat Rekayasa Nilai, Malang, 1988)
Dari rumus di atas, nilai (value) merupakan suatu besaran yang tanpa

satuan, sedangkan biaya (cost) pada umumnya menggunakan Rupiah, sehingga

performansi satuannya juga merupakan Rupiah.

Ada beberapa usaha untuk meningkatkan nilai, antara lain :

1. Menurunkan performansi dan biaya (sel A) di mana penurunan performansi

lebih kecil dibandingkan penurunan biaya.

2. Performansi tetap, biaya diturunkan (sel B).

3. Performansi dinaikkan, biaya diturunkan (sel C).

4. Performansi dinaikkan, biaya tetap (sel F).

5. Menaikkan performansi dan biaya (sel I) di mana kenaikan performansi lebih

besar dari kenaikan biaya.

Tabel 2.1
Performansi Terhadap Biaya

Performansi
Turun Tetap Naik
Turun A B C
Biaya Tetap D E F
Naik G H I
(Sumber: Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

Usaha untuk menaikkan performansi dan menurunkan biaya (sel C)

merupakan hal yang paling diinginkan dan bila dimensi performansi naik

sementara biaya tetap (sel F), biasanya dilakukan pada produk dengan Fungsi

yang kurang, yaitu usaha pengembangan produk (product development).

Ada beberapa penyebab mengapa nilai yang rendah timbul pada

perencanaan suatu proyek, antara lain:


1. Kekurangan waktu,

2. Kekurangan informasi.

3. Kekurangan ide.

4. Kesalahan konsep.

5. Keadaan sementara yang menjadi permanen.

6. Kebiasaan.

7. Sikap.

8. Politik.

2.2.6 Rencana Kerja Rekayasa Nilai

Rencana kerja Rekayasa Nilai merupakan kerangka di mana teknik-teknik

rekayasa nilai saling terkait satu sama lain, di mana masing-masing tahap dapat

diterapkan teknik-teknik yang berbeda secara fleksibel sesuai dengan

permasalahan yang dihadapi. Agar proses perencanaan rekayasa nilai lebih

efisien, maka suatu tahap dapat saja diulangi beberapa kali sampai didapatkan

hasil yang diinginkan.

Rencana kerja rekayasa nilai mempunyai kelebihan-kelebihan yang

bernilai, yaitu sebagai berikut :

a. Suatu pendekatan yang terorganisir.

b. Rencana kerja dengan jalan menghilangkan daerah-daerah yang

mempunyai biaya tinggi.

c. Rencana kerja mendorong seseorang untuk berpikir lebih dalam

d. Merupakan suatu pendekatan yang objektif.


e. Mempunyai pendekatan yang umum dan universal.

Ada berbagai macam job plan dalam pelaksanaan rekayasa nilai ini antara

lain:

1. Enviromental Protection Agency (EPA).

2. Six Phase Job Plan.

3. Standard Five Phase Job Plan

4. General Services Administration (GSA).

5. Eigth Phase Job Plan.

Prosedur yang biasanya dipakai adalah Standard Five Phase Job Plan

yang terdiri dari tahapan berikut :

1. Tahap Informasi (Information Phase)

2. Tahap Kreatif (Creative Phase)

3. Tahap Analisis (Judgement Phase)

4. Tahap Pengembangan (Development Phase)

5. Tahap Rekomendasi (Recommendation Phase)

Masing-masing tahap mempunyai tujuan tersendiri, akan tetapi walaupun

terpisah dalam lima langkah yang berbeda, masing-masing tahap ini saling

berkaitan dan tidak menutup kemungkinan jika sampai pada suatu tahap

diperlukan akan kembali ke tahap sebelumnya, seperti ditunjukkan pada gambar

berikut:
1 2 3 4 5

Gambar 2.1: Skema Rencana Kerja Rekayasa Nilai


(Sumber : Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

2.2.6.1 Tahap Informasi (Information Phase)

Selama fase ini, tim rekayasa nilai menggali sebanyak mungkin informasi

mengenai desain, latar belakang, kendala, dan proyeksi biaya proyek. Tim

melaksanakan analisis fungsi dan menentukan peringkat biaya relatif produk

sebagai sistem dan sub-sistem untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah biaya yang

berpotensi akan tinggi. Sehingga dapat mengumpulkan sebanyak mungkin

informasi dan pengetahuan rancangan produk, seperti :

1. Asumsi-asumsi rancangan.

2. Batasan-batasan produk.

3. Kepekaan-kepekaan terhadap biaya.

4. Pengoperasian produk.

Batasan produk adalah batasan-batasan yang telah ditentukan sesuai

kebutuhan pemakai dan tidak boleh diubah.

Kualitas dan kelengkapan informasi yang disediakan oleh pemakai dan

perancang secara langsung mempengaruhi kualitas kajian nilai informasi yang


diperlukan untuk kajian nilai berbeda untuk setiap produk, namun secara umum

dapat ditulis antara lain :

1. Kriteria rancangan (kebutuhan pemakai)

2. Elemen-elemen rancangan (bagian-bagian proses, komponen-komponen

produk)

3. Batasan-batasan yang telah ditentukan pada produk

4. Perhitungan-perhitungan perancangan

5. Orang-orang yang dapat dihubungi untuk mendapatkan informasi (catatan

konsultasi)

6. Buku-buku atau referensi yang digunakan sebagai informasi

7. Fungsi yang dibutuhkan

8. Kriteria-kriteria yang dipakai untuk menghitung kinerja

Fase Informasi

Desain

Asumsi-asumsi
Mengumpulkan
Needs sebanyak mungkin Batasan-batasan
informasi
Biaya

Pengoperasian

Berbeda untuk setiap produk

Gambar 2.2: Skema Kerja Fase Informasi


(Sumber : Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Dikat Rekayasa Nilai, Malang, 1988)
Teknik-teknik yang dapat digunakan dalam tahap informasi ini yaitu:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah salah satu alat untuk mendapatkan data dan

informasi mengenai gejala-gejala suatu masalah. Kuesioner yang baik adalah

kuesioner yang pertanyaannya dapat memberikan respon seperti yang

diharapkan. Dalam kuesioner ini, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus

jelas dan mudah dimengerti. Pada umumnya kuesioner berisi pertanyaaan

tentang fakta dan diketahui oleh responden atau juga mengenai sesuatu.

b. Peramalan

Peramalan merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan informasi

dengan cara meramalkan prospek dari proyek atau produk yang akan didesain.

c. Arsip

Arsip adalah teknik pengumpulan informasi yang menggunakan data-

data yang sudah ada pada perusahaan atau instansi yang berkaitan dengan

proyek atau produk yang akan didesain.

d. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan informasi dengan cara

bertatap muka dan menanyakan secara langsung kepada responden atau

sumber informasi yang bersangkutan langsung dengan proyek atau produk

yang akan didesain.


e. Riset Pasar

Riset pasar merupakan teknik pencarian informasi dengan cara

pencarian informasi mengenai keadaan pasar secara umum, mencari peluang-

peluang yang akan digunakan guna meningkatkan keuntungan perusahaan.

f. FAST (Functional Analysis Sistem Technique)

FAST (Function Analysis Sistem Technique) adalah teknik penyusunan

diagram secara sistematik untuk mengidentifikasikan fungsi-fungsi dan

menggambarkan hubungan antara fungsi-fungsi tersebut. Fungsi dinyatakan

sebagai gabungan kata kerja dan kata benda, misalnya menahan benda.

Beberapa istilah yang digunakan dalam metode FAST adalah :

1. Fungsi utama

Fungsi ini merupakan fungsi bebas yang menggambarkan kegiatan mana

yang harus ditampilkan sistem. Tanpa fungsi ini sistem akan kehilangan

identitas.

2. Fungsi bebas

Fungsi ini keberadaannya tidak tergantung pada fungsi-fungsi lain dan

bisa berupa fungsi utama dan fungsi sekunder.

3. Fungsi ikutan

Fungsi ini juga disebut fungsi sekunder dan keberadaannya bergantung

pada fungsi lain yang lebih tinggi tingkatannya.


4. Fungsi jalur kritis

Fungsi jalur kritis adalah semua fungsi yang secara berurutan menjelaskan

bagaimana (how) dan mengapa (why) dan fungsi lain pada urutan tersebut.

5. Fungsi pendukung

Fungsi ini adalah untuk meningkatkan penampilan dan fungsi-fungsi pada

jalur kritis.

6. Fungsi tingkat tinggi

Fungsi ini berada pada bagian paling kiri pada diagram FAST. fungsi

dasar merupakan fungsi tingkat tinggi yang berada dalam batas lingkup

masalah.

7. Fungsi tingkat rendah

Fungsi ini berada paling kanan dari fungsi lain pada diagram FAST. (lihat

Gambar 2.3)

8. Lingkup Masalah

Lingkup masalah adalah batas-batas pembebasan dari masalah yang

dihadapi. Pada diagram FAST, lingkup masalah ditunjukkan sebagai

daerah yang dibatasi oleh dua garis vertikal yang masing-masing

berbatasan dengan fungsi tingkat tinggi dan fungsi tingkat rendah.


Diagram FAST disusun berdasarkan hirarki fungsi. Fungsi tingkat

tinggi diletakkan sebelali kiri, sedangkan fungsi tingkat rendah diletakkan di

sebelah kanan. Pembuatan diagram FAST biasanya dimulai dan fungsi dasar

yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi dasar berada dalam lingkup

masalah yang akan dibahas, sedangkan fungsi tingkat tinggi dan tingkat

rendah di luar batas lingkup masalah. Fungsi-fungsi di luar batas lingkup

masalah merupakan suatu keadaan yang harus diterima. Penyusunan fungsi-

fungsi dalam diagram FAST dilakukan dengan rnenggunakan dua buah

pernyataan, yaitu Bagaimana (how) dan Mengapa (why).

Identifikasi fungsi dimulai dari fungsi dasar dengan melakukan

pertanyaan bagiamana fungsi dasar dilaksanakan. Pernyataan ini dijawab oleh

fungsi lain yang diletakkan di sebelah kanan fungsi dasar. Seterusnya

dilakukan pertanyaan yang sama terhadap fungsi baru tersebut, sehingga

didapat fungsi baru lain yang menjawab fungsi tadi. Pertanyaan ini dilakukan

terus sampai didapat sejumlah fungsi yang bisa mencerminkan masalah.

Kemudian dilakukan pertanyaan mengapa terhadap fungsi yang berada

paling kanan dalam batas lingkup masalah. Pertanyaan mengapa fungsi

tersebut harus diadakan dan akan dijawab oleh fungsi yang berada sebelah kiri

fungsi yang bersangkutan. Fungsi ini harus sama dengan fungsi yang didapat

pada proses pertama yang menggunakan pertanyaan bagaimana. Proses ini

dilakukan sampai didapat fungsi dasar sebagai jawabannya. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan ketepatan penentuan fungsi-fungsi pada jalur kritis.


BAGAIMANA? MENGAPA?

Mencegah
penyerapan
kelembaban
Mencegah
pertumbuhan Mencegah
bakteri penyerapan
temperatur

Mengawetkan Mencegah Memenuhi


Mencegah
Beras kerusakan kebutuhan
gangguan hama
Mencegah
datangnya
hama
Mencegah
perubahan rasa
Mengatur
sirkulasi beras

Gambar 2.3:
Contoh Diagram FAST Pada Salah Satu Studi Nilai Produk Pengawet Beras
(Sumber : Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

Teknik-teknik yang dipilih harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Sederhana

2. Waktu pelaksanaan singkat

3. Waktu mempelajari singkat

4. Informasi banyak dan luas

2.2.6.2 Tahap Kreatif (Creative Phase)

Tahap ini bertujuan untuk mengembangkan sebanyak mungkin alternatif

yang bisa memenuhi fungsi primernya. Kreativitas seseorang atau sekelompok

orang sangat berperan dalam mendapatkan alternatif-alternatif yang dibutuhkan.


Pada tahap ini tim rekayasa nilai dipacu untuk berpikir lebih mendalam

daripada biasanya. Insinyur dan arsitek adalah makhluk yang berdasarkan pada

kebiasaan, intuisinya mengambil solusi pertama yang muncul dipikirkan dan

mengembangkan serta menempatkannya ke dalam rancangan dan menetapkannya.

Hal ini tidak boleh dilakukan dalam kajian ini.

Ide-ide yang muncul dicatat dahulu dan tidak boleh dipertimbangkan atau-

pun dianalisis. Pendekatan tim multidisiplin memberikan banyak ide yang

beraneka ragam. Bahkan kadang-kadang ide yang paling kreatif yang datang dari

orang yang keahliannya berada diluar bidang yang menjadi bahan kajian. Berikut

ini skema kerja pada fase kreatif.

Fase kreatif

Mengembangkan sebanyak mungkin alternatif


yang bisa memenuhi fungsi primernya

seseorang
Kreatifitas
Kelompok
- Ide orisinil
- Perbaikan terhadap suatu
ide / ide baru
- Kombinasi beberapa ide
- Penggunaan analogi

Gambar 2.4 : Skema Kerja Fase Kreatif


(Sumber : Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Dikat Rekayasa Nilai, Malang, 1988)

Faktor-faktor positif (didorong) kreatifitas, yaitu :

a. Problem Sensitivity
Peka terhadap permasalahan, kemampuan untuk mengetahui adanya suatu

masalah.

b. Idea Fluency

Mencoba mengeluarkan gagasan, kemampuan untuk menciptakan ide-ide

atau pilihan-pilihan alternatif dalam jumlah yang banyak. Hanya dapat

dibantu dengan latihan-latihan atau exercise agar mempunyai keyakinan

(confidence).

c. Flexibility of Approach

Dapat menciptakan gagasan baru dari orang lain. Kemampuan untuk

mempedulikan diri dalam pendekatan terhadap suatu masalah.

d. Originality

Kemampuan menciptakan ide-ide baru.

Teknik yang dipakai di sini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. Analitik dan Mekanistik

a) Analisis Morfologi

Analisis morfologi memecahkan suatu masalah menjadi elemen-

elemennya, kemudian mengidentifikasikan sejumlah alternatif atribut

untuk setiap elemen, dan menyusun alternatif pemecahan dengan

mengkombinasikan atribut-atribut dari setiap elemen yang berbeda.


Analisis morfologi ini dapat divisualisasikan dalam dua cara, yaitu dalam

bentuk sumbu pembangkit alternatif atau dalam bentuk matriks.

Bentuk

Alter.
3
3.3
Alter.
2
1.2

1
Material
1 2 3 4

Gambar 2.5 . Analisis Morfologi Dalam Bentuk Sumbu Pembangkit


Alternatif.
(Sumber : Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

Jika suatu masalah hanya mempunyai dua elemen, model ini

dengan mudah dapat divisualisasi dalam 2 sumbu pembangkit alternatif

berbentuk bidang datar. Sumbu horizontalnya merupakan satu elemen

yang dibagi lagi menjadi beberapa atribut. Sumbu vertikalnya merupakan

elemen lainnya dan dengan cara yang sama juga dibagi ke dalam atribut-

atribut. Kemudian atribut-atribut dari masing-masing elemen

dikombinasikan dan akan menghasilkan alternatif solusi. Jika masalah

tersebut terdiri dari tiga elemen, modelnya akan berupa tiga sumbu

pembangkit alternatif yang berbentuk ruang tiga dimensi.


Untuk masalah dengan lebih dari tiga elemen, visualisasi dengan sumbu

pembangkit alternatif sulit dilakukan, sebagai gantinya digunakan bentuk

matriks yang lebih mudah dimengerti. Bentuk matriks dengan mudah

dapat divisualisasikan masalah dari 2 sampai dengan beberapa jumlah

elemen.

Tabel 2.2
Analisis Morfologi dalam Bentuk Matriks

Elemen Atribut / Sifat


Bepergian Bawah
Udara Air Angkasa
di tanah
Bepergian Gelin- Bantalan Bantalan
Berdoa Peluncur
dengan dingan udara magnet
Dorongan
Uap Gas Kabel Listrik
tenaga
Posisi Bergan-
Duduk Telentang Berdiri
tubuh tung
(Sumber : Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

Analisis morfologi menghasilkan banyak kombinasi-kombinasi

elemen untuk dianalisis selanjutnya. Misalnya untuk masalah di atas

mempunyai empat elemen dengan jumlah atribut masing-masing 4, 5, 4, 4,

maka akan menghasilkan 320 (4x5x 4x4) alternatif solusi. Salah satu

alternatifnya misalnya bepergian di udara, peluncur, kabel, berdiri,

menghasilkan kereta pengangkut pemain ski es. Bagaimanapun beberapa

kombinasi secara praktis maupun teoritis tidak mungkin diwujudkan

ataupun tidak berarti, sisanya merupakan hasil analisis morfologi. Bahkan,

kadang-kadang kombinasi yang tidak logis dapat menghasilkan suatu

alternatif solusi yang layak.


Analisis morfologi dapat digunakan untuk menganalisis problem secara

sistematis, mengembangkan alternatif proyek atau program,

mengidentifikasikan sejumlah keadaan yang mungkin di masa mendatang

Keuntungan awal dari morfologis, yaitu :

1. Menghasilkan sejumlah besar solusi yang mungkin

2. Mengurangi kecenderungan untuk mengabaikan solusi-solusi yang

mungkin, yang kadang-kadang diabaikan.

3. Bersifat sistematis, maka bias dan prasangka dapat dihindari ketika

membangkitkan ide-ide.

b) Cheek List

Teknik ini mengembangkan suatu daftar untuk memasang ide-ide,

atau untuk mencegah agar ide tersebut tidak terlupakan. Check list adalah

pengumpulan pokok-pokok, bagian-bagian atau kemungkinan-

kemungkinan yang dapat dipergunakan sebagai jawaban atau pengarahan

dari jika item-item yang disediakan dalam suatu daftar dibandingkan

dengan masalah atau subyek yang sedang dipertimbangkan.

Tujuannya adalah untuk memusatkan usaha kita pada daftar yang

logis dari kategori yang berkenaan pada suatu masalah. Teknik ini

digunakan untuk mempertanyakan ide-ide ataupun obyek, dan dengan cara

ini diharapkan dapat menghasilkan ide-ide baru yang dapat dikembangkan

lebih lanjut.
Sebagai contoh, salah satu check list yang terkenal yang disusun

oleh Alex F. Osborn, berisikan :

 Gunakan untuk kepentingan lain?

 Adaptasikan?

 Modifikasi?

 Perbesar?

 Perkecil?

 Subtitusi?

 Diatur kembali?

 Balikan?

 Kombinasikan?

c) Matriks Input-Output (Black Box)

Matrik ini bertujuan untuk membangkitkan alteratif-alternatif

proses yang mungkin dilakukan dengan suatu masukan tertentu untuk

rnendapatkan suatu keluaran tertentu. Dengan kata lain, dengan

diketahuinya suatu masukan dan suatu keluaran, matriks input-output ini

merupakan suatu black box yang harus diperkirakan proses-proses yang

mungkin.

Sebagai contoh, diperlukan suatu peringatan memasuki sebuah

bangunan dengan interior alarm dan peringatan kepada security. Input

yang ditentukan adalah gangguan (memasuki bangunan tanpa ijin) dan

output adalah suara, gerakan atau kerusakan struktur. Maka proses-proses


yang mungkin adalah perubahan tekanan, gangguan pada jalur sinar infra

merah, perpindahan benda ataupun perubahan temperatur. Berikut ini

skema input- process-output.

INPUT PROCESS OUTPUT


???
Black box

Gambar 2.6 : Skema Input – Process – Output


(Sumber : Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

2. Psiko Sosial (Dinamika Kelompok)

a) Sumbang Saran (Brainstorming)

Salah satu teknik yang paling populer dalam memecahkan

masalah secara berkelompok adalah melalui Brainstorming. Pada

dasarnya, sesi brainstorming ini dapat berupa 6 hingga 12 orang yang

secara spontan mengemukakan semua ide atau gagasannya untuk

membantu memecahkan masalah. Dalam sesi ini semua ide-ide termasuk

ide yang mustahil diterapkan-digali. Berbagai upaya terus perlu terus

dilakukan untuk menghasilkan sebanyak mungkin ide. Para peserta

diminta berani mengkombinasikan atau memperbaiki ide-ide orang lain.

Selama sesi ini kita tidak diperkenankan melakukan penilaian dan evaluasi

ide.

Sebaiknya para peserta pada sesi ini dipilih dari berbagai latar

belakang disiplin ilmu dengan melibatkan juga orang-orang yang kurang


berpengalaman dalam penanganan masalah yang tengah dihadapi saat ini.

Ide-ide yang muncul dari sesi ini dirangkum dan pada suatu saat dievaluasi

oleh kelompok ini maupun oleh kelompok atau individu-individu lain.

(Paul h. Wright, Pengantar Engineering).

Dalam teknik ini terdapat empat pedoman yang utama, yaitu :

 Menunda pertimbangan, evaluasi, dan kritik untuk semua ide baik

dari diri sendiri maupun orang lain, untuk ide-ide gila sekalipun.

 Suasana bebas (face wheeling), tidak tegang dan membebaskan

segala macam ide diungkapkan. Ide seseorang dapat memancing

timbulnya ide orang lainnya.

 Kuantitas.

Buatlah ide sebanyak mungkin tanpa melihat kualitas, segala ide

ditampung.

 Saling mengembangkan atau mengidupkan ide (cross fertilization).

Boleh mengembangkan ide orang lain bilamana mungkin.

Tahap-tahap yanng dilakukan dalam sumbang saran (Brainstorming)

adalah sebagai berikut :

1. Pemimpin acara memberikan arahan dan mengingatkan cara-cara

dan aturan sumbang saran.

2. Menentukan masalah yang akan dibahas dan bilamana masalahnya

luas dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang lebih kecil agar

lebih mudah dibahas.

3. Pemanasan.
Membuat suatu masalah yang kecil (yang lepas dari masalah

utama) dengan tujuan agar kelompok lebih akrab dengan teknik

sumbang saran ini.

4. Sumbang saran.

Melontarkan ide-ide pemecahan masalah sebanyak mungkin, tanpa

ada kritik dan evaluasi. Ide-ide yang muncul dicatat.

Keuntungan teknik ini antara lain :

a. Ide-ide orisinil dan cemerlang dapat dihasilkan bila kritik dicegah

agar tidak menghambat spontanitas.

b. Memberikan banyak dan berragam ide dalam waktu yang relatif

singkat.

c. Memungkinkan adanya saling mengembangkan ide, terutama bila

kelompok terdiri dari ahli dari bidang yang berragam.

b) Sinektik

Merupakan teknik untuk menghasilkan alternatif-alternatif ide

dalam memecahkan suatu masalah yang dilakukan oleh suatu kelompok.

Umumnya kelompok terdiri dari seorang pemimpin kelompok, klien dan

sekitar enam orang peserta lainya. Pihak klien adalah mereka yang

mempunyai persoalan dan proses ini ditujukan untuk dapat menolong

mereka mencarikan jalan keluar dari persoalan yang dihadapinya.

Sebenarnya teknik sinektik ini hampir sama dengan teknik

sumbang saran dalam mendorong anggota kelompok untuk melakukan


diskusi secara bebas dan tidak dievaluasi. Perbedaan-perbedaanya dengan

teknik sumbang saran, antara lain :

a. Pemimpin kelompok tidak ikut menyumbang ide, hanya

mengharakan proses sinektik.

b. Dapat menggunakan berbagai analogi, seperti analogi personal,

analogi langsung, analogi simbolis dan analogi fantasi.

c. Pada akhir proses sinektik akan dipilih beberapa alternatif ide yang

disukai oleh klien.

Dalam proses sinektik ini dapat digunakan empat analogi, yaitu:

1) Analogi personal (Personal Analogy)

Peserta mengidentifikasi sebuah bagian dari suatu masalah dan

membayangkan dirinya sebagai bagian tersebut.

2) Analogi Langsung (Direct Analogy)

Membadingkan suatu masalah yang dihadapi menjadi situasi

serupa dalam bidang teknologi atau disiplin ilmu yang lain.

3) Analogi Simbolis (Simbolic Analogy)

Menjabarkan masalah dengan ungkapan obyektif (non-personal).

Ungkapan ini digunakan untuk mengidentifikasi masalah lain yang

dapat dijabarkan dengan ungkapan atau judul yang sama. Biasanya

ditampilkan dalam dua kata yang mempunyai pengertian

bertentangan.

4) Analogi Fantasi (Fantasy Analogy)


Peserta membayangkan bahwa masalah akan selesai dengan

sendirinya.

Cara pelaksanaan teknik sinektik adalah :

a. Pihak klien memberikan satu kalimat pernyataan tentang masalah

yang dihadapi.

b. Klien memberikan latar belakang permasalahan serta ide-ide yang

pernah dicoba.

c. Peserta mencoba memberikan ide-ide yang mungkin.

d. Jika ada ide yang menyimpang, pemimpin langsung memberikan

pengarahan dan menjelaskan tujuan klien yang sebenarnya.

e. Pihak klien memilih beberapa alternatif yang disukai dari ide-ide

yang diungkapkan peserta dalam proses sinektik untuk dianalisa

lebih lanjut.

Keuntungan dari teknik sinektik ini adalah :

a. Proses pengumpulan ide lebih terarah

b. Solusi yang dihasilkan baru dan inovatif karena teknik ini dapat

meransang ungkapan kreatif peserta.

c. Penggunaan analogi dalam sinektik memberikan cara mendalami

masalah secara kreatif.

d. Waktu pelaksanaan sinektik umumnya lebih singkat dari pada

teknik sumbang saran.


2.2.6.3 Tahap Analisis (Judgement Phase)

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap masing-masing ide yang didapat

dari kreatif. Analisis bertujuan untuk mengetahui kelebihan dan kelemahaan dari

masing-masing ide. Diusahakan untuk dapat mengurangi bahkan menghilangkan

kekurangan dari ide-ide tersebut. Kadangkala hal ini dapat dicapai dengan

menggabunkan dua atau lebih ide. Pada keadaan ini kelebihan suatu ide dapat

menghilangkan atau menutupi kekurangan ide lainnya.

Ide baru yang merupakan gabungan dari beberapa ide tersebut

memerlukan informasi baru yang biasanya belum dipunyai, sehingga perlu

kembali ke tahap informasi baru yang dibutuhkan, lihat skema berikut ini.

Fase Analisa

Mengadakan analisa terhadap Untuk mengetahui


masukan-masukan ide kelebihan dan kekurangan
(alternatif) masing-masing Alternatif

Ide (alternatif) yang kurang


baik dihilangkan

Ide (alternatif) yang baik


dipilih

Teknis
Dievaluasi
Ekonomis

Gambar 2.7 : Skema Kerja Fase Analisis


(Sumber : Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Dikat Rekayasa Nilai, Malang, 1988)
Selama tahap analisis sejumlah ide yang dikembangkan dan diteliti akan

berkurang. Penggabungan ide biasanya berkenan dengan rancangan teknis, proses

manufaktur dan pemilihan bahan.

Prioritas terhadap suatu ide dapat didasarkan atas biaya yang diperlukan

untuk melaksanakan ide yang bersangkutan. Ide yang membutuhkan biaya besar

mendapat prioritas yang lebih rendah dari pada ide yang membutuhkan biaya

kecil, hal ini tidak berarti bahwa ide semata-mata berdasarkan atas biaya saja.

Perlu diperhatikan pula faktor-faktor teknis lain yang mempengaruhi suatu ide.

Faktor-faktor yang menjadi bahan pertimbangan adalah :

 Jenis tes yang dibutuhkan untuk membuktikan suatu ide.

 Besar biaya dibutuhkan untuk mengadakan tes.

 Lama waktu untuk mengadakan tes.

Berdasarkan faktor-faktor diatas dipilh sejumlah kecil ide untuk

dikembangkan serta diteliti lebih lanjut.

Teknik-teknik yang digunakan pada tahap ini antara lain :

a) Matrik Evaluasi

Merupakan salah satu alat pengambil keputusan yang dapat

menggabungkan kriteria kualitatif (tidak dapat diukur) dan kriteria kuantitatif

(dapat diukur). Kriteria-kriteria pada metode ini dapat berupa biaya, estetika,

kekuatan, kenyamanan, pemeliharaan dan sebagainya, adapun cara

pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan alternatif- alternatif solusi yang mungkin.


2. Menetapkan kriteria-kriteria yang berpengaruh.

3. Menetapkan bobot pada masing-masing kriteria.

4. Memberikan penilaian untuk setiap alternatif terhadap masing-masing

kriteria.

5. Menghitung nilai total untuk masing-masing alternatif.

6. Memilih alternatif dengan nilai total terbesar.

Bentuk dari matrik adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3
Matrik Evaluasi Kriteria

No Alternatif Bobot Kriteria


1 2 …… n Total
1 Alternatif 1
2 Alternatif 2
...
n Alternatif n
(Sumber: Silviana. ST. MT. Diklat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

Keuntungan metode matriks evaluasi anatara lain:

1. Dapat dipakai untuk alternatif yang multikriteria.

2. Masing-masing kriteria dapat berbeda tingkat kepentingannya

(dinyatakan dengan bobot).

3. Mudah dimengerti/divisualisasi dan cukup sederhana


b. Metode Zero One

Merupakan salah satu cara pengambilan keputusan yang bertujuan

menentukan urutan prioritas dari kriteria-kriteria yang ada. Cara-cara

penggunaanya sebagai berikut :

Mengumpulkan kriteria-kriteria dengan tingkat yang sama, kemudian

disusun dalam suatu matrik Zero One yang berbentuk bujur sangkar,

kemudian dilakukan penilaian terhadap kriteria-kriteria tersebut secara

berpasangan, sehingga pada matrik akan terisi nilai 1 (satu) atau 0 (nol),

kecuali diagonal utama akan berisi tanda X (tidak terisi). Nilai-nilai pada

matrik ini kemudian dijumlahkan menurut baris kemudian dikumpulkan pada

kolom jumlah, dari matrik tersebut akan didapatkan urutan prioritas dari

kriteria-kriteria tersebut. Selanjutnya dilakukan pembobotan berdasarkan

jumlah nilai dari matrik Zero One. Bentuk dari Matrik Zero-One adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.4
Metode Zero-One

Alternati A B C D E Jumlah
f
A X 1 1 1 1 4
B 0 X 0 1 1 2
C 0 1 X 1 1 3
D 0 0 0 X 0 0
E 0 0 0 1 X 1

Keterangan :

1 = Lebih penting

0 = Kurang Penting
x = Fungsi yang sama

(Sumber Silviana. ST. MT. Diktat Rekayasa Nilai. UWIGA. 2007)

c. AHP (Analytical Hierarchy Proces)

AHP (Analytical Hierarchy Proces) adalah salah satu bentuk model

pengambilan keputusan mengenai pembobotan yang masukannya dapat berupa

kuantitatif maupun kualitatif. Peralatan utama dari model ini adalah sebuah

hierarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia. Dengan

hierarki suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dipecah dalam

kelompok-kelompok dan kemudian diatur menjadi suatu bentuk hierarki.

Mengorganisir pengetahuan untuk keputusan

Ada dua ancangan mendasar untuk memecahkan masalah, yaitu :

 Ancangan Deduktif

Menfokuskan pada bagian-bagian.

 Ancangan Sistem

Memusatkan pada ancangan bekerjanya secara keseluruhannya.

AHP (Analytical Hierarchy Proces) menggabungkan kedua

ancangan ini dalam satu kerangka yang logis dan terpadu. Manusia sering

bukan makhluk yang logis. Seringkali kita mendasarkan pertimbangan kita

pada impresi samar-samar dari realitas lalu memakai logika untuk

mempertahankan kesimpulan kita. AHP menyusun perasaan serta intuisi dan

logika dalam suatu ancangan terstruktur untuk pengambilan keputusan.

1. Prinsip Dasar Pemikiran AHP (Analytical Hierarchy Proces)


Dalam memecahkan persoalan dengan analisis logis eksplisit, ada 3

(tiga) prinsip, yaitu :

a) Prinsip menyusun hierarki

Manusia mempunyai kemampuan untuk mempresepsikan benda dan

gagasan, mengidentifikasinya, dan mengkomunikasikan apa yang

mereka amati kemudian diuraikan secara hierarkis yang kita sebut

menyusun hierarki, yaitu memecah-mecah persoalan menjadi unsu-

unsur yang terpisah-pisah. Berikut ini skema penyusunan hierarki.

A1 A2 A3

Gambar 2.8 : Skema Penyusunan Hierarki


Sumber : http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IND

b) Prinsip menetapkan prioritas

Manusia mempunyai kemampuan mempresepsikan hubungan antara

hal-hal yang mereka amati, membandingkan sepasang benda atau hal

yang serupa berdasarkan kriteria tertentu, dan membedakan kedua

anggota pasangan itu dengan menimbang intensitas preferensi mereka

terhadap hal yang satu dibandingkan dengan yang lainnya.

c) Prinsip konsintensi logis


Manusia mempunyai kemampuan untuk menetapkan relasi antarobyek

atau antarpemikiran sedemikian sehingga koheren, yaitu obyek-obyek

atau pemikiran itu saling terkait dengan baik dan kaitan mereka

menunjukkan konsistensi. Konsistensi berarti 2 (dua) hal :

1. Pemikiran atau obyek yang serupa dikelompokan

menurut homogenitas dan relevansinya.

2. Intensitas relasi antargagasan atau antarobyek yang

didasarkan pada suatu kriteria tertentu, saling

membenarkan secara logis.

Untuk model AHP, matriks perbandingan dapat diterima jika nilai rasio

konsisten ≤ 0.1. Nilai CR ≤ 0.1 merupakan nilai yang tingkat

konsistensinya baik dan dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian

nilai CR merupakan ukuran bagi konsistensi suatu komparasi berpasangan

dalam matriks pendapat. Jika indeks konsistensi cukup tinggi maka dapat

dilakukan revisi judgement, yaitu dengan dicari deviasi RMS dari barisan

(aij dan Wi / Wj ) dan merevisi judgment pada baris yang mempunyai nilai

prioritas terbesar.

Memang sulit untuk mendapatkan konsisten sempurna, dalam kehidupan

misalnya dalam berbagai kehidupan khusus sering mempengaruhi

preferensi sehingga keadaan dapat berubah. Jika buah apel lebih disukai

dari pada jeruk dan jeruk lebih disukai dari pada pisang, tetapi orang yang

sama dapat menyukai pisang dari pada apel, tergantung pada waktu,
musim dan lain-lain. Namun konsistensi sampai kadar tertentu dalam

menetapkan prioritas untuk setiap unsur adalah perlu sehingga

memperoleh hasil yang sah dalam dunia nyata. Rasio ketidak konsistenan

maksimal yang dapat ditolerir 10 %. Berikut ini dapat dilihat tabel angka

random index.

Tabel 2.5
Angka Random Index

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.32 1.41 1.45 1.49
(Sumber : Thomas Saaty L.1995)

2. Penggunaan Software Expert Choice Untuk Metode AHP

Expert Choice adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan

analisa, sistematis, dan pertimbangan (justifikasi) dari sebuah evaluasi

keputusan yang kompleks. Expert Choice telah banyak digunakan oleh

berbagai instansi bisnis dan pemerintah diseluruh dunia dalam berbagai

bentuk aplikasi, antara lain:

 Pemilihan alternatif

 Alokasi sumber daya

 Keputusan evaluasi dan upah karyawan

 Quality Function Deployment

 Penentuan Harga

 Perumusan Strategi Pemasaran

 Evaluasi proses akuisisi dan merger


 Dan sebagainya

Dengan menggunakan expert choice, maka tidak ada lagi metode coba-coba

dalam proses pengambilan keputusan. Dengan didasari oleh analitycal

hierarchy process (AHP), penggunaan hirarki dalam expert choice bertujuan

untuk mengorganisir perkiraan dan intuisi dalam suatu bentuk logis.

Pendekatan secara hierarki ini memungkinkan pengambil keputusan untuk

menganalisa seluruh pilihan untuk pengambilan keputusan yang efektif.

d. Analisis Atribut/Adjective

Merupakan metode untuk menganalisa keterkaitan antara atribut yang

ada pada suatu produk. Di samping itu juga mengidentifikasikan sifat-sifat

yang kurang maupun berlebihan dari produk yang direncanakan.

Pertama-tama dilakukan identifikasi sifat dan prefenrensi produk

dengan semacam kuesioner terhadap para responden yang berkepentingan

dengan produk tersebut. Data hasil kuesioner dianalisis untuk mengetahui

sifat-sifat dominan.

Berdasarkan hasil analisis terhadap data kuesioner dilakukan

perancangan produk. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap prototipe

produk untuk mengetahui penampilannya dibandingkan penampilan produk

ideal. Perbandingan ini ditampilkan dalam kurva adjective seperti Gambar

2.10
Bagian kurva produk yang berada di bawah kurva ideal menunjukkan

sifat pro-duk yang kurang dibandingkan produk ideal. Sifat yang kurang ini

harus diperbaiki agar mendekati sifat produk ideal. Sedangkan bagian kurva

ideal menunjukkan sifat produk yang berlebihan (eksesif) dibandingkan

produk ideal. Sifat yang berlebihan tersebut harus dikurangi agar harga produk

tetap wajar.

Performans
i Produk

Kurva Ideal

Karakteristik
1 2 3 4 5 6 7 8 Produk

Gambar 2.9 : Kurva Adjective


Sumber : http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IND

Kemudian dibuat matriks hubungan pengaruh antar sifat. Berdasarkan

matriks ini dibuatlah struktur adjective yang menggambarkan

keterkaitan antar sifat.


Sifat yang
dipengaruhi Keterangan:
1 2 3 4
Kosong : tidak berpengaruh
1 x + x : sifat yang sama
Sifat yang 2 X - + : pengaruh positif
mempengaruhi 3 + X - : pengaruh negatif
4 X

Gambar 2.10: Matriks Hubungan Pengaruh


Sumber : http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IND

Dari contoh matriks tersebut, hubungan antar sifat dapat

digambarkan seperti berikut ini:

+ -
1 2 4

Dari struktur tersebut:


+ - Peningkatan sifat 1 akan meningkatkan sifat 2 (+)
3
- Peningkatan sifat 2 akan menurunkan sifat 4 (-)

Gambar 2. 11: Struktur Adjective


Sumber : http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=IN

Perubahan pada suatu sifat akan mempengaruhi sifat pada tingkat di

bawahnya (terletak di sebelah kanannya pada gambar struktur adjective) akan

tetapi tidak mempengaruhi sifat yang tingkatnya lebih tinggi (di sebelah

kirinya).
Dengan dasar struktur adjective ini, maka dilakukan perubahan-

perubahan pada produk agar performansinya mendekati ideal dengan harga

yang wajar dan nilainya ditingkatkan.

2.2.6.4 Tahap Pengembangan (Development Phase)

Dari fase analisis didapatkan ide atau alternatif yang terbaik, dan alternatif

tersebut dikembangkan pada fase pengembangan. Hasil pengembangan disusun

menjadi laporan tertulis yang berisikan rekomendasi bagi alternatif yang

bersangkutan. Dan selanjutnya diadakan analisis terhadap biaya-biaya dari

alternatif terpilih, dan dilakukan perhitungan nilai (value) dari alternatif-alternatif

terpilih.

Biaya-biaya yang dihitung dari masing-masing alternatif yaitu :

1. Biaya komponen dan biaya pembuatan

Daftar harga dan biaya perancangan diperoleh dari survey pada

penjual-penjual bahan atau komponen dan para ahli mekanik.

2. Biaya operasional

Total biaya yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin.

3. Biaya perawatan

Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perawataan atau

pemeliharaan terhadap mesin.

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pengembangan antara lain:

a) Membuat desain perbandingan.

b) Menggambar sketsa desain awal dan desain usulan.


c) Menggambarkan alternatif sketsa desain yang direkomendasikan.

d) Membandingkan analisis biaya berdasarkan siklus hidup.

e) Mendiskusikan keuntungaan dan kerugian desain dari masing-masing

alternatif yang direkomendasikan,

f) Mendiskusikan implikasi dan persyaratan dalam pelaksanaan desain yang di

rekomendasikan.

Berikut ini skema kerja pada fase pengembangan :

Fase Pengembangan

Membuat desain perbandingan.


Menggambar sketsa desain awal dan desain usulan.
Menggambarkan alternatif sketsa desain yang direkomendasikan.
Membandingkan analisis biaya berdasarkan siklus hidup.
Mendiskusikan keuntungaan dan kerugian desain dari masing-
masing alternatif yang direkomendasikan.
Mendiskusikan implikasi dan persyaratan dalam pelaksanaan
desain yang di rekomendasikan.

Gambar 2.12: Skema Kerja Fase Pengembangan


(Sumber : Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Dikat Rekayasa Nilai, Malang, 1988)
2.2.6.5 Tahap Rekomendasi (Recommendation Phase)

Tahap ini merupakan tahap terakhir dan sangat menentukan dari

rangkaian rencana kerja rekayasa nilai. Pada tahap ini disajikan laporan lengkap

hasil evaluasi serta rekomendasi terhadap alternatif terpilih yang memperlihatkan

kelebihan-kelebihan serta keuntungan-keuntungan dari alternatif terpilih.

Presentasi ini bertujuan untuk meyakinkan pemakai atau pengambil

keputusan bahwa alternatif yang direkomendasikan merupakan pilihan terbaik dan

menguntungkan, berikut dapat dilihat skema kerja pada fase rekomendasi.

Fase Rekomendasi

Presentasi alternatif terpilih

Meyakinkan owner atau pengambilan keputusan

Gambar 2.13: Skema Kerja Fase Rekomendasi


(Sumber : Ir. Julianus Hutabarat, MSIE. Dikat Rekayasa Nilai, Malang, 1988)

2.3 Transmisi

Transmisi adalah alat yang berfungsi untuk menyalurkan atau

memindahkan daya dari sumber daya (motor diesel, bensin, turbin gas, motor
listrik dll) ke mesin yang membutuhkan daya ( mesin bubut, pumpa, kompresor,

mesin produksi dll).

Transmisi dengan elemen mesin yang luwes dapat digolongkan atas

transmisi sabuk, transmisi rantai, dan transmisi kabel atau tali. Dari macam-

macam transmisi tersebut, kabel atau tali hanya dipakai untuk maksud khusus.

Transmisi sabuk dapat dibagi atas tiga kelompok, yaitu :

a. Kelompok pertama ; sabuk rata dipasang pada puli silinder dan

meneruskan momen antara dua poros yang jaraknya dapat

sampai 10(m) dengan perbandingan putaran antara 1/1 sampai

6/1.

b. Kelompok kedua ; sabuk dengan penampang trapezium dipasang

pada puli dengan alur dan meneruskan momen antara dua poros

yang jaraknya dapat sampai 5 (m) dengan perbandingan putaran

antara 1/1 sampai 7/1.

c. Kelompok ketiga ; terdiiri atas sabuk dengan gigi yang digerakkan

dengan sprocket pada jarak pusat sampai mencapai 2 (m), dan

meneruskan putaran secara tepat dengan perbandigan antara 1/1

sampai 6/1.

Sebagian besar transmisi sabuk menggunakan sabuk-V karena mudah

penanganannya dan harganyapun murah. Kecepatan sabuk direncanakan untuk 10

sampai 20 (m/s) pada ummunya, dan maksimum sampai 25 (m/s). Daya

maksimum yang dapat ditransmisikan kurang lebih sampai 500 (kW).


Karena terjadi slip antara puli dan sabuk, sabuk-V tidak dapat meneruskan

putaran dengan perbandingan yang tepat. Dengan sabuk gilir transmisi dapat

dilakukan dengan perbandingan putaran yang tepat seperti pada roda gigi. Karena

itu sabuk gilir telah digunakan secara luas dalam industri mesin jahit, komputer,

mesin fotocopi, mesin listrik, dan lain sebagainya.

Transmisi rantai dapat dibagi atas rantai rol dan rantai gigi, yang

dipergunakan untuk meneruskan putaran dengan perbandingan yang tepat pada

jarak sumbu poros sampai 4 (m) dan perbandingan 1/1 sampai 7/1. Kecepatan

yang diizinkan untuk rantai rol adaalah sampai 5 (m/s) pada umumnya, dan

maksimum sampai 10 (m/s). Untuk rantai gigi kecepatannya dapat dipertinggi

hingga 16 sampai 30 (m/s). Daya maksimum yang dapat ditransmisikan kurang

lebih sampai 1000 (m/min). ( Sularso & Kiyokatsu Suga, 2008 )

1. Transmisi Sabuk

Sabuk merupakan elemen mesin yang menghubungkan dua buah puli

yang digunakan untuk mentrasnmisikan daya. Sabuk yang digunakan

dengan pertimbangan jarak antar poros yang jauh, dan biasanya

digunakan untuk daya yang tidak terlalu besar.

Adapun kelebihan dan kelemahan dari transmisi sabuk, yaitu :

Kelebihan:

 Harganya murah

 Tidak berisik

 Perawatannya mudah

Kelemahan :
 Umurnya pendek/mudah aus

 Terjadi sliding/tidak akurat

 Efisiensi rendah

 Kapasitas daya kecil

2. Transmisi Rantai

Rantai transmisi daya biasanya dipergunakan di mana jarak poros lebih

besar dari pada transmisi roda gigi tetapi lebih pendek dari pada dalam

transmisi sabuk. Rantai mengait pada gigi sproket dan meneruskan daya

tanpa slip ; jadi menjamin perbandingan putaran yang tetap.

Rantai sebagai transmisi mempunyai keuntungan dan kekurangannya,

yaitu :

Keuntungan :

 Mampu meneruskan daya besar karena kekuatannya yang besar

 Tidak memerlukan tegangan awal.

 Keausan kecil pada bantalan.

 Mudah memasangnya.

Kekurangan :

 Variasi kecepatan yang tak dapat dihindari karena lintasan busur

pada sprocket yang mengait mata rantai.

 Suara getaran karena tumbukan antara rantai dan dasar kaki gigi

sprocket.
2.4 Motor listrik (Dinamo)

Motor listrik adalah alat atau mesin yang dapat merubah daya listrik

menjadi daya mekanik. Apabila pada penghantar yang dialiri listrik dan terletak

diantara dua buah kutub magnet (kutub utara dan kutub selatan), maka pada

penghantar tersebut akan terjadi gaya yang menggerakkan penghantar tersebut.

Dengan mengetahui jenis dan karakteristik motor listrik berarti kita dapat memilih

motor listrik yang paling tepat untuk digunakan pada suatu konstruksi mesin

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Salah satu jenis motor listrik adalah motor Shunt. Motor shunt adalah

motor yang gulungan magnetnya langsung dihubungkan dengan jala-jala,

demikian juga dengan gulungan angkernya, ini berarti gulungan magnetnya jajar

dengan gulungan angker, yang mengakibatkan motor shunt mempunyai tegangan

yang konstan, jika bebannya dinaikkan secara teratur maka putaran seolah-olah

tidak berubah (sedikit turun), motor shunt biasa digunakan untuk kipas angin,

mesin pemotong, dan lain-lain. (Fadillah Kismet, Wurdono. Instalasi Motor-

motor Listrik).

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang rekayasa nilai yang relevan dengan penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Kandar Widodo, Skripsi UWG, 2007, Studi Rekayasa Nilai untuk Redesain

Alat Parut Kelapa.


Dalam skripsi ini permasalahan yang dihadapi adalah industri kecil di

kawasan Oro-oro Dowo Malang yang menjual es dawet mengalami kesulitan

dalam proses pemarutan kelapa menggunakan parut kelapa yang terbuat dari

papan kayu yang dilengkapi paku-paku kecil dipermukaan papan. Cara kerja

parut kelapa ini menggunakan tenaga manusia secara manual, dengan keadaan

seperti ini maka proses untuk menghasilkan santan akan membutuhkan

banyak waktu lama dan tenaga.

Dengan studi Rekayasa Nilai didapatkan tiga alternatif yang masing-masing

mempunyai nilai total performance sebagai berikut : Alternatif A-D-F-I =

29.17, Alternatif B-D-F-I = 39.89, Alternatif B-D-G-I = 12.83. Maka dari total

performance tersebut diperoleh alternatif B-D-G-I yang memiliki nilai

tertinggi dengan nilai performance 39.89.

2. Fernando Monteiro, Skripsi UWIGA, 2008, Perancangan Ulang Alat

Penjernih Minyak goreng bekas dengan pendekatan Rekayasa Nilai.

Skripsi ini melakukan penelitian untuk merancang alat penjernih minyak

bekas. Dari analisa Rekayasa Nilai diperoleh empat alternatif yang masing-

masing mempunyai nilai total performance sebagai berikut : Alternatif C-E-E

= 33.92, Alternatif C-E-F = 12.51, Alternatif C-E-G = 35.72, dan desain

awal = 13.70, maka dari total performance tersebut diperoleh altenatif C-E-G

yang mamiliki nilai total performance tertinggi sebesar 35.72.

Perbedaan penelitian yang disusun sebelumnya

3. Perbedaan yang terdapat pada penelitian ini dengan penelitian yang terdahulu

dilihat dari obyek yaitu :


 Peneliti terdahulu meneliti tentang alat parut kelapa dan alat penjernih

minyak bekas, sedangkan peneliti sekarang meneliti tentang mesin

pemeras tebu.

 Dari segi studi yang digunakan sama menggunakan studi rekayasa nilai,

namun disini terdapat perbedaan pada penggunaan metode. Dimana

penelitian tentang alat parut kelapa dan alat penjernih minyak bekas

menggunakan metode zero-one dan dilanjutkan dengan metode matriks

evaluasi sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan metode AHP

dengan software Expert Choice .

Tabel 2.5
Perbandingan Penelitian Terdahulu Dengan Penelitian Saat Ini
Jenis perbedaan Penelitian 1 Penelitian 2 Penelitian
sekarang

Obyek penelitian Alat parut Alat penjernih Mesin pemeras


kelapa minyak bekas tebu

Metode Metode Zero- Metode Zero-one Metode Analitycal


Pembobotan yang one dan Matriks dan Matriks Hierarchy Process
digunakan evaluasi evaluasi (AHP)
(Manual) (Manual) (Software Expert
Choice)

Anda mungkin juga menyukai