Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Minyak Atsiri

1. Definisi

Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap yang

dihasilkan oleh akar, daun, buah, batang maupun bunga dari berbagai

macam tumbuh-tumbuhan. Salah satu negara penghasil minyak atsiri

adalah Indonesia. Ada beberapa jenis minyak atsiri yang telah dieksport ke

luar negeri diantaranya minyak nilam, minyak daun cengkeh, minyak

sereh, minyak kayu putih, minyak kenanga, minyak terpentin, minyak

cendana maupun minyak akar wangi.8

Penggunaan minyak atsiri sangat luas dalam berbagai bidang

industi, antara lain dalam industri komestik seperti sabun, pasta gigi,

bedak maupun sampo atau pada industri makanan digunakan sebagai

bahan penyedap makanan. Pada industri farmasi, minyak atsiri digunakan

sebagai anti nyeri atau anti infeksi/antibakteri. Pemanfaatan lain minyak

atsiri yaitu sebagai bahan pengawet maupun sebagai insektisida.8

2. Sifat Minyak Atsiri

Sifat – sifat minyak atsiri dapat diterangkan sebagai berikut :9

a. Tersusun oleh beberapa komponen senyawa.

b. Memiliki bau khas, umumnya sama dengan bau tanaman aslinya. Bau

minyak atsiri satu dengan yang lain berbeda- beda, sangat tergantung

dari macam dan intensitas bau dari masing – masing komponen

4
penyusunnya.

c. Mempunyai rasa getir, kadang – kadang berasa tajam, menggigit,

memberi kesan hangat sampai panas, atau justru dingin ketika terasa di

kulit, tergantung dari jenis komponen penyusunnya.

d. Dalam keadaan murni mudah menguap pada suhu kamar sehingga bila

diteteskan pada selembar kertas dan dibiarkan menguap maka tidak

meninggalkan bekas noda yang tertinggal.

e. Bersifat tidak bisa disabunkan dengan alkali dan tidak bisa berubah

menjadi tengik (rancid).

f. Bersifat tidak stabil terhadap pengaruh lingkungan, baik pengaruh

oksigen udara, sinar matahari (terutama sinar ultraviolet) dan panas.

g. Indeks bias umumnya tinggi.

h. Pada umumnya bersifat optis aktif dan memutar bidang polarisasi

dengan rotasi spesifik karena banyak komponen penyusun yang

memiliki atom C simetrik.

i. Pada umumnya tidak dapat bercampur dengan air.

j. Sangat mudah larut dalam pelarut organik.9

3. Komponen Minyak Atsiri

Hidrokarbon penyusun utama minyak atsiri adalah terpen.

Terpen merupakan senyawa hidrokarbon tidak jenuh dan unit

terkecil yang terdapat dalam molekulnya disebut isopren (C5H8) seperti

pada gambar di bawah ini.10

5
ekor

kepala

isopren satuan struktur isopren

Gambar 2.1 : Kerangka Dasar Satu Unit Isopren10

Satuan isopren umumnya tersusun dalam satuan urutan dari

kepala ke ekor, yaitu dari ujung bercabang dari satuan isopren yang

dihubungkan dengan ujung yang tidak bercabang dari satuan isopren

yang lain. Terpen minyak atsiri dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu

monoterpen dan seskuiterpen.10

a. Monoterpen

Monoterpen terbentuk dari dua satuan isopren yang membentuk

10 atom karbon. Monoterpen merupakan komponen utama dari

minyak atsiri yang berperan dalam menimbulkan bau dan rasa.

Monoterpen berupa cairan yang tidak berwarna, tidak larut dalam air,

dapat disuling uap, dan berbau harum. Monoterpen mempunyai titik

didih berkisar antara 140 - 180°C.10

Berdasarkan kerangka karbonnya monoterpen dapat dibagi

menjadi tiga golongan, yaitu asiklik, monosiklik, dan bisiklik. Asiklik

misalnya mirsen, monosiklik misalnya limonen, dan bisiklik misalnya

pinen.10

6
Mi rsen Limonen α -Pinen

Gambar 2.2. Struktur contoh senyawa golongan monoterpen10

b. Seskuiterpen

Seskuiterpen berasal dari tiga satuan isopren dengan 15 atom

karbon. Seskuiterpen terdapat pada minyak atsiri yang tersuling uap

dan berperan penting dalam memberi aroma pada buah dan bunga.
o
Seskuiterpen memiliki titik didih di atas 200 C. Seskuiterpen dipilah

berdasarkan kerangka karbon dasarnya, yang umum adalah asiklik,

monosiklik, dan bisiklik. Beberapa contoh golongan seskuiterpen

adalah farnesol (asiklik), bisabolen (monosiklik), dan karatol (bisiklik).10

CH2OH

Farnesol Bisabolena Karatol


Gambar 2.3 : Struktur contoh senyawa golongan seskuiterpen10

B. Kulit Jeruk Nipis

1. Taksonomi Jeruk Nipis

Tanaman jeruk nipis (Citrus aurantifolia) memiliki taksonomi

sebagai berikut: 11

Kingdom : Plantae

Devisi : Spermatophyta

7
Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rutales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia

Gambar 2.4 : Buah / Kulit Jeruk Nipis (Citrus


aurantifolia)12
2. Morfologi Jeruk Nipis

Jeruk nipis merupakan tanaman yang memiliki daun dan ranting

yang sangat lebat. Tingginya sekitar 0,5 - 3,5 meter. Batang pohonnya

berkayu serat yang susah di patahkan, berduri dan kuat , sedangkan

permukaan kulit batang luarnya berwarna tua hitam kecoklatan. Daunnya

hijau berbau wangi, berbentuk membulat dan ujung lancip. Bunganya

tumbuh majemuk/tunggal yang tumbuh di bawah daun atau di pucuk

batang dengan diameter 1,5 - 2,5 cm berbentuk bintang putih dan berbau

wangi pula. Buahnya berbentuk bulat seperti telur ayam dengan diameter

3,5 - 5 cm. Kulit luar jeruk nipis bewarna hijau atau kekuning-kuningan

bila telah masak dan rasanya asam dan wangi. Tanaman ini menyukai

tempat – tempat yang terkena sinar matahari.13

8
3. Komposisi Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis

Tabel 2.1 : Komposisi Minyak Atsiri Kulit Jeruk Nipis Varietas “Kaghzi
Nimbu”14
Unsur Persentase Jumlah
komponen

D-Limonene 82,84
β-pinene 0,86
β-terpinene 0,61
Isoterpinolene 0,53
4-terpineol 0,39
α-terpineol 0,39
Geraniol 0,39
Tran carveol 0,33
β-bisabolene 0,22
α-Cedrene 0,18
γ- Candinene 0,18
α-thujene 0,16
Geranyl alcohol 0,11
3-carene 0,01

Dari tabel diatas menyebutkan bahwa minyak atsiri kulit jeruk

nipis (Citrus aurantifolia) varietas “Kaghzi Nimbu” memiliki senyawa

terbanyak yaitu D-limonene sebanyak 82,84.14

a. Efek Farmakologi Antibakteri

Tanaman buah jeruk nipis merupakan salah satu tanaman

penghasil minyak atsiri dimana bagian kulit dari buah jeruk nipis

memiliki kandungan golongan terpen yaitu pada senyawa limonene

mempunyai kemampuan antimikroba yang bekerja dengan cara

menghancurkan integritas membran sitoplasma sel bakteri. Membran

sitoplasma berperan sebagai barrier permeabilitas selektif, sebagai

9
media transport aktif, dan sebagai pengontrol komposisi internal sel.

Jika terjadi kerusakan pada fungsi integritas membran sitoplasma,

maka sitoplasma, makromolekul, ion, komponen energi (glukosa dan

ATP) akan keluar dari sel kemudian sel menjadi rusak sehingga terjadi

kematian.3

C. Salmonella Typhi

1. Definisi

Penulisan seperti Salmonella typhi sebenarnya kurang tepat.

Taksonomi S. typhi adalah sebagai berikut.15

Phylum : Eubacteria

Class : Prateobacteria

Ordo : Eubacteriales

Family : Enterobacteriaceae

Genus : Salmonella

Species : Salmonella enterica

Subspesies : enteric (I)

Serotipe : typhi

Penamaan yang benar adalah S. enterica subgrup enteric

serotip typhi, ataupun sering disingkat dengan S. enteric I ser. typhi.

Namun penamaan Salmonella typhi telah umum digunakan karena lebih

sederhana.15

Salmonella typhi merupakan penyebab infeksi akut pada usus halus

dengan gejala klinis timbulnya demam, oleh karena itu penyakitnya

10
disebut juga penyakit demam tifoid atau typhus abdominalis atau demam

enterik.16

2. Klasifikasi

Tabel 2.2 : Klasifikasi spesies dan subspesies Salmonella sp.15


Spesies Subspesies
Salmonella enterica S. enteric subsp. enteric (I)
S. enteric subsp. salamae (II)
S. enteric subsp. arizonae (IIIa)
S. enteric subsp. diarizonae (IIIb)
S. enteric subsp. houtenae (IV)
S. enteric subsp. indica (VI)
Salmonella bongori (V)

3. Karakteristik Agen (Kuman Penyebab)

a. Morfologi

Kuman Salmonella typhi berbentuk batang, tidak berspora tetapi

mempunyai flagel peritrik (fimbrae) sehingga dapat bergerak / motil, pada

pewarnaan gram bersifat gram negatif, ukuran 2-4 x 0.5 - 0.8 µm. Pada

biakan agar darah, koloninya besar bergaris tengah 2 – 3 mm, bulat, agak

cembung, jernih, licin dan tidak menyebabkan hemolisis.16

Gambar 2.5 : S. typhi dibawah Gambar 2.6 : S. typhi pada


mikroskop16 McConkey16

11
b. Fisiologi

Salmonella typhi tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif

anaerob, pada suhu 15 - 41 oC (suhu pertumbuhan optimum 37 oC) dan pH

6 - 8. S. typhi sedikit mengurai glukosa, maltosa dan mannite, tidak

mengurai sukrosa dan laktosa. Tidak menghasilkan urease, oksidase,

maupun indol tetapi dapat menghasilkan sedikit sitrat.15

Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) digunakan untuk melihat

apakah bakteri gram negatif mengurai glukosa dan laktosa atau

memfermentasi sukrosa dan membentuk hydrogen sulfit (H2S). Pada

media ini S. typhi akan menunjukkan hasil alkalin-asam (K/A) yang

berarti hanya memfermentasi glukosa. Bakteri ini juga menghasilkan

bagian hitam di dasar yang menunjukkan adanya penghasilan H2 S.15

c. Daya Tahan

Bakteri Salmonella typhi akan mati jika terkena sinar matahari,

atau pada pemanasan dengan suhu 57 oC selama 15 sampai 20 menit, juga

dapat dibunuh dengan cara pasteurisasi, pendidihan dan klorinasi serta

pada keadaan kering. Akan tetapi bakteri Salmonella typhi ini dapat

bertahan hidup pada es, salju dan air selama 4 minggu sampai berbulan-

bulan. Disisi lain bakteri dapat hidup subur pada medium yang

mengandung garam metil, tahan terhadap zat warna hijau brilian dan

senyawa natrium tetrationat dan natrium deoksikolat.17

12
Gambar 2.7 : Struktur Umum Bakteri18
d. Struktur Antigen

Bakteri Salmonella typhi memiliki tiga antigen, yaitu antigen O

(somatik), antigen H (flagel) dan antigen K / Vi (kapsit / Virulence).

Antigen O, berasal dari bahasa Jerman (Ohne), merupakan susunan

senyawa lipopolisakarida (LPS). LPS mempunyai tiga region. Region I

merupakan antigen O-spesifik atau antigen dinding sel. Antigen ini terdiri

dari unit-unit oligosakarida yang terdiri dari tiga sampai empat

monosakarida. Polimer ini biasanya berbeda antara satu isolat dengan

isolat lainnya, itulah sebabnya antigen ini dapat digunakan untuk

menentukan subgrup secara serologis. Region II merupakan bagian yang

melekat pada antigen O, merupakan core polysaccharide yang konstan

pada genus tertentu. Region III adalah lipid A yang melekat pada region II

dengan ikatan dari 2-keto-3-deoksioktonat (KDO). Lipid A ini memiliki

unit dasar yang merupakan disakarida yang menempel pada lima atau

enam asam lemak. Bisa dikatakan lipid A melekatkan LPS ke lapisan

murein-lipoprotein dinding sel.15

13
Antigen H merupakan antigen yang terdapat pada flagela dari

bakteri ini, yang disebut juga flagelin. Antigen H adalah protein yang

dapat dihilangkan dengan pemanasan atau dengan menggunakan alkohol.

Antibodi untuk antigen ini terutamanya adalah IgG yang dapat

memunculkan reaksi aglutinasi. Antigen ini memiliki phase variation,

yaitu perubahan fase salam satu serotip tunggal. Saat serotip

mengekspresikan antigen H fase-1, antigen H fase-2 sedang disintesis.15

Antigen K berasal dari bahasa Jerman, kapsel. Antigen K

merupakan antigen kapsul polisakarida dari bakteri enteric. Antigen ini

mempunyai berbagai bentuk sesuai genus dari bakterinya. Pada

salmonella, antigen K dikenal juga sebagai virulence antigen (antigen Vi)

dan bisa ditemukan pada bioserotip paratyphi C dan salmonella typhi.15

4. Patogenesis dan Gejala Klinik

Demam tifoid disebabkan oleh S. typhi, dan demam paratifoid

disebabkan S paratyphi A, B, dan C. Kuman yang masuk melalui mulut

masuk kedalam lambung kemudian ke usus halus di bagian proksimal,

bakteri melakukan penetrasi kedalam sel epitel mukosa, selanjutnya

masuk ke kelenjar getah bening regional mesentrium dan terjadi

bakterimia, kemudian S. typhi bisa sampai ke hati, limpa, sum-sum tulang

dan gijal. Di organ-organ tersebut S. typhi difagosit dan memperbanyak

diri serta tidak terpengaruh oleh antibodi pada penderita. Setelah periode

multiplikasi intraseluler, organisme akan dilepaskan lagi ke aliran darah

(bakterimia kedua) menyebabkan panas tinggi. S. typhi bila masuk ke

14
kantung empedu dan plaque Peyer akan menyebabkan radang, sehingga

terjadi nekrosis jaringan yang secara klinik ditandai kholesistitis

nekrotikans dan pendarahan. Diagnosis kultur tinja akan positif dan

menyababkan carrier kronik.19

Masa inkubasi demam tifoid umumnya 1-2 minggu, paling singkat

3 hari dan paling lama 2 bulan. Gejalanya demam tinggi timbul pada

minggu ke-2 dan ke-3. Gejala lain yang sering ditemukan nyeri otot, sakit

kepala, batuk dan lain-lain. Selain itu dapat dijumpai adanya bradikardia

relatif, pembesaran hati dan limpa, bintik Rose sekitar umbilikus.

Komplikasi terjadi sekitar 1-3 minggu setelah pengobatan dihentikan yang

berakibat terjadinya hepatitis dan pendarahan pada usus.19

5. Diagnosis Laboratorium

Ada 2 metode untuk mendiagnosis secara laboratorium penyait demam

tifoid, yaitu :

a. Diagnosis mikrobiologik / pembiakan kuman / kultur kuman

Metode diagnosa mikrobiologik adalah Gold Standart / standar

baku diagnosis demam tifoid dikarenakan metode yang paling spesifik.

Lebih dari 90 % penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positif

dalam minggu pertama. Hasil ini akan turun drastis setelah pemberian

antibiotika dengan hasil positif menjadi 40 %. Walaupun begitu, kultur

sumsum tulang memperlihatkan hasil yang tinggi yaitu 90 % positif

setelah pemakaian antibiotik.16

15
b. Diagnosis serologik

i. Widal test

Merupakan uji yang medeteksi anti bodi penderita yang timbul

pada minggu pertama. Uji ini mengukur adanya antibodi yang

ditimbulkan oleh antigen O dan H pada Salmonella sp.19 Peningkatan

titer uji widal ≥ 4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis.

Uji widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 ditambah

dengan gambaran klinis khas sangat membantu diagnosis.20

ii. IDL Tubex® test

Tubex® test pemeriksaan yang sederhana dan cepat. Prinsip

pemeriksaannya adalah mendeteksi antibodi anti-S. typhi O9 pada

penderita.6

iii. Typhidot® test

Uji serologi ini prinsipnya untuk mendeteksi adanya IgG dan

IgM yang spesifik S. typhi. Hasil positif didapatkan 2 – 3 hari setelah

infeksi.6

iv. IgM dipstick test

Pengujian IgM dipstick test demam tifoid dengan

mendeteksi adanya antibodi yang dibentuk karena infeksi S. typhi

dalam serum atau whole blood penderita. Uji ini menggunakan strip

yang mengandung antigen lipopolisakaruda (LPS) S. typhi, anti IgM

(sebagai kontrol), dan serum / darah pasien.6

16
6. Efek Farmakologis Kloramfenikol Terhadap S. typhi

Saat kehidupan alaminya, sel mikroba perlu mensintesis berbagai

protein. Sintesis protein berlangsung di dalam ribosom, dengan bantuan

mRNA dan tRNA. Pilihan antibiotik pertama yang biasa digunakan

adalah kloramfenikol atau tiamfenikol, yang bekerja menghambat sintesa

protein sel mikroba, sehingga sel mikroba tidak bisa bereplikasi untuk

memepertahankan kehidupannya. 21 Kloramfenikol merupakan antibiotik

bakteriostatik berspektrum luas yang aktif terhadap organisme aerobik dan

anaerobik gram positif maupun negatif. Sebagian besar bakteri gram

positif dihambat pada konsentrasi 1-10 µg/ml, sementara kebanyakan

bakteri gram negatif dihambat pada konsentrasi 0,2 - 5 µg/ml.22

Tabel 2.3 : Standart Interpretasi Difusi Disk Kadar Hambat Minimum


Kloramfenikol Terhadap Salmonella typhi23
Disk Diameter Kadar Hambat Minimum (KHM)
Antimikroba
Potensi Sensitif Intermediet Resisten
≥ 18 mm atau 13 – 17 mm atau (  12 mm atau (≥
Kloramfenikol 30 µg
( 8 µg/ml) 16 µg/ml) 32 µg/ml)

Dewasa ini ditemukan resistensi galur Salmonella typhi terhadap

kloramfenikol. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Silvan Juwita dkk

(2013) menyatakan dari tiga puluh tujuh sampel darah penderita demam

tifoid di Bagian Anak RSUD Ulin Banjarmasin periode Mei-September

2012 didapatkan dua puluh isolat positif Salmonella typhi dan telah

dilakukan uji sensitivitas terhadap kloramfenikol dan didapatkan hasil nilai

sensitif (65%), intermediete (25%), resisten (10%).24

Resistensi terhadap kloramfenikol terjadi melalui plasmid yang

disebabkan oleh produksi kloramfenikol asetil transferase yaitu suatu

17
enzim bakteri yang menghancurkan obat ini, sehingga dibentuk plasmid

yang resisten. Plasmid ini menyebabkan obat tidak aktif dengan asetil

koenzim A yang merupakan donor dari gugus asetil.24

D. Media, Temperatur, Waktu Inkubasi

1. Mueller – Hinton Broth (MHB)

Mueller – Hinton Broth merupakan media non – selektif yang

direkomendasikan sebagai media pilihan untuk pengujian dilusi

antimikroba pada organisme umum yang terisolasi, organisme aerobik dan

organisme fakultatif anaerobik guna mengukur Kadar Hambat Minimum

(KHM).25-27

Tabel 2.4 : Formula Mueller – Hinton Broth26


Bahan Dosis (g/l)
Ekstrak daging 2,00
Hydrolysate Asam Kasein 17,50
Zat tepung 1,50

Infus daging sapi dan hidrolisat asam kasein menyediakan senyawa

nitrogen, karbon, sulfur dan nutrisi penting lainnya bagi bakteri. Zat pati /

tepung bertindak sebagai koloid pelindung terhadap zat beracun yang

hadir dalam medium. Hidrolisis pati hasil dekstrosa, yang berfungsi

sebagai sumber energi.27

Kualitas kontrol pada media ini yaitu perwujudan saat bubuk

berwarna krim kekuningan dan pada saat menjadi media cair berwarna

kuning jernih dengan pH 7,2 – 7,5. Karakteristik kultur diamati setelah

inkubasi pada 35 – 37 °C selama 18 - 24 jam. Penyimpanan bubuk media

18
disimpan dibawah 30 °C dalam wadah tertutup rapat dan media cair siap

pakai pada suhu 2 - 8 °C.27

2. Mueller – Hinton Agar (MHA)

Mueller Hinton Agar diakui oleh semua ahli sebagai media

referensi untuk studi kerentanan bakteri terhadap antibiotik.28 Media ini

adalah satu-satunya media uji kepekaan antimikroba yang telah divalidasi

oleh Clinical and Laboratory Standard Institute (CLSI), yang sebelumnya

National Committee for Clinical Laboratory Standards (NCCLS).23 Media

ini biasa digunakan untuk pembiakan spesies Neisseria patogenik, tetapi

juga banyak digunakan dalam penentuan resistensi sulfonamide pada

Gonokokus dan organisme lain seperti Salmonella sp.29

Tabel 2.5 : Formula Mueller – Hinton Agar28


Bahan Dosis (g/l)
Ekstrak daging 2,00
Hydrolysate Asam Kasein 17,50
Zat tepung 1,50
Agar 17,00

Infus daging sapi dan hidrolisat asam kasein menyediakan senyawa

nitrogen, karbon, sulfur dan nutrisi penting lainnya bagi bakteri. Zat pati /

tepung bertindak sebagai koloid pelindung terhadap zat beracun yang

hadir dalam medium. Hidrolisis pati hasil dekstrosa, yang berfungsi

sebagai sumber energi.29

Kualitas kontrol pada media ini yaitu perwujudan saat bubuk

berwarna krim kekuningan dan pada saat menjadi media padat berwarna

kuning jernih dengan pH 7,2 – 7,5. Karakteristik kultur diamati setelah

inkubasi pada 35 – 37 °C selama 18 - 24 jam. Penyimpanan bubuk media

19
disimpan dibawah 30 °C dalam wadah tertutup rapat dan media padat siap

pakai pada suhu 2 - 8 °C.29

3. Temperatur Inkubasi

Berdasarkan suhu pertumbuhan bakteri, Salmonella sp. adalah

bakteri mesofilik yaitu tumbuh antara suhu 250 C – 37o C, maka dari itu

penelitian ini menggunakan suhu inkubasi 37o C.15

4. Waktu Inkubasi

KHM / Kadar Hambat Minimum merupakan konsentrasi terendah

bakteri yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri dengan hasil yang

dilihat dari pertumbuhan koloni pada agar atau kekeruhan pada pembiakan

kaldu pada 24 jam pertama. Penentuan konsentrasi minimum yang dapat

membunuh bakteri / Kadar Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan

menanam bakteri pada perbenihan cair yang digunakan untuk Kadar

Hambat Minimum (KHM) ke dalam agar kemudian diinkubasi 18 - 24 jam

pada 37⁰C. Kadar Bunuh Minimum (KBM) adalah ketika tidak terjadi

pertumbuhan lagi pada agar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini

menggunakan waktu inkubasi 24 jam pertama untuk menentukan Kadar

Hambat Minimum (KHM) sedangkan 18 - 24 jam kedua untuk

menentukan KBM.30

20
E. Kerangka Teori

Kulit Jeruk Nipis (Citrus Minya Atsiri / Minyak


aurantifolia) Essensial

Interaksi pada Membran Limonen


Sel

Salmonella typhi
(integritas Makromolekul & ion keluar sel LISIS
sitoplasma rusak)

F. Kerangka Konsep

Minyak Atsiri Kulit Jeruk Pertumbuhan Bakteri


Nipis
Salmonella typhi
(Citrus aurantifolia)
Media (MHB & MHA),
Temperatur (37 o)
Waktu Inkubasi (24 jam)

G. Hipotesis

Minyak atsiri kulit jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dapat membunuh

bakteri Salmonella typhi.

21

Anda mungkin juga menyukai