Anda di halaman 1dari 2

Protes pemerintah, warga bali buka

warung 100 persen haram


Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/protes-pemerintah-warga-bali-buka-warung-100-persen-haram.html

warung 100 persen haram. ©2014 Merdeka.com/Gede Nadi Jaya


Berita Terkait

Merdeka.com - Kebijakan pemerintah dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean


(MEA) 2015, disalahartikan oleh sejumlah usaha kecil di Kabupaten Buleleng, Bali. Mereka
ramai-ramai memasang label haram pada usahanya, terutama mereka yang menjual produk
makanan bahan daging babi.

Kasus ini mencuat ketika Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Buleleng mewajibkan
setiap usaha makanan harus mengantongi sertifikasi yang dikeluarkan oleh BPOM Bali dan
MUI. Ini disampaikan tanpa mengurangi maksud dan tujuan serta jenis produk apa saja yang
dikategorikan untuk aturan tersebut.

Dampaknya sejumlah makanan Babi Guling, Lawar Bali, Siobak dan bakso babi memasang
label nyeleneh, salah satunya dengan tulisan; Ini makanan Haram. Ada juga yang menulis
100 Persen Haram, dan sebagainya.

Menyikapi ini, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian Dan Perdagangan Kab. Buleleng Made
Arnika mengatakan, pihaknya, tidak menampik bahwa para UKM yang menggunakan atau
menghasilkan produk berbahan dasar babi memang tidak bisa masuk dalam Pasar MEA
secara global.

"Ya, memang sertifikasi kehalalan itu dikeluarkan oleh MUI. Tapi, bukan berarti produk
mereka tidak bisa berjalan. Tetap bisa jalan, tapi hanya sebatas pasar lokal saja, dan untuk
masuk pasar modern itu tidak akan bisa," kata Arnika melalui telepon seluler, Rabu (5/11).
Lebih jauh Arnika juga menjelaskan, produk-produk yang berhak mendapatkan sertifikasi
kehalalan, hanyalah produk di luar berbahan dasar Babi. Jadi, lanjut Arnika menerangkan,
khusus untuk para UKM yang menggunakan atau menghasilkan produk berbahan dasar babi
jangan takut untuk ikut bersaing dalam MEA nanti, walaupun hanya dalam lingkup lokal.

"Jangan takut untuk ikut bersaing dengan pengusaha-pengusaha luar yang lebih modern dan
sudah mendapat pengakuan kehalalan, walaupun itu tidak bisa masuk dalam pasar modern.
Usaha mereka harus tetap berjalan seperti biasa," tandas Arnika.

Salah seorang pengusaha krupuk babi di Buleleng saat dimintai tanggapannya terkait hal ini
merasa terkejut. Pasalnya, produk yang dihasilkannya tersebut merupakan produk yang
berbahan dasar babi, sehingga untuk lebih mudah memasarkan produk tersebut saat
menghadapi MEA, dirinya mengaku pasti mengalami kesulitan.

"Masak sih pak kayak gitu?, padahal produk saya ini kan berbahan dasar babi, gimana cara
saya nanti untuk memperoleh sertifikasi kehalalan. Padahal, saya sangat ingin hasil produk
saya bisa dikenal masyarakat luas, dan bisa masuk ke pasar modern," ujar Widiana.

[hhw]

kategorisasi

Pihak Kita Indikator Pihak Mereka Indikator

Anda mungkin juga menyukai