Anda di halaman 1dari 11

Askep Diare Anak

( Asuhan Keperawatan  Diare pada Anak )

Definisi

Diare adalah buang air besar (defekasi)  dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengan padat, dapat disertai
frekuensi yang meningkat.

Askep Diare Anak

Menurut WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.

Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).

Etiologi Diare

1.      Faktor infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus (Enterovirus),
parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).

2.      Faktor parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).

3.      Faktor malabsorbsi : Karbihidrat, lemak,  protein.

4.      Faktor makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak
kutang matang.

5.      Faktor Psikologis : Rasa takut, cemas.

Patofisiologi Diare
Patofisiologi Diare Anak

Pengkajian Keperawatan

1.      Identitas

Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden
paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insiden penyakit pada anak yang
lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus
karena infeksi  usus asimptomatik dan kuman enterik menyebar terutama klien tidak menyadari
adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .

2.      Keluhan Utama

BAB lebih dari 3 x

3.      Riwayat Penyakit Sekarang

BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer,
frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare
berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).

4.      Riwayat Penyakit Dahulu

Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang
(perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.

5.      Riwayat Nutrisi

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan
3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat
rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan,
kebiasan cuci tangan,

6.      Riwayat Kesehatan Keluarga

Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.

7.      Riwayat Kesehatan Lingkungan

Penyimpanan  makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan, lingkungan tempat
tinggal.
8.      Riwayat Pertumbuhan dan perkembangan

a.       Pertumbuhan

- Kenaikan BB karena umur 1 -3 tahun berkisar antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg),  PB 6-10 cm
(rata-rata 8 cm) pertahun.

- Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.

- Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham pertama dan gigi taring, seluruhnya
berjumlah 14 - 16 buah

- Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.

b.      Perkembangan

- Tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud.

Fase anal :

Pengeluaran tinja menjadi sumber kepuasan libido, meulai menunjukan keakuannya, cinta diri
sendiri/ egoistic, mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna interpersonal,
bermain).

-   Tahap perkembangan psikososial menurut Erik Erikson.

Autonomy vs Shame and doundt

Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa dipelajari anak toddler dari lingkungan dan
keuntungan yang ia peroleh Dario kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui
dorongan orang tua untuk makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif
menuntut harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti juga
halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.

-   Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3
tahun :

1.      berdiri  dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun  2 hitungan (GK)

2.      Meniru membuat garis lurus (GH)

3.      Menyatakan keinginan   sedikitnya dengan dua kata (BBK)

4.      Melepasa pakaian sendiri (BM)


9.      Pemeriksaan Fisik

a.       pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,

b.      keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.

c.       Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun
lebih

d.      Mata : cekung, kering, sangat cekung

e.       Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat > 35
x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum lahap dan
kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum

f.       Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)

g.      Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang .

h.       Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 derajat
celsius, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 dt,
kemerahan pada daerah perianal.

i.        Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi
berkurang dari sebelum sakit.

j.        Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress yang berupa
perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan invasive respon yang ditunjukan
adalah protes, putus asa, dan kemudian menerima.

10.  Pemeriksaan Penunjang

1)        Laboratorium :

-  Feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida


-  Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
-  AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2 meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)

2)        Radiologi : mungkin ditemukan bronchopneumoni

Penatalaksanaan Diare
Rehidrasi

1.      Jenis cairan

1)      Cara rehidrasi oral

-   Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti oralit, pedyalit setiap kali diare.

-   Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)

2)      Cara parenteral

-  Cairan I  : RL dan NS

-  Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL

D5 : RL = 4 : 1  + KCL

D5 + 6 cc NaCl 15 % + Nabic (7 mEq/lt) + KCL

-  HSD (half strengh darrow) D ½  2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3 bulan.

2.      Jalan pemberian

1)      Oral  (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)

2)      Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)

3.      Jumlah Cairan ; tergantung pada :

1)      Defisit ( derajat dehidrasi)

2)      Kehilangan sesaat (concurrent less)

3)      Rumatan (maintenance).

4.      Jadwal / kecepatan cairan

1)      Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya kurang lebih 13
kg : maka pemberianya adalah :

-   BB (kg) x 50 cc

-   BB (kg) x 10 - 20 = 130 - 260 cc setiap diare = 1 gls.

2)      Terapi standar pada anak dengan diare sedang :


+ 50 cc/kg/3 jam  atau 5 tetes/kg/mnt

Terapi

1.      obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hari dengan dosis minimal 30 mg

klorpromazine 0,5 - 1 mg / kg BB/hari

2.      onat anti spasmotik : Papaverin, opium, loperamide

3.      antibiotik :  bila penyebab jelas, ada penyakit penyerta

Dietetik

a.         Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan  padat / makanan cair atau susu

b.         Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen atau
semi elemental formula.

Supportif

Vitamin A 200.000. IU/IM, usia 1 - 5 tahun

Diagnosa Keperawatan Diare

1.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
sekunder terhadap diare.

2.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang

3.      Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder terhadap diare

4.      Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.

5.      Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.

6.      Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive

Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan


kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan elektrolit
dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

-   Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

-   Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

-   Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari

Intervensi :

1)        Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin.
Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit

2)        Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.

3)        Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt

4)        Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5)        Kolaborasi :

-          Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)

R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).

-          Cairan parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur

R/ Mengganti cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.

-          Obat-obatan : (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)

R/ anti sekresi untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas untuk
menghambat endotoksin.
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak
adekuatnya intake dan out put

Tujuan        : setelah dilakukan  tindakan perawatan selama dirumah di RS kebutuhan nutrisi


terpenuhi

Kriteria        : - Nafsu makan meningkat

-BB meningkat atau normal sesuai umur

Intervensi :

1)        Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan berserat tinggi, berlemak dan
air terlalu panas atau dingin)

R/ Serat tinggi, lemak,air terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan
sluran usus.

2)        Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau  yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat

R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.

3)        Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan yang berlebihan

R/ Mengurangi pemakaian energi yang berlebihan

4)        Monitor  intake dan out put dalam 24 jam

R/ Mengetahui jumlah output dapat merencenakan jumlah makanan.

5)        Kolaborasi dengan tim kesehtaan lain :

a.       terapi gizi : Diet TKTP rendah serat, susu

b.      obat-obatan atau vitamin ( A)

R/ Mengandung zat yang diperlukan , untuk proses pertumbuhan

Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare

Tujuan        :  Stelah dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh

Kriteria hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)


Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)

Intervensi :

1)        Monitor suhu tubuh setiap 2 jam

R/ Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)

2)        Berikan kompres hangat

R/ merangsang pusat pengatur panas untuk menurunkan produksi panas tubuh

3)        Kolaborasi pemberian antipirektik

R/ Merangsang pusat pengatur panas di otak

Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas kulit perianal berhubungan dengan   peningkatan


frekwensi BAB (diare)

Tujuan      : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu

Kriteria hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga

-             Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal dengan baik dan benar

Intervensi :

1)        Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur

R/ Kebersihan mencegah perkembang biakan kuman

2)        Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan mengganti
pakaian bawah serta alasnya)

R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman
feces

3)        Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam

R/ Melancarkan vaskularisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan
iritasi .

Diagnosa 5 : Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasif

Tujuan      : setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3 x 24 jam, klien mampu beradaptasi
Kriteria hasil :  Mau menerima  tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel

Intervensi :

1)      Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan perawatan

R/ Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga

2)      Hindari persepsi yang salah pada perawat dan RS

R/ mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan RS

3)      Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan

R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya

4)      Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)

R/ Kasih sayang serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.

5)      Berikan mainan sebagai rangsang sensori anak

Daftar Pustaka

Bates. B, 1995. Pemeriksaan Fisik & Riwayat Kesehatan. Ed 2. EGC. Jakarta

Carpenitto.LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis. Ed 6. EGC.


Jakarta.

Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.

Markum.AH. 1999. Ilmu Kesehatan Anak. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak sakit. EGC. Jakarta

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta

Suryanah,2000. Keperawatan Anak. EGC. Jakarta

Doengoes,2000. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai