Anda di halaman 1dari 20

STEP 2

1. Anatomi dan fisiologi dari appendix?


2. Mengapa disertai mual muntah dan nafsu makan menurun?
3. Mengapa setelh berobat tetap belum sembuh?
4. Kenapa dirasakan nyeri perut disekitar umbilicus lalu pindah kekanan bawah?
5. Kenapa penderita membungkuk kekanan? Dan kaki kanannya ditekuk saat tidur?
6. Mengapa abdmen agak tegang dan bising usus menurun?
7. Mengapa suhu tubuhnya sampa 39.2?
8. Patofisiologi dari skenario?
9. Etiologi dari skenario?
10. Apa saja macam-macam nyeri abdomen?
11. Diagnosis dan DD dari skenario?
12. Pemeriksaan penunjang?
13. Penatalaksanaan?
14. Komplikasi dari skenario?

STEP 3

1. Anatomi dan fisiologi dari appendix?


Anatomi:
Appendix letaknya berhubungan dengan caecum melewati suatu lubang:ostium appendix
cularis penggantungnya mesoappendix (gerak bebas) punya variasi letak posisi.
Fisiologi:
Appendix meskeresi dari mukus 1-2ml mukus dikirim ke caecum buat melumasinya,
appendixitis ada sumbatan.masuk gald yg mengahsilkan IgA.
2. Mengapa disertai mual muntah dan nafsu makan menurun?
Menstimukasi n. Viseral afferen distensi lumen dari appendix karena appendixitis dan
bakal mengirim impuls ke pusat muntah.
3. Mengapa setelh berobat tetap belum sembuh?
Adanya obat anti nyeri analgetik: obat untuk mengurangi rasa sakit yg disebabkan analgesik
terjadi baik menghambat sinyal sakit ke otak menghalangi interpretasi dari sinyal tanpa
menghasilkan anastesi atau penghilangan kesadaran.
4. Kenapa dirasakan nyeri perut disekitar umbilicus lalu pindah kekanan bawah?
Paramsimpatis: n.vagus
Simpatis: n. Thoracalis X
Nyeri bermula dari sekitar umbilicalis, shg appendix menglami gangren dari appendixnya itu
sendiri.
Kekanan bawahnya? Karena sejalan dengan persarafan.
5. Kenapa penderita membungkuk kekanan? Dan kaki kanannya ditekuk saat tidur?
Kalau ditekuk biar mengurangi sentuhan nyeri dari appendixnya. (berdasarkan letak
appendixnya) kalo lurus nnti otot psoas mayor akan terkena appendixnya maknya harus
ditekuk.(relaksasi)
6. Mengapa abdmen agak tegang dan bising usus menurun?
-abdomen tegangDinding abdomen tebal sebagai kompensasi tubuh untk mengurangi
rasa nyeri.
- bising usus intake makanan berkurang makan gerakan peristaltiknya juga ikut menurun.

7. Mengapa suhu tubuhnya sampa 39.2C?


-Inflamasiproses irreversiblemediator inflamasi sebagai pirogen endogen dan
mikroorganisme sebagai pirogen eksogen
-Nyeri 2, viseral ( sistem saraf otonom, reseptornya berada di lapisan peritoneum sifatnya
samar-samar, lokasinya agak tumpul sulit untuk ditentukan, stimulus berupa spasme atau
penarikan)
Somatik ( di ssp, peritoneum parietal, tajam dan jelas mudah ditentukan, bisa karena
peradangan sentuhan dan tekanan)
Kesimpulannya: sumbernya dari somatik
8. Patofisiologi dari skenario?
Etilogi  perbesaran folikel limfoidperforasiobstruksi lumen appendixitis.
9. Etiologi dari skenario?
Appendix biasanya disebabkan karena adanya obtruksi lumen sppendix terjadi kongesti
vaskuler, iskemik nekrosis dan akhirnya berakibat infeksi,penyebabnya: inf.bakteri,hiperplasi
folikel limfoid,carcinoid/tumor lainnya,benda asing, dan terkadang parasit

10. Apa saja macam-macam nyeri abdomen?


-Nyeri 2, viseral ( sistem saraf otonom, reseptornya berada di lapisan peritoneum sifatnya
samar-samar, lokasinya agak tumpul sulit untuk ditentukan, stimulus berupa spasme atau
penarikan)
Somatik ( di ssp, peritoneum parietal, tajam dan jelas mudah ditentukan, bisa karena
peradangan sentuhan dan tekanan)
-nyeri tekan (ditekan nyeri)
-nyeri abdomen (disekiar abdomen)
11. Diagnosis dan DD dari abdomen akut skenario?
Diagnosis: appendixitis.

Nyeri akut abdomen:RU koliksitis. LU ulkus peptikum, pankreatitis. U volvulus


sigmoid.
RL
Ectopic.
12. Pemeriksaan penunjang?
Foto polos abdomen.
Darah rutin
USG abdomen
CT-scan
MRI
Urin
appendicogram
13. Penatalaksanaan?
Appendixtomi
Pemasangan infus kristaloid
antibiotik
14. Komplikasi dari skenario?
Peritonitis,
15. Posisi tidur yang baik menurut Islam?
demam
STEP 4.
Mual muntah

Nyeri
umbilicus DD
Appendixitis

mc.burney

penatalaksaan
komplikasi

STEP 7

1. Anatomi dan fisiologi dari appendix?


Appendiks merupakan organ yang berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-
15cm) dan berpangkal di caecum. Lumennya senpit di bagian proksimal dan melebar
dibagian distal. Namun demikian, pada bayi appendiks berbentuk kerucut, lebar pada
pangkalnya dan menyempit ke arah ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab
rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 60% kasus, appendiks terletak
intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya
bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya.
Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu dibelakang sekum,
dibelakang colon ascendens atau di tepi lateral colon ascendens. Gejala klinis apendisitis
ditentukan oleh letak apendiks.
Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior
dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.thoracalis X. Oleh karena
itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus.
Perdarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral.
Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami
gangren.

Pembuluh arteri appendix adalah a. caecalis posterior, vena appendicularis bersatu dengan
vena caecalis posterior.

Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe mengalirkan satu atau dua nnll yang terletak pada
mesoappendix kemudian berjalan melalui nnll mesenterikus untuk mencapai nnll mesenterikus
superior.

Saraf appendix berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (n. vagus) dari pleksus
mesenterikus superior. serabut saraf aferen yang menghantarkan rasa nyeri viseral dari appendix
berjalan bersama saraf simpatis dan masuk ke medula spinalis setinggi segmen Thorak X.

Buku Ajar Ilmu Bedah. Wim de jong edisi 2

Posisi Appendix ada :


a. Post Pelvis : Bawah menuju Pelvis
b. Pre-Ileal : Diatas Ileum
c. Pos-Ileal : Dibawah Ileum
d. Pre-Caecal : Diatas Caecum
e. Post-Caecum : Dibawah Caecum
f. Retrocolic
g. Promotorium
h. inguinal

(Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran kedokteran,Ricard S.Snell edisi: 3)

 Fisiologi Appendix vermiformis

o Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari


o Lendir secara normal dikeluarkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum
o Hambatan aliran lender di muara apendiks  apendisitis
o Immunoglobulin sekretoar dihasilkan oleh GALT (Gut Assosiation Lymphoid Tissue) yang
terletak sepanjang sal. Cerna ialah IgA namun dihasilkan dalam jumlah sedikit sehingga
sekalipun dilakukan pengangkatan tidak memberi pengaruh besar dalam tubuh
Buku Ajar Ilmu Bedah . R Samsuhidajat Dan Wim De Jon
2. Mengapa disertai mual muntah dan nafsu makan menurun?
 Mual dan muntah akibat infeksi pada apediks mengakibatkan reflek muntah dari
pengiriman impuls aferent pada apendiks yang akan mempangaruhi pusat muntah pada
medula oblongata.

 nafsu makan menurun

Gambar A. Ada dua sistem di hipotalamus.


Melanocortin (Pro-opiomelanocortin)
merupakan sistem saraf serotoninergik.
Jika melanocortin dirangsang maka akan
terjadi anorexia (tidak napsu makan.
Kebalikannya, NPY bersifat prophagic.,
artinya jika dirangsang maka napsu makan
akan meningkat. Interaksi kedua sistem
inilah yang mengatur imbang asupan dan pemakaian energi.

Gambar B. Pada banyak penyakit sistemik, sitokin faktor pemicu proteolisis akan diproduksi
oleh sel darah putih, dan ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang
melanocortin. Efek perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan.
Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA
(branch-chained amino acids). Jadi triptofan
bersaing dengan BCAA. Ada bukti bahwa
peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan
rasa letih( central fatigue).

Sumber : Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At


Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-27. Jakarta :
Erlangga

3. Mengapa setelh berobat tetap belum sembuh?


4. Kenapa dirasakan nyeri perut disekitar umbilicus lalu pindah kekanan bawah?
nyeri tekan seluruh lapangan abdomen: karena pada saat penekan mengakibatkan
geseken antara apendiks dengan pertonium pariental, sehingga dapat mamacu terjadi
rangsangan nyeri tajam

Sabiston, David C. 1994. Buku Ahar Bedah. Jilid 2. Hal 2. Jakarta : EGC
Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-27. Jakarta
: Erlangga.

5. Kenapa penderita membungkuk kekanan? Dan kaki kanannya ditekuk saat tidur?
Untuk menghindari gerakan atau sentuhan terhadap musculus psoas yang dapat
mencetuskan rasa (nyeri pada ekstensi pasif dari pinggul kanan)

Sumber : Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jilid 2. Hal 2. Jakarta : EGC
6. Mengapa abdmen agak tegang dan bising usus menurun?
a. Dinding abdomen agak tegang yaitu merupakan kopensasi tubuh agar tidak terjadi
pergerakan pada abdomen untuk menghindari rasa nyeri akibat gerakan perut.
b. Bising usus agak menurun : penurunan peristaltik akibat intak makanan yang masuk
berkurang, sehingga rangsangan gerakan peristaltiknya pun akan berkurang

Sabiston, David C. 1994. Buku Ahar Bedah. Jilid 2. Hal 2. Jakarta : EGC
Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-27. Jakarta
: Erlangga

7. Mengapa suhu tubuhnya sampa 39.2?


 panas  akibat proses infeksi bakteri mengakibatkan pengeluaran pirogen
yaitu IL1 yanga nantinya akan merengsang meningkatan set point pada
hipotalamus anterior dengan melalui PGE2 dari pemecahan asam aracidonat.

Sumber : Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-
27. Jakarta : Erlangga
8. Patofisiologi dari skenario?

Obstruksi

Akumulasi mucus Fase akut fokal


atau akut dini
Tek. Intralumen meningkat

Distensi lumen

Translokasi bakteri ke apendiks Fase supuratif


akut
Inflamasi dinding apendiks

Thrombosis local

Gangren Fase gangrenosa

Perforasi Fase perforasi

Omentum dan usus bergerak ke apendiks membentuk massa


Fase
Buku Ajar Ilmu Bedah . R Samsuhidajat Dan Wim De Jong infiltrat
Buku Bedah Seri Catatan Kuliah FK UNDIP
Appendicitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia
folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena fibrosis peradangan sebelumnya,
atau neoplasma.

Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami


bendungan, sehingga terjadi peningkatan tekanan intralumen yang menyebabkan
penghambatan aliran limfe. edema, diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa terjadi
akibat hal tersebut.

Bila proses tersebut terus berlanjut mengakibatkan obstruksi vena, edema bertambah
dan bakteri menembus dinding sehingga peradangan makin meluas keperitoneum
setempat. Keadaan ini disebut apendicitis supuratif akut.

Bila terjadi sumbatan aliran arteri akan terjadi infark dinding appendix yang diikuti
dengan ganggren. Stadium ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding
pecah disebut appendicitis perforasi.

(kapita selekta kedokteran jilid II edisi 3 )

9. Etiologi dari skenario?


10. Apa saja macam-macam nyeri abdomen?
a. nyeri visceral
impuls nyeri apendiks akan melewati serabut nyeri visceral (saraf simpatis)
kemudian masuk medulla spinalis setinggi th 10 atau 11 dan dialihkan pada daerah
sekitar umbilicus dengan tipe pegal dank ram (dull pain)
b. nyeri parietal
impuls nyeri dilanjutkan melalui di peritoneum parietal menuju tempat apendiks
melekat berupa nyeri yang tajam yaitu di perut kanan bawah (brigh pain)

 kategori reseptor nyeri:


 nosiseptor mekanik berespon pd kerusakan mekanis ex. tusukan, benturan/
cubitan
 nosiseptor termal brespon pd suhu yg tinggi trutama panas
 nosiseptor polimodal berespon pd smua krusakan jaringan yg mrusak
 mekanismenya:
o nyeri cepat
 nyeri yg timbul dlm wkt kira2 0,1 dtk
 djalarkan dr srf perifer  medula spinalis mll srabut2 kcl, serat2 a-delta
 muncul awal & timbul pd rangsangan.
 ex. rasa nyeri tajam, tusuk, akut, tsenyum
o nyeri lambat
 nyeri yg timbul stelah 1 dtk/ lbh
 biasanya dikaitkan dgn “kerusakan jaringan”
 di bawa oleh serat c
 timbul pd rangsangan thdp nosiseptor  nosiseptor polimodal, termal &
mekanis ex. nyeri tbakar, pegal, bdenyut2, mual, kronik

Menurut Sifatnya
 nyeri alih
nyeri alih terjadi jika segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya,
difragma yang berasal dari regio leher pindah ke bawah pada masa embrional
sehingga rangsanganpada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan
dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolesistitis akut, nyeri dirasakan di daerah
ujung belikat. Abses di bawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma
pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu. Kolik
ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti
labium mayor pada wanita atau testis pada pria. Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari
nyeri alih.

 nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat
cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal ialah nyeri fantom*setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster. Radang saraf ini pada
herpes zoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala atau
tanda herpes zoster menjadi jelas.

 Hiperestesia
Hiperestesi atau hiperalgesi sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada rongga
di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis setempat
maupun peritonitis umum.
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum
sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat itu terdapat nyeri
tekan, nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang peritoneum lain dan
defans muskuler yang sering disertai hiperestesi kulit setempat.
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa nyeri terus-
menerus (kontinu) atau nyeri yang bersifat kolik.

 nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-menerus
karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan
penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang
dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Perdarahan di saluran cerna tidak menimbulkan nyeri.

 nyeri kolik
kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter,
batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia
yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik
dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan dinding usus juga berupa
nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah. Dalam
serangan, penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling di tempat tidur
atau di jalan yang khas ialah trias(gabungan tiga) kolik yang terdiri atas serangan nyeri
perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa.
Perdarahan di rongga perut biasanya menyebabkan nyeri karena rangsang
peritoneum

 nyeri iskemik
Nyeri perut dapat juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang teracam nekrosis. Lebih
lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, merosotnya keadaan
umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
 nyeri pindah
Kadang nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap
awal apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral
dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah.
Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri
akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri
dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu di perut kanan bawah.
Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangren (apendisitis gangrenosa),
nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut,
kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis.
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan asam
garam dan empedu masuk di rongga abdomen yang sangat merangsang peritoneum
setempat. Si sakit merasa sangat nyeri di tempat rangsangan itu, yaitu di perut bagian
atas. Setelah beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui
jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut
kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri itu kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan
nyeri pertama karena terjadi pengenceran. Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang
mulai di ulu hati pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri
pada apendisitis akut.

Sumber: Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran.Hal 625-633 Edisi 11. jakarta :
EGC. Luaralee sherwood. 2010. Fisiologi manusia. Hal 183-193. Jakarta : EGC &
Ilmu penyakit Dalam FK UI.
11. Diagnosis dan DD dari skenario?

Apendisitis
Apendisitis adalah perdangan pada apendiks vermiformis, mempengaruhi sekitar 10% dari
populasi. Hal ini terjadi paling sering antara usia 10 dan 30 tahun.
Etiologi
Hal ini diprakarsai oleh obstruksi usus buntu oleh fecalith, peradangan, benda asing, atau
neoplasma. Obstruksi menyebabkan tekanan intraluminal meningkat, kongesti vena, infeksi,
dan trombosis pembuluh intramural. Jika tidak diobati, gangren dan perforasi berkembang
dalam 36 jam.
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.
Essentials of Diagnosis

 Awal: nyeri periumbilikalis, kemudian: kuadran kanan bawah sakit dan nyeri.
 Anorexia, mual dan muntah, sembelit.
 Kelembutan atau kekakuan lokal pada titik McBurney.
 Demam ringan dan leukositosis.
 Pertimbangan Umum

Temuan Klinis
Gejala dan Tanda
Apendisitis biasanya dimulai dengan samar-samar, periumbilikalis sering kolik atau nyeri
epigastrium. Dalam 12 jam nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah, yang dinyatakan
sebagai sakit stabil yang diperparah dengan berjalan atau batuk. Hampir semua pasien
mengalami mual dengan satu atau dua episode muntah. Muntah berkepanjangan atau
muntah yang dimulai sebelum timbulnya nyeri menunjukkan diagnosis lain. Rasa sembelit
khas, dan beberapa pasien mengelola cathartics dalam upaya untuk meredakan gejala-
meskipun mereka beberapa laporan diare. Demam ringan (<38 ° C) adalah khas, demam
tinggi atau kerasnya menunjukkan lain diagnosis atau perforasi appendiceal.
Pada pemeriksaan fisik, nyeri lokal dengan menjaga di kuadran kanan bawah dapat
diperoleh dengan palpasi lembut dengan satu jari. Ketika diminta untuk batuk, pasien
mungkin mampu secara tepat melokalisasi daerah yang menyakitkan, tanda iritasi
peritoneal. Perkusi juga dapat menimbulkan nyeri. Meskipun nyeri Rebound juga hadir,
maka tidak perlu untuk memperoleh temuan ini jika tanda-tanda di atas yang hadir. psoas
Sign (nyeri pada ekstensi pasif dari pinggul kanan) dan obturatorius sign (nyeri dengan
fleksi pasif dan rotasi internal pinggul kanan) adalah indikasi peradangan yang berdekatan
dan sangat sugestif dari usus buntu, pada colok dubur didapat nyeri tekan pada arah jam
9.
Tes Laboratorium
Leukositosis moderat (10,000-20,000 / MCL) dengan Neutrofilia umum. Hematuria
mikroskopik dan piuria hadir dalam 25% dari pasien.
Pencitraan
Kedua USG abdomen dan CT scan berguna dalam mendiagnosis apendisitis (lihat USG)
serta termasuk penyakit lainnya yang mengalami gejala yang mirip, termasuk penyakit
adneksa pada wanita yang lebih muda. Namun, CT scan tampaknya lebih akurat
(sensitivitas 94%, spesifisitas 95%, rasio kemungkinan positif 13,3, rasio kemungkinan
negatif 0,09). Perut pemindaian CT juga berguna dalam kasus perforasi appendiceal diduga
untuk mendiagnosis abses periappendiceal. Pada pasien yang ada kecurigaan klinis tinggi
usus buntu, beberapa ahli bedah merasa bahwa pencitraan diagnostik pra operasi tidak
diperlukan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa bahkan dalam kelompok ini,
pencitraan studi menunjukkan diagnosis alternatif dalam hingga 15%.
Atipikal Presentasi Apendisitis
Karena lokasi variabel usus buntu, ada sejumlah "atipikal" presentasi. Karena lampiran
retrocecal tidak menyentuh dinding perut anterior, rasa sakit masih kurang intens dan buruk
lokal, nyeri perut minimal dan dapat diperoleh di sayap kanan. Tanda psoas mungkin positif.
Dengan apendisitis panggul ada nyeri di perut bagian bawah, sering di sebelah kiri, dengan
dorongan untuk buang air kecil atau buang air besar. Nyeri perut tidak ada, tetapi nyeri jelas
pada pemeriksaan panggul atau dubur, tanda obturatorius mungkin hadir. Pada orang tua,
diagnosis apendisitis sering tertunda karena pasien datang dengan minim, gejala yang samar-
samar dan kelembutan perut yang ringan. Apendisitis pada kehamilan dapat hadir dengan
nyeri di kuadran kanan bawah, daerah periumbilikalis, atau kanan subkostal karena daerah
untuk pemindahan usus buntu oleh rahim.
Differential Diagnosis
Mengingat frekuensi dan presentasi segudang, usus buntu harus dipertimbangkan dalam
diagnosis diferensial dari semua pasien dengan nyeri perut. Sulit untuk andal mendiagnosa
penyakit dalam beberapa kasus. Sebuah periode beberapa jam pengamatan dekat dengan
penilaian ulang biasanya menjelaskan diagnosis. Tidak adanya migrasi klasik nyeri (dari
epigastrium ke perut kanan bawah), kuadran kanan bawah nyeri, demam, atau menjaga
membuat usus buntu kecil kemungkinannya. Sepuluh sampai 20 persen pasien dengan usus
buntu dicurigai memiliki baik pemeriksaan negatif pada laparotomi atau diagnosis bedah
alternatif. Meluasnya penggunaan ultrasonografi dan CT telah mengurangi jumlah diagnosis
yang salah. Namun, dalam beberapa kasus laparotomi diagnostik atau laparoskopi
diperlukan. Penyebab paling umum dari kebingungan diagnostik gastroenteritis dan
ginekologi gangguan. Viral gastroenteritis menyajikan dengan mual, muntah, demam, dan
diare dan bisa sulit untuk membedakan dari usus buntu. Terjadinya muntah sebelum nyeri
membuat usus buntu kecil kemungkinannya. Sebagai aturan, rasa sakit gastroenteritis yang
lebih umum dan kelembutan yang kurang baik lokal. Salpingitis akut atau abses tubo-ovarium
harus dipertimbangkan pada perempuan muda yang aktif secara seksual dengan demam dan
nyeri perut atau panggul bilateral. Sebuah kista ovarium bengkok juga dapat menyebabkan
nyeri hebat tiba-tiba. Tiba-tiba mengalami nyeri perut bagian bawah di tengah-tengah siklus
menstruasi menunjukkan mittelschmerz. Sakit perut tiba-tiba berat dengan kelembutan
panggul difus dan shock menunjukkan kehamilan ektopik pecah. Tes kehamilan positif dan
ultrasonografi pelvis yang diagnostik. Usus buntu Retrocecal atau retroileal (sering dikaitkan
dengan piuria atau hematuria) mungkin bingung dengan kolik ureter atau pielonefritis.
Kondisi lain yang dapat menyerupai usus buntu adalah divertikulitis, divertikulitis Meckel,
karsinoid usus buntu, kanker kolon berlubang, ileitis Crohn, ulkus peptikum perforasi,
kolesistitis, dan adenitis mesenterika. Hal ini hampir mustahil untuk membedakan apendisitis
dari diverticulitis Meckel, namun keduanya membutuhkan perawatan bedah (lihat
scintigram).

Stephen J. Mcphee I maxine A. Papadakis. 2008. Current Medical Diagnosis &


Treatment (Gatroenterology). San Francisco, California.
12. Pemeriksaan penunjang?

a. Darah rutin : Leukositosis dengan pergeseran kekiri


b. Urin rutin : mungkin terjadi sedimen leukosit
c. Radiologi : tidak khas, mungkin ada perkapuran atau udara bebas bila sudah terjadi
perforasi.
d. Ultrasonografi : tidak khas, kadang-kadang dapat dilihat appendix yang edematus atau
tanda-tanda tidak langsung berupa pembesaran kelenjar mesenterium.
e. Barium enema
f. CT-Scan
g. Laparoscopy
Kedaruratan Medik Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Agus Purwadianto&Budi
Sampurna

13. Penatalaksanaan?

Fase akut : appendectomy (operasi a chaund)


Perforasi : appendectomy
Infiltrat : konservatif :
istirahat baring dalam posisi fowler
antibiotik, terutama untuk bakteri gram (-) misal chloramphenicol
diet lunak, rendah selulosa
observasi : tanda vital, ukuran/luas infiltrat, fluktuasi, perluasan
peritonitis, laju endap darah (2 kali seminggu), hitung lekosit
(proses dianggap reda bila pada pemeriksaan 3 kali berturut-turut
LED dan hitung lekosit tak meninggi, infiltrat tak teraba).
Appendectomy dilakukan 2-3 bulan kemudian (operasi afroid)
Pada anak-anak, pengawasan lebih hati-hati. Bila ragu-ragu,
dilakukan observasi selama 6 jam dan bila masih ragu-ragu, lakukan
operasi a chaund.
Pada anak-anak dibawah 7 tahun, fase infiltrat juga langsung
appendectomy, karena pembungkusnya belum kuat.
Abses : kecurigaan abses, bilamana :
suhu naik-turun/berfluktuasi pada kurvanya
laju endap darah tetap tinggi
tanda-tanda fluktuasi lokal atau peritonitis
sikap : drainase
operasi dilakukan setelah proses tenang
Eksaserbasi akut : appendectomy
Kronis : operasi afroid (2-3 bulan kemudian)
TERAPI:
apendiksitis prabedah:pemasangan sonde lambung dan tindakan
dekompresi.rehidrasi.penurunan suh tubuh. Antibiotika dengan spektrum
luas, dosis cukup, diberikan secara intravena.
Apendisitis dengan penyulit peritonitis umum
Umumnya pasien dalam kondisi buruk. Tampak septik dan dalam kondisi
hipovolemi serta hipertensi. Hipovolemi diakibatkan oleh puasa
lama,muntah dan pemusatan cairan di daerah proses radang , seperti udem
organ intraperitoneal, dinding abdomen dan pengumpulan cairan dalam
rongga usus dan rongga pritoneal
Persiapan prabedah:
-pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
-pemasangan kateter untuk kontrol produksi urine
-rehidrasi
-antibiotika denagn spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena
-obat2 penurun panas , phenergan sebagai inti menggigil, largaktil
untuk membuka pembuluh2 darah perifer diberikan setalah rehidrasi
tercapai

PEMBEDAHAN
Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh
telah tercapai. Suhu tubuh tidak melebihi 38 derajat, produksi urin berkisar
1-2 ml/kg/jam. Nadi di bawah 120/menit

4.Penatalaksanaan gawat non operasi


Bila tidak ada fasilitas bedah.berikan penatalaksanaan seperti dalam
peritonitis akut
(kapita selekta kedokteran jilid II edisi 3 )

14. Komplikasi dari skenario?


Perforasi terjadi pada 20% pasien dan harus dicurigai pada pasien dengan nyeri
bertahan selama lebih dari 36 jam, demam tinggi, nyeri perut difus atau temuan
peritoneal, massa abdomen teraba, atau leukositosis ditandai. Localized perforasi
menghasilkan abses terkandung, biasanya di panggul. Sebuah perforasi bebas
menyebabkan peritonitis supuratif dengan toksisitas. Septic tromboflebitis
(pylephlebitis) dari sistem vena portal langka dan disarankan oleh demam tinggi,
menggigil, bakteremia, dan penyakit kuning.

Stephen J. Mcphee I maxine A. Papadakis. 2008. Current Medical Diagnosis &


Treatment (Gatroenterology). San Francisco, California.

1. Abses
2. Peritonitis generalisata
3. Tromboflebitis
4. Perforasi

Buku Ajar Ilmu Bedah . R Samsuhidajat Dan Wim De Jong


Buku Bedah Seri Catatan Kuliah FK UNDIP

15. Hadits tentang posisi tidur yang baik ala rasulullah saw
Pathologic:

 Infeksi
Infeksi

Hyperplasia

Sumbatan tidak menyumbat

apendisitis remisi spontan

Gangrene tanda infeksi reda


Perforasi sisa berupa jaringan parut

Adhesi

Apendisitis kronik

 Fekalit
Fekalit

Peningkatan tek. Intralumen menutup serat dalam


Caecum lumen apendiks

Penekanan apendiks serat tertahan dalam apendiks

Peningkatan tek. Intralumen apendiks

Oklusi menyebabkan nekrosis

Memacu proses inflamasi

apendisitis
 E. hystolitica
Pajanan

Erosi mukosa

Jejas lumen

Inflamasi

Apendisitis
Buku Bedah Seri Catatan Kuliah FK UNDIP

Patologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruh


lapisan dinding apendiks. Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiap
harinya. Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekum
menjadi terhambat. Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah
bendungan mukus di dalam lumen. Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendiks,
sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang
meningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkan
timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut
fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.

Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut.

Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul
dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding
apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan
perforasi.

Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan
ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga
terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di
dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun,
jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi
tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.

Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan
dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan
pembuluh darah.

Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan
bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi.

Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta,
2005, hlm. 307-313.
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum”,
dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.

Anda mungkin juga menyukai