STEP 3
Nyeri
umbilicus DD
Appendixitis
mc.burney
penatalaksaan
komplikasi
STEP 7
Pembuluh arteri appendix adalah a. caecalis posterior, vena appendicularis bersatu dengan
vena caecalis posterior.
Pembuluh limfe mengalirkan cairan limfe mengalirkan satu atau dua nnll yang terletak pada
mesoappendix kemudian berjalan melalui nnll mesenterikus untuk mencapai nnll mesenterikus
superior.
Saraf appendix berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (n. vagus) dari pleksus
mesenterikus superior. serabut saraf aferen yang menghantarkan rasa nyeri viseral dari appendix
berjalan bersama saraf simpatis dan masuk ke medula spinalis setinggi segmen Thorak X.
Gambar B. Pada banyak penyakit sistemik, sitokin faktor pemicu proteolisis akan diproduksi
oleh sel darah putih, dan ini akan merangsang pembentukan serotonin dan merangsang
melanocortin. Efek perangsangan ini adalah anoreksia. Serotonin berasal dari triptofan.
Triptofan masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui saluran yang sama dengan BCAA
(branch-chained amino acids). Jadi triptofan
bersaing dengan BCAA. Ada bukti bahwa
peningkatan triptofan di otak akan menyebabkan
rasa letih( central fatigue).
Sabiston, David C. 1994. Buku Ahar Bedah. Jilid 2. Hal 2. Jakarta : EGC
Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-27. Jakarta
: Erlangga.
5. Kenapa penderita membungkuk kekanan? Dan kaki kanannya ditekuk saat tidur?
Untuk menghindari gerakan atau sentuhan terhadap musculus psoas yang dapat
mencetuskan rasa (nyeri pada ekstensi pasif dari pinggul kanan)
Sumber : Sabiston, David C. 1994. Buku Ajar Bedah. Jilid 2. Hal 2. Jakarta : EGC
6. Mengapa abdmen agak tegang dan bising usus menurun?
a. Dinding abdomen agak tegang yaitu merupakan kopensasi tubuh agar tidak terjadi
pergerakan pada abdomen untuk menghindari rasa nyeri akibat gerakan perut.
b. Bising usus agak menurun : penurunan peristaltik akibat intak makanan yang masuk
berkurang, sehingga rangsangan gerakan peristaltiknya pun akan berkurang
Sabiston, David C. 1994. Buku Ahar Bedah. Jilid 2. Hal 2. Jakarta : EGC
Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-27. Jakarta
: Erlangga
Sumber : Pierce a grace & neil R. Borley. 2006. At Glance ilmu bedah ed. 3. Hal 25-
27. Jakarta : Erlangga
8. Patofisiologi dari skenario?
Obstruksi
Distensi lumen
Thrombosis local
Bila proses tersebut terus berlanjut mengakibatkan obstruksi vena, edema bertambah
dan bakteri menembus dinding sehingga peradangan makin meluas keperitoneum
setempat. Keadaan ini disebut apendicitis supuratif akut.
Bila terjadi sumbatan aliran arteri akan terjadi infark dinding appendix yang diikuti
dengan ganggren. Stadium ini disebut dengan appendicitis gangrenosa. Bila dinding
pecah disebut appendicitis perforasi.
Menurut Sifatnya
nyeri alih
nyeri alih terjadi jika segmen persarafan melayani lebih dari satu daerah. Misalnya,
difragma yang berasal dari regio leher pindah ke bawah pada masa embrional
sehingga rangsanganpada diafragma oleh perdarahan atau peradangan akan
dirasakan di bahu. Demikian juga pada kolesistitis akut, nyeri dirasakan di daerah
ujung belikat. Abses di bawah diafragma atau rangsangan karena radang atau trauma
pada permukaan atas limpa atau hati juga dapat mengakibatkan nyeri di bahu. Kolik
ureter atau kolik pielum ginjal, biasanya dirasakan sampai ke alat kelamin luar seperti
labium mayor pada wanita atau testis pada pria. Kadang nyeri ini sukar dibedakan dari
nyeri alih.
nyeri proyeksi
Nyeri proyeksi adalah nyeri yang disebabkan oleh rangsangan saraf sensorik akibat
cedera atau peradangan saraf. Contoh yang terkenal ialah nyeri fantom*setelah
amputasi, atau nyeri perifer setempat pada herpes zoster. Radang saraf ini pada
herpes zoster dapat menyebabkan nyeri hebat di dinding perut sebelum gejala atau
tanda herpes zoster menjadi jelas.
Hiperestesia
Hiperestesi atau hiperalgesi sering ditemukan di kulit jika ada peradangan pada rongga
di bawahnya. Pada gawat perut, tanda ini sering ditemukan pada peritonitis setempat
maupun peritonitis umum.
Nyeri peritoneum parietalis dirasakan tepat pada tempat terangsangnya peritoneum
sehingga penderita dapat menunjuk dengan tepat, dan pada tempat itu terdapat nyeri
tekan, nyeri gerak, nyeri batuk, nyeri lepas, serta tanda rangsang peritoneum lain dan
defans muskuler yang sering disertai hiperestesi kulit setempat.
Nyeri yang timbul pada pasien dengan gawat abdomen dapat berupa nyeri terus-
menerus (kontinu) atau nyeri yang bersifat kolik.
nyeri kontinyu
Nyeri akibat rangsangan pada peritoneum parietale akan dirasakan terus-menerus
karena berlangsung terus, misalnya pada reaksi radang. Pada saat pemeriksaan
penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot dinding perut
menunjukkan defans muskuler secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang
dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Perdarahan di saluran cerna tidak menimbulkan nyeri.
nyeri kolik
kolik merupakan nyeri viseral akibat spasme otot polos organ berongga dan biasanya
disebabkan oleh hambatan pasase dalam organ tersebut (obstruksi usus, batu ureter,
batu empedu, peningkatan tekanan intraluminer). Nyeri ini timbul karena hipoksia
yang dialami oleh jaringan dinding saluran. Karena kontraksi ini berjeda, kolik
dirasakan hilang timbul. Fase awal gangguan pendarahan dinding usus juga berupa
nyeri kolik.
Serangan kolik biasanya disertai perasaan mual, bahkan sampai muntah. Dalam
serangan, penderita sangat gelisah, kadang sampai berguling-guling di tempat tidur
atau di jalan yang khas ialah trias(gabungan tiga) kolik yang terdiri atas serangan nyeri
perut yang kumatan disertai mual atau muntah dan gerak paksa.
Perdarahan di rongga perut biasanya menyebabkan nyeri karena rangsang
peritoneum
nyeri iskemik
Nyeri perut dapat juga berupa nyeri iskemik yang sangat hebat, menetap, dan tidak
menyurut. Nyeri ini merupakan tanda adanya jaringan yang teracam nekrosis. Lebih
lanjut akan tampak tanda intoksikasi umum, seperti takikardia, merosotnya keadaan
umum, dan syok karena resorbsi toksin dari jaringan nekrosis.
nyeri pindah
Kadang nyeri berubah sesuai dengan perkembangan patologi. Misalnya pada tahap
awal apendisitis, sebelum radang mencapai permukaan peritoneum, nyeri viseral
dirasakan di sekitar pusat disertai rasa mual karena apendiks termasuk usus tengah.
Setelah radang terjadi di seluruh dinding termasuk peritoneum viserale, terjadi nyeri
akibat rangsangan peritoneum yang merupakan nyeri somatik. Pada saat ini, nyeri
dirasakan tepat pada letak peritoneum yang meradang, yaitu di perut kanan bawah.
Jika apendiks kemudian mengalami nekrosis dan gangren (apendisitis gangrenosa),
nyeri berubah lagi menjadi nyeri iskemik yang hebat, menetap dan tidak menyurut,
kemudian penderita dapat jatuh dalam keadaan toksis.
Pada perforasi tukak peptik duodenum, isi duodenum yang terdiri atas cairan asam
garam dan empedu masuk di rongga abdomen yang sangat merangsang peritoneum
setempat. Si sakit merasa sangat nyeri di tempat rangsangan itu, yaitu di perut bagian
atas. Setelah beberapa waktu, cairan isi duodenum mengalir ke kanan bawah, melalui
jalan di sebelah lateral kolon asendens sampai ke tempat kedua, yaitu rongga perut
kanan bawah, sekitar sekum. Nyeri itu kurang tajam dan kurang hebat dibandingkan
nyeri pertama karena terjadi pengenceran. Pasien sering mengeluh bahwa nyeri yang
mulai di ulu hati pindah ke kanan bawah. Proses ini berbeda sekali dengan proses nyeri
pada apendisitis akut.
Sumber: Guyton & hall. 2008. Fisiologi kedokteran.Hal 625-633 Edisi 11. jakarta :
EGC. Luaralee sherwood. 2010. Fisiologi manusia. Hal 183-193. Jakarta : EGC &
Ilmu penyakit Dalam FK UI.
11. Diagnosis dan DD dari skenario?
Apendisitis
Apendisitis adalah perdangan pada apendiks vermiformis, mempengaruhi sekitar 10% dari
populasi. Hal ini terjadi paling sering antara usia 10 dan 30 tahun.
Etiologi
Hal ini diprakarsai oleh obstruksi usus buntu oleh fecalith, peradangan, benda asing, atau
neoplasma. Obstruksi menyebabkan tekanan intraluminal meningkat, kongesti vena, infeksi,
dan trombosis pembuluh intramural. Jika tidak diobati, gangren dan perforasi berkembang
dalam 36 jam.
Klasifikasi
Klasifikasi apendisitis terbagi atas 2 yakni :
Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh
akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan
timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya
ditemukan pada usia tua.
Essentials of Diagnosis
Awal: nyeri periumbilikalis, kemudian: kuadran kanan bawah sakit dan nyeri.
Anorexia, mual dan muntah, sembelit.
Kelembutan atau kekakuan lokal pada titik McBurney.
Demam ringan dan leukositosis.
Pertimbangan Umum
Temuan Klinis
Gejala dan Tanda
Apendisitis biasanya dimulai dengan samar-samar, periumbilikalis sering kolik atau nyeri
epigastrium. Dalam 12 jam nyeri berpindah ke kuadran kanan bawah, yang dinyatakan
sebagai sakit stabil yang diperparah dengan berjalan atau batuk. Hampir semua pasien
mengalami mual dengan satu atau dua episode muntah. Muntah berkepanjangan atau
muntah yang dimulai sebelum timbulnya nyeri menunjukkan diagnosis lain. Rasa sembelit
khas, dan beberapa pasien mengelola cathartics dalam upaya untuk meredakan gejala-
meskipun mereka beberapa laporan diare. Demam ringan (<38 ° C) adalah khas, demam
tinggi atau kerasnya menunjukkan lain diagnosis atau perforasi appendiceal.
Pada pemeriksaan fisik, nyeri lokal dengan menjaga di kuadran kanan bawah dapat
diperoleh dengan palpasi lembut dengan satu jari. Ketika diminta untuk batuk, pasien
mungkin mampu secara tepat melokalisasi daerah yang menyakitkan, tanda iritasi
peritoneal. Perkusi juga dapat menimbulkan nyeri. Meskipun nyeri Rebound juga hadir,
maka tidak perlu untuk memperoleh temuan ini jika tanda-tanda di atas yang hadir. psoas
Sign (nyeri pada ekstensi pasif dari pinggul kanan) dan obturatorius sign (nyeri dengan
fleksi pasif dan rotasi internal pinggul kanan) adalah indikasi peradangan yang berdekatan
dan sangat sugestif dari usus buntu, pada colok dubur didapat nyeri tekan pada arah jam
9.
Tes Laboratorium
Leukositosis moderat (10,000-20,000 / MCL) dengan Neutrofilia umum. Hematuria
mikroskopik dan piuria hadir dalam 25% dari pasien.
Pencitraan
Kedua USG abdomen dan CT scan berguna dalam mendiagnosis apendisitis (lihat USG)
serta termasuk penyakit lainnya yang mengalami gejala yang mirip, termasuk penyakit
adneksa pada wanita yang lebih muda. Namun, CT scan tampaknya lebih akurat
(sensitivitas 94%, spesifisitas 95%, rasio kemungkinan positif 13,3, rasio kemungkinan
negatif 0,09). Perut pemindaian CT juga berguna dalam kasus perforasi appendiceal diduga
untuk mendiagnosis abses periappendiceal. Pada pasien yang ada kecurigaan klinis tinggi
usus buntu, beberapa ahli bedah merasa bahwa pencitraan diagnostik pra operasi tidak
diperlukan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa bahkan dalam kelompok ini,
pencitraan studi menunjukkan diagnosis alternatif dalam hingga 15%.
Atipikal Presentasi Apendisitis
Karena lokasi variabel usus buntu, ada sejumlah "atipikal" presentasi. Karena lampiran
retrocecal tidak menyentuh dinding perut anterior, rasa sakit masih kurang intens dan buruk
lokal, nyeri perut minimal dan dapat diperoleh di sayap kanan. Tanda psoas mungkin positif.
Dengan apendisitis panggul ada nyeri di perut bagian bawah, sering di sebelah kiri, dengan
dorongan untuk buang air kecil atau buang air besar. Nyeri perut tidak ada, tetapi nyeri jelas
pada pemeriksaan panggul atau dubur, tanda obturatorius mungkin hadir. Pada orang tua,
diagnosis apendisitis sering tertunda karena pasien datang dengan minim, gejala yang samar-
samar dan kelembutan perut yang ringan. Apendisitis pada kehamilan dapat hadir dengan
nyeri di kuadran kanan bawah, daerah periumbilikalis, atau kanan subkostal karena daerah
untuk pemindahan usus buntu oleh rahim.
Differential Diagnosis
Mengingat frekuensi dan presentasi segudang, usus buntu harus dipertimbangkan dalam
diagnosis diferensial dari semua pasien dengan nyeri perut. Sulit untuk andal mendiagnosa
penyakit dalam beberapa kasus. Sebuah periode beberapa jam pengamatan dekat dengan
penilaian ulang biasanya menjelaskan diagnosis. Tidak adanya migrasi klasik nyeri (dari
epigastrium ke perut kanan bawah), kuadran kanan bawah nyeri, demam, atau menjaga
membuat usus buntu kecil kemungkinannya. Sepuluh sampai 20 persen pasien dengan usus
buntu dicurigai memiliki baik pemeriksaan negatif pada laparotomi atau diagnosis bedah
alternatif. Meluasnya penggunaan ultrasonografi dan CT telah mengurangi jumlah diagnosis
yang salah. Namun, dalam beberapa kasus laparotomi diagnostik atau laparoskopi
diperlukan. Penyebab paling umum dari kebingungan diagnostik gastroenteritis dan
ginekologi gangguan. Viral gastroenteritis menyajikan dengan mual, muntah, demam, dan
diare dan bisa sulit untuk membedakan dari usus buntu. Terjadinya muntah sebelum nyeri
membuat usus buntu kecil kemungkinannya. Sebagai aturan, rasa sakit gastroenteritis yang
lebih umum dan kelembutan yang kurang baik lokal. Salpingitis akut atau abses tubo-ovarium
harus dipertimbangkan pada perempuan muda yang aktif secara seksual dengan demam dan
nyeri perut atau panggul bilateral. Sebuah kista ovarium bengkok juga dapat menyebabkan
nyeri hebat tiba-tiba. Tiba-tiba mengalami nyeri perut bagian bawah di tengah-tengah siklus
menstruasi menunjukkan mittelschmerz. Sakit perut tiba-tiba berat dengan kelembutan
panggul difus dan shock menunjukkan kehamilan ektopik pecah. Tes kehamilan positif dan
ultrasonografi pelvis yang diagnostik. Usus buntu Retrocecal atau retroileal (sering dikaitkan
dengan piuria atau hematuria) mungkin bingung dengan kolik ureter atau pielonefritis.
Kondisi lain yang dapat menyerupai usus buntu adalah divertikulitis, divertikulitis Meckel,
karsinoid usus buntu, kanker kolon berlubang, ileitis Crohn, ulkus peptikum perforasi,
kolesistitis, dan adenitis mesenterika. Hal ini hampir mustahil untuk membedakan apendisitis
dari diverticulitis Meckel, namun keduanya membutuhkan perawatan bedah (lihat
scintigram).
13. Penatalaksanaan?
PEMBEDAHAN
Pembedahan dikerjakan bila rehidrasi dan usaha penurunan suhu tubuh
telah tercapai. Suhu tubuh tidak melebihi 38 derajat, produksi urin berkisar
1-2 ml/kg/jam. Nadi di bawah 120/menit
1. Abses
2. Peritonitis generalisata
3. Tromboflebitis
4. Perforasi
15. Hadits tentang posisi tidur yang baik ala rasulullah saw
Pathologic:
Infeksi
Infeksi
Hyperplasia
Adhesi
Apendisitis kronik
Fekalit
Fekalit
apendisitis
E. hystolitica
Pajanan
Erosi mukosa
Jejas lumen
Inflamasi
Apendisitis
Buku Bedah Seri Catatan Kuliah FK UNDIP
Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akan
menyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding
apendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,
sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan
apendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul
dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut dengan apendisitis ganggrenosa. Jika dinding
apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan
perforasi.
Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradangan
ini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus, sehingga
terbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Di
dalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun,
jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjadi
tenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.
Pada anak-anak, dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang, dan
dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan
terjadinya perforasi. Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan
pembuluh darah.
Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapi akan
membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan
sekitarnya. Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan
bawah. Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakan
mengalami eksaserbasi.
Mansjoer, A., Suprohaita., Wardani, W.I., Setiowulan, W., editor., “Bedah Digestif”, dalam
Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid 2, Cetakan Kelima. Media Aesculapius, Jakarta,
2005, hlm. 307-313.
Sjamsuhidajat, R., Jong, W.D., editor., “Usus Halus, Apendiks, Kolon, Dan Anorektum”,
dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC, Jakarta, 2005,hlm.639-645.