Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

1. Kasus (Masalah Keperawatan Jiwa Utama)


Risiko bunuh diri

2. Definisi
Bunuh diri adalah suatu keadaan dimana individu mengalami resiko untuk menyakiti
diri sendiri atau melakukan tindakan yang dapat mengancam nyawa. Dalam sumber
lain dikatakan bahwa bunuh diri sebagai perilaku destruktif terhadap diri sendiri yang
jika tidak dicegah dapat mengarah pada kematian. Perilaku destruktif diri yang
mencakup setiap bentuk aktivitas bunuh diri, niatnya adalah kematian dan individu
menyadari hal ini sebagai sesuatu yang diinginkan. (Stuart dan Sundeen, 1995).

3. Etiologi, Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi


1) Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1997), Lima faktor predisposisi bunuh diri antara
lain :
 Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
 Sifat Kepribadian
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
 Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian
negatif dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian.
Kekuatan dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang
terapeutik, dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons
seseorang dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
 Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor penting
yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
 Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotonin, adrenalin,
dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui ekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph (EEG).

2) Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang
dialami oleh individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang
memalukan.Faktor lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau
membaca melalui media mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun
percobaan bunuh diri. Bagi individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi
sangat rentan.

4. Tanda dan Gejala


Diarahkan pada penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan
klien.
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
4) Impulsif
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh)
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan )
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panic, marah, dan
mengasingkan diri)
9) Kesehatan mental (scara klinis, klien terlihat sebagai orang depresi, psikosis, dan
menyalahkangunakan alkohol)
10) Kesehatan fisik (biasanya pada klien dengan penyaki kronis atau terminal)
11) Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier)
12) Umur 15-19 tahun atau di atas 45 tahun.
13) Status perkawinan (mengalami kegagalan dalam perkawinan).
14) Pekerjaan.
15) Konflik interpersonal.
16) Latar belakang keluarga.
17) Orientasi seksual.
18) Sumber-sumber personal.
19) Sumber-sumber social.
20) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
5. A. Pengkajian Keperawatan Jiwa yang dikaji
Masalah keperawatan Data yang perlu dikaji
Risiko bunuh diri Subjektif:
 Mengungkapkan keinginan bunuh diri
 Mengungkapkan keinginan untuk mati
 Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
 Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri
sebelumnya dari keluarga
 Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
dosis obat yang mematikan
 Mengungkapkan adanya konflik interpersonal
 Mengungkapkan telah terjadi korban perilaku
kekerasan saat kecil

Objektif:
 Impulsif
 Menunjukkan perilaku yang mencurigakan
(biasanya menjadi sangat patuh)
 Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan
penyalahgunaan alkohol)
 Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau
penyakit terminal)
 Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan,
atau kegagalan dalam karier)
 Status perkawinan yang tidak harmonis

B. Pohon masalah (gambaran pohon masalah)

Effect bunuh diri

Core problem risiko bunuh diri

Causa isolasi sosial

harga diri rendah kronis

6. Diagnosa keperawatan
Risiko bunuh diri

7. Rencana Tindakan Keperawatan


1) Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawat.
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri, maka
saudara dapat melakukan tindakan berikut :
a. Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan ketempat yang
aman.
b. Menjauhi semua benda yang berbahaya (misalnya pisau, silet, gelas, tali
pinggang).
c. Memastikan bahwa klien benar-benar telah meminum obatnya, jika klien
mendapat obat.
d. Memeriksa apakah pasien benar-benar bahwa saudara akan melindungi pasien
sampai tidak ada keinginan bunuh diri.

2) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan bunuh diri


a. Tujuan : Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
b. Tindakan :
a. Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta jangan pernah
meninggalkan pasien sendirian.
b. Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi barang-barang
berbahaya disekitar pasien.
c. Mendiskusikan dengan keluarga untuk tidak sering melamun sendiri.
d. Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat secara teratur.

3) Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri


Tujuan:
a. Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b. Pasien dapat mengungkapkan perasaannya.
c. Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
d. Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
 Tindakan keperawatan:
a. Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang posittif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya berarti untuk orang lain.
4) Mendiskusikan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien.
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
c. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalahnya.
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah.
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah yang lebih
baik.

4) Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan anggota keluarga yang


menunjukkan isyarat bunuh diri.
Tujuan : Keluarga mampu merawat klien dengan risiko bunuh diri
Tindakan keperawatan :
a. Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
1) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri yang pernah
muncul pada pasien.
2) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umunya muncul pada pasien
beresiko bunuh diri.
b. Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku bunuh diri.
1) Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga bila pasien
memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
2) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain:
 Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien ditempat yang
mudah diawasi, jangan biarkan pasien mengunci diri di kamarnya atau
jangan meninggalkan pasien sendirian dirumah.
 Menjauhkan barang-barang yang bisa untuk bunuh diri. Jauhkan psien
dari barang-barang yang bisa digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali,
bahan bakar minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya zat
yang berbahaya seperti obat nyamukatau racun serangga.
 Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan pernah
melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak menunjukan tanda
dan gejala untuk bunuh diri.
 Menganjurkan keluarga untuk mempraktikkan cara tersebut diatas.
c. Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan apabila pasien
melakukan percobaan bunuh diri, antara lain:
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka masyarakat untuk
menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas mendapatkan
bantuan medis.

d. Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi


pasien.
e. Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga kesehatan.
f. Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien berobat/kontrol secara
teratur untuk mengatasi masalah bunuh dirinya.
g. Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat sesuai prinsip 5
benar yaitu benar orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar cara
penggunaannya, benar waktu penggunaannya dan benar pencatatannya.

8. Referensi Laporan Pendahuluan


Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung :
Refika Aditama.
Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai