Makalah Strategi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Makalah Strategi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah
Disusun oleh :
Kelompok 9
1. Adea Wulan Atika 1801042001
2. Indah Sri Mardiana 1801041021
3. Reni Lutviana 1801041032
4. Ria Irawati 1801041034
5. Yogi Febrian 1801041040
KELAS A
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang tak henti-
hentinya melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik. Sholawat serta
salam tak lupa kami haturkan kepada manusia pilihan-Nya yang telah membawa
umat manusia dari zaman kebodohan menuju zaman intelektual.
Maka kami berharap karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan serta wawasan
kepada pembaca mengenai bagaimana mengelola sampah dengan baik serta
bagaimana tindakan pencegahan terhadap kemungkinan buruk akibat maraknya
sampah yang ada disekeliling kita.
penulis
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hariyanto, Pengelolaan Sampah Di Kota Semarang Untuk Menuju Kota
Bersih, 2014
1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa itu sampah dan jenis-jenisnya beserta
1.2.2. Apa saja dampak yang timbul dari sampah?
1.2.3. Bagaimana cara pengelolaan sampah ?
1.2.4. Strategi apa yang dapat dilakukan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dan lingkungannya ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2
Fatoni, Imanuddin, and Darmawan, “Pendayagunaan Sampah Menjadi Produk
Kerajin
3
2. Sampah digolongkan berdasarkan komposisi yaitu sampah yang memiliki
komponen-komponen yang sama, maka dari itu muncul sampah yang
seragam dan tak seragam. Contoh sampah seragam, yaitu sampah dari
kegiatan industri, sedangkan sampah tak seragam yaitu sampah yang
berasal dari pasar swalayan atau tempat-tempat umum.
4
4. Sampah digolongkan berdasarkan lokasi, yaitu sampah kota dan sampah
desa
5. Sampah digolongkan berdasarkan proses terjadinya, yaitu sampah alami
dan sampah nonalami.
6. Sampah berdasarkan sifatnya, yaitu sampah organik dan sampah
anorganik.
7. Sampah digolongkan berdasarkan jenis, yaitu sampah organik, anorganik
dan B3.
c) Sampah organik merupakan buangan sisa makanan, misalnya
daging, buah, sayuran dan sebagainya.
d) Sampah anorganik merupakan sisa material sintetis seperti : plastik,
logam, kaca, keramik dan sebagainya.
e) Sampah B3 merupakan sampah berbahaya atau bahan beracun (B3),
sampah ini berasal dari dari zat kimia organik dan anorganik serta
logam-logam berat yang umumnya berasal dari buangan industri.
5
tersebut akan menghalangi arus air sehingga terjadi bencana alam seperti
banjir dan menurunnya kualitas kesehatan warga masyarakat yang tinggal di
sekitar area polusi akan lebih besar karena tidak menutup kemungkinan
sampah. Bahkan menurut ahli kesehatan, polusi sampah, mengakibatkan
dampak buruk terhadap kesehatan. Hal ini mengakibatkan berbagai macam
penyakit bisa ditimbulkan di area polusi sampah tersebut seperti terindeksi
saluran pencernaan , tifus, disentri, dll.3 Faktor pembawa penyakit tersebut
adalah lalat dan berkembangnya nyamuk-nyamuk yang menginfeksi
manusia dikarenakan sampah yang menggunung. Menurut Tingkat
ekonomi masyarakat menengah atas cenderung menyerahkan pada petugas
kebersihan dengan membayar retribusi. Sedangkan pada masyarakat
menengah bawah, mereka cenderung menangani sendiri masalah sampah
dengan cara dibakar, ditimbun atau dibuang sembarangan (di jalan, sungai
selokan). Begitu pula Tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi ada
kesadaran hidup bersih, cenderung menyerahkan penanganan sampah pada
petugas kebersihan dengan membayar retribusi. Tetapi masyarakat
berpendidikan rendah tidak peduli dengan kebersihan lingkungan dengan
membiarkan saja sampah di sekitarnya.
6
membuat baju dari limbah kertas, membuat bunga dari limbah botol sprite dan
terpal, mebuat kursi dan meja dari botol dan sampah plastik.
2. Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup. Contoh : membuat eco-brick sebagai solusi dari banyaknya
sampah plastik.
4
Edy Hendras Wahyono dan Nano Sudarno, Pengelolaan Sampah Plastik: Aneka
Kerajinan Dari Sampah Plastik.2012
7
Selain mencari barang yang dapat dipakai kembali, dapat pula mencari
barang yang dapat didaur ulang. Sehingga barang tersebut dapat
dimanfaatkan bukan menjadi sampah.
Contoh perilaku : membuat kerajinan dari kain perca dan botol plastik,
menggunakan limbah kaleng untuk kursi, membuat kerajinan dari limbah
kemasan dsb.
4. Mengganti (Replace)
Metode ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan disekitar.
Ganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih tahan lama, serta
menggunakan barang yang ramah lingkungan.
5. Menghargai (Respect)
Metode ini menggunakan rasa kecintaan pada alam, sehingga akan
menimbulkan sikap bijaksana sebelum memilih.
5
Dermawan dkk, Kajian Strategi Pengolalaan Sampah, 2018, volume 1 No.3
8
2. Pewadahan meliputi pewadahan individual disediakan di tingkat rumah
dengan menyediakan 2 unit penampungan sampah terdiri dari sampah
organik dan anorganik, pewadahan komunal (Kontainer atau TPS)
khusus untuk menampung berbagai jenis sampah baik organik maupun
anorganik seperti untuk sampah plastik, gelas, pakaian/tekstil, logam,
sampah besar, sampah B3 (batu baterai, balon lampu neon dll).
3. Pengumpulan meliputi waktu pengumpulan door to door setiap 1
sampai 2 hari dan waktu pengumpulan sampah dari TPS 1 x seminggu.
4. Pengangkutan sampah dengan compactor truk berbeda untuk setiap
jenis sampah.
5. Daur ulang yaitu pemanfaatan kembali kertas bekas yang dapat
digunakan terutama untuk keperluan eksternal, plastik bekas diolah
kembali untuk dijadikan sebagai biji plastik untuk dijadikan berbagai
peralatan rumah tangga seperti ember dll, peralatan elektronik bekas
dipisahkan setiap komponen penggunaannya (logam, plastik/kabel,
baterai dll) dan dilakukan pemilihan untuk setiap komponen yang dapat
digunakan kembali, gelas/botol kaca dipisahkan berdasarkan warna
gelas (putih, hijau, dan gelap) dihancurkan, dan limbah lingkungan lain
berupa daun-daunan.
6. Kompos meliputi sarana percontohan, penyuluhan, pelatihan dan
pembinaan pengomposan skala lingkungan yang dikelola oleh
masyarakat. untuk menumbuhkan kesadaran bahwa sampah rumah
tangga harus dikelola di sumbernya.
9
B. Penyebab Timbulnya Penyakit Dari Sampah Terhadap Masyarakat
Sampah atau limbah, seperti sisa makanan, plastik, rokok, dan kertas,
baiknya dibuang di tempat sampah. Sebab, jika tidak, sampah-sampah akan
menumpuk sehingga busuk dan menyebarkan bau tak sedap. Tumpukan
sampah yang membusuk juga bisa mengundang lalat yang akan membawa
dampak buruk untuk kesehatan tubuh.
Sampah mengandung bakteri penyebab penyakit, sampah yang
menumpuk dan bertebaran di mana-mana, terutama sampah sisa makanan,
biasanya akan membusuk dan menjadi tempat berkembang biak yang ideal
untuk kuman. Jika lalat, kecoa, atau tikus menyentuh sampah-sampah dan
secara tidak sengaja tangan manusia juga ikut bersentuhan, hal itu menjadi
salah satu cara penularan kuman-kuman dari sampah ke orang lainnya.
Bayangkan jika lalat atau kecoa yang baru saja bertengger di atas tumpukan
sampah kemudian hinggap di atas makanan Anda. Jelas makanan Anda
terkontaminasi oleh kuman. Mengonsumsinya akan membuat Anda
terserang berbagai penyakit.
Berikut adalah beberapa penyakit yang terjadi akibat buang sampah
sembarangan:6
1. Hepatitis A
Virus Hepatitis A dapat menyebar melalui sampah. Virus ini
menyebabkan adanya gangguan fungsi hati akut. Penyebaran virus
hepatitis A terjadi akibat kontaminasi makanan dan air yang kemudian
keduanya dikonsumsi oleh orang yang sehat.
2. Disentri
Disentri adalah radang usus yang menyebabkan diare disertai darah
atau lendir. Diare sendiri ditandai dengan sering buang air besar yang
lunak atau cair. Kondisi ini disebabkan oleh amuba dan bakteri yang
banyak ditemukan pada sampah yang berserakan.
6 Hello Sehat, Jangan Buang Sampah Sembarangan Kalau Tidak Mau Kena
10
Bakteri penyebab disentri juga dapat berpindah ke manusia setelah
melakukan kontak langsung dengan bakteri pada feses (misalnya,
karena tidak mencuci tangan dengan bersih sehabis buang air besar).
Bakteri ini juga dapat menyebar melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi, atau berenang di air yang tercemar. Penyakit ini sangat
menular. Jika tidak segera ditangani, disentri dapat menyebabkan
dehidrasi berat yang mengancam jiwa.
3. Salmonellosis
Salmonellosis adalah penyakit yang timbul akibat infeksi bakteri
Salmonella di dalam perut dan usus. Sebagian besar pasien dengan
infeksi ringan akan sembuh dalam waktu 4-7 hari tanpa pengobatan.
Penularan dapat terjadi ketika orang makan makanan yang
terkontaminasi bakteri (seperti makan di restoran yang sama). Beberapa
orang dengan diare akut dirawat di rumah sakit untuk diinfus dan
memperoleh antibiotik.
Sebagian besar pasien Salmonellosis hidup dalam kondisi
lingkungan yang miskin, berpolusi, dan kebanyakan dekat dengan
lingkungan yang penuh sampah di mana-mana. Oleh karena itu, kualitas
kebersihan makanan dapat meningkatkan risiko makanan beracun dan
infeksi lainnya. Selain itu, Anda juga berisiko tinggi terkena
Salmonellosis jika Anda melakukan kontak dengan orang yang
terinfeksi.
4. Penyakit Pes
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersina pestisia yang
ditularkan oleh tikus dan hewan pengerat lainnya. Umumnya, penyakit
pes tersebar di daerah yang lingkungan padat penduduk dan pastinya
memiliki tingkat kebersihan yang buruk alias sampah tersebar di mana-
mana. Komplikasi penyakit dari tikus ini bisa berujung pada meningitis,
bahkan kematian. Perlu diketahui, bahwa penyakit ini bukan hanya
disebarkan lewat tikus. Hewan seperti kelinci, anjing, kucing berkutu
yang sudah terinfeksi pes bisa menjadi sumber penularan penyakit.
11
Penularan terjadi jika Anda melakukan kontak langsung atau tergigit
oleh hewan tersebut.
5. Demam berdarah
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.
Demam Berdarah Dengue dulu disebut dengan penyakit “break-bone”
karena kadang menyebabkan nyeri sendi dan otot sehingga membuat
tulang terasa retak.
Nyamuk demam berdarah sering berkembang biak di genangan air
pada sampah yang dibuang sembarangan. Maka dari itu, ada baiknya
sampah-sampah tidak dibuang secara sembangan, tetapi dikubur untuk
mencegah terbentuknya sarang nyamuk.
6. Kolera
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae saat Anda
mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi oleh feses orang
yang mengidap penyakit ini. Anda juga bisa terjangkit kolera jika Anda
mencuci bahan makanan dengan air yang terkontaminasi. Gejalanya
termasuk diare, muntah, kram perut, dan sakit kepala.
7. Amoebiasis
Amoebiasis atau diare turis, disebabkan oleh amoeba yang hidup di
air tercemar. Amoeba ini mengakibatkan infeksi pada usus besar dan
hati. Gejala termasuk diare berdarah dan berlendir, bisa ringan atau
sangat parah
12
berperan aktif dalam kegiatan kegiatan kesehatan di masyarakat.7 Penyakit
tersebut diantaranya gangguan saluran pernapasan dan gangguan saluran
pencernaan, penyakit yang ditimbulkan yaitu sesak nafas (asma), ISPA dan
diare serta penyakit gatal gatal pada kulit. Hal ini mungkin terjadi karena
kondisi keruh pada air sumur karena tercemar oleh air lindi atau letak sumur
gali penduduk yang terlalu dekat dengan TPA. Cairan lindi yang dihasilkan
dari tumpukan sampah berpengaruh pada sifat-sifat air bawah tanah seperti
tingginya konsentrasi, total padatan terlarut, tingkat kekerasan, COD,
klorida, sulfat dan nitrat serta mengandung logam berat. Dampak kesehatan
yang ditimbulkan dari lingkungan yang tidak sehat makin bertambah dengan
belum dijalankannya perilaku hidup bersih dan sehat oleh masyarakat.
Karena pengetahuan yang masyarakat tentang penyakit yang timbul, tidak
jarang pula masyarakat beranggapan sebelum gejala penyakit terasa, mereka
merasa sehat-sehat saja sehingga cenderung abai terhadap kebersihan
lingkungan termasuk makanan dan minuman. Oleh karena itu dibutuhkan
upaya yang lebih serius untuk menghilangkan atau meminimalisasi dampak
ini, jika ini terjadi maka harus memperhatikan beberapa hal yaitu ;8
1. Jarak TPA dengan pemukiman minimal 2 Km, hal ini dilakukan karena
jarak terbang lalat mencapai 2 Km, bau yang ditimbulkan oleh sampah
akibat pembusukan yang terbawa angin, debu dan suara bising yang
ditimbulkan sewaktu pembongkaran sampah.
2. Jarak sumber air bersih (mata air, sungai, sumur, danau, dll) minimal 200
meter, hal ini mengingat bahwa hasil dekomposisi sampah dapat meresap
melalui lapisan tanah dan menimbulkan pencemaran terhadap sumber air
didaerah tersebut.
3. Jarak tepi paling dekat terhadap jalan besar/umum minimal 200 meter,
hal ini mengingat alasan estetika.
7
Yuliana, Haswindy, Partisipasi Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Pemukiman,
Volume 15 No 2 (2017)
8 Emilda,* NAP Septiani, RH Pratiwi, Dampak Pengelolaan Sampah Di Tpa Cipayung
Pada Kesehatan Masyarakat, Volume 5 No 2, Januari 2019
13
Gambar 1.8 TPA dengan pemukiman warga
9
Rizqi Putri Mahyudin, Strategi Pengelolaan Sampah Berkelanjutan, 2014
14
meningkat. Peningkatan pengetahuan dan sikap dapat dilakukan dengan
sosialisasi yang berkesinambungan atau penyuluhan mengenai sampah,
dampak/bahaya sampah, dan pengelolaan sampah. Masyarakat hendaknya
dilibatkan dalam pengelolaan sampah. Sebagian besar masyarakat
menginginkan untuk dibuatkan tempat pembuangan sampah legal yang telah
disahkan oleh pemerintah, agar sampah yang dibuang dapat didaur ulang
dan dimanfaatkan kembali sesuai dengan karakteristiknya. Apabila hal
tersebut dapat tercapai maka setidaknya dapat mengurangi pencemaran
lingkungan yang berakibat dapat menimbulkan berbagai macam penyakit
bagi seluruh warga. Untuk itu peraturan yang sudah dipasang yang berkaitan
dengan “Dilarang membuang sampah” sebaiknya dipatuhi dan dijalankan
oleh seluruh warga maupun sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang
bersih, nyaman dan rapi.
Pencegahan dari segi lingkungan yang menimbulkan sebuah penyakit
akibat sampah dapat dihindari dengan mengurangi jumlah sampah.
Berikut merupakan pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat :
1. Hindari pemborosan. Semakin banyak produk rumah tangga yang
Anda beli, semakin banyak pula sampah yang akan ditimbulkan. Maka
itu, beli bahan makanan atau produk rumah tangga secukupnya dan
pilih produk dengan kemasan yang paling simpel.
2. Penggunaan kembali. Untuk mengurangi jumlah sampah, Anda
mungkin bisa menggunakan ulang barang-barang yang sudah tak
terpakai. Misalnya, mengubah kaleng bekas menjadi pot tanaman atau
celengan, atau mengubah baju bekas menjadi lap atau keset.
3. Daur ulang. Gunakan barang-barang bekas yang masih bisa digunakan
dan daur ulang menjadi barang-barang baru yang ekonomis dan
bermanfaat. Misalnya membuat keranjang atau tas dari kumpulan
bungkus kopi, sampah koran menjadi kertas daur ulang, dan
sebagainya.
4. Jadikan pupuk kompos. Ketimbang membakar sampah dan
menyebabkan pencemaran udara, jadikan sisa-sisa bahan makanan dan
daun-daunan menjadi pupuk kompos untuk tanaman Anda.
15
5. Membuang sampah dengan benar. Daripada buru-buru
membakarnya, buanglah sampah di tempat pembuangan akhir. Bahkan,
kini sudah banyak tempat yang memfasilitasi daur ulang plastik rumah
tangga menjadi produk rumah tangga yang lebih bermanfaat.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Apabila sampah tidak terkelola dengan baik oleh masyarakat maka akan
menyebabkan beberapa penyakit pada saluran pernapasan dan gangguan saluran
pencernaan, penyakit yang ditimbulkan antara lain Asma, hepatitis A, Disentri,
DBD dan masih banyak lagi.
Untuk mengatasi hal tersebut perlunya strategi masyarakat dalam
pengelolaan sampah, seperti memanfaatkan sampah organik sebagai pupuk alami
(pupuk kompos), sedangkan untuk sampah yang sulit terurai, setidaknya
masyarakat dapat memilah sampah yang dapat di gunakan kembali seperti botol.
Ataupun masyarakat dapat mengkreasikannya sebagai nilai bahan ekonomis atau
menjadikan kerajinan yang memiliki nilai estetika, seperti ecobrick, serta
menggunakan B3 secukupnya.
3.2. Saran
Setelah sama-sama mengerti tentang bahaya lingkungsn yang tercemar
sampah, sebagai manusia sekaligus mahasiswa hendaknya kita dapat saling
menjaga lingkungan dengan cara Reduce, reuse, recycle.
Penulis berharap nantinya makalah ini dapat menjadi acuan dalam rangka
mengelola lingkungan supaya tidak terpapar penyakit yang diakibatkan sampah,
penulis juga berharap adanya kritik yang membangun jika nantinya terdapat
kesalahan dan kekeliruan pada penulisan makalah ini.
17
DAFTAR PUSTAKA
18