Anda di halaman 1dari 17

Tumbuh Kembang Anak dan Mengkaji Tumbuh Kembang Anak Menggunakan Denver II

1. Definisi

Tumbuh kembang adalah proses yang dinamis dan terus-menerus. Pengertian


pertumbuhan adalah bertambah besarnya sel di seluruh bagian tubuh. Sedangkan pengertian
perkembangan adalah suatu proses pematangan berbagai fungsi organ tubuh
anak.(Rohan&Siyoto:2013)

Tumbuh kembang anak adalah suatu proses yang sifatnya kontinu, yang dimulai sejak di
dalam kandungan hingga dewasa. Di dalam proses perkembangan anak terdapat masa –masa
kritis, dimana pada masa tersebut diperlukan suatu stimulasi yang berfubgsi agar potensi si
anak berkembang. Perkembangan anak akan optimal jika terdapat interaksi social yang sesuai
dengan kebutuhan anak di berbagai tahap perkembangannya.(Adriana:2013)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak


Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai
yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik
faktor yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak
dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang
menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu
diubah (dimodifikasi). Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak tersebut adalah sebagai berikut:
1. Faktor Genetik.
a. Berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik
b. Jenis kelamin
c. Suku bangsa atau bangsa
2. Faktor Lingkungan.
a. Faktor Prenatal
Gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi, infeksi, stress,
imunitas, anoksia embrio.

b. Faktor Postnatal
1. Faktor Lingkungan Biologis
Ras, jenis kelamin, umur, gizi, kepekaan thd penyakit, perawatan kesehatan,
penyakit kronis, dan hormon.
2. Faktor lingkungan fisik
Cuaca, musim, sanitasi,keadaan rumah.
3. Lingkungan social
Stimulasi, Motivasi belajar, Stress, Kelompok sebaya, Ganjaran atau
hukuman yang wajar, Cinta dan kasih sayang.
4. Lingkungan keluarga dan adat istiadat yang lain
Pekerjaan, pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, agama, adat istiadat dan norma-norma.

3. Ciri-ciri dan Prinsip-prinsip Tumbuh Kembang Anak.

Proses tumbuh kembang anak mempunyai beberapa ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-
ciri tersebut adalah sebagai berikut:

1. Perkembangan menimbulkan perubahan.perkembangan terjadi bersamaan dengan


pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya
perkembangan intelegensia pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.

2. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan perkembangan


selanjutnya. Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum ia
melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh,seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum ia bisa berdiri. Seorang anak tidak bakan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan
bagian tubuh lain yang terkait dengan fungsi berdiri anak terhambat. Karena itu
perkembangan awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan
perkembanganselanjutnya.

3. Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda. Sebagaimana


pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-
masing anak.

4. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan. Pada saat pertumbuhan berlangsung


cepat, perkembangan pun demikian, terjadi peningkatan mental, memori, daya
nalar,asosiasi dan lain-lain. Anak sehat bertambah umur, bertambah berat dan tinggi
badannya serta bertambah kepandaiannya.
5. Perkembangan mempunyai pola yang tetap. Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi
menurut dua hukum yang tetap, yaitu:

a. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,kemudian menuju kearah


kaudal/anggota tubuh (pola sefalokaudal)

b. Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang
ke bagian distal seperti jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).

6. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan. Tahap perkembangan seorang anak


mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi tebalik,
misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan dan sebagainya. Proses tumbuh
kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan. Prinsip-prinsip
tersebut adalah sebagai berikut:

a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Kematangan


merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang
ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latiham dan usaha.
Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan
dan potensi yang dimiliki anak.

b. Pola perkembangan dapay diramalkan. Terdapat persamaan pola perkembangan bagi


semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.
Perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik,dan terjadi
berkesinambuingan.

4. Tahapan Tumbuh Kembang


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan
berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan tahap-
tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :

1. Masa Prenatal atau masa intrauterin (masa janin dalam kandungan)


a. Masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8 minggu.
Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu organisme, terjadi
diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk suatu sistem oragan dalam tubuh.
b. Masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini terdiri dari
2 periode yaitu :
1) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II
kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan jasad
manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai berfungsi.
2) Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat dan adanya
perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi transferimunoglobin G(IgG) dari ibu
melalui plasenta. Akumulasi asam lemak esesnsial seri omega 3 (Docosa
Hexanicc Acid) omega 6 (Arachidonic Acid) pada otak dari retina.

2. Masa Bayi : usia 0 – 1 tahun


a. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi
perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan tubuh lainnya.
b. Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf (29 hari – 1
tahun).

3. Masa Prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi perkembangaan
dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan meningkaatnya keterampilan dan
proses berpikir.
4. Masa Sekolah
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,
keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang bermain berkelompok
dengan jenis kelamin yang sama ( usia 6 – 18/20 tahun).
a. Masa pra remaja: usia 6-10 tahun
b. Masa remaja :
1. Masa remaja dini (Wanita: usia 8-13 tahun dan Pria: usia 10-15 tahun
2. Masa remaja lanjut (Wanita: usia 13 –18 tahun dan Pria: usia 15-20 tahun)
5. Gangguan Tumbuh Kembang Anak
Ada banyak sekali jenis gangguan tumbuh kembang pada anak, mulai dari yang
paling ringan hingga yang sangat kompleks. Berikut ini akan dijelaskan beberapa
gangguan tumbuh kembang pada anak beserta cara mengatasinya :
1. Speech Delay (Keterlambatan Kemampuan Bicara)
Speech Delay adalah kegagalan mengembangkan kemampuan berbicara pada anak,
yang diharapkan bisa dicapai pada usianya. Dengan kata lain, perkembangan anak
(dalam hal bicara) tertinggal beberapa bulan dari teman-teman seusianya. Penyebab :
a. Anak-anak yang dicurigai mengalami speech delay seringkali juga mengalami
masalah pendengaran.
b. Adanya keterlambatan perkembangan yang terjadi karena belum
dicapainya tingkat kematangan seperti kematangan organ-organ bicara.
c. Kurang stimulasi atau kurang terpapar dalam lingkungan sosial.
Cara Mengatasi :
a. Bacakan buku atau cerita bergambar sehingga anak dapat menunjuk
atau memberi nama benda-benda yang ia kenal.
b. Gunakan bahasa yang sederhana ketika berbicara pada anak.
c. Mengoreksi ucapan yang salah dari anak. Misalnya ketika anak
mengatakan “Atit” saat mengutarakan rasa sakit, orang tua segera
membenarkanya dengan mengucapkan “Oh, sakit ya”. Usahakan untuk selalu
mengulang kata-kata yang diucapkan anak pada kita.
d. Berikan pujian pada anak ketika anak berbicara benar.
e. Jangan abaikan anak dan selalu berikan respon terhadap apa yang dikatakan
anak.
f. Jangan memaksa anak untuk berbicara karena hal ini hanya akan membuat anak
menjadi semakin tertekan.
g. Berkonsultasi kepada tenaga ahli
2. Keterlambatan Kemampuan Berjalan
Rentang kemampuan anak bisa berjalan tanpa bantuan berada dalam usia 8 bulan
sampai dengan 18 bulan. Bila anak berumur lebih dari 18 bulan belum bisa berjalan,
baru dikategorikan ‘delay’ atau terlambat, sehingga diperlukan intervensi. Jadi, anak
usia 15 bulan yang belum bisa berjalan, dinyatakan “belum siap”, bukan dianggap
terlambat, karena rentang toleransinya cukup panjang. Namun jangan menganggap
remeh dengan kondisi tersebut. Lebih baik Anda melakukan deteksi awal mengenai
“keterlambatan” tersebut supaya bisa diantisipasi dan dicari jalan keluarnya.
Penyebab:
a. Kondisi kesehatan anak yang kurang mendukung. Keterlambatan anak
mulai berjalan bisa disebabkan oleh gangguan neurologis, gizi buruk, maupun
penyakit seperti : riwayat kekurangan oksigen saat lahir, penyakit-penyakit
perinatal yang berat (sepsis, kerinikterus, meningitis), bayi lahir dengan berat
sangat rendah, bayi prematur, cerebal palsy, pasca kejang lama, penyakit jantung
bawaan, dan lain sebagainya.
b. Faktor keturunan. Beberapa kasus menunjukkan orangtua yang
mempunyai riwayat terlambat berjalan akan menurun kepada anaknya.
c. Bentuk dan berat badan anak. Anak dengan kaki yang pendek biasanya lebih
cepat berjalan daripada yang berkaki panjang. Semakin panjang kaki
anak, biasanya jadi lebih sulit menyeimbangkan badan.
d. Pengalaman buruk waktu belajar berjalan. Kecelakaan yang mungkin terjadi saat
belajar berjalan seperti tersandung hingga membentur meja bahkan berdarah, bisa
mengakibatkan anak trauma dan malas berlatih lagi. Terlebih lagi jika ditambah
dengan respon orangtua yang terlalu mengkhawatirkannya.
e. Bayi yang tidak dikelilingi anak-anak lain. Hal ini biasanya mengakibatkan anak
jadi lebih lambat berjalan karena tidak ada yang memberinya contoh (meski tidak
selalu).
f. Orangtua maupun lingkungan yang overprotective. Rasa sayang yang berlebihan
dengan melarang anak untuk melakukan kegiatan yang “menantang”
karena khawatir jatuh atau terpeleset, membuat anak kehilangan kepercayaan diri
untuk mulai berjalan. Kebiasaan terlalu sering digendong dan pemakaian baby
walker yang berlebihan juga dapat membuat anak malas belajar jalan.
Cara Mengatasi :
a. Menatih dengan penuh kesabaran. Masa menatih (titah, bahasa Jawa) merupakan
masa yang membutuhkan tenaga dan kesabaran ekstra. Karena tangan kita harus
mendampingi kemanapun si kecil bergerak. Pada awalnya kita menggunakan
dua tangan untuk menatih, namun dengan bertahap kita lepas satu
tangan, hingga akhirnya kita lepas dia berjalan tanpa bantuan kita.
b. Gunakan berbagai alat sebagai bantuan. Kursi plastik yang kokoh, meja kecil
yang ringan, maupun galon air mineral yang tidak terisi penuh bisa menjadi alat
yang menarik untuk didorong-dorong anak.
c. Pastikan lingkungan di sekitar anak cukup aman. Hal ini bertujuan
untuk meminimalisir terjadinya kecelakaan. Seperti menyingkirkan benda-benda
yang mudah diraih dan mudah pecah.
d. Lakukan dengan kegembiraan. Ambillah jarak dari si kecil dengan memegang
mainan atau benda yang menarik perhatiannya. Mintalah anak untuk
mengambilnya dan berikan pelukan hangat saat dia berhasil
menjangkaunya. Perlebar jarak untuk meningkatkan kemampuannya.
e. Hindari baby walker. Faktor praktis dan bisa ditinggal mengerjakan
hal lain seringkali membuat orangtua berlebihan dalam memanfaatkan
baby walker. Padahal, hal seperti itu bisa menyebabkan anak jadi malas
berjalan ketika dilepas tanpa baby walker. Penggunaan baby walker tetap
harus dengan pengawasan karena terbukti pada beberapa kasus dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan seperti tergelincir di tangga, kamar mandi,
maupun kolam renang.
f. Terus berikan semangat pada anak. Belajar berjalan merupakan kombinasi dari
latihan kemandirian, kepercayaan diri, pantang menyerah, dan kesabaran.
g. Konsultasikan dengan dokter ahli jika anak tidak juga menunjukkan kemajuan
dalam kemampuan berjalan meskipun sudah dilakukan stimulasi yang memadai.
3. Autisme
Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang
berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik
pada dunianya sendiri. Autisme merupakan gangguan perkembangan yang kompleks
yang umumnya muncul sebelum usia tiga tahun sebagai hasil dari gangguan neurologis
yang mempengaruhi fungsi normal otak. Gangguan ini mempengaruhi perkembangan
dalam area interaksi sosial dan keterampilan komunikasi. Anak penyandang autis
umumnya menunjukan kesulitan dalam komunikasi verbal dan nonverbal, interaksi
sosial, dan kegiatan bersosialisasi (misalnya bermain bersama). Mereka juga
menunjukan pola-pola tingkah laku yang terbatas, berupa pengulangan dan
stereotip (meniru). Seorang penderita autis mempunyai beberapa kesulitan yaitu
dalam hal makna, komunikasi, interaksi sosial, dan masalah imajinasi.
Hal ini menyebabkan penderita autis menemui banyak kesulitan dalam kehidupannya
sehari-hari. Anak autis bisa sangat tertarik pada sesuatu dan kemudian asyik sendiri pada
dunianya. Akibatnya, anak autis cenderung menarik diri dari lingkungan
sekitarnya. Penyebab :
Permasalahan pada awal perkembangan seorang anak. Anak penyandang autis
mengalami masalah kesehatan yang lebih banyak selama masa kehamilan, pada saat
dilahirkan, dan segera setelah dilahirkan, daripada anak yang bukan penyandang autis.
Pengaruh genetik. Adanya gangguan gen dan kromosom yang ditemukan pada studi
terhadap keluarga dengan anak kembar menunjukan peran yang besar dari
factor genetik sebagai penyebab dari autis. Abnormalitas otak. Meskipun tidak diketahui
tanda-tanda biologis untuk autis, penelitian yang dilakukan oleh sejumlah ahli
menunjukan bahwa gambaran otak anak penyandang autis berbeda dengan gambaran otak
anak normal.
Cara Mengenali Gejala :
Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengetahui gejala autis, salah
satunya dengan metode yang dinamakan M-CHAT (Modified Checklist for
Autism in Toddlers). Orang tua harus mengamati 6 pertanyaan penting berikut :

a. Apakah anak Anda tertarik pada anak-anak lain?


b. Apakah anak Anda dapat menunjuk untuk memberitahu
ketertarikannya pada sesuatu?
c. Apakah anak Anda pernah membawa suatu benda untuk
diperlihatkan pada orangtua?
d. Apakah anak Anda dapat meniru tingkah laku anda?
e. Apakah anak Anda berespon bila dipanggil namanya?
f. Bila Anda menunjuk mainan dari jarak jauh, apakah anak anda akan melihat
ke arah mainan tersebut?
Bila jawaban anda TIDAK pada 2 pertanyaan atau lebih, maka
sebaiknya berkonsultasi dengan profesional yang ahli dalam perkembangan anak dan
mendalami bidang autisme. Karakteristik dari penyandang autis banyak sekali
ragamnya (sepektrumnya sangat luas) sehingga cara diagnosa yang paling ideal adalah
dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli
pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang autis. Diagnosis yang paling baik adalah
dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku
dan tingkat perkembangannya. Orang tua harus peka dengan perkembangan anak sejak
lahir, dan melaporkan kepada dokter untuk setiap keterlambatan dan gangguan
dalam perkembangan perilakuknya.
Cara Mengatasi :
a. Modifikasi perilaku dengan bantuan tenaga profesional. Misalnya
dengan pendekatan ABA (Applied Behavioral Analysis) untuk menguasai
keterampilan yang diperlukan dalam lingkungan, terapi integrasi sensori
untuk menghadapi stimulasi sensori, dan metode pendekatan yang
hangat dan akrab untuk membangun hubungan dengan anak sebagai
individu dan untuk membantu memperbaiki proses perkembangan anak
melalui bahasa tubuh, kata-kata, serta media bermain
b. Sarana pendukung dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan orang tua diluar
waktu-waktu terapi. Contohnya seperti :
c. Pendukung visual agar anak lebih mudah berkomunikasi, mengutarakan
keinginan, dan membantu anak memahami kehidupan. Selain itu,
dengan menunjukkan objek secara nyata pada anak juga dapat
membantu anak mengembangkan pemahaman tentang waktu dan
pentingnya menghargai lingkungan.
d. Berenang, berkuda, naik sepeda, sepatu roda, atau naik turun tangga. Kegiatan-
kegiatan tersebut sejalan dengan prinsip terapi integrasi sensori.
e. Berinteraksi dengan anak dalam situasi bermain yang melibatkan sentuhan dan
kontak mata yang memadai.
f. Terapi wicara (dibantu dokter dan terapis).

Pengkajian Tumbuh Kembang Anak (Denver II)

A. Pendahuluan
Denver II merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk skrining
perkembangan anak, alat ini bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin
penyimpangan yang terjadi pada anak sejak lahir hingga berusia 6 tahun. Peningkatan
kematangan individu dapat dilihat dari perkembangan anak sehingga perkembangan
setiap anak harus dipantau secara berkala. Bayi atau anak dengan risiko tinggi perlu
mendapatkan prioritas dalam skrining tumbuh kembang. Contoh dari bayi atau anak
dengan risiko tinggi adalah bayi prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, ibu
dengan diabetes melitus, memiliki riwayat asfiksia, hiperbilirubinemia dll.

B. Persiapan
1. Usahakan test perkembangan dilakukan pada tempat yang tenang / tidak bising, dan
bersih.
2. Sediakan meja tulis dengan kursinya dan matras.
3. Formulir Denver.
a. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak umur < 6 tahun, berisi 125
gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring
fungsi.
b. Skala umur tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari umur dalam
bulan dan tahun, sejak lahir sampai berusia 6 tahun.
c. Setiap ruang antara tanda umur mewakili 1 bulan, sampai anak berumur 24
bulan. Kemudian mewakili 3 bulan, sampai anak berusia 6 tahun.
d. Pada setiap tugas perkembangan yang berjumlah 125, terdapat batas
kemampuan perkembangan yaitu 25%, 50% dan 90% dari populasi anak lulus
pada tugas perkembangan tersebut. 25% 50% 75% 90%
e. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan angka pada ujung kotak
sebelah kiri, contohnya R singakatan dari report, artinya tugas perkembangan
tersebut dapat lulus berdasarkan laporan dari orang tua / pengasuh anak, tetapi
apabila memungkinkan maka penilai dapat memperhatikan apa yang biasa
dilakukan oleh anak.
f. Angka kecil menunjukkan tugas yang harus dikerjakan sesuai dengan nomor
yang ada pada formulir.
4. Mengkaji kegiatan anak yang meliputi 4 sektor yang dinilai.
5. Dekat dengan anak.
6. Menjelaskan pada orang tua bahwa DDST bukan test IQ.
7. Lingkungan diatur supaya anak merasa nyaman dan aman selama dilakukan test.
8. Siapkan alat yaitu berupa maianan anak yang akan dikaji.
C. Formulir Denver II
Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia kurang dari 6 tahun berisi
125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi
tersebut. Bidang aspek yang dinilai antara lain:
1. Personal sosial : Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatia
terhadap kebutuhan perorangan.
2. Motorik halus : Koordinasi mata, tangan, memainkan atau menggunakan
benda-benda kecil.
3. Motorik kasar : Duduk, jalan, melompat dan gerakan umum otot besar.
4. Bahasa : Mendengar, mengerti dan menggunakan bahasa.
Skala usia tertera pada bagian atas formulir yang terbagi dari usia dalam bulan
dan tahun sejak lahir hingga usia 6 tahun. Setiap ruangan (garis 1 dengan garis
lain) antara tanda usia mewakili 1 bulan sampai anak berusia 24 bulan,
kemudian mewakili 3 bulan sampai anak usia berusia 6 tahun.
Pada setiap tugas perkembangan yang beejumlah 125 terdapat batas kemampuan
perkembangan yaitu 25%, 50%, 90% dari populasi anak lulus pada tugas
perkembangan tersebut. Pada beberapa tugas perkembangan terdapat huruf dan
angka pada ujung kotak sebelah kiri.
D. Data Pribadi Anak Kajian Denver II

Nama :

Jenis kelamin :

Tanggal lahir :

Pendidikan :

Alamat :

E. Prosedur Pelaksanaan

Berikut ini adalah beberapa prosedur pelaksaan test denver II:

1. Sapa orang tua atau pengasuh dan anak dengan ramah.


2. Jelaskan bahwa tujuan dilakukan test perkembangan (DDST) dan jelaskan
pula bahwa test ini bukan untuk mengetahui IQ anak.
3. Buat komunikasi yang baik denggan anak, ambil perhatiannya.
4. Hitung usia anak dan buat garis usia
a. Catat nama anak.
b. Catat tanggal lahir
c. Catat tanggal pemeriksaan.
d. Usia anak dapat dihitung dengan cara tanggal pemeriksaan dikurangi
tanggal lahir
1 tahun = 12 bulan
1 bulan = 30 hari
1 minggu = 7 hari
Umur anak yaitu:
Tanggal Pemeriksaan :

Tanggal Lahir :

Tahun Bulan Hari

(Tanggal pemeriksaan)

(Tanggal Lahir)

(Usia Anak)

5.Tarik garis usia dari atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung
atas garis usia.
6 Lakukan test tugas perkembangan untuk tiap sektor, tugas perkembangan dimulai dari
sektor yang paling mudah di kerjakan dan dimulai dengan tugas perkembangan yang
terletak di sebelah kiri garis usia, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis usia.

a. Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 tugas perkembangan yaitu yang paling

dekat di sebelah kiri garis usia serta tiap tugas perkembangan yang ditembus

garis usia.

b. Bila anak tidak mempu melakukan salah satu uji coba pada langkah di atas (baik

karena gagal, menolak, tidak ada kesempatan) maka lakukan uji coba tambahan

ke sebelah kiri garis usia pada sektor yang sama sampai anak dapat “lulus” 3

tugas perkembanan..

c. Bila anak mampu melakukan salah satu tugas perkembangan pada langkah
pertama, lakukan tugas perkembangan tambahan ke sebelah kanan garis usiapada
sektor yang sama sampai anak “gagal” pada 3 tugas perkembangan.

7. Beri skor penilaian


Skor dari tiap uji coba ditulis pada kotak segi empat

a. P (Pass/Lulus)

Anak melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberi laporan

bahwa anak sudah dapat melakukannya.

b. F (Fail/Gagal)

Anak tidak dapat melakukan uji coba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak

memberi laporan bahwa anak tidak mampu melakukannya dengan baik.

c. R (Refuse/Menolak)
Anak menolak untuk melakukan uji coba
d. D (Delay)
Gagal menampilkan item yang seharusnya dilalui oleh 90% anak pada usia yang sama
atau item dimana anak gagal menyempurnakan bagian kiri garis usia.
e. No (No Opportunity)
Anak tidak memiliki kesempatan untuk melakukan uji coba karena ada hambatan (cacat,
sakit dll). Skor ini hanya boleh dipakai pada uji coba tengah ganda.
F.Penutupan

1. Beri pujian pada orang tua atau pengasuh atas tindakannya membawa anak untuk
dilakukan test perkembangan.
2. Beri penjelasan mengenai hasil test perkembangan, kapan harus kembali, anjuran
untuk dilakukan di rumah dan apabila ada anjuran untuk tindak lanjut.

3. Ucapkan terima kasih atas kunjungan orang tua atau pengasuh.


G.Kesimpulan Pengkajian Denver II Tumbuh Kembang

H. Saran Kepada Orang Tua

Saran kepada orang tua anak yaitu diharapkan untuk terus melatih dan
membimbing anak untuk terus mengembangkan bakat yang mereka miliki. Dukung
anak terus untuk melakukan semua hal yang dia ingin untuk dilakukan asalkan semua
itu masih dalam rentang normal untuk perkembangan anak yang baik ke depannya.

DAFTAR PUSTAKA

 https://www.academia.edu/9729519/LAPORAN_PENDAHULUAN_TUMBUH_KEMB
ANG_ANAK_USIA_SEKOLAH
 https://edoc.site/laporan-pendahuluan-tumbuh-kembang-anak-pdf-free.html

 https://www.scribd.com/doc/313964092/Laporan-Pendahuluan-Tumbuh-Kembang-Anak

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai