KOTA JAYAPURA
Dahlan 1
1
Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan & Ilmu Kelautan Uniyap
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah Mengkaji potensi daerah sensitif rawan bencana baik
lingkungan laut maupun kawasan pesisir di Kota Jayapura, menyusun konsep mitigasi
bencana lingkungan laut dan pesisir di kawasan Kota Jayapura. Kajian Mitigasi Bencana
Lingkungan Laut dan Pesisir ini akan dilkakukan di Kawasan Kota Jayapura Provinsi
papua yang meliputi persiapan dan koordinasi, pengumpulan data, analisis data,
pembuatan peta peta daerah rawan bencana dan peta resiko bencana pesisir, penyusunan
konsep mitigasi bencana alam di lingkungan laut dan pesisir. Berdasarkan hasil survey
lapangan dan Citra Satelit Landsat 7 ETM+, beberapa daerah yang diidentifikasi sebagai
daerah rawan/potensi bencana abrasi pantai adalah Pantai Base-G (Kelurahan Tanjung
Ria, Distrik Jayapura Utara), Ujung utara dan selatan Pantai Hamadi (Kelurahan Hamadi,
Distrik Jayapura Selatan), Pantai Enggros (Tanjung Ceweri), Pantai Holtekamp
(Kelurahan Pantai Holt, Distrik Muara Tami), dan Pantai Skouw (Kampung Skouw Mabo
dan Kampung Skouw Sae). Dari lima kawasan pantai tersebut, yang paling rentan terjadi
abrasi adalah di kawasan Skouw. Bahkan dari survey lapangan dari studi sebelumnya ada
pemukiman di Skouw yang sudah 5 kali direlokasi karena pantainya mengalami abrasi.
Kuburan Hamadi yang terletak di ujung Selatan Pantai Hamadi juga merupakan salah
satu titik abrasi terparah. Seperti halnya Pantai Base-G, pantai Hamadi merupakan pantai
yang posisinya relatif terbuka terhadap gelombang gelombang yang datang dari timur dan
timur laut. Meskipun topografi dasarnya tidak seterjal dengan pantai Base-G, Pantai
Hamadi juga memiliki topografi yang relatif terjal sehingga memungkinkan gelombang
utuh yang datang dari laut dapat mencapai pantai (Gambar IV.5). Berdasarkan
karakteristik dasarnya yang relatif curam maka Pantai Hamadi juga bisa dikategorikan
sebagai Reflective beaches dimana pantai ini memiliki dasar yang curam (slope) dan
jumlah energi gelombang yang signifikan dipantulkan kembali ke laut, biasanya tidak
memiliki sand bars. Karena topografi dasar yang curam hanya sedikit gelombang yang
melemah (terdisipasi) pada saat melintasi zona dekat pantai menuju ke garis pantai.
PENDAHULUAN
14
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............
tsunami. Bukit ini bisa dibuat dari tempat yang membutuhkan. Lahan
urungan tanah dengan sistem hasil timbunan ini kemudian bisa
terasering sehingga dapat diakses ditanami mangrove sehingga dapat
dari berbagai arah. Tinggi shelter dan mencegah air laut merengsek ke
bukit buatan itu disesuaikan darat. Cara ini cocok untuk
berdasarkan tinggi maksimum antisipasi kenaikan muka air laut di
kemungkinan tsunami menjangkau kampung Enggros dan kampung
lokasi tersebut. Selain itu, bukit Buton (Distrik Abepura).
buatan dan shelter itu diusahakan Kedua, pola adaptif, yakni
bisa ditempuh oleh warga kurang menyesuaikan pengelolaan pesisir
dari 15 menit. dan pulau-pulau kecil terhadap
kenaikan muka air laut. Salah satu
Kenaikan Muka Air Laut contohnyas adalah penggunaan
konstruksi bangunan yang
Penanggulangan bencana
beradaptasi pada kenaikan muka air
pesisir dan pulau-pulau kecil akibat
laut. Rumah-rumah model di tepi
kenaikan permukaan air laut dapat
pantai dibuat model panggung agar
ditempuh dengan tiga alternatif.
aman dari genangan air laut,
Pertama, pola protektif yaitu
terutama pada waktu air laut pasang
dengan membuat bangunan
seperti model rumah panggung di
pelindung pantai yang mampu
pemukiman di Pantai Vietnam ,
mencegah air laut agar tidak
Pantai Dock, Kampung Pulau Kayu
merengsek ke darat. Pola tersebut
Pulo, Kampung Kapere, dan Pantai
bertujuan melindungi pemukiman,
Hamadi Borero (TPI). Sedangkan
industri wisata, jalan raya, daerah
bagi daerah pertanian yang tergenang
pertanian, dan lain-lain dari
air laut akibat kenaikan muka air laut
genangan air laut. Pola ini memang
dapat diubah peruntukannya menjadi
memerlukan biaya yang cukup
lahan budidaya perikanan.
mahal. Namun demikian pola ini
Ketiga, pola mundur (retreat)
ccok diterapkan untuk melindungi
yang bertujuan menghindari
sarana-prasarana di kawasan pesisir
genangan dengan cara merelokasi
dan pulau-pulau kecil yang difatnya
(memindahkan) pemukiman,
vital dan strategis seperti fasilitas di
industri, daerah pertanian, dan lain-
sekitar pelabuhan, kantor dan hotel di
lian ke arah darat agar tidak
pusat Kota Jayapura (Kantor
terjangkau air laut akibat kenaikan
Gubernur Provinci Papua, Bank
permukaan air laut.
Papua, Swiss-bell Hotel, dan lain-
lain).
Pola protektif lain yang dapat Tanah Longsor
ditempuh adalah dengan melakukan Kegiatan struktur/fisik dan
restorasi melalui peremajaan pantai non fisik untuk mitigasi terhadap
dan rehabilitasi mangrove (vegetasi jenis bencana tanah longsor dapat
pantai). Cara restorasi dengan meliputi:
peremajaan pantai (beach a) Pemetaaan dan analisis tingkat
nourishmat) merupakan alternatif kerentanan gerakan tanah
yang sudah cukup lama dikenal. dengan skala peta sesuai
Proses ini meliputi pengambilan RTRW Kota Jayapura
material dari tempat yang tidak b) Perkuatan lereng. Di bagian
membahayakan dan diisikan ke lereng atas lokasi bencana
24
Dahlan, Analisis Mitigasi Bencana Lingkungan Laut .............
26