Laporan Praktikum

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 34

Laporan Praktikum

Kimia Dasar I

IKATAN KIMIA

YOLANDA GABRIELLA MADAUN

H031191045

KELOMPOK IV

LABORATORIUM KIMIA DASAR


DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
LAPORAN PRAKTIKUM

IKATAN KIMIA

Disusun dan diajukan oleh:

YOLANDA GABRIELLA MADAUN


H031 19 1045

Laporan praktikum telah diperiksa dan disetujui oleh:

Makassar, 16 Oktober 2019

Asisten, Praktikan,

IZZAH MAURYZA YOLANDA GABRIELLA MADAUN


NIM:H311 16 009 NIM:H031 19 1045
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dasar atau fondasi kimia merupakan atom. Namun, kimia tidak hanya

mempelajari tentang atom saja. Kimia pertama kali muncul ketika dua atom

membentuk molekul. Proses yang menjelaskan bagaimana karakter hubungan

atom dengan atom adalah pembentukan ikatan kimia (Takeuchi, 2006).

Pada umumnya, di alam atom-atom bergerak bebas dan berada dalam

bentuk senyawa lewat ikatan kimia. Atom-atom terikat ini memberikan dampak

bagi terhadap sifat sifat fisika dan kimia. Misalnya, grafit memiliki sifat lunak dan

dapat menghantarkan arus listrik, dan intan yang merupakan material keras dan

mengkilap (Sunarya, 2010).

Suatu senyawa kompleks akan terbentuk antara kation logam dengan

beberapa molekul netral atau ion donor elektron. Kation tersebut berfungsi

sebagai ion pusat sedangkan molekul netral atau ion donor elektron berfungsi

sebagai gugus pengeliling atau sering disebut ligan. Ikatan yang terbentuk adalah

ikatan kovalen koordinasi, yang terjadi karean pendonoran pasangan elektron dari

ligan kedalam orbital kosong ion pusat (Hermawati dkk., 2016).

Dalam memahami ikatan kimia ini, perlu dilakukan sebuah praktikum agar

semua teori yang berkaitan dapat dibuktikan keberadaannya. Untuk melengkapi

praktikum yang sudah dilaksanakan maka disusunlah laporan ini. Sehingga dapat

diketahui bahwa senyawa dapat membentuk ikatan elektrokovalen dan ikatan

kovalen, serta dapat diketahui juga bahwa kation bersama dengan ligannya dapat

membentuk suatu senyawa kompleks.


1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan

1.2.1 Maksud Percobaan

Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan

memahami senyawa yang berikatan elektrokovalen dan yang berikatan kovalen,

serta dapat mengetahui dan memahami reaksi pembentukan kompleks dan bukan

kompleks.

1.2.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah:

1. membedakan senyawa yang mempunyai ikatan elektrovalen dan ikatan

kovalen.

2. membedakan reaksi pembentukan kompleks dan bukan kompleks.

1.3. Prinsip Percobaan

Adapun prinsip percobaan yaitu pengamatan pada perbedaan antara ikatan

ion dan ikatan kovalen dengan mengamati endapan yang dihasilkan ketika

mereaksikan NaCl, C2H5OH, dan Ccl3 dengan AgNO3, mereaksikan HCl,

CH3COOH dan C2H5OH dengan Metil Orange (MO), dan pengamatan pada

perbedaan senyawa kompleks dan bukan kompleks dari perubahan warna yang

dihasilkan ketika mereaksikan FeCl3 dan K3Fe(CN)6 dengan KCNS.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kapan saja dua atom atau ion sangat terikat, dapat dikatakan ada ikatan

kimia di antara atom atau ion tersebut. Ada tiga jenis umum ikatan kimia: ionik,

kovalen, dan logam. Contoh sederhana dari ikatan kimia dapat dilihat ketika

menambahkan garam dapur ke dalam segelas air. Garam dapur adalah natrium

klorida (NaCl) yang terdiri dari ion natrium, dan ion klorida. Struktur ini

disatukan oleh ikatan ion, yang disebabkan oleh adanya daya tarik antara ion

bermuatan berlawanan. Air terdiri dari molekul H2O. Dimana atom-atom

pembentuknya yaitu atom hidrogen dan oksigen terikat satu sama lain melalui

ikatan kovalen, karena terjadi pembagian elektron antar atom. Sendok terdiri dari

logam besi, di mana atom Fe terhubung satu sama lain melalui ikatan logam, yang

dibentuk oleh elektron yang relatif bebas bergerak melalui logam

(Brown dkk., 2012).

Unsur-unsur gas mulia, hampir tidak membentuk ikatan dengan atom lain

dan karena kereaktifannya kurang , maka gas mulia sering disebut sebagai gas

inert. Kecuali helium yang memiliki 2 elektron (duplet), semua gas mulia

memiliki 8 elektron (oktet) pada kulit terluarnya. Susunan yang demikian menurut

Kossel dan Lewis sangat stabil, sehingga atom-atom gas mulia tidak menerima

elektron ataupun melepaskan elektron terluarnya. Hal inilah yang menyebabkan

mengapa gas mulia sangat stabil (Sugiarto, 2004).

Maka dari itu, atom-atom lain berusaha memiliki konfigurasi elektron

seperti gas mulia karena gas mulia stabil. Hal ini bisa terjadi jika atom-atom yang
tidak stabil tersebut membentuk ikatan kimia antar atom yang satu dengan atom

lainnya. Adapun cara atom-atom mencapai konfigurasi gas mulia (oktet atau

duplet) yaitu sebagai berikut (Sugiarto, 2004) :

a) Melepaskan elektron terluarnya sehingga membentuk ion positif (kation).

b) Menerima tambahan elektron dari atom lain sehingga membentuk ion negatif

(anion)

c) Penggunaan bersama pasangan elektron berikatan (membentuk ikatan

kovalen).

Ikatan ion adalah gaya elektrostatik yang menyatukan ion-ion dalam

senyawa ion. Misalnya, reaksi antara litium dan fluorin untuk membentuk litium

fluorida. Konfigurasi elektron litium adalah 1s2 2s1, dan fluorin adalah 1s2 2s2 2p5.

Ketika atom litium dan florin bereaksi, elektron valensi 2s1 litium ditransfer ke

atom florin. Hal inilah yang dinamakan ikatan ion, yaitu ketika terjadi sumbang

menyumbang elektron antara atom yang kelebihan elektron kepada atom yang

kekurangan elektron (Chang, 2010).

Sebagian besar zat kimia tidak memiliki karakteristik bahan ionik.

Sebagian besar zat yang digunakan untuk kehiupan sehari-hari, seperti air yang

cenderung berupa gas, cairan, atau padatan dengan titik leleh yang rendah.

Banyak bahan, seperti bensin yang mudah menguap. Banyak bahan lentur dalam

bentuk padat misalnya, kantong plastik dan parafin. Untuk kelas zat yang sangat

besar yang tidak berperilaku seperti zat ionik, G. N. Lewis mengemukakan alasan

bahwa atom dapat memperoleh konfigurasi elektron gas mulia dengan berbagi

elektron dengan atom lain. Ikatan kimia yang terbentuk dengan berbagi sepasang

elektron adalah ikatan kovalen (Brown dkk., 2012).


Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari atom pusat dan

ligan. Atom pusat bisa berupa logam transisi, alkali atau alkali tanah. Ion atau

molekul netral yang memiliki atom - atom donor yang dikoordinasikan dengan

atom pusat disebut dengan ligan. Senyawa kompleks terbentuk akibat terjadinya

ikatan kovalen koordinasi antara ion logam atom pusat dengan suatu ligan

(Lestari dkk., 2014).

Tidak semua ikatan kovalen yang terjadi, elektron-elektronnya diperoleh

dari sumbangan atom-atom yang membentuk ikatan. Beberapa molekul ada yang

pasangan elektronnya berasal dari salah satu atom saja, sedang atom lainnya

menggunakan pasangan elektron itu untuk berikatan. Molekul NH 3 mempunyai

satu pasang elektron yang belum digunakan bersama, sedang ion H + dapat

menerima satu pasang elektron untuk menjadi lebih stabil karena mempunyai

konfigurasi elektron helium. Oleh karena itu pasangan elektron tersebut dapat

digunakan bersama oleh molekul NH3 dan ion H+ sehingga terbentuk ion

amonium, NH4+. Ikatan antara NH3 dengan ion H+ ini juga merupakan ikatan

kovalen yang diberi nama ikatan kovalen koordinasi (Sugiarto, 2004).

Senyawa kompleks dapat digunakan dalam analisis kualitatif sebagai

pengembangan prosedur analisis logam berat. Logam-logam tersebut contohnya

logam kadmium dapat diubah menjadi suatu senyawa kompleks dan diikuti

ekstraksi dalam pelarut organik yang sesuai, sehingga konsentrasi logam dapat

dianalisis secara spektrofotometri. Sebagai contoh, campuran ion logam

bervalensi dua, tiga, dan empat dipisahkan melalui pembentukan senyawa

kompleks dengan kupferon, kompleks kupferon dari logam bervalensi dua dapat

diekstraksi dengan pelarut organik (Lestari dkk., 2014).


BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, pipet tetes

dan rak tabung rekasi.

3.2 Bahan Percobaan

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah AgNO3 (Perak Nitrat),

NaCl (Natrium Klorida), C2H5OH (Etanol), CHCl3 (Kloroform), MO (Metil

Orange), CuSO4 (Tembaga (II) Sulfat), BaCl2 (Barium Klorida), K4Fe(CN)6

(Kalium Ferosianida), NH4OH (Amonia), K3 Fe(CN)6 (Kalium Ferisianida), dan

KCNS (Kalium Tiosianat).

3.3 Prosedur Percobaan

3.3.1 Pengendapan Garam Nitrat (AgNO3)

Disiapkan tiga tabung rekasi. Masing-masing tabung reaksi diisi dengan

1 mL AgNO3. Tabung pertama ditetesi 3 tetes NaCl, tabung kedua ditetesi tiga

tetes etanol (C2H5OH), dan tabung ketiga ditetesi tiga tetes CHCl3. Kemudian

dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.2 Reaksi dengan Metil Orange (MO)

Disiapakan tiga buah tabung reaksi. Tabung satu diisi dengan 2,5mL HCl,

tabung dua diisi dengan 2,5mL CH3COOH, dan tabung ketiga diisi dengan 2,5mL

C2H5OH. Kemudian, masing-masing tabung reaksi ditetesi dengan indikator MO

(Metil Orange) dan dicatat perubahan yang terjadi.


3.3.3 Pengendapan Garam Hidroksida (CuSO4)

Disiapkan tiga tabung reaksi yang diisi dengan 1mL CuSO4. Dua dari

antara tiga tabung ditetesi dengan larutan amonia. Tabung pertama ditetesi amonia

berlebih, tabung kedua ditetesi dengan sedikit amonia, dan tabung ketiga tidak

ditetesi amonia. Kemudian, masing-masing direaksikan dengan BaCl2 dan

K4Fe(CN)6. Lalu, dicatat perubahan yang terjadi.

3.3.4 Reaksi dengan KCNS

Disiapkan dua buah tabunng reaksi. Tabung pertama diisi dengan 1 mL

FeCl3 dan tabung kedua diisi dengan 1mL K3 Fe(CN)6. Kemudian, ke dalam

masing-masing tabung ditetesi 3 tetes KCNS. Lalu dicatat perubahan yang terjadi.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Setelah melakukan praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa:

1. senyawa yang memiliki ikatan ion dan ikatan kovalen dapat dibedakan pada

saat dilarutkan dalam pelarutnya. Ikatan ion memiliki endapan ketika

dilarutkan dalam pelarutnya sedangkan kovalen tidak terbentuk endapan.

Dalam pengendapan garam nitrat, senyawa yang memiliki ikatan ion, yakni

NaCl dengan terbentuknya endapan putih dan senyawa yang memiliki ikatan

kovalen, yakni C2H5OH dan CHCl3 dengan tidak terbentuknya endapan.

Dalam reaksi dengan Metil Orange berdasarkan perubahan warna yang

dihasilkan, yang menunjukkan asam kuat yakni senyawa HCl dengan

perubahan warna menjadi merah tua dan termasuk asam lemah, yakni

CH3COOH dan CH3CH2OH, masing masing dengan perubahan warna

menjadi merah dan orange.

2. senyawa kompleks dan bukan kompleks juga dapat dibedakan pada saat

dilarutkan dalam pelarutnya. Pada pengendapan garam hidroksida senyawa

yang termasuk senyawa kompleks, yakni CuSO4 yang ditambahkan dengan

NH4OH dengan perubahan warna menjadi merah coklat ketika penambahan

pereaksi K4Fe(CN)6 dan terbentuk endapan putih larutan biru ketika

penambahan BaCl2 dan senyawa yang bukan kompleks yakni CuSO4 tanpa

penambahan NH4OH dengan tidak adanya endapan ketika penambahan

pereaksi K4Fe(CN)6 dan BaCl2. Dalam reaksi dengan KCNS, yang termasuk
dalam senyawa kompleks, yakni FeCl3 dengan perubahan warna menjadi

merah darah dan senyawa yang bukan kompleks yakni K3 Fe(CN)6 dengan

tidak adanya perubahan warna (tetap kuning).

5.2 Saran

5.2.1 Saran untuk Laboratorium

Diharapkan dalam percobaan selanjutnya, fasislitas laboratorium dapat

dilengkapi sehingga praktikum dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan

buku panduan praktikum yang telah dirancang sebelumnya.

5.2.2 Saran untuk Asisten

Diharapkan agar asisten lebih aktif lagi membantu praktikan alam

melakukan percobaan.
DAFTAR PUSTAKA

Brown, T.E., LeMay, H.E., Bursten, B.E., Murphy C.J. dan Woodwar, P.M.,
2012, Twelfth Edition Chemistry: The Central Science, Pearson Prentice
Hall, New York.

Chang, R., 2010, 10th Edition: Chemistry, Mgraw-Hill, New York.


Hermawati, E.S., Suhartana dan Taslimah, 2016, Sintesis dan Karakterisasi
Senyawa Kompleks Zn(II)-8-Hidroksikuinolin, Jurnal Kimia Sains dan
Aplikasi, 19(3): 94-98.
Lestari, I., Afrida dan Sanova, A., 2014, Sintesis dan Krakterisasi Senyawa
Kompleks Logam Kadmium (II) dengan ligan Kufperon, Jurnal Penelitian
Universitas Jambi Seri Sains, 16(1): 01-08.
Sugiarto, B., 2004, Ikatan Kimia, Bagian Proyek Pengembangan Kurikulum,
Departemen Peniikan Nasional.

Sunarya, Y., 2010, Kimia Dasar 1, CV.Yrama Widya, Bandung.


Takeuchi, Y., 2006, Pengantar Kimia, Iwanami Publishing Company, Tokyo.
Lampiran 1. Bagan Kerja

1. Pengendapan Garam Nitrat

AgNO3 1 mL

- Dimasukkan kedalam 3 buah tabung reaksi

-Ditambahkan NaCl 3 tetes ke dalam tabung (1)

- Ditambahkan CCl4 3 tetes pada tabung (2)

- Ditambahkan CHCl33 tetes pada tabung reaksi (3)

- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi


Hasil

Catatan :Dalam percobaan pengendapan garam nitrat, CCl4 diganti dengan

C2H5OH dengan perlakuan yang sama.

2. Reaksi dengan IndikatorMetil Orange

HCL 2,5 mL CH3COOH 2,5 mL C2H5OH 2,5 mL

- Dimasukkan ke dalam 3 buah tabung

reaksi

- Ditambahkan Metil jingga

- Diamati dan dicatat hasilnya


Hasil
3. Pengendapan Garam Hidroksida

3.1 Penambahan Amonium Hidroksida

CuSO4 1 mL
-Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi

- Ditambahkan amonium hidroksida sampai tidak terjadi endapan

-Ditambahkanlarutan BaCl2 3 tetes pada tabung (1)

- Ditambahkan K4 Fe(CN)6 3 tetes padatabung (2)

-Diamati dan Dicatat perubahan yang terjadi

Hasil \

3. 2 Tanpa Amonium Hidroksida


CuSO4 1 mL

- Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi

-Ditambahkan larutan BaCl23 tetes pada tabung (1)

-Ditambahkan K4Fe(CN)63 tetes pada tabung ke (2)

-Diamati dan mencatat perubahan yang terjadi


Hasil

4. Reaksi dengan Kalium Tiosianat (KCNS)

FeCl3 1 mL K4 Fe(CN)6 1 mL

Dimasukkan ke dalam Dimasukkan ke dalam


tabung reaksi(1) tabungreaksi (2)

-Ditambahkan KCNS 3tetes

- Diamati perubahan yang terjadi

- Dicatat perubahan yang terjadi

Hasil
Lampiran 2. Gambar Percobaan

Gambar 1. Hasil percobaan pengendapan garam nitrat

Gambar 2. Hasil percobaan pereaksian dengan MO

Gambar 3. Hasil percobaan pengendapan gara hiroksida


Gambar 4. Hasil Percobaan pereaksian dengan KCNS
Lampiran Referensi
Brown dkk, 2012
Chang, 2010

Anda mungkin juga menyukai