Anda di halaman 1dari 5

LATAR BELAKANG

Tingkat persaingan di berbagai sector bisnis pada abad 21 atau era millennium ketiga ini
semakin tajam. Hal ini disebabkan cepatnya perubahan lingkungan ekonomi, politik, teknologi
dan efek dari persaingan global. Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, pada akhirnya akan
bermuara pada perubahan kebutuhan bisnis. Perubahan kebutuhan bisnis merupakan perubahan
terhadap kualitas produk, desain produk dan kualitas pelayanan. Untuk tetap dapat bertahan dan
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, organisasi perlu memiliki keunggulan
bersaing (competitive advantage).

Keberhasilan organisasi tidak hanya dicapai melalui faktor-faktor keunggulan yang


bersifat economic value, seperti kekuatan aktiva tetap dan modal kerja saja, tetapi juga
ditentukan oleh kinerja karyawan sebagai human capital.

Karyawan merupakan sumber daya manusia yang memiliki peranan penting dalam suatu
organisasi dalam usahanya mencapai keberhasilan dan tujuan organisasi. Dikatakan penting
karena karyawan merupakan penggerak segala aktifitas dalam organisasi. Karyawan merupakan
asset utama dalam organisasi yangt menentukan hidup matinya organisasi. Tujuan organisasi
tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawannya meskipun alat-alat yang dimiliki
organisasi begitu canggihnya.

Sebuah organisasi sangat membutuhkan orang yang bersedia untuk bekerja demi
kepentingan organisasi dan terlibat secara penuh dalam upaya mencapai tujuan dan
kelangsungan hidup organisasi.

Kedisiplinan merupakan salah satu kriteria yang dapat dijadikan sebagai landasan atau dasar bagi
kelancaran proses pembentukan, pemberdayaan, dan pengembangan sumber daya manusia,
dalam hal ini adalah karyawan.

Disiplin adalah kunci sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam
memegang prinsip, tekun dalam usaha, pantang mundur dalam kebenaran, dan rela berkorban
untuk kepentingan agama dan jauh dari sifat putus asa. Kedisiplinan merupakan sikap yang dapat
menuntun seseorang untuk melakukan sesuatu sesuai dengan aturan dan norma yang ada.
Disiplin kerja sangat diperlukan sebagai suatu usaha untuk membentuk perilaku sedemikian rupa
sehingga sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan.

Saydam (1996, h.285-286) berpendapat bahwa dsisiplin kerja akan mendorong tingginya
gairah kerja dan semangat kerja karyawan. Suatu organisasi akan dapat meningkatkan efisiensi,
efektifitas dan produktifitasnya, apabila setiap orang dalam organisasi dapat mengendalikan diri
dan mematuhi norma-norma yang berlaku, maka hal ini dapat menjadi modal utama dalam
pencapaian tujuan organisasi.
Begitu besarnya dampak kedisiplinan terhadap perusahaan, sehingga permasalahan
disiplin itu sendiri pada mendapatkan perhatian yang lebih serius oleh managemen perusahaan.
Kondisi disiplin disuatu perusahaan bila tidak diciptakan, maka cepat atau lambat perusahaan
akan hilang citra, karena kedisiplinan merupakan salah indikasi turunnya semangat dan
kegairahan kerja yang dapat mempengaruhi efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan dari
perusahaan.

Faktor penyebab penurunan produktifitas itu sendiri dapat diidentifikasi menjadi factor
eksternal maupun factor internal. Factor eksternal adalah alat-alat produksi, lingkungan kerja,
rekan kerja, dan system pola pengaturan waktu kerja. Factor internal adalah suasana hati,
motivasi, kebutuhan, dan sikap kerja. Kecenderungan penurunan produktivitas perusahaan salah
satunya diakibatkan oleh perilaku kerja para pekerjanya yang kurang disiplin, yang ditunjukkan
oleh perilaku karyawan yang sering bolos, tertidur saat jam kerja sedang aktif, atau pulang lebih
awal dari jam kerja.

Fenomena rendahnya kedisiplinan karyawan juga terjadi di lokasi penelitian yaitu


CV.Merapi Semarang. Berdasarkan servei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di
CV.Merapi Semarang wawancara dengan bapak Nasir selaku Kepala Produksi pada tanggal 12-
15 Novrember 2008 menyimpulkan adanya gejala rendahnya disiplin kerja karyawan yang
berpengaruh pada produktivitas CV.Merapi Semarang. Selama lima bulan terakhir tingkat
produktivitas CV.Merapi Semarang cenderung mengalami penurunan.

Perilaku ketidakdisiplinan bekerja yang ditunjukkan karyawan antara lain tidak


mengindahkan prosedur kerja, menggunakan waktu istirahat terlalu lama, bekerja sambil
mengobrol, ceroboh dalam bekerja dan melanggar peraturan perusahaan. Meski hukuman bagi
karyawan yang kurang tertib cukup berat, namun ketidakdisiplinan karyawan ini sering
dilakukan karyawan. Ketidakdisiplinan ini dilakukan oleh karyawan dengan berbagai alasan.

Tinggi rendahnya disiplin kerja karyawan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak hal.
Hasibuan (2002, h.194-198) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin
kerja antara lain adalah kemampuan, teladan, pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan, sanksi,
ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Berdasarkan factor-faktor tersebut, peneliti tertarik untuk
menghubungkan dengan teladan pemimpin. Hal tersebut dikarenakan untuk mendapatkan
karyawan dengan disiplin kerja yang tinggi, peran pemimpim sangat penting mengingat
pemimoin merupakan cermin bawahan dimana setiap tindakan yang dilakukan setiap saat lambat
laun akan diikuti bawahannya.

Pemimpin yang dapat menjadi panutan dan berperilaku baik sesuai dengan harapan
bawahannya akan menimbulkan persepsi positif pada diri bawahan terhadap pemimpinnya.
Mematuhi peraturan berarti memberi dukungan positif pada organisasi dalam melaksanakan
program-program yang telah ditetapkan, sehingga akan lebih memudahkan tercapainya tujuan
organisasi.
Persepsi karyawan terhadap keteladanan pemimpin merupakan sarana yang tepat dalam
menciptakan suasana yang tepat dalm menciptakan suasana yang dapat mendorong munculnya
semangat, motivasi kerja dan disiplin kerja karyawan itu sendiri. Adanya persepsi yang positif
terhadap keteladanan pemimpin akan membuat karyawan berusaha mematuhi peraturan yang
telah ditetapkan oleh suatu organisasi tanpa adanya unsur paksaan. Karyawan yang memiliki
persepsi negative terhadap keteladanan pemimpin akan memandang bahwa kepemimoinan dalam
organisasi sebagai suatu hal yang menekan, tidak menyenangkan, bahkan mengancam.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara persepsi karyawan terhadap keteladanan pemimpin dengan disiplin kerja karyawan.
Penelitian ini berjudul ‘’ Disiplik Kerja Ditinjau dari Persepsi Karyawan terhadap Keteladanan
Pemimpin ‘’

RUMUSAN MASALAH

Apakah ada hubungan antara persepsi karyawan terhadap keteladanan pemimpin dengan
disiplin kerja karyawan.

POPULASI

Populasi adalah sejumlah individu yang akan menjadi sasaran generalisasi dari sampel
penelitian (Hadi, 2000, h.70). lebih kanjut, Hadi mengemukakan bahwa populasi dibatasi sebagai
sejumlah penduduk atau individu yang palin sedikit mempunyai 1 sifat yang sama. Sugiono
(2000, h.78) mengatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau
subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
karyawan CV.Merasi Semarang.

SAMPEL

Mengingat keterbatasan peneliti dalam menjangkau seluruh anggota populasi, maka


hanya sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan subjek penelitian. Sebagai individu
yang diselidiki itulah yang disebut sampel penelitian (Hadi, 2000, h.70). Hadi mengatakan
bahwa sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifatyang sma, baik sifat kodrat maupun sifat
pengkhususan.

Sampel yang akan dijadikan subyek dalam penelitian ini adalah sebagian karyawan
CV.Merapi dengan karakteristik yaitu karyawan tetap perusahaan (bukan karyawan KOntrak)
dan memiliki masa kerja minimal 1 tahun. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel
adalah tek ik random sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak. Dalam teknik ini, semua
individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang
sama untuk dipilih menjadi anggota sampel (Hadi, 2000, h.75-76)

ANALISI DATA

Dalam penelitian ini data yang diperoleh akan diolah dengan menggunakan metode
statistic, karena data yang diperoleh berupa angka-angka dan metode statistic dapat memberikan
hasil yang obyektif. Selain itu dengan metode statistic dapat ditarik kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena berdasarkan perhitungan yang teratur, teliti, dan
tepat.

Adanya hubungan antara persepsi karyawan terhadap keteladanan pemimpin


dengan disiplin kerja dapat diketahui melalui teknik korelasi product moment. Teknik ini
digunakan untuk mencari hubungan antara 2 variabel yaitu bvariabel bebas dan variable
tergantung. Sugiyono (2000. H.212) mengatakan bahwa teknik korelasi product moment
digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan 2 variabel bila data
kedua variable berbentuk interval atau ratio. Hubungan tersebut berupa hubungan positif, yaitu
semakin tinggi variable bebas maka semakin tinggi variable tergantungnya. Dan sebaliknya,
semakin rendah variable bebas maka semakin rendah pula variable tergantungnya.

Untuk mempermudah dalam penghitingan korelasi product moment pada


penelitian ini, maka penulis menggunakan alat bantu komputerisasi dengan program SPSS
(Statistical Product and Service Solution)versi 13

NAMA : NANANG TRI HARTANTO

NIM : 072010259

JUDUL :DISIPLIN KERJA DITINJAU DARI PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP


KETELADANAN PEMIMPIN

SUBYEK : KARYAWAN CV.MERAPI


TUGAS MEREVIEW SKRIPSI
‘’ DISIPLIN KERJA DITINJAU DARI PRESEPSI KARYAWAN
TERHADAP KETELADANAN PEMIMPIN ‘’
Dosen Pembimbing : Luh Putu Shanti S.Psi,. M.Psi,.

Disusun oleh :

Hanna Amalia Ardi Nabilah (30701800055)

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2019-2020

Anda mungkin juga menyukai