Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Darah

Darah merupakan komponen esensial pada makhluk hidup, mulai dari binatang

hingga manusia. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu berada dalam pembuluh darah

sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa oksigen, mekanisme

pertahanan tubuh dan mekanisme hemostasis. Darah terdiri atas dua komponen utama

yang terdiri dari plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah meliputi 55% volume

darah dan 45% berupa sel darah (I Made Bakta, 2006).

Plasma darah merupakan bagian cair dari darah yang sebagian besarnya terdiri dari

air,protein dan elektrolit darah. Protein darah tersebut terdiri dari globulin,albumin,dan

fibrinogen serta unsur anorganik berupa kalsium, kalium, fosfor, besi, dan yodium. Sel-

sel darah tersebut terdiri dari eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih), dan

trombosit (sel pembeku – platelet) (I Made Bakta, 2006).

Darah juga disusun oleh 2 komponen, yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma

darah termasuk dalam kesatuan cairan ekstrasesluler dengan volume ±5% dari berat

badan. Apabila darah ditambah dengan zat pencegah anti pembekuan darah secukupnya

kemudian diputar selama 20menit dengan kecepatan 3000rpm maka cairan yang terdapat

diatas disebut dengan plasma,plasma darah mengandung fibrinogen. Oleh karena itu

setelah memperoleh plasma, darah dicampur dengan antikoagulan untuk mencegah

terjadinya pembekuan darah (Depkes RI, 2002).

2.2 Macam Darah (Gandasoebrata, 2007).

Pemeriksaan hematologi biasanya yang dipakai adalah darah vena atau darah

kapiler.
2.2.1 Darah Vena

Biasanya pada orang dewasa dipakai salah satu vena, pada bayi yang

dipakai vena jugularis superficialis dapat dipakai atau juga darah dari sinus

sagitalis superior.

2.2.2 Darah kapiler

Biasanya pada orang dewasa dipakai ujung jari atau anak daun telinga.

Pengambilan darah kapiler pada bayi atau anak kecil juga boleh pada tumit atau

ibu jari kaki. Tempat atau bagian yang akan diambil tidak boleh yang terlihat

gangguan peredaran darah seperti cyanosis atau terlihat pucat.

2.3 Penyimpanan Darah

Penyimpanan terhadap sampel perlu dilakukan apabila pemeriksaan ditunda.

Proses penyimpanan sampel harus sesuai prosedur yang disyaratkan sehingga bisa

mendapatkan hasil yang bagus. Waktu penyimpanan yang disarankan untuk pemeriksaan

agregasi trombosit 24 jam sampai 5 hari(tergantung cara pengambilannya), tetapi dalam

pemeriksaan agregasi trombosit biasanya pemeriksaan harus dikerjakan dalam waktu

kurang dari 3 jam setelah pengambilan darah agar hasil dan jumlah trombosit normal,dan

apabila pemeriksaan dilakukan lebih dari 3 jam maka hasilnya kurang baik, dan bisa

mempengaruhi pH, metabolisme glukosa, laktosa, dan HCO3.Temperatur penyimpanan:

mempengaruhi pH, konsumsi glukosa, dan produksi laktat dan bahan, ukuran, dan

bentuk permukaan dari tempat penyimpan trombosit; mempengaruhi oksigenasi dan

metabolism dari trombosit, volume plasma; mempengaruhi metabolisme, dan

pembentukan laktat dan goncangan; akan mempengaruhi reaksi release dari trombosit

(Ronaldo, 2006) .

2.4 Trombosit
Trombosit dihasilkan di dalam sumsung tulang dengan cara melepaskan diri atau di

sebut juga (fragmentasi) dari perifer sitoplasma sel induknya (megakariosit) melalui

rangsangan trombopoetin. (Ronaldo, 2006) .

Megakariosit matang, dengan proses replikasi endomiotik inti secara sinkron,

volume, sitoplasma yang bertambah besar dua kali lipatnya. Umur trombosit yang

normal yaitu 7-10 hari, diameternya rata-rata 1-2 µm dan volume sel serata 5,8 fl (A.V

Hoffbrand, J.E. Pettit, P.A.H. Moss, 2005)

Dalam keadaan inaktif trombosit bentuknya seperti cakram dengan diameter 2-4

µm. Dengan menggunakan mikroskop elektron trombosit tersebut dapat dibagi menjadi 4

zone masing-masing zone mempunyai fungsi khusus. Keempat zone tersebut adalah zone

perifer, zone sol gel, zone organel, serta zone membran yang keluar saat pelepasan

(Harjo, 2011) .

2.5 Agregasi Trombosit

Trombosit mempunyai daya kohesi satu dengan yang lainnya karena pengaruh

adanya ADP dan tromboksan A2. Daya kohesi tersebut disebut juga fungsi agregasi

trombosit. Adanya pelepasan ADP dan tromboksan A2 menyebabkan trombosit yang

ada beragregasi pada tempat luka. ADP tersebut juga mempunyai fungsi mempermudah

membran trombosit yang berdekatan saling melekat satu sama lain.

Setelah terjadi pelepasan antara ADP dan tromboksan A2 akan menyebabkan

terjadinya agregasi trombosit sekunder. Proses ini terus berjalan yang mengakibatkan

pembentukan massa trombosit yang cukup besar untuk menyumbat daerah luka endotel

(Harjo,2011) .

2.6 Fungsi Agregasi Trombosit


Fungsi agregasi trombosit berperan dalam pembentukan sumbatan mekanis selama

respon hemostatik normal terhadap luka, vaskular. Hal tersebut terjadi karena fungsi

trombosit :adhesi, pelepasan, agregasi, aktivitas prokoagulan dan fusi.

Fungsi Trombosit bila tubuh mengalami luka maka trombosit akan berkumpul dan

saling melekatkan diri sehingga akan menutup luka tersebut, trombosit juga akan

mengeluarkan zat yang merangsang untuk terjadinya pengerutan luka sehingga ukuran

luka menyempit dan karena mempunyai zat pembeku darah maka dapat menghentikan

perdarahan.

Umur trombosit didalam tubuh sangat pendek yaitu sekitar 7 sampai 10 hari,

berbeda dengan umur eritrosit sekitar 120 hari serta sangat mudah terjadi destruksi,

apabila trombosit rusak maka akan segera dihancurkan didalam limpa.

Tranfusi trombosit diperlukan pada kasus-kasus tertentu misalnya :

2.6.1 Kelainan Jumlah Trombosit

Jumlah trombosit yang kurang dari 50.000 / mm3 disebut

Trombositopenia, Hal ini bisa terjadi pada kasus-kasus penyakit misalnya

penyakit demam berdarah (DBD), penyakit ini disebabkan oleh 4 virus dengue

yaitu DN-1, Den-2, Den-3 dan Den-4 sebagai diagnosa awalnya adalah

penurunan jumlah trombosit terutama pada hari ke3 dan ke4 dari serangan,

Idiopathic Thrombocytopenia Purpura (ITP).

2.6.2 Kelainan Fungsi Trombosit

Kelainan ini terjadi bila Adenosin Difosfat ( ADP) dalam trombosit

berkurang sehingga agregasi trombosit berkurang. Hal ini terjadi pada penyakit

Lupus Eritematosus (LE), Idiopatik Trombocytopenia Purpura (ITP), Lekemia

limfositik kronik sehingga menyebabkan jumlah trombosit yang kurang dari

50.000/mm3 darah. Sel trombosit ini sangat mudah rusak apalagi bila berada
diluar tubuh, trombosit akan kehilangan fungsinya bila disimpan lebih dari 24 jam

dengan suhu penyimpanan yang tidak sesuai akan mempercepat proses kerusakan

trombosit tersebut. Penyimpanan juga akan membentuk mikroagregat, sebaiknya

di periksa kurang dari 3 jam, apabila disimpan maka tidak boleh lebih dari 3 jam

dengan suhu 200C - 400C ( Suciati, 2010 )

2.7 Adhesi Trombosit

Bila terjadi perlukaan pembuluh darah, trombosit akan melekatkan diri pada jaringan

ikat subendotelial yang terbuka. Proses melekatnya trombosit pada permukaan yang

bukan sesamanya disebut fungsi adhesi trombosit. Fungsi adhesi tergantung pada

glikoprotein membrane permukaan trombosit dan factor VIII:vWF bersama dengan

factor VIIIR : Ag (antigen yang berhubungan dengan factor VIII)yang merupakan fraksi

utama molekul factor VIII. Factor VIII merupakan molekul besar yang multimetrik yang

terdiri dari bagian von Willebrand (VIII:vWF) dan bagian koagulan (VIII:C).

2.8 Reaksi Pelepasan Trombosit

Kolagen dan thrombin mengaktifkan trombosit yang mengarah pada pembentukan

zat labil, tromboksan2 yang merendahkan kadar cAMP trombosit dan mengawali reaksi

pelepasan. Zat ini tidak hanya memperkuat agregasi trombosit tetapi juga memiliki

aktifitas vasokontriksi kuat. Reaksi pelepasan dihambat olehzat yang meningkatkan

kadar cAMP trombosit antara lain prostasiklin yang disintesis oleh sel endotel pembuluh

darah.

2.9 Aktifitas Prokoagulasi Trombosit

Trombosit ikut aktif berinteraksi dengan sistem kooagulasi. Pada permukaan selnya

terdapat tempat-tempat pengikatan spesifik untuk factor koaglasi V yang telah mendapat

rangsangan yaitu factor V aktif (Va), yang kemudian akan mengikat factor Xa, factor I,

factor XI, factor V, factor featgerald, dan factor von Willebrand.


2.10 Fusi Trombosit

Konsentrasi tinggi ADP, enzim-enzim yang dibebaskan selama reaksi pelepasan dan

tromboastenin bersama – sama menyebabkan fusi ireversibel trombosit yang beragregasi

pada tempat luka vaskuler. Thrombin juga mendorong fungsi trombosit dan

pembentukan fibrin memperkuat stabilitas sumbatan sumbatan trombosit yang sedang

berkembang.Factor pertumbuhan yang dilepaskan dari granula spesifik merangsang sel

otot polos pembuluh darah untuk memperbanyak diri dan ini dapat mempercepat

pertumbuhan vaskuler setelah luka.

2.11 Tes Agregasi Trombosit

Dalam keadaan normal transmisi cahaya pada tes agregasi trombosit melalui PRP

(Platrelet Rich Plasma) yang belum diberi induktor atau agonist ADP akan rendah, tetepi

setelah diberi penambahan agonist ADP transmisi cahaya akan meningkat karena

trombosit telah beragregasi dan mengendap.

Trombosit dalam keadaan normal tidak mudah untuk berlekatan. Hal ini dilihat

pada gambaran sediaan apus darah tepi. Apabila darah dengan anticoagulan citras

tersebut diberi penambahan ADP kemudian didiamkan 3 menit dan dibuat sediaan apus

darah tepi maka trombosit akan beragregasi, tampak beragregat dan berkelompok.

Setelah melalui tahap pengecatan giemsa dapat dilakukan hitung dengan cara

mikroskopik.

2.12 Metode Pemeriksaan Agregasi Trombosit

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk pemeriksaan agregasi trombosit:

2.12.1 Metode Langsung (Rees Ecker)

Hitung trombosit secara langsung menggunakan kamar hitung yaitu dengan

mikroskop cahaya. Hitung trombosit cara Rees-Ecker, darah diencerkan ke dalam


larutan yang mengandung Brilliant Cresyl Blue sehingga trombosit tercat biru

muda. Sel trombosit dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan

mikroskop. Secara mikroskopik trombosit tampak refraktil dan mengkilat berwarna

biru muda/lila lebih kecil dari eritrosit serta berbentuk bulat, lonjong atau koma

tersebar atau bergerombol. Cara ini memiliki kesalahan sebesar 16-25%,

penyebabnya karena faktor teknik pengambilan sampel yang menyebabkan

trombosit bergerombol sehingga sulit dihitung, pengenceran tidak akurat dan

penyebaran trombosit yang tidak merata.

2.12.2 Metode Fase-Kontras

Hitung trombosit metode fase kontras, darah diencerkan ke dalam larutan

ammonium oksalat 1% sehingga semua eritrosit dihemolisis. Sel trombosit

dihitung dengan menggunakan kamar hitung standar dan mikroskop fase kontras.

Sel-sel lekosit dan trombosit tampak bersinar dengan latar belakang gelap.

Trombosit tampat bulat atau bulat telur dan berwarna biru muda/lila terang. Bila

fokus dinaik-turunkan tampak perubahan yang bagus/kontras, mudah dibedakan

dengan kotoran karena sifat refraktilnya. Kesalahan dengan metode ini sebesar 8 –

10%. Metode fase kontras adalah pengitungan secara manual yang paling baik.

Penyebab kesalahan yang utama pada cara ini, selain faktor teknis atau

pengenceran yang tidak akurat, adalah pencampuran yang belum merata dan

adanya perlekatan trombosit atau agregasi.

2.12.3 Modifikasi Metode Fase-Kontras dengan Plasma Darah

Metodenya sama seperti fase-kontras tetapi sebagai pengganti pengenceran

dipakai plasma. Darah dibiarkan pada suhu kamar sampai tampak beberapa mm

plasma. Selanjutnya plasma diencerkan dengan larutan pengencer dan dihitung

trombosit dengan kamar hitung seperti pada metode fase-kontras.


2.12.4 Metode Tidak Langsung

Cara ini menggunakan sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna

Wright, Giemsa atau May Grunwald. Sel trombosit dihitung pada bagian sediaan

dimana eritrosit tersebar secara merata dan tidak saling tumpang tindih.

Metode hitung trombosit tak langsung adalah metode Fonio yaitu jumlah

trombosit dibandingkan dengan jumlah eritrosit, sedangkan jumlah eritrosit itulah

yang sebenarnya dihitung. Cara ini sekarang tidak digunakan lagi karena tidak

praktis, dimana selain menghitung jumlah trombosit, juga harus dilakukan hitung

eritrosit. Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan

apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan

spesifisitas yang baik untuk populasi trombosit normal dan tinggi (trombositosis).

Korelasinya dengan metode otomatis dan bilik hitung cukup erat. Sedangkan untuk

populasi trombosit rendah (trombositopenia) di bawah 100.000 per mmk,

penghitungan trombosit dianjurkan dalam 10 lpmi x 2000 karena memiliki

sensitifitas dan spesifisitas yang baik. Korelasi dengan metode lain cukup erat.

2.12.5 Hitung Trombosit Otomatis

Penghitung sel otomatis mampu mengukur secara langsung hitung

trombosit selain hitung lekosit dan hitung eritrosit. Sebagian besar alat menghitung

trombosit dan eritrosit bersama-sama, namun keduanya dibedakan berdasarkan

ukuran. Partikel yang lebih kecil dihitung sebagai trombosit dan partikel yang lebih

besar dihitung sebagai eritrosit. Dengan alat ini, penghitungan dapat dilakukan

terhadap lebih banyak trombosit. Teknik ini dapat mengalami kesalahan apabila

jumlah lekosit lebih dari 100.000/mmk, apabila terjadi fragmentasi eritrosit yang

berat, apabila cairan pengencer berisi partikel-partikel eksogen, apabila sampel


sudah terlalu lama didiamkan sewaktu pemrosesan atau apabila trombosit saling

melekat (Suciati, 2010) .

2.12.6 Metode Wu dan Hoak

Prinsip pemeriksaan adalah menilai ada tidaknya agregasi trombosit in

vivo.Sampel darah probandus dimasukkan ke dalam 2 tabung yang masing-masing

berisi EDTA dan EDTA ditambahkan formalin.EDTA berfungsi mencegah

terjadinya agregasi trombosit, sedangkan formalin berfungsi mencegah terlepasnya

trombosit yang telah beragregasi.Trombosit didalam ke2 tabung dihitung dan

dibandingkan.Bila sudah terjadi agregasi trombosit in vivo maka jumlah trombosit

bebas dalam tabung EDTA ditambah formalin lebih rendah disbanding dalam

tabung EDTA. Metode ini lebih sederhana, namun hasilnya kurang memadai.

2.12.7 Metode Turbidimetrik (Cara Born)

Metode turbidimetrik berdasarkan perubahan transmisi cahaya. Cara ini

merupakan metode pemeriksaan agregasi trombosit yang sering digunakan. Bahan

yang digunakan adalah PRP (Platrelet Rich Plasma) , diinkubasi pada suhu 37oc

dan diaduk dengan stirrer. Apabila ditambah induktor, maka trombosit akan

beragregasi (wirawan R,2006)

2.12.8 Pemeriksaan Sediaan Apus Darah Tepi untuk Menilai Agregasi Trombosit

Pemeriksaan sediaan apus darah tepi untuk menilai agregasi trombosit

dikenalkan oleh Velaskar dan Chitre pada tahun 1982. Bahan yang digunakan pada

cara ini adalah whole blood .

Antikoagulan yang digunakan adalah Natrium Citrat 3,8 % dengan

perbandingan darah : antikoagulan 9:1. Antikoagulan tersebut merupakan

antikoagulan terpilih untuk pemeriksaan hemostasis karena mengikat ion Ca, juga

sebagai pengawet untuk faktor II dan VII. Dengan alasan diatas untuk pemeriksaan
hemostasis digunakan antikoagulan natrium citrate dengan konsentrasi 3,8 %

dengan perbandingan 9 bagian darah dan 1 natrium citrate.

Pemeriksaan sediaan apus darah tepi untuk menilai agregasi trombosit

menggunakan induktor sebagai pemacu terjadinya agregasi trombosit. Induktor

yang dipakai pada tes agregasi trombosit ini adalah ADP (Harjo, 2011).

2.13 Kerangka Teori

Metode

Lama Simpan

Indikator
Agregasi

Rangsangan Respon

Sifat

Hasil Agregasi
Trombosit

2.14 Kerangka Konsep

Lama Simpan Nilai agregasi trombosit pada darah

Anda mungkin juga menyukai