Anda di halaman 1dari 4

PENTINGNYA LANDASAN AGAMA DAN LANDASAN MORAL TERHADAP METODE

PEMBELAJARAN BAGI SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)

Dalam filsafat pendidikan, tentu kita mempelajari hal hal mengenai nilai agama dan nilai
moral. Dalam hal itu, dalam dunia pendidikan tentu nilai tersebut sangat berperan penting. Sebagai
siswa maupun mahasiswa, nilai agama dan nilai moral sangatlah wajib diperhatikan. Nilai agama dan
nilai moral dapat menentukan kualitas suatu seseorang. Bahkan tidak hanya siswa dan mahasiswa
saja, guru maupun dosen wajib memiliki nilai agama dan nilai moral tersebut.
Dalam artikel ini, saya akan mengulik tentang pentingnya landasan agama dan landasan moral
terhadap metode pembelajaran bagi siswa SMA. Mengapa demikian? Mengapa saya mengambil judul
yang berhubungan dengan siswa SMA? Tentu saya akan membahas alasan saya pada paragraf
berikutnya.
Saya mengambil contoh objek yaitu siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Karena menurut
saya pribadi, masa-masa SMA cukup terbilang rawan dalam hal pengetahuan mengenai agama dan
moral. Hal tersebut sangatlah berpengaruh terhadap attitude ataupun perilaku dari siswa SMA.
Banyak siswa SMA jaman sekarang yang tidak mementingkan nilai agama dan moral ini, karena
menurut mereka hal tersebut bukanlah hal yang penting. Dan hal lain lagi, bisa dipengaruhi oleh orang
tua ataupun guru yang kurang memperhatikan siswa SMA tersebut dalam hal ini.
Seiring dengan meningkatnya arus informasi pada elektronik tentulah dapat mempengaruhi
sifat seseorang. Pengaruh baik maupun pengaruh buruk wajib kita waspadai. Saya sebagai mahasiswa
pun wajib mewaspadai pengaruh-pengaruh tersebut. Karena, hal yang baik baupun buruk bisa saja
dapat melencengkan seseorang dari nilai agama dan nilai moral yang bagus. Ya, begitulah era
modernisasi berjalan pada saat ini. Baik dan buruknya tentu wajib kita waspadai.
Dalam pembelajaran di sekolah, guru mempunyai peran yang vital dan fundamental. Oleh
karena itu, guru harus mampu melaksanakan transfer of knowledge dan transfer of values, sehingga
guru tidak hanya menyampaikan ilmu saja, tetapi ia juga mampu untuk menginternalisasikan nilai-
nilai tersebut (terutama nilai-nilai agama dan moral) kepada siswa, sehingga nilai-nilai tersebut dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari. Metode pembelajaran nilai-nilai agama dan moral
memang sangat menarik untuk dikaji, karena dengan metode yang menarik itu sendiri mampu
mengambil hati para pendengar baik itu orang dewasa apalagi anak-anak. Dari hal tersebut diatas
tentunya guru dituntut untuk dapat menyampaikan dengan sebaik mungkin dan semenarik mungkin
sehingga dapat menyampaikan isi pesan agama dan moral secara efektif agar nantinya dalam diri
anak-anak akan terpatri nilai-nilai agama dan moral yang pernah dilaminya pada usia dini tersebut.
Tidak semua orang tua dan pendidik tahu pasti tentang metode pembelajaran nilai-nilai agama dan
moral yang baik untuk anak mereka, oleh karena itu diperlukan adanya pedoman bagi mereka untuk
mengetahui cara memilih metode yang baik. Sebab itu pula saya sebagai penulis artikel ini tertarik
untuk membahas hal tersebut, dengan asumsi bahwa pembahasan mengenai Metode Pembelajaran
nilai agama dan moral yang baik ini dapat juga dijadikan bahan materi untuk melengkapi kajian ini.
Dengan demikian, Metode Pembelajaran nilai-nilai agama dan moral memegang peranan
penting dalam mewujudkan siswa yang berakhlak baik serta memiliki kepribadian dan intelektual
tinggi. Secara umum kepribadian dapat di bentuk di sekolah, namun sekolah bukan satu-satunya
sarana yang berperan dalam membentuk siswa yang yang berkepribadian baik. Metode tersebut
diharapkan dapat tetap concern terhadap upaya pembentukan akhlak siswa yang di dukung oleh
lingkungan masyarakat. Artinya nilai-nilai agama dan moral yang ditanamkan di sekolah hendaknya
dijaga agar tidak berbenturan dengan nilai-nilai yang dianut di luar sekolah.
Pentingnya landasan agama dan landasan moral pada siswa SMA dapat diimplikasikan pada
metode pembelajaran di sekolah oleh guru-guru bidang studi maupun staff pengajar lainnya. Guru
tentu sangat berperan penting dalam meningkatkan nilai agama dan moral di sekolah. Maka dari itu
tentulah kita harus memahami konsep dari nilai agama dan nilai moral tersebut. Mari kita membahas
apa itu landasan agama dan apa itu landasan moral.
Metode yaitu cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal (Wina Sanjaya,
2010:581). Sedangkan menurut istilah adalah istilah yang digunakan untuk mengungkapkan
pengertian cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu (Yunus Namsa, 2000:3).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada sebuah
lingkungan belajar (UU Sisdiknas, 2003:11). Dengan demikian metode pembelajaran adalah cara
yang digunakan pendidkik untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik agar dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Menurut James Martineau dalam Encyclopedia of Philosophy, agama adalah kepercayaan
kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta
dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia. Manusia memiliki kemampuan yang terbatas,
kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar
biasa diluar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga. Dan
sumber yang luar biasa itu ada bermacam-macam sesuai dengan bahasa manusianya sendiri. Misal
Tuhan, Dewa, God, Syang-ti, Kami-Sama dan lain-lain atau hanya menyebut sifat-Nya saja seperti
Yang Maha Kuasa, Ingkang Murbeng Dumadi, De Weldadige dll.
Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara
menghambakan diri, yaitu :
a. menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasal dari Tuhan
b. menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dll yang diyakini berasal dari Tuhan
Dengan demikian diperoleh keterangan yang jelas, bahwa agama itu penghambaan manusia
kepada Tuhannya. Dalam pengertian agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan
Tuhan. Maka suatu paham atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebut
dapat disebut agama.
http://shohib-everything.blogspot.com/2015/01/landasan-agamis-terhadap-pendidikan.html

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dl
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan
mendidik. Pendidikan merupakan suatu hal penting yang sangat butuh pengembangan. Pendidikan
adalah suatu fondasi utama dalam menjalankan dan melanjutkkan kehidupan. Pendidikan memiliki
berbagai macam jenis dengan manfaat yang baik pula bagi kelanjutan kehidupan seseorang. Menurut
saya, orang yang memiliki intelejensi dan tingkat mutu kehidupan yang baik adalah orang-orang yang
memiliki riwayat pendidikan yang baik.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah proses pembudayaan yakni suatu usaha
memberikan nilai-nilai luhur kepada generasi baru dalam masyarakat yang tidak hanya bersifat
pemeliharan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju
ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.
Pendidikan menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan
tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Bila berbicara tentang agama maka tidak akan pernah lepas dari pendidikan. Agama selalu
bersifat pendidikan karena di dalamnya ada transfer ilmu dan pengetahuan yang bersifat dogmatis.

1|Page
Lain halnya bila berbicara tentang pendidikan maka tidak selalu berkaitan dengan agama. Namun
dalam proses pendidikan maka pendidikan harus sejalan dengan agama dan saling melengkapi
sehingga output yang dihasilkan oleh pendidikan bersifat syamil/menyeluruh/paripurna. Hal ini sesuai
dengan Visi Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2025 yaitu menghasilkan insan Indonesia Cerdas
dan Kompetitif (insan kamil/insan paripurna). Yang dimaksud dengan insan Indonesia Cerdas adalah
cerdas komprehensif yaitu cerdas spiritual, cerdas emosional, cerdas sosial, cerdas intelektual dan
cerdas kinestetis.
Pembentukan manusia yang Cerdas dan Kompetitif tidak semata dilakukan hanya dengan
transfer ilmu dan pengetahuan saja tetapi juga penanaman nilai-nilai moral yang sesuai dengan nilai
dan norma yang terdapat di dalam agama. Hal ini dilakukan agar output pendidikan yang dihasilkan
tidak hanya cerdas secara ilmu dan pengetahuan tetapi juga memiliki akhlak dan moral yang baik.
Akhlak dan moral inilah yang menjadi penyeimbang dan penggerak output pendidikan sehingga tidak
lepas control dan tidak menjadi sombong dengan hasil yang dicapainya. “Science without religion is
blind, and religion without science is lame” (Albert Einstein).
http://shohib-everything.blogspot.com/2015/01/landasan-agamis-terhadap-pendidikan.html

Etika dan moral tidak terlepas dari tatanan kehidupan sosial bermasyarakat, dalam hal
persahabatan, hubungan orang tua, saudara, serta hubungan berbangsa dan bernegara. Moral adalah
suatu ajaran yang bersifat baik dan buruk. Seseorang yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah
dan norma yang berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral
moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik terpuji dan
mulia. Moral dapat berupa kesetian, kepatuhan terhadap nilai dan norma, moral pun dapat dibedakan
seperti moral ketuhan atau agama, moral, filsafat, moral etika, moral hukum, moral ilmu, dan
sebagainya.
Di Indonesia pendidikan moral telah ada dalam setiap jenjang pendidikan. Di Sekolah Dasar
perkembangan pendidikan moral tak pernah beranjak dari nilai-nilai luhur dalam tatanan moral
bangsa Indonesia yang termaktub jelas dalam Pancasila sebagai dasar Negara. Pendidikan Moral
Pancasila sejak dari pendidikan dasar telah diajarkan tentu memiliki tujuan mulia.
Berangkat dari tujuan tersebut diatas maka dalam pelaksanaannya terdapat tiga faktor penting
dalam pendidikan moral di Indonesia yang perlu diperhatikan. Pertama, peserta didik yang sejatinya
memiliki tingkat kesadaran dan perbedaan perkembangan kesadaran moral yang tidak merata, maka
perlu dilakukan identifikasi yang berujung pada sebuah pengertian mengenai kondisi perkembangan
moral dari peserta didik itu sendiri. Kedua, nilai-nilai (moral) Pancasila, berdasarkan tahapan
kesadaran dan perkembangan moral manusia maka perlu di ketahui pula tingkat tahapan kemampuan
peserta didik. Ketiga, guru sebagai fasilisator, apabila kita kembali mengingat teori perkembangan
moral manusia dari Kohlberg dengan empat dalilnya maka guru seyogyanya adalah fasilitator yang
memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memahami dan menghayati nilai-nilai pendidikan moral
itu dan orang tua sebagai pelengkap dan sekaligus motivator anak dalam kehidupan sehari-hari.
(Salamah, D., Guru SMA 1 Kudus. 2019. Pentingnya Pendidikan Moral “Zaman Now”.)
https://radarkudus.jawapos.com/read/2019/04/11/131109/pentingnya-pendidikan-moral-zaman-now

Pendidikan moral sangatlah penting bagi remaja zaman sekarang, terkhususnya adalah siswa
SMA. Dimana pada usia ini, banyak dan maraknya terjadi kenakalan remaja yang dapat terpengaruh
oleh lingkungan luar yang buruk. Dengan itu, orangtua baik orang tua dirumah maupun orangtua di
sekolah yaitiu guru sangatlah berperan dalam mencegah terjadinya kenakalan remaja tersebut. Dengan
itu, mananamkan nilai ataua landasan agama dan moral sangatlah bermanfaat untuk mencegah
kenakalan remaja tersebut.

2|Page
Di zaman sekarang ini pergaulan bebas sangatlah marak terjadi pada generasi-generasi muda
remaja. Fakto-faktor pergaulan bebas pun sangatlah beragam. Dimulai dari faktor internal maupun
eksternal dapat memicu seramnya perkembangan pergaulan bebas pada remaja atau generasi-generasi
muda. Pergaulan beas banyak memakan korban. Korban terbesarnya adalah siswa SMA, dimana
siswa SMA ini cenderung aktif dalam hal-hal yang bersifat memacu keingintahuan yang tinggi.
Tentunya keingintahuan seseorang dapat bersifat positif maupun negatif ya, dengan itu landasan
moral dan landasan agama adalah suatu pembekalan yang sangat cocok dipaparkan dalam suatu
pembelajaran guna menigkat rasa kesopanan dan rasa kemanusian siswa-siswa.

3|Page

Anda mungkin juga menyukai