Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA

DEPRESI

A. Konsep Penyakit
1. PENGERTIAN
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang
ditandai dengankemurungan dan kesedihan yang mendalam dan
berkelanjutan sehingga hilangnyakegairahan hidup. (Hawari, 2001,
hal.19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih
dariempat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur,
gangguankonsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang
bersemangat, sering menangis,waspada berlebihan, pesimis,
merasa tidak berharga, dan mengantisipasikegagalan. (DSM-IV-
TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai
denganperasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan
berkepanjangan. (Purwaningsih,2009, hal. 130)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan
kesedihan,berkecil hati, perasaan bersalah,penurunan harga diri,
ketidakberdayaan dan keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121).
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi
adalahgangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik
dan komponen somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang
2. RENTANG RESPON EMOSIONAL
Respon adaptif respon maladaptif

Responsif reaksi supresi reaksi kehilangan mania/


kehilangan yang memanjang depresi
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap
rangsangan yang diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam
reaksi adaptif :
(1) Respon emosi yang responsive Keadaan individu yang terbuka
dan sadar akan perasaannya. Pada rentang ini individu dapat
berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
(2) Reaksi kehilangan yang wajar Merupakan posisi rentang yang
normal dialami oleh individu yang mengalami kehilangan. Pada
rentang ini individu menghadapi realita dari kehilangan dan
mengalami proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti
kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak
lama
2) Reaksi Emosi MaladaptifMerupakan reaksi emosi yang sudah
merupakan gangguan, respon ini dapatdibagi 3 tingkatan yaitu :
(1) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu
menyangkal,menekan atau menginternalisasi semua aspek
perasaannya terhadaplingkungan.
(2) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang → mengganggu fungsi kehidupan
individuGejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
(3) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat
dikenal melaluiintensitas dan pengaruhnya terhadap fisik
individu dan fungsi social.
3. ETIOLOGI
Depresi pada usia lanjut bukan merupakan suatu keadaan yang
disebabkan oleh patologi tunggal, tetapi biasanya bersifat multifaktorial.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan depresi antara lain:
1) Susunan kimia otak dan tubuh
Beberapa bahan kimia didalam otak dan tubuh tampaknya
memegang peranan yang besar dalam mengendalikan emosi. Pada
orang depresi ditemukan dalam jumlah bahan kimia tersebut.
Hormon noradrenalin yang memegang peranan utama dalam
mengendalikan otak dan aktifitas tubuh tampaknya berkurang pada
mereka yang mengalami depresi. Pada wanita perubahan hormon
dapat meningkatkan resiko terjadinya depresi.
2) Kepribadian depresif
Orang yang mempunyai kepribadian depresif (terus-menerus
bersikap sedih dan putus asa) membuat mereka terasing dalam
masyarakat dan akibatnya mengakibatkan terjadinya depresi.
3) Stress
Kematian orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pindah
rumah atau stress yang berat dianggap dapat menyebabkan depresi.
Reaksi terhadap stress seringkali ditangguhkan dan depresi dapat
terjadi beberapa bulan sesudah peristiwa itu terjadi.
4) Penyakit fisik
Lansia yang menderita fisik atau kondisi kelumpuhan yang
lama seperti arthritis rematoid dapat berakhir dengan depresi
4. Psikopatologi
Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang
mempengaruhiseseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang
hendaknya berada dalamafek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang
tersebut tidak pernah sedih, kecewa,takut, cemas, marah dan saying
emosi ini terjadi sebagai kasih sayang sesorangterhadap rangsangan
yang diterimanya dan lingkungannya baik internal maupuneksternal.
Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai
maladaptive.
1) Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan
kehilangan.Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan
hidupnya sesuai dengankeinginan dan harapannya.
(1) Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik
menyebabkan seseorang menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat
atau kejam pada saat –saat khusus jika cinta untuk diri sendiri
lebih besar dan pada cinta pada orang lain yang menghimpun
kita, kita akan terluka, tidak senang dan cepat kecewa, hal
ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan terus –
menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
(2) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah
kurangnya rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini
cenderung untuk dilebih –lebihkan menjadi estrim, karena
harapan – harapan yang realistis membuat dia tak mampu
merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya pada
individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah
puasdengan prestasi yang dicapainya.
(3) Perbandingan yang tidak adil
Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang
yangmempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa
kurang dan tidakbisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.
(4) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah
organic contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker
payudara dapat menyebabkan depresi.
(5) Aktivitas mental yang berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
(6) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan
akan rasacinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi.
(Anonymous, 2004)Menurut Nanda (2005-2006) adapun
Faktor – faktor yang berhubungan dengan sedih kronis
adalah:
a. Kematian orang yang dicintai
b. Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi
mental, sklerosismultiple, prematuritas, spina bifida,
kelainan persalinan, sakit mentalkronis, infertilitas,
kanker, sakit Parkinson)
c. Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis
dalam manajemenpenyakit, krisis berhubungan dengan
stase perkembangan, kehilangankesempatan yang dapat
meningkatkan perkembangan, norma social ataupersonal)
d. Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan
dengan mengingatkehilangan.
5. GEJALA KLINIS DEPRESI
Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah
sebagaiberikut :
1) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun,
tidaksemangat, merasa tidak berdaya
2) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
3) Nafsu makan menurun
4) Berat badan menurun;e)Konsentrasi dan daya ingat menurun
5) Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau
sebaliknyahipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini
sering kali disertaidengan mimpi – mimpi yang tidak
menyenangkan, misalnya mimpi orangyang telah meninggal;
6) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak
berdaya)
7) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi
melakukanhobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun
8) Gangguan seksual (libido menurun)
9) Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri
6. TINGKAT DEPRESI
1) Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir
komunikasisocial dan rasa tidak nyaman.
2) Depresi Sedang
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat,
berkurangkomunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi
verbal,komunikasi non verbal meningkat.
(4) Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah,
mudahtersinggung
3) Depresi Berat
(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa,
murung,inisiatif berkurang
(2) Gangguan proses piker
(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu
lama, tiba– tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau
makan dan minum,menarik diri, tidak peduli dengan
lingkungan.
7. SKALA DEPRESI LANSIA
Skala depresi dapat bermanfaat untuk memeriksa depresi atau
distres psikologi menyeluruh. Pertimbangan yang dilakukan harus
diarahkan pada kedua sisi yang ada, saat mencoba untuk mendefinisikan
depresi: pola gejala dan beratnya, “Pola gejala” merujuk pada jenis
gejala yang nantinya membentuk bahan dalam skala yang kita bicarakan
ini, sebagai contoh, keluhan-keluhan somatis, ketiadaan harapan, atau
kemudahan pasien terganggu akan sesuatu. Saat bahan dalam skala telah
teringkas untuk angka hasil akhir, asumsi implisit yang timbul adalah
bahwa gejala-gejala tersebut ternyata berimbang beratnya. Individu
dengan angka lebih diasumsikan sebagai yang lebih tertekan, tetapi hal
ini tidak benar memperhitungkan tingkat gejala yang dialami oleh
pasien. Sedang pada saat ini yang sama, penilaian medis yang ada masih
merupakan hal terpenting, skala ini dapat membantu untuk menentukan
apakah pasien telah mengalami suatu perkembangan yang memuaskan,
atau apakah pasien memerlukan pengkajian lebih lanjut, atau bahkan
pemindahan. Puncaknya, saat ini kita pergunakan, kerangka waktu
untuk pengkajian yang ada.
Salah satu instrumen yang dapat membantu adalah GDS (Geriatri
Depression Scale). Skala depresi geriatri (GDS) adalah suatu kuesioner,
terdiri dari 30 pertanyaan yang harus dijawab. GDS ini dapat
dimampatkan menjadi hanya 15 pertanyaan yang harus dijawab.
Sederhana saja, hanya dengan “YA atau TIDAK”, suatu bentuk
penyederhanaan dari skala yang mempergunakan lima rangkai respon
kategori. Kuesioner ini mendapatkan angka dengan memberi satu pokok
untuk masing – masing jawaban yang cocok dengan apa yang ada dalam
sintesa di belakang pertanyaan tertulis tersebut. Angka akhir antara 10
sampai 11, biasanya dipergunakan sebagai suatu tanda awal untuk
memisahkan pasien tersebut masuk ke dalam kelompok depresi atau
kelompok non depresi ( Gallo, 1998)
Geriatri Depression Scale ( GDS ) tersebut terpilah dari 100
pertanyaan yang dirasakan berhubungan dengan ketujuh karakteristik
depresi pada kehidupan lansia. Secara khusus 100 pertanyaan tersebut
dikelompokkan secara apriori ke dalam beberapa sisi yaitu :
a) Kekuatiran somatis
b) Penurunan afek
c) Gangguan kognitif
d) Kurangnya orientasi terhadap masa yang akan datang
e) Kurangnya harga diri
Skala depresi yesavage
1. Apakah anda puas dengan kehidupan anda?
2. Apakah anda mengurangi hobi atau aktivitas sehari-hari?
3. Apakah anda merasa bahwa hidup anda kosong?
4. Apakah anda sering merasa bosan?
5. Apakah anda selalu bersemangat?
6. Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda?
7. Apakah anda selalu merasa bahagia?
8. Apakah anda sering merasa putus asa?
9. Apakah anda lebih suka tinggal tinggal di rumah pada malam hari
dari pada keluar dan melakukan sesuatu yang baru?
10. Apakah anda merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan
ingatan dibanding orang lain?
11. Apakah anda berpikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan?
12. Apakah anda merasa tidak berguna?
13. Apakah anda merasa tidak berenergi?
14. Apakah anda berpikir bahwa situasi anda tidak ada harapan?
15. Apakah anda berpikir bahwa banyak orang yang lebih baik dari
pada anda?
ü Skor 1 poin untuk tiap respon yang sesuai dengan jawaban YA
atau TIDAK setelah pertanyaan
ü Skor 5 atau lebih menunjukkan adanya depresi.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas diri klien
2) Struktur keluarga : Genoogram
3) Riwayat Keluarga
4) Riwayat Penyakit Klien

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan
gejala karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang
didiagnosis.

1) Kaji adanya depresi.


2) Singkirkan kemungkinan adanya depresi dengan scrining yang
tepat, seperti geriatric depresion scale.
3) Ajukan pertanyaan-pertanyaan pengkajian keperawatan
4) Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga.

Lakukan observasi langsung terhadap :

(1) Perilaku.
a. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari?
b. Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima
secara sosial?
c. Apakah klien sering mengluyur danmondar¬mandir?
d. Apakah ia menunjukkan sundown sindrom atau perseveration
phenomena?
(2) Afek
a. Apakah kilen menunjukkan ansietas?
b. Labilitas emosi?
c. Depresi atauapatis?
d. lritabilitas?
e. Curiga?
f. Tidak berdaya?
g. Frustasi?
(3) Respon kognitif
a. Bagaimana tingakat orientasi klien?
b. Apakah klien mengalamikehilangan ingatan tentang hal¬hal
yang baru saja atau yang sudah lamaterjadi?
c. Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau
mengabstrakan?
d. Kurang mampu membuat penilaian?
e. Terbukti mengalami afasia, agnosia, atau,apraksia?
(4) Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga
a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama
ia sudah menjadi pemberi asuhan dikeluarga tersebut.
b. ldentifikasi sistem pendukung yang ada bagi pemberi asuhan dan
anggota keluarga yang lain.
c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawatan klien dan
sumber daya komunitas (catat hal-hal yang perlu diajarkan).
d. Identifikasi sistem pendukung spiritual bagi keluarga.
e. Identilikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan
kekhawatiran pemberiasuhan tentang dirinya sendiri.
2. Klasifikasi Data
1) Data Subyektif
(1) Lansia Tidak mampu mengutarakan pendapat dan malas
berbicara.
(2) Sering mengemukakan keluhan somatic seperti ; nyeri abdomen
dan dada, anoreksia, sakit punggung,pusing.
(3) Merasa dirinya sudah tidak berguna lagi, tidak berarti, tidak ada
tujuan hidup, merasa putus asa dan cenderung bunuh diri.
(4) Pasien mudah tersinggung dan ketidakmampuan untuk
konsentrasi.
2) Data Obyektif
(1) Gerakan tubuh yang terhambat, tubuh yang melengkung dan
bila duduk dengan sikap yang merosot.
(2) Ekspresi wajah murung, gaya jalan yang lambat dengan
langkah yang diseret.
(3) Kadang-kadang dapat terjadi stupor.
(4) Pasien tampak malas, lelah, tidak ada nafsu makan, sukar tidur
dan sering menangis.
(5) Proses berpikir terlambat, seolah-olah pikirannya kosong,
konsentrasi tergang¬gu, tidak mempunyai minat, tidak dapat
berpikir, tidak mempunyai daya khayal.

Pada pasien psikosa depresif terdapat perasaan bersalah yang


mendalam, tidak masuk akal (irasional), waham dosa,
depersonalisasi dan halusinasi. Kadang-kadang pasien suka
menunjukkan sikap bermusuhan (hostility), mudah tersinggung
(irritable) dan tidak suka diganggu. Pada pasien depresi juga
mengalami kebersihan diri kurang dan keterbelakangan
psikomotor.

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
2) Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping
maladaptive
3) Ketidakberdayaan
4) Koping keluarga tidak efektif
5) Resiko bunuh diri
4. INTERVENSI
1) DX I : Mencederai diri berhubungan dengan depresi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X24
jam lansia tidak mencederai diri.
Kriteria Hasil:
(1) Lansia dapat mengungkapkan perasaanya.
(2) Lansia tampak lebih bahagia.
(3) Lansia sudah bisa tersenyum ikhlas.
Intervensi
1. Bina hubungan saling percaya dengan lansia.
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam
mencari data-data tentang lansia.
2. Lakukan interaksi dengan pasien sesering mungkin dengan sikap
empati dan Dengarkan pemyataan pasien dengan sikap sabar
empati dan lebih banyak memakai bahasa non verbal. Misalnya:
memberikan sentuhan, anggukan.
Rasional : Dengan sikap sabar dan empati lansia akan merasa
lebih diperhatikan dan berguna.
3. Pantau dengan seksama resiko bunuh diri/melukai diri sendiri.
Jauhkan dan simpan alat-alat yang dapat digunakan olch pasien
untuk mencederai dirinya/orang lain, ditempat yang aman dan
terkunci.
4. Rasional : Meminimalkan terjadinya perilaku mencederai diri
2) DX 2 : Gangguan alam perasaan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …X24 jam
lansia merasa tidak stres dan depresi
Kriteria hasil :
(1) Klien dapat meningkatkan harga diri
(2) Klien dapat menggunakan dukungan social
(3) Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Intervensi
1. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi
keputusasaannya.
Rasional : Membangun motivasi pada lansia
2. Kaji dan kerahkan sumber-sumber internal individu.
Rasional :Individu lebih percaya diri
3. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (misal:
hubungan antar sesama, keyakinan, hal-hal untuk diselesaikan).
Rasional : Menumbuhkan semangat hidup lansia
4. Klien dapat menggunakan dukungan sosial
Tindakan:
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber ekstemal individu (orang-
orang terdekat, tim pelayanan kesehatan, kelompok pendukung,
agama yang dianut).
Rasional : Lansia tidak merasa sendiri
2. Kaji sistem pendukung keyakinan (nilai, pengalaman masa lalu,
aktivitas keagamaan, kepercayaan agama).
Rasional : Meningkatkan nilai spiritual lansia
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (misal : konseling pemuka
agama).
Rasional : Untuk menangani klien secara cepat dan tepat
4. Klien dapat menggunakan obat dengan benar dan tepat
Tindakan:
1. Diskusikan tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping minum obat).
Rasional : Untuk memberi pemahaman kepada lansia tentang
obat
2. Bantu menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar pasien,
obat, dosis, cara, waktu).
Rasional : Prinsip 5 benar dapat memaksimalkan fungsi obat
secara efektif
3. Anjurkan membicarakan efek dan efek samping yang dirasakan.
Rasional : Menambah pengetahuan lansia tentang efek – efek
samping obat.
4. Beri reinforcement positif bila menggunakan obat dengan benar.
Rasional : Lansia merasa dirinya lebih berharga
3) DX : Ketidakberdayaan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X24
jam mengatasi rasa ketidakbeerdayaan yang dialaminyaa
Kriteria hasil :
(1) Membina hubungan saling percaya
(2) Mengenali dan mengekspresikan emosinya
(3) Modifikasi pola kognitif yang negative
(4) Berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang berkenan
dengan perawatanya sendiri
(5) Klien termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis
Intervensi

1. Dorong verbalisasi perasaan, pikiran, dan kekhawatiran tentang


membuat keputusan.
Rasional : Pendekatan ini menciptakan lingkungan yang
mendukung dan mengirim pesan kepedulian.
2. Dorong pasien untuk mengidentifikasi kekuatan.
Rasional : Ini akan membantu pasien untuk mengenali kekuatan
batin.
3. Diskusikan dengan pasien tentang perawatannya (misalnya, opsi
perawatan, kenyamanan kunjungan, atau waktu ADL).
Rasional : Membiarkan pasien untuk berpartisipasi dalam
diskusi akan meningkatkan rasa kebebasan atau otonominya.
4. Mendorong tanggung jawab yang meningkat untuk diri sendiri.
Rasional : Persepsi ketidakberdayaan dapat meniadakan
perhatian pasien ke area di mana perawatan diri dapat dicapai;
namun, pasien mungkin memerlukan sistem dan sumber daya
pendukung yang signifikan untuk mencapai tujuan.
5. Bantu pasien memeriksa kembali persepsi negatif dari situasi
tersebut.
Rasional : Pasien mungkin memiliki persepsinya sendiri yang
tidak realistis untuk situasi tersebut.
6. Berikan umpan balik positif untuk membuat keputusan dan
terlibat dalam perawatan diri.
Rasional : Sukses meningkatkan kepercayaan pada kemampuan
dan rasa kontrol. Pengakuan dan penguatan positif untuk
perawatan diri adalah motivator hebat untuk mempertinggi
harga diri dan perasaan mengatur diri sendiri.
4) DX : Koping keluarga tidak efektif
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X24
jam Koping keluarga menjadi lebih efektif.
Kriteria hasil :
(3) Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga
(4) Mengidentifikasi koping yang dimiliki keluarga
(5) Mendiskusikan tindakan atau koping yang dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah

INTERVENSI

1. Membina hubungan saling percaya (mengucapkan salam


terapeutik, berjabat tangan sambil mengenalkan nama,
menjelaskan tujuan interaksi dan membuat kontrak, waktu serta
tempat setiap kali pertemuan dengan keluarga).
Rasional : hubungan saling percaya dapat mempermudah dalam
mencari data-data tentang lansia.
2. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh keluarga (asal
masalah, jumlah masalah, sifat masalah dan waktu terjadinya
masalah).
Rasional : agar keluarga dapat mengatasi masalah pasien
3. Mendiskusikan koping atau upaya yang biasa dilakukan
keluarga.
Rasional : untuk dapat koping yang efektif bagi pasien
4. Mendiskusikan mekanisme koping yang selalu digunakan
menghadapi masalah dan mengungkapkan perasaan setelah
menggunakan koping yang biasa digunakan.
Rasional : agar mudah untuk pasien mengungkapkan perasaan
pasien pada kelurga
6) DX : Resiko bunuh diri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X24
jam tidak terjadi resiko bunuh diri
Kriteria hasil :
(1) Pengendalian DiriTerhadap BunuhDiri
(2) Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak
menyangkal.
(3) Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur.
(4) Bersifat hangat dan bersahabat.
(5) Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat.
Intervensi

1. Jauhkan klien dari benda benda yang dapat membahayakan


(pisau, silet, gunting, tali, kaca, dan lain lain).
Rasional : agar tidak terjadi resiko bunuh diri
2. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana
harapannya.
Rasional : untuk memotivasi harapan pasien
3. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan,
kematian, dan lain lain.
Rasional : agar mudah untuk kelurga dalam mendengarkan cerita
pasien
4. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang
menunjukkan keinginan untuk hidup.
Rasional : agar pasien tidak melakukan resiko bunuh diri
5. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman pengalaman yang
menyenangkan setiap hari (misal : berjalan-jalan, membaca
buku favorit, menulis surat dll.)
Rasional: agar pasien tidak treingat dengan masalah dan
keinginan bunuh diri
5. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah tahap ketika perawat
mengaplikasikan rencana asuhan keperawatan dalam bentuk intervensi
keperawatan guna membantu pasien mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Asmadi, 2008).

6. EVALUASI
Evaluasi keperawatan adalah penilaian terakhir keperawatan yang
didasarkan pada tujuan keperawatan yang ditetapkan. Penetapan
keberhasilan suatu asuhan keperawatan didasarkan pada perubahan
perilaku dan kriteria hasil yang telah ditetapkan, yaitu terjadinya
adaptasi ada individu (Nursalam, 2008). Evaluasi keperawatan
dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
DAFTAR PUSTAKA

Martono Hadi dan Kris Pranaka. 2010. Buku Ajar Boedhi-Darmojo GERIATRI.
Jakarta: Fakultas Kedokteran UNIVERSITAS INDONESIA

Depkes R.I. 1999. Kesehatan keluarga, Bahagia di Usia Senja. Jakarta: Medi
Media

Nugroho Wahyudi. 1995. Perawatan Usia Lanjut. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai