Anda di halaman 1dari 16

MODE TRANSMISI

Sumber: Bab 3, Fred Halsall

Program Studi S1 Teknik Telekomunikasi


Sekolah Tinggi Teknologi Telkom

4/28/2004 KOMUNIKASI DATA 1


Transmisi Bit-Serial
‹ Mode transfer paralel: tiap bit dalam sebuah
word (oktet) dikirimkan melalui kawat yang
berbeda
‹ Mode serial: tiap bit ditransmisikan satu
persatu dalam selang waktu tertentu

KOMUNIKASI DATA 2
Dasar Transmisi
Asinkron
‹ Perangkat penerima harus bisa menentukan:
„ Awal tiap periode bit Æ sinkronisasi bit
atau clock
„ Awal dan akhir tiap elemen (karakter) Æ
sinkronisasi karakter atau byte
„ Awal dan akhir blok pesan (frame) Æ
sinkronisasi blok atau frame
‹ Transmisi asinkron:
„ Pada selang waktu antar karakter, sinyal
berada pada kondisi idle (marking) yang
cukup lama.
„ Setiap karakter atau byte dienkapsulasi
antara start bit dan stop bit.

KOMUNIKASI DATA 3
Dasar Transmisi
Sinkron
‹ Aliran bit dikodekan dengan cara tertentu
sedemikian sehingga penerima dapat menjaga
sinkronisasi
‹ Semua frame didahului oleh beberapa byte
atau karakter yang berfungsi untuk menjaga
keandalan interpretasi batas antar karakter
‹ Isi frame dienkapsulasi di antara sepasang
karakter untuk sinkronisasi frame

‹ Soal: tentukan jumlah bit tambahan yang dibutuhkan untuk


mentransmisikan pesan yang terdiri dari 100 karakter 8-bit
pada link data yang menggunakan skema berikut:
„ Asinkron dengan 1 start bit dan 2 stop bit per karakter,
serta sebuah karakter start-of-frame dan end-of-frame
per message
„ Sinkron dengan 2 karakter sinkronisasi dan sebuah
karakter start-of-frame dan end-of-frame per message
KOMUNIKASI DATA 4
Prinsip Operasi Transmisi
Asinkron
‹ Rangkaian di dalam tiap DTE yang merupakan
antarmuka antara perangkat dan link serial, harus
melakukan fungsi berikut:
„ Konversi paralel ke serial untuk tiap karakter atau
byte sebagai persiapan transmisi pada link data
„ Konversi serial ke paralel untuk tiap karakter
yang diterima, sebagai persiapan penyimpanan
dan pemrosesan dalam DTE
„ Sinkronisasi bit, karakter, dan frame
„ Pembangkitan bit untuk mengecek kesalahan

KOMUNIKASI DATA 5
Sinkronisasi Bit
‹ Clock penerima memiliki kecepatan N kali bit rate
(biasanya N=16), dan tiap bit yang datang
dimasukkan ke dalam shift register SIPO setelah
N siklus clock.

KOMUNIKASI DATA 6
Sinkronisasi Karakter

‹ Setelah mendeteksi start bit, receiver


melakukan sinkronisasi karakter dengan
cara menghitung jumlah bit tertentu (misal 8
bit)
‹ Receiver mentransfer karakter (byte) yang
diterimanya ke dalam buffer register.

Contoh soal:
‹ Blok data ditransmisikan melalui link data
serial. Jika clock penerima 19,2 kHz,
tentukan: (i) rasio clock rate, dan (ii) deviasi
terjauh dari pertengahan bit, dinyatakan
dalam persentase periode bit, untuk tiap laju
transmisi data berikut:
„ 1200 bps
„ 2400 bps
„ 9600 bps

KOMUNIKASI DATA 7
Sinkronisasi Frame
‹ Jika pesan terdiri dari beberapa karakter (frame
informasi), maka selain melakukan
sinkronisasi bit dan karakter, penerima juga
harus bisa menentukan awal dan akhir tiap
frame.
‹ Karakter kontrol yang digunakan untuk
sinkronisasi frame: STX, ETX, dan DLE

KOMUNIKASI DATA 8
Sinkronisasi Bit
(Transmisi Sinkron)
‹ Hal mendasar yang membedakan transmisi
sinkron terhadap asinkron:
„ Clock penerima beroperasi secara sinkron
dengan sinyal terima, misalnya dengan
menggunakan digital phase-lock-loop
(DPLL)
„ Tidak ada start bit dan stop bit

KOMUNIKASI DATA 9
Pengkodean Clock
‹ Beberapa metode penyisipan informasi timing
(clock) dalam aliran bit:
„ Bipolar encoding, misal: sinyal return-to-
zero (RZ)
„ Phase/Manchester encoding
„ Differential Manchester encoding

KOMUNIKASI DATA 10
Digital Phase-Lock-
Loop

KOMUNIKASI DATA 11
Skema Pengkodean
Alternatif
‹ Penggunaan differential encoding berarti
bahwa sinyal akan memiliki polaritas yang
berlawanan jika dipilih start point positif atau
negatif
‹ Kode baud rate reduction atau kode mBnLÆ
sebuah pulsa mewakili lebih dari 1 bit, contoh:
4B3T, 2B1Q
‹ mBnL Æ barisan m bit input diwakili oleh n
pulsa dengan L level

KOMUNIKASI DATA 12
Pola Pengkodean 4B3T
‹ Kode 4B3T, juga dikenal sebagai MMS43 Æ
T menyatakan 3 level (ternary) yang diwakili
oleh simbol +, -, 0.
‹ DC wander: fenomena di mana sinyal 0 di
penerima akan berubah-ubah

‹ Kode 2B1Q Æ Q menyatakan pulsa 4 level (quaternary)


yang disebut quats.
‹ Keempat level tersebut diwakili oleh simbol +3, +1, -1, -3
‹ Bit pertama menentukan tanda (1=+, 0=-), bit kedua
menentukan magnituda (1=1, 0=3)
KOMUNIKASI DATA 13
Skema Hibrid

‹ Skema ini menggunakan kombinasi


pengkodean Manchester dan DPLL
‹ DPLL menjaga clock lokal agar sinkron
dengan sinyal yang datang, sedangkan
Manchester menjaga minimal 1 transisi dalam
periode bit.

KOMUNIKASI DATA 14
Transmisi Sinkron
Berorientasi Karakter
‹ Transmisi character-oriented digunakan untuk
pengiriman blok karakter, misalnya file atau
serangkaian karakter ASCII.
‹ Transmitter menambahkan 2 atau lebih karakter
kontrol yang disebut synchronous idle atau
karakter SYN
‹ Hunt mode: setelah mencapai sinkronisasi bit,
penerima mulai menafsirkan aliran bit yang
diterimanya menjadi kelompok 8 bit

KOMUNIKASI DATA 15
Transmisi Sinkron
Berorientasi Bit
‹ Transmisi bit-oriented adalah skema yang lebih
universal karena dapat digunakan untuk transmisi
semua frame yang terdiri dari data biner (tidak
hanya karakter ASCII/IRA)

KOMUNIKASI DATA 16

Anda mungkin juga menyukai