Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

LAPORAN PENDAHULUAN

“ASKEP KELUARGA DENGAN IBU MENYUSUI”

DisusunOleh: (Kelompok 11)

1) Fara Triska Fandila (820163032)


2) Fari Arba Ullya (820163033)
3) Fariz Firmanthara A. (820163034)
4) Fatihatun Nasiroh (820163035)
5) Fatma Mardhotillah (820163036)
6) Faza Ilya (820163037)

Prodi : S1-Ilmu Keperawatan

Kelas : 3B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


Jln. Ganesha I Purwosari, Kudus (59316), Telp/Fax. 0291-442993/437218
Website: http://www.stikesmuhkudus.ac.id
Email: secretariat@stikesmuhkudus.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena atas berkat
dan rahmat-Nya sehingga makalah tentang “Askep Keluarga dengan Ibu Menyusui”, untuk
mata kuliah Keperawatan Keluarga dapat terselesaikan dengan baik. Tujuan dari pembuatan
makalah ini ialah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing kepada
kami sebagai mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Kudus dan agar supaya mahasiswa dapat mengetahui lebih banyak materi dengan baik.

Dengan makalah ini, diharapkan dapat memudahkan kita dalam mempelajari kembali
materi Keperawatan Keluarga. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
cara penulisan maupun isi dari makalah ini, karenanya kami siap menerima kritik maupun
saran dari dosen pembimbing dan pembaca demi tercapainya kesempurnaan dalam
pembuatan makalah berikutnya.

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini,
kami sampaikan penghargaan dan terimakasih. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa
melimpahkan berkat dan bimbingannya kepada kita semua.

Kudus, 25 Agustus 2019

Penyusun

Kelompok11
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................................
KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB IPENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 1
BAB IIPEMBAHASAN ............................................................................................................ 2
2.1 Pengertian Menyusui ...................................................................................................... 2
2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Untuk Menyusui ......................................................... 3
2.3 Masalah Dalam menyusui ............................................................................................... 4
2.4 Pola Menyusui Yang Benar ............................................................................................ 6
2.5 Posisi Menyusui Yang Benar .......................................................................................... 6
BAB IIIPENUTUP .................................................................................................................. 11
3.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................................. 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Mantan presiden Soeharto telah menyebutkan bahwa sasaran rencana Pembangunan
Jangka Panjang II adalah peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu dengan manusia berkualitas sehat, kuat dan cerdas kita dapat mempercepat,
memperluas, memperdalam pembangunan di segala bidang. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah dengan melakukan pembinaan kesehatan anak sejak dini melalui
kegiatan kesehatan ibu dan anak, perbaikan gizi balita dan pembinaan balita agar setiap
balita yang dilahirkan akan tumbuh sehat dan berkembang menjadi manusia Indonesia
yang tangguh dan berkualitas.
Agar dapat mempersiapkan manusia yang berkualitas tersebut, maka kita perlu
memelihara gizi anak sejak bayi berada dalam kandungan. Bayi dan anak yang mendapat
makanan yang bergizi akan tumbuh menjadi anak yang sehat, cerdas, dan terhindar dari
berbagai penyakit infeksi. Selain memperhatikan gizi bayi maka perlu memelihara gizi
ibu terutama masa hamil dan menyusui. Bayi yang lahir dari ibu yang gizinya baik selain
dapat tumbuh dan berkembang dengan baik juga akan member air susu ibu (ASI) yang
cukup untuk bayinya. ASI merupakan makanan bergizi yang paling lengkap, aman,
higienis, dan murah. ASI juga meningkatkan keakraban ibu dan anak yang bersifat
menambah kepribadian anak di kemudian hari. Itulah sebabnya ASI terbaik untuk bayi.
Dari berbagai studi dan pengamatan menunjukkan bahwa dewasa ini terdapat
kecenderungan penurunan penggunaan ASI dan mempergunakan pemberian ASI dengan
susu formula di masyarakat. Dengan kenaikan tingkat partisipasi wanita dalam angkatan
kerja dan sasaran komunikasi dan transportasi yang memudahkan periklanan susu buatan
serta luasnya distribusi susu buatan terdapat kecenderungan menurunnya kesediaan
menyusui maupun lamanya menyusui baik di pedesaan maupun perkotaan. Menurunnya
jumlah ibu yang menyusui sendiri bayinya pada mulanya terdapat pada kelompok ibu di
kota-kota terutama pada keluarga berpenghasilan cukup yang kemudian menjalar sampai
ke desa-desa meskipun menyadari pentingnya pemberian ASI tetapi budaya modern dan
kekuatan ekonomi yang semakin meningkat telah mendesak para ibu untuk segera
menyapih anaknya dan memilih air susu buatan sebagai jalan keluarnya. Meninngkatnya
lama pemberian ASI dan semakin meningkatnya pemberian susu botol menyebabkan
kerawanan gizi pada balita dan bayi.
Berdasarkan penilaian yang sumbernya dari berbagai survey yang telah dilakukan,
antara lain SDKI 1991 sebanyak 52,5% bayi mendapatkan ASI eksklusif, tahun 1994
sebanyak 47,3% dan tahun 1997 pencapaian ASI eksklusif sampai dengan 4 bulan adalah
52%. Pencapaian tersebut menurut kriteria WHO masuk dalam kategori tidak mencukupi
(Novita, 2011).
Masalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga
dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena
dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain itu, kebiasaan memberikan makanan
secara dini pada Masalah pemberian ASI terkait dengan masih rendahnya pemahaman
ibu, keluarga dan masyarakat tentang ASI. Tidak sedikit ibu yang masih membuang
kolostrum karena dianggap kotor sehingga perlu dibuang. Selain itu, kebiasaan
memberikan makanan secara dini pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari
kurang berhasilnya pemberian ASI eksklusif. Hal ini mendorong ibu untuk lebih mudah
menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan susu formula karena
memberikan susu formula dianggap elit dan menjadikannya sebuah gengsi. Misalnya,
bayinya mengkonsumsi susu formula merek tertentu dan mahal atau alasan lain.
Masyarakat saat ini menginginkan budaya instan atau yang praktis dan tidak
membebani, dengan kata lain penampilan atau keindahan tubuh menjadi indikator gaya
hidup (Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2010). Hal ini sangat berpengaruh jika dikaitkan
dengan keharusan ibu menyusui anaknya. Banyak upaya yang dilakukan tenaga kesehatan
untuk membimbing menyusui karena ibu belum mengetahui manfaat ASI (Air Susu Ibu)
bagi dirinya dan bagaimana mereka bisa berhasil dalam menyusui di kemudian hari
(Riksani, 2012).
Setelah melahirkan ibu akan mengalami kehilangan berat badan selama hamil sekitar
5-6 kg akibat pengeluaran bayi, plasenta, air ketuban dan darah. Pada saat ini terjadi
penurunan berat badan sebanyak 2-3 kg melalui diuresis, pengeluaran lokia dan involusi
uteri. Tetapi ada sebagian ibu yang masih mengalami kelebihan berat badan sekitar 1,4-2
kg. Penelitian menunjukkan setelah melahirkan, ibu akan mengalami perubahan atau
penurunan berat badan antara 5-11 kg disebabkan proses 3 kelahiran dan memberikan
bayinya ASI eksklusif (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian menyusui ?


2. Apa saja fakor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui ?
3. Apa saja masalah dalam menyusui ?
4. Bagaimana pola menyusui yang benar ?
5. Bagaimana posisi menyusui yang benar ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian menyusui
2. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui
3. Untuk mengetahui masalah dalam menyusui
4. Untuk mengetahui pola menyusui yang benar
5. Untuk mengetahui posisi menyusui yang benar

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Menyusui
Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang terdiri
atas haid, konsepsi, kehamilan, persalinan, menyusui, dan penyapihan
(Prawirohardjo, 2009)
Menyusui adalah proses pemberian air susu ibu (asi) kepada bayi sejak lahir
sampai usia 2 tahun.jika bayi di berikan ASI saja sampai usia bulan tanpa
menambahkan dan mengganti dengan makanan atau minuman lainnya merupakan
proses menyusui eksklusi menurut WHO,2010
Menyusui adalah suatu proses alamiah yang besar artinya bagi kesejahteraan
bayi, ibu, dan keluarga. Namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau
menghentikan menyusui lebih dini. Oleh karena itu ibu-ibu memerlukan bantuan agar
proses menyusui lebih berhasil. Banyak alasan yang dikemukakan oleh ibu-ibu yang
tidak menyusui bayinya antara lain tidak memproduksi cukup ASI, bayinya tidak mau
menghisap. Disamping itu cara menyusui yang tidak baik dan tidak benar dapat
menimbulkan gangguan pada putting susu ibu (Marmi, 2012).

2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Ibu Untuk Menyusui

Menurut (Aprillia, 2010). faktor yang mempengaruhi ibu untuk menyusui


sebagai berikut, antara lain :
a. Faktor psikis
Status psikis mendasari ibu dan pendukungnya untuk keberhasilan
menyusui, termasuk percaya diri ibu dan komitmennya untuk menyusui. Bayi
yang merasa kenyang adalah kepuasan bagi ibu menyusui. Dukungan orang-
orang terdekat juga termasuk kedalam factor psikis. Dukungan bisa dilakukan
dengan banyak cara, diantaranya memberi informasi atau pengetahuan tentang
keuntungan menyusui dan cara menyusui, member pengertian, membesarkan
hati, menyayangi, dan member pertolongan fisik agar ibu dapat menyusui
bayinya. Pemberi dukungan dapat berasal dari dimana saja, mulai dari
keluarga, suami, teman, teman dekat, tenaga kesehatan, sampai lingkungan
hidup.

b. Faktor tenaga kesehatan


Dukungan yang diberikan tenaga kesehatan dapat membangkitkan rasa
percaya diri ibu untuk membuat keputusan menyusui bayinya. Informasi
tentang perawatan payudara selama masa kehamilan, lama menyusui,
keuntungan menyusui, dan inisiasi menyusui dini merupakan dukungan tenaga
kesehatan yang dapat membantu menyukseskan kelangsungan pemberian ASI
eksklusif.
c. Faktor demografi
Faktor demografi terbagi menjadi dua, yaitu factor sosiodemografi dan
factor biomedik. Yang termasuk factor sosiodemografi diantaranya usia,
pendidikan, status perkawinan, suku, tingkat sosial, dan penghasilan.
Sementara yang termasuk factor biomedik adalah jumlah kelahiran,
kesehatanbayi, dan kesehatan ibu (selama hamil, melahirkan, dan setelah
melahirkan)
2.3 Masalah Dalam Menyusui
Berikut adalah masalah-masalah yang biasanya terjadi dalam menyusui menurut
Saleha ,2009.,antara lain :
a. Putting susu lecet
Sebanyak 57% ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada
puting.Penyebab lecet tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup
oleh mulut bayi.
2) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau zat iritanainnya untuk
mencuci putting susu.
3) Bayi dengan frenulum lingue (lidah yang pendek), sehingga menyebabkan bayi
sulit mengisap sampai kekalang payudara dan isapan hanya pada putting susu
saja.
4) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan
kurang berhati-hati.
Penatalaksanaan :

1. Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya sedikit.
Untuk menghindari tekanan local pada puting, maka posisi menyusu harus sering
diubah. Untuk puting yang sakit dianjur ka mengurangi frekuensi dan lamanya
menyusui. Untuk menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan
tangan pompa, kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
2. Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi diangin-
anginkan sebentar agar melembutkan putting sekaligus sebagaian teriinfeksi. c.
Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk membersihkan
payudara.
3. Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak sampai
terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
Pencegahan :

1. Tidak membersihkan putting susu dengan sabun, alkohol, atau zat-zat iritan lainnya.
2. Sebaiknya untuk melepaskan putting dari isapan bayi pada saat bayi selesai menyusu,
tidak dengan memaksa menarik puting, tetapi dengan menekan dagu atau dengan
memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
3. Posisi menyusui harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai kekalang payudara
dan menggunakan kedua payudara.
b. Payudara bengkak
Penyebab :

Pembengkakan payudara terjadi karena ASI tidak disusui dengan adekuat,


Gejala :

 Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi,
karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi
,kulit pada payudara Nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara
terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan
tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih
mudah menyusu.
Penatalaksanaan :

1. Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.


2. Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi rasa
nyeri. Bisa dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk melancarkan
pembuluh darah.
3. Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk melancarkan
aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.
Pencegahan :

1. Susukan bayi tanpa jadwal.


2. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi kebutuhan
bayi.
c. Saluran susu tersumbat
Penyebab :

1. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada waktu menyusui.


2. Pemakaian bra yang terlalu ketat.
3. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susuter kumpul tidak segera dikeluarkan,
sehingga terbentuklah sumbatan.
Gejala :

1. Padawanita yang kurus, gejalanya terlihat dengan jelas dan lunak pada perabaan.
2. Payudara pada daerah yang mengalami penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir.
Penatalaksanaan :

1. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak, dapat dilakukan masase serta kompres
panas dan dingin secara bergantian.
2. Bila payudara masih terasa penuh, ibu dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan
tangan atau dengan pompa setiap kali selesai menyusui.
3. Ubah-ubah posisi menyusui untuk melancarkan aliran ASI.
Pencegahan :

1. Perawatan payudara pasca persalinan secara teratur, untuk menghindari terjadinya


statis aliran ASI.
2. Posisi menyusui yang diubah-ubah.
3. Mengenakan bra yang menyangga, bukan yang menekan.

d. Mastitis (radang pada payudara)

Penyebab :

1. Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
2. Putting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadinya payudara bengkak.
3. Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi.
Gejala :

1. Bengkak, nyeri pada seluruh payudara/nyeri lokal.


2. Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol.
4. Panas badan.

e. Abses payudara

Merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis.


Gejala :

1. Payudara lebih merah dan mengkilap.


2. Benjolan lebih lunak karena berisi nanah, sehingga perlu diinsisi untuk mengeluarkan
nanah tersebut.
Penatalaksanaan :

1. Teknik menyusui yang benar.


2. Kompres air hangat atau dingin.
3. Terus menyusui pada mastitis.
4. Susukan dari yang sehat.
5. Rujuk.
6. Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotic bila abses bertambah. Bila terjadi abses,
menyusui dihentikan, tetapi ASI tetap dikeluarkan

2.4 Pola menyusui


Pada awal menyusui ,sebelum menyemburnya susu,pengisapan berjalan cepat
dan dangkal serta panjang dan tidak sering istirahat untuk menelan.bila keadaan
ini terus berajalan,maka ini merupakan suatu tanda bahwa pengaliran susu tidak
lancar.seiring penyusuan,penyemprotan susu bertambah lambat dan pendek,dan
istirahat menjadi lebih panjang sampai berairnya menyusu ketika pengisapan
berubah menjadi denyutan saja dan bayi melepaskan payudara.periode akhir
penyusunan sangat penting dan ibu harus di beritahu agar jangan melepaskan
bayi sebelum waktunya,melainkan menunggu sampai bai melepaskan payudara
itu sendiri,karena lemak yang terkandung dalam ASI berada pada tingkat
tertinggi.salah satu tanda pelekatan yang baik adalah bahwa puting harus tetap
berbentuk bulat dan tidak berubah.sukar untuk memberi batasan tentang
lamanya menyusu karena bersifat individual bagi tiyap bayi pada akhir
penyusuan bayi akan menjadi lebih santai dan akan melepaskan payudara,puting
harus terlihat bulat dan sehat.pada beberapa minggu pertama biasanya bayi
menyusu 8-12 kali sehari.(Maria Pollard,2015)

2.5. Posisis menyusui yang benar


Menurut Anik ,Maryunani 2012 sebagai berikut :
A Posisi menyusui bagi ibu dengan persalinan spontan/normal :
1. Ibu yang melahirkan secara spontan dapat lebh leluasa dalam memilih posisi
menyusui,apakah posisi menyusui itu sambil duduk/ berbaring menyamping
2. Apabila ibu memilih posisi duduk,gunakan kursi yang nyaman : upayakan
telapak kaki ibu mengina lantai
3. Gunakan bangku kecil sebagai pengganjal bila posisi kaki agak menggantung
4. Apabila ASI berlimpah dan alirannya deras,terdapat posisi khusus untuk
menhindari agar bayi tidak tersedak
5. Caranya ibu terlentang lurus,sementara bayi di letakan di atas perut ibu dalam
posisi berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara
B posisi menyusui bagi ibu dengan persalinan seksio caesarea :
1. Football position adalah posisi menyusui yang di sarankan untuk ibu yang
melahikan melalui SC
2. Pada posisi ini,tubuh bayi di gendong dengan salah satu tangan ibu
3. Usahakan letak kepala bayi beada tepat di bawah payudara dan membentuk
garis lurus dengan bayi
4. Posisi ini aman karena bagian bawah perut ibu yang masih nyeri akibat oprasi
dapat terlindungi
5. Dengan posisi ini juga merupakan posisi yang paling nyaman baik ibu maupun
bainya
C. Posisi menyusui bagi ibu yang melahirkan bayi kembar
1. football position juga merupakan posisi yang tepat bagi ibu untuk menyusui
bayi kembar
2. caranya :
a) kedua tangan ibu memeluk masing – masing satu kepala bayi sepeti
memegang bola
b) letakan tepat dibawah payudara ibu
c) posisi kaki bayi boleh di biarkan menjuntai keluar
d) untuk memudahkan,kedua bayi dapat diletakan pada satu bidang
datar yang memiliki ketinggian kurang lebih seinggang ibu
e) dengan demikian,ibu cukup menopang kepala kedua bayi
kembarnya saja
f) cara lainnya adalah dengan meletakan bantal di atas pangkuan ibu
DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. IlmuKebidanan. Jakarta: BPSP


Yesie, Aprillia. 2010. HipnostetriRileks, Nyaman, danAmanSaatHamil&Melahirkan.
Jakarta :Gagas Media
Saleha, sitti. 2009. AsuhanKebidananPadaMasaNifas. Jakarta :SalembaMedika.
WHO, (2010). Pengertian ASI Eksklusif. Jakarta: World Health Organization.
Maryunani Anik,2012.Insiasi Menyusui Dini,ASI Eksklusif dan Manajemen
Laktasi.Jakarta:TIM
Pollard Maria.ASI asuhan berbasis bukti/Maria Polard : alih bahasa, E.Elly
Wiriawan;editor edisi bahasa Indonesia ,Mario Sadar B.Hutagalung,Eka Anisa
Mardella.- Jakarta:EGC,2015
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA TN/NY ........
DENGAN PENYAKIT ........... DI DESA .............

PENGKAJIAN KELUARGA

HARI / TANGGAL :
JAM :
OLEH :

I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : ………………………………………………..
2. Alamat : ………………………………………………..
………………………………………………..
………………………………………………..
………………………………………………..
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : ………………………………………………..
4. Pendidikan Kepala Keluarga: ……………………………………………..
5. Komposisi Keluarga : ………………………………………………..
N NAMA J HUB. UMUR PEND BC Status Imunisasi
O K DG G Polio DPT Hepat Cam
KET
KK itis pak
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

Genogram :
Tiga generasi

6. Tipe Keluarga :

7. Suku Bangsa :

8. Agama :
9. Status Sosial Ekonomi Keluarga :

10. Aktifitas rekreasi keluarga :

II. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga :

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini :

12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi:

13. Riwayat keluarga inti:

14. Riwayat keluarga sebelumnya:


III. Lingkungan

15. Karakteristik Rumah: Denah Rumah

16. Karakteristik tetangga dan komunitas RW:

17. Mobilitas geografis keluarga:

18. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:

19. Sistem pendukung keluarga:


IV. Struktur Keluarga

20. Pola komunikasi keluarga:

21. Struktur kekuatan keluarga:

22. Struktur peran (Formal dan Informal):

23. Nilai dan Norma Keluarga:

V. Fungsi Keluarga

24. Fungsi afektif:

25. Fungsi sosial:

26. Fungsi Perawatan kesehatan:


27. Fungsi reproduksi:

28. Fungsi ekonomi:

VI. Stres dan Koping Keluarga:

29. Stresor jangka pendek dan panjang:

30. Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi / stressor:

31. Strategi koping yang digunakan:

32. Strategi adaptasi disfungsional:

VII. Harapan Keluarga


VIII. Pemeriksaan Fisik : ( SEMUA ANGGOTA KELUARGA )

ANALISA DATA
NO DATA (S DAN O) PROBLEM
1 DS :

DO :

DIAGNOSA KEPERAWATAN : ( MENGGUNAKAN DIAGNOSA TUNGGAL )


1.
2.
3.
Skala Prioritas Untuk Menentukan
Asuhan Keperawatan Keluarga
( Bailon dan Maglaya , 1978 )
Diagnosa keperawatan :

No Kriteria Skor Bobot Jumlah Pembenaran


1 Sifat Masalah 1
Skala :
 Tidak/ kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Keadaan sejahtera
1

2 Kemungkinan Masalah Dapat di 2


Ubah
Skala :
 Mudah 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat diubah
0
3 Potensial Masalah Dapat di 1
Cegah
Skala :
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah
1
4 Menonjolan Masalah 1
Skala :
 Masalah berat, harus 2
ditangani
1
 Ada masalah tapi tidak perlu
ditangani
 Masalah tidak dirasakan 0
Total :

Skoring :
1. Tentukan skore untuk setiap criteria
2. skore dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
Skore x bobot
angka tertinggi
3. Jumlahkan skore untuk semua criteria
INTERVENSI KEPERAWATAN KELUARGA
NO DATA DOMAIN DAN DIAGNOSIS NOC NIC TTD
( NURSING OUTCOME ) (NURSING INTERVENTION
CLASSIFICATION )
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN KELUARGA
NO HARI/TANG DIAGNOSA KEP. IMPLEMENTASI RESPON HASIL TTD
GAL/JAM KELUARGA
EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA

NO HARI/TANGGAL NO EVALUASI TANDA TANGAN


DIAGNOSA
S :

O :

A :

P :

Anda mungkin juga menyukai