Anda di halaman 1dari 4

AKAR-AKAR NASIONALISME DI INDONESIA

A. Berkembangnya Kesadaran Nasional

Pergerakan Nasional adalah berbagai gerakan atau aksi yang dilakukan dalam bentuk organisasi
modern menuju ke arah yang lebih baik dalam kehidupan masyarakat Indonesia (1908-1945).

Adapun faktor-faktor pendorong gerakan nasional ada dua, yaitu dari dalam dan luar negeri :
a. Faktor dari dalam negeri
1. Penderitaan rakyat yang terus menerus sebagai akibat penjajahan menimbulkan keinginan
untuk berjuang melepaskan penjajahan.
2. Politik etis, melahirkan golongan terpelajar yang berpikir tentang ide-ide demokrasi dan
membangkitkan kesadaran akan nasib bangsanya sehingga golongan ini kemudian
membentuk suatu kekuatan sosial untuk menuntut kesejahteraan dan kemerdekaan
nasional.
3. karena sebagian rakyat menganut agama Islam, maka timbul pengertian perang suci
(jihad) bahwa Indonesia adalah Islam sedangkan Belanda sebagai bangsa kafir

b. Faktor dari luar negeri


1. Kemenangan Jepang dalam perang Rusia pada tahun 1904-1905. Kemenangan ini telah
mendorong kebangkitan bangsa-bangsa Asia termasuk Indonesia. Pada tahun 1904-1905
timbul perang antara Jepang dan Rusia. Dalam perang itu ternyata Jepang lebih unggul dan
mampu mengalahkan Rusia yang besar. Kemenangan Jepang atas Rusia ini telah
menghapuskan anggapan bahwa bangsa Barat yang berkulit putih tidak mungkin dapat
dikalahkan oleh bangsa yang berkulit kuning. Sejak peristiwa kemenangan itu, bangsa-bangsa
Asia dan Afrika bangkit dan penuh percaya diri untuk mencoba mengikuti langkah Jepang
mengalahkan kulit putih yang berkuasa. Dengan belajar dari bangsa Jepang kaum terpelajar
mencoba memperbaiki kelemahan-kelemahan bangsanya. Setelah “samurai” (ksatria-ksatria)
Jepang menyadari ketidakmampuannya melawan meriam Amerika yang didemonstrasikan
Commodore Perry tahun 1854, mulailah bangsa Jepang merubah taktik perlawanannya.
Mereka mendatangkan ahli teknik bangsa Barat ke negerinya untuk diteladani
keterampilannya. Mereka mengirimkan mahasiswa-mahasiswa Jepang ke Eropa untuk
belajar..
2. Adanya gerakan nasional di negara-negara lain misalnya Gerakan Nasional di India, Philipina
dan China

B. Latar Belakang Lahirnya Golongan Terpelajar


Abad ke-19 merupakan keuntungan bagi pemerintah kolonial Belanda. Politik Eksploitasi melalui
Tanam Paksa menghasilkan keuntungan tak terkira. Keuntungan yang diperoleh oleh Belanda
tersebut antara lain :
1. Dapat melunasi utang negara
2. membuat jalan-jalan kereta api, gedung-gedung, serta
3. membangun pusat perindustrian.

Akar nas Page 1


Tetapi akibat yang ditimbulkan bagi rakyat Indonesia berbanding terbalik dengan keadaan
Belanda, yaitu penderitaan rakyat yang tak terkira hebatnya. Itu sebabnya kritik pedas terhadap
sistem tanam paksa gencar terlontar sehingga secara berangsur-angsur tanam paksa
dihapuskan. Pada masa itu tuntutan di Eropa mengharuskan sistem tanam paksa diubah ke
sistem yang lebih liberal (bebas), yaitu Politik Pintu Terbuka, tetapi prakteknya di Hindia Belanda
tetap sama yaitu berlangsungnya eksploitasi tanah jajahan.
Perkembangan perusahaan perkebunan menuntut perluasan tanah. Bukan saja tanah kosong
tetapi tanah pesawahan rakyat pun diubah menjadi tanah perkebunan, sehingga tanah-tanah
petani di Pulau Jawa semakin sempit. Politik Liberal menekankan harus adanya perlindungan
pada rakyat tetapi keuntungan perusahaan banyak mengandalkan pada upah buruh yang
rendah. Hal ini tentu saja menyebabkan rakyat tetap menderita. Karena semua inilah, Partai
Liberal yang menguasai Parlemen Belanda menuntut adanya suatu perubahan dalam sistem
pemerintahan di Hindia-Belanda, yaitu perubahan yang dapat membawa peningkatan
peradaban rakyat pribumi.
Berhasilnya tuntutan mereka mengakibatkan dijalankannya Politik Etis (Politik Hutang Budi).
Mereka beranggapan bahwa bertahun-tahun pemerintah kolonial Belanda mengeruk
keuntungan dari kekayaan, waktu dan tenaga pribumi. Semua itu anggaplah sebagai hutang
Belanda kepada bangsa Indonesia. Perubahan ini tidak terlepas dari tulisan Conrad Theodor Van
Deventer dalam majalah De Gids yang berjudul Eean Eereschuld atau Debt Of Honour (Hutang
Kehormatan) tahun 1899 yang telah merintis diterapkannya Politik etis di Indonesia. Hutang
kehormatan itu dapat dibayar Belanda melalui perubahan-perubahan hidup serta budaya yang
dapat meningkatkan kemakmuran rakyat pribumi, yang dilakukan dengan 3 cara yaitu :
1. Irigasi , membangun saluran-saluran air untuk meningkatkan pertanian
2.Transmigrasi, memindahkan penduduk dari tempat padat ke tempat yang jarang
penduduknya
3. Edukasi, mendirikan sekolah-sekolah untuk memajukan rakyat Indonesia. Politik Etis
kemudian didukung “Politik Asosiasi” yang menghendaki kesatuan kerja sama yang erat
antara golongan Eropa dengan rakyat pribumi, kesatuan tentunya dalam kerangka kolonial,
sehingga kebutuhan akan tenaga-tenaga terdidik dan ahli mendorong pemerintah untuk
mendirikan Sekolah dasar, menengah dan sekolah pamongpraja.
Pada abad ke-20. Ia lahir terutama sebagai reaksi atau perlawanan terhadap kolonialisme dan
karenanya merupakan perla`wanan terhadap colonial VOC dan Belanda yang terutama
digerakkan oleh raja-raja dan pemimpinpemimpin agama.
Kolonialisme modern, sebagaimana diterapkan VOC dan Belanda di Indonesia mengandung
setidaknya 3 unsur penting.
1. Politik dominasi oleh pemerintahan asing dan hegemoni pemerintahan asing tersebut
terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa Indonesia. Karena itu nasionalisme Indonesia di
bidang politik bertujuan menghilangkan dominasi politik Negara asing dengan membentuk
pemerintahan berkedaulatan rakyat yang dipimpin badan permusyawaratan dan
permufakatan dalam perwakilan.
2. Eksploitasi ekonomi. Sikap pemerintah colonial berusaha mengeksploitasi sumber alam
negeri yang dijajah untuk kemakmuran dirinya, bukan untuk kemakmuran negeri jajahan.

Akar nas Page 2


Rakyat juga diperas dan dipaksa bekerja untuk kepentingan ekonomi colonial, misalnya
system Tanam Paksa (Culturstelsel) yang diterapakn pemerintah Hindia Belanda di Jawa pada
awal abad ke-19 dan menimbulkan perlawanan seperti Perlawanan Diponegoro. Karena itu,
nasionalisme Indonesia hadir untuk menghentikan eksploitasi ekonomi asing dengan
berdikari.
3. Penetrasi budaya. Kolonailisme juga secara sistematis menhapuskan jati diri suatu bansga
dengan mengahncurkan kebudayaan dan budaya bangsa yang dijajahnya, termasuk agama
yang dianutnya. Caranya dnegan melakukan penetrasi budaya, terutama melalui system
pendidikan. Karena itu, dibidang kebudayaan, nasionalisme Indonesia bertujuan
menghidupkan kembali kepribadian bangsa yang harus diselaraskan dengan perubahan
zaman

C. Pelaksanaan Politik Etis


Ratu Wihelmina kemudian menerapkan Politik Etis ini di Indonesia, namun dalam
pelaksanaannya tetap saja rakyat Indonesia yang mengalami kerugian, hal ini disebabkan :
1. Irigasi, digunakan untuk mengairi perkebunan tebu dan tembakau milik pengusaha Belanda.
2.Transmigrasi, ke luar Jawa khususnya Sumatra dimaksudkan unutk mempermudah pengusaha-
pengusaha luar Jawa memperoleh tenaga kerja yang murah.
3. Edukasi, kepada rakyat dibatasi untuk mengenyam pendidikan dengan adanya aturan :
a. Pendidikan Barat diberikan kepada orang-orang Eropa, keturunan dan orang-orang pribumi
dari kaum bangsawan dengan Bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar.
b. Pemberian pendidikan untuk golongan terendah disesuaikan dengan kebutuhan untuk
menghasilkan tenaga kerja murah. Tetapi bagaimanapun juga perkembangan dari hasil
Politik Etis telah menumbuhkan suatu golongan cerdik-pandai di kalangan rakyat Indonesia,
golongan inilah yang pertama kali sadar akan dirinya dan keadaan yang serba terbelakang
dari masyarakat bangsanya. Mereka bangkit menjadi suatu kekuatan sosial baru dan
berjuang untuk perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak hanya menuntut kesejahteraan
ekonomi rakyat, tetapi juga menuntut kemerdekaan nasional.

D. PENDIDIKAN MASA KOLONIAL


Pendidikan kolonial adalah pendidikan yang diorganisir oleh pemerintah Kolonial.
Penyelenggaraan pendidikan itu seiring dengan kepentingan pemerintahan itu sendiri, berupa
kebutuhan akan pegawai terdidik dan terampil, baik di kantor atau perkebunan. Karena
kepentingan itu pada mulanya pendidikan tidak merata untuk semua orang. Terdapat
perbedaan antara anak keturunan Eropa dan anak bumi putera. Pelaksanaan pendidikan bagi
bangsa Indonesia diselenggarakan pemerintah Belanda dengan ciri-ciri khusus sebagai berikut:
a. Gradualisme (berangsur-angsur, lambat dan bertahap) dalam penyediaan pendidikan
b. Sistem Dualisme dalam pendidikan yang mendiskriminasikan pendidikan bagi anak Belanda
dan pendidikan untuk bumi putera.
c.Pendidikan dilaksanakan dengan keterbatasan tujuan, yakni menghasilkan pegawai
administrasi
d. Perencanaan pendidikan yang sistematis untuk pendidikan anak bumiputera sama sekali tidak
ada.

Akar nas Page 3


Masing-masing sekolah berdiri sendiri tanpa hubungan organis antara satu dan yang lain serta
tanpa jalan untuk melanjutkannya. Peraturan pendidikan :
1. pendidikan Barat diberikan kepada penduduk pribumi dengan bahasa belanda sebagai
bahasa pengantar
2. pemberian pendidikan untuk penduduk golongan rendah disesuaikan dengan kebutuhan.
Pendidikan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang bermutu cukup tinggi
untuk industri, ekonomi dan pemerintahan
pendidikan diarahkan untuk menghasilkan tenaga ahli tingkat rendahan yang berupah
murah.

Akar nas Page 4

Anda mungkin juga menyukai