Anda di halaman 1dari 8

JOURNAL READING

“Vernal Keratoconjunctivitis in Public Primary School


Children in Nigeria: Prevalence and Nomenclature”

Oleh :
Rima Tresnawati
1620221224

Pembimbing :
dr.Retno Wahyuningsih, Sp.M

Kepaniteraan Klinik Departemen Kesehatan Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa
Fakultas Kedokteran UPN “Veteran” Jakarta
Tahun 2018
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

“Vernal Keratoconjunctivitis in Public Primary School


Children in Nigeria: Prevalence and Nomenclature”

Disusun dan diajukan untuk memenuhi persyaratan tugas


Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Mata
Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa

Oleh :
Rima Tresnawati
1620221224

Ambarawa, Maret 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M)


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Journal Reading yang berjudul “Vernal
Keratoconjunctivitis in Public Primary School Children in Nigeria: Prevalence and
Nomenclature”. Journal Reading ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat Kepaniteraan
Klinik Bagian Ilmu Kesehatan Mata.

Penyusunan makalah ini terselesaikan atas bantuan dari banyak pihak yang turut membantu
terselesaikannya makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Retno Wahyuningsih, Sp.M selaku pembimbing dan
seluruh teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Mata atas kerjasamanya selama penyusunan
makalah ini.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna perbaikan yang
lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri, pembaca maupun bagi
semua pihak-pihak yang berkepentingan.

Ambarawa, Maret 2018

Penulis
Artikel Penelitian

KeratoKonjungtivitis Vernal Pada Siswa Sekolah Dasar Di Nigeria : Prevalensi Dan


Nomenclature

Roseline E. Duke,1 Friday Odey,2 and Stefan De Smedt3

1University of Calabar Teaching Hospital, Calabar Children’s Eye Center, Department of Ophthalmology, Calabar,
Cross River State, Nigeria
2University of Calabar Teaching Hospital, Department of Pediatrics, Calabar, Cross River State, Nigeria
3Department of Ophthalmology, AZ Sint-Maarten Hospital, Mechelen, Belgium

Objektif : Penelitian ini bertujuan untuk menambah informasi tentang prevalensi dan pola
keratokonjungtivitis vernal pada siswa SD di Cross River State, Nigeria. Metode : Menggunakan
survey secara cross sectional, melingkupi 5 sekolah dasar dengan teknik multistage sampling.
Pemeriksaan mata secara menyeluruh dilakukan pada 1226 siswa. Hasil : prevalensi
keratokonjungitivitis vernal sekitar 18,1% pada populasi penelitian, dengan rasio laki laki dan
perempuan 1.8 :1 , tingkat keparahan klinis pada 223 anak dengan keratokonjungtivitis vernal
yaitu : 43 (19,3%) dalam fase tidak aktif, 134 (60,1%) ringan, 44 (19,7%) sedang dan 2 (0,9%)
berat. Tipe klinis yang dilaporkan yaitu : limbal 67 (30,0%), tarsal 105 (47,1%) dan tipe campuran
(Mixed) berjumlah 51 orang (22,9%). Kesimpulan : keratokonjungtivitis vernal umumnya terjadi
dalam kondisi kronis dan merupakan permasalahan yang penting untuk kesehatan masyarakat.
Diagnostik klinis sederhana dalam nomenclature yang mendeskripsikan keratoonjungtivis vernal
untuk pelayanan kesehaan primer sangat diperlukan.

Pendahuluan

Keratokonjungtivitis vernal merupakan masalah kesehatan yang penting, terutama pada


daerah yang panas dan kering di Africa, yang merupakan penyakit alergi kronis pada mata yang
terjadi predominan pada anak anak dan menyebabkan gangguan penglihatan sedang hingga berat
pada anak, peningkatan progressivitas terjadi ketika bersamaan dengan terjadinya campak,
defisiensi vitamin A dan opthalmia neonatorum pada beberapa negara dalam dekade terakhir, dan
kasus tersebut menyebabkan kebutaan. Kejadian keratokonjungtivitis vernal paling sering terjadi
pada anak anak di Nigeria, dilaporkan sebagai penyebab paling tinggi anak anak mendatangi poli
klinik mata (21%), manifestasi klinis biasanya ringan dan self limiting, 10% berisiko menjadi
buruk dan terancam mengalami kebutaan pada usia dewasa. Karena risiko tersebut, pentingnya
untuk mendiagnosis dan mengelola keratokonjungtivitis vernal secara baik pada pelayanan
kesehatan mata primer dengan menggunakan pengklasifikasian penyakit tersebut. Penelitian ini
berfungsi untuk mengetahui prevalensi dan pola Keratokonjungitivitis vernal pada anak sekolah
dasar di Cross River State, Nigeria, serta untuk mengembangkan pengklasifikasian konjungtivitis
vernal pada pengaturan pelayanan kesehatan mata tingkat primer.
Metodologi Penelitian

Study Setting : Dilakukan di Calabar, bagian selatan LGA di Cross State River, Nigeria, antara
September hingga Desenber 2014 di musim kering. Dengan luas area 264 km dan populasi 191.603
Calabar termasuk pada daerah tropis dengan curah hujan ketika musim penghujan sangat deras,
berkisaran 1300mm/sqm hingga 3000mm/sqm, dengan rata rata 3000mm dan kelembapan relative
dibawah 85%. Dengan rata rata suhu berkisar diantara 30 derajat, dan vegetasi hutan mangrove,
hutan hujan, savannah juga pegunungan. Daerah ini mempunyai ciri khas curah hujan maksimal
ketika bulan July dan September. Masyarakat Calabar selatan predominant bekerja sebagai
nelayan, petani, dan mayoritas berperkonomian dibawah rata rata.

Populasi Study : Yaitu seluruh siswa pendidikan sekolah dasar di Calabar selatan, Cross River
State. Kriteria inklusi, siswa usia 4-15 tahun pada sekolah dasar dan siswa sekolah dasar yang
tidak hadir pada pemeriksaan mata yang dilakukan pada hari tersebut. Kriteria eksklusi penyebab
lain keratonjungtivitis alergi yaitu dibedakan dengan seasonal allergic conjungtivitis, dan
perennial allergic conjungtivitis dengan adanya papilla pada tarsal dan juga limbal , juga dibedakan
dengan atopic conjungtivitis yang lebih sering terjadi pada usia yang lebih tua, serta riwayat atopi
pada wajah dan siku dengan menggunakan Hanifan and Rajka Diagnostic Criteria for Atopic
Dermatitis. Study dilakukan secara cross sectional.

Perhitungan Besar Sampel : Di dapatkan 50 anak perkelas, dan untuk sekolah umum terdapat 6
kelas sehingga total persekolah yaitu 300 anak. Dengan kerangka sampling 1500 terdiri dari
seluruh siswa yang terdaftar sekolah dasar umum di Calabar. Beberapa dari mereka tidak hadir
pada hari pemeriksaan sehingga harus dikunjungi dan orangtua diundang sehari setelahnya untuk
dilakukan wawancara dan juga sebelumnya telah dilakukan inform concent.

Metode Sampling: Menggunakan metode multistage sampling dimana terdapat 21 sekolah dasar
di Calabar, langkah pertama dipilih 5 sekolah dasar secara acak lalu dilakukan simple random
sampling untuk memilih kelas dari sekalah yang telah terpilih dari tingkat dasar 1 hingga tingkat
dasar 6, dipilih 6 kelas untuk penelitian, untuk penentuan siswa yg terlibat dalam penelitian,
dilakukan random sampling untuk mendapatkan 50 siswa perkelas jika jumlah siswa perkelas
tersebut berjumlah lebih dari 50 siswa.

Wawancara dan Pemeriksaan: Seluruh siswa dilakukan pengumpulan data klinis dan
demografik dari siswa yang terlibat dalam penelitian serta orangtua dari siswa tersebut di
wawancarai dan dilakukan pemeriksaan mata pada siswa oleh team peneliti yang terdiri atas
perawat bidang mata, ophtometrist dan ophthalmologist. Data demografis termasuk data sekolah,
data pribadi siswa, serta data klinis yang meliputi riwayat sistemik dan mata, antropometri,
pemeriksaan dermatologi, pemeriksaan system respirasi, pemeriksaan penglihatan, autorefraksi
dan pemeriksaan mata lainnya yang dilakukan oleh optahlomologist.

Definisi operasional: Penyakit vernal pada mata meliputi atas tarsal, limbal dan juga campuran
keratokonjungtivitis vernal yang sama seperti yang didefinisikan penelitian lainnya. Vernal
konjungtivitis diartika sebagai muculnya papilla pada konjungtiva dengan diameter >1mm pada
tarsus bagian atas yang diketahui pula sebagai tarsal vernal. Sedangkan vernal keratokonjungtivitis
didefinisikan sebagai adanya papilla dengan diameter >1mm pada tarsus bagian atas serta adanya
papilla pada limbal dengan atau tanpa adanya trantas dot. Untuk vernal limbitis didefinisikan tanpa
adanya papilla berdiameter >1mm didaerah tarsus bagian atas dan adanya papilla pada limbal,
yang sering disebut dengan tipe limbal vernal. Vernal keratokonjungtivitis terdiagnosis pada anak
anak jika memiliki gejala persistent seperti edema difusa pada konjungtiva palpebral, penebalan
atau hipertrofi papilla, konjungtivitis papilla dengan ukuran yang besar dan inflitrasi limbal.

Management Data dan Analisis: Menggunakan Microsoft Excel dan SPSS versi 20 untuk
Windows. Deskripsi statistic digunakan untuk merangkum variabel dan menggunakan uji Chi
Square dan Pearson’s Correlation untuk mengukur kolerasi dan asosiasi dengan derajat
kepercayaan 95% dan nilai signifikan pada p< 0.05.

Hasil

Dari total 1500 siswa yang diperkirakan untuk ditelusuri di 5 sekolah dasar. 123 (8.2%)
anak yang terdaftar pada sekolah tidak hadir ke sekolah pada hari pemeriksaan. 8 anak dapat
dilakukan pemeriksaan tersebut di rumahnya dan tidak memiliki konjungtivitis vernal. Dan
beberapa anak yang tak bisa dilakukan pemeriksaan dikarenakan tidak dapat dijangkau lokasinya
untuk di periksa. 151 orangtua tidak bersedia untuk di inform concernt. Sehingga 1226 anak yang
dapat diinterview dan dilakukan pemeriksaan. Table 1 menampilkan demografi pada populasi

Prevalensi keratokonjungtivitis vernal terdapat pada 223 anak (18.1%) ,dengan pria
berjumlah 145 (65%) dan perempuan 78 (35%) dan rata rata usia 9.3±2.39 dan 9.32±2.12 untuk
laki laki dan perempuan secara statistic tidak signifikan p=0.094, ratio antara laki laki dan
perempuan 1.8:1 yang juga tidak spesifik signifikan secara statistic.

Table 2 mendeskripsikan dari tingkat keparahan Keratokonjungtivitis vernal. Table 3


menggambarkan tipe klinis dari Keratokonjungtivitis vernal dan penggolongan yang di sarankan.
Hubungan antara frekuensi diagnosis Keratokonjungtivitis vernal dan suhu lingkungan pada hari
pemeriksaan dilakukan di sekolah dilaporkan pada table 4. Terdapat hubungan yang signifikan
antara frekuensi diagnosis Keratokonjungtivitis dengan suhu lingkungan.

Diskusi

Vernal keratokonjungtivitis umumnya bersifat kambuhan dan merupakan reaksi inflamasi


alergi bilateral pada mata yang dimediasi oleh aktivitas igE yang terjadi pada anak anak dan
dewasa muda pada dua dekade terakhir. Informasi tentang Keratokonjungtivitis vernal pada
beberapa negara seperti Nigeria telah berbasis umum di data rumah sakit. Sebagian besar pada
data rumah sakit menunjukan prevalensi Keratokonjungtivitis vernal antara 2-6% pada seluruh
usia. Pada populasi penelitian , prevalensi sebesar 18.1% pada anak usia sekolah dasar, dimana
hasil tersebut lebih besar dari prevalensi yang dilaporkan sebelumnya dengan design penelitian
yang sama di Afrika.

Hasil lebih besar pada penelitian yang dilakukan dikarenakan seleksi bias yang minimal,
serta siswa dengan keadaan ringan maupun kondisi Keratokonjungtivitis vernal yang sedang tidak
aktif termasuk dalam perhitungan penelitian dan merupakan yang paling banyak di derita oleh
siswa. Dan orang tua rata-rata tidak memeriksakan keadaan mata anaknya ke rumah sakit bila
dengan gejala ringan atau dalam kondisi tidak aktif, sehingga tidak terhitung pada data di rumah
sakit. Hasil tersebut sama dengan yang didapatkan pada penelitian di Rwanda yang menyatakan
prevalensi Keratokononjungtivitis vernal pada populasi penelitian lebih besar dari yang didata
sebelumnya , pada usia 0-14 tahun sebanyak 42%.

Walaupum tidak signifikan secara statistic dengan jenis kelamin, lebih banyak laki laki
yang terdiagnosis Keratokonjungtivitis vernal. Dan hal tersebut juga sejalan dengan data yang di
dapatkan sebelumnya, dimana hal tesebut telah menjadi pola di Nigeria dan beberapa negara
lainnya. Onset Keratokonjungtivitis vernal biasanya terjadi setelah usia 5 tahun dan gejala
berkurang ketika telah pubertas dan mulai menghilang ketika menginjak usia 25 tahun. Diagnosis
Keratokonjungtivitis vernal ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis, riwayat sebelumnya
pada pasien dan munculnya gejala dan tanda klinis pada pasien. Gejala utama yang sering terjadi
adalah gatal pada mata yang berhubungan dengan lakrimasi, fotofobia, sensasi benda asing pada
mata dan rasa terbakar. Mucus yang tebal pada mata dan kelopak mata kadang terjadi, gejala
tersebut dapat terjadi sepanjang tahun namun lebih sering terjadi ketika musim panas atau musim
kering. Pada penelitian yang dilakukan sekarang, tipe klinis yang paling dominan adalah tipe
tarsal. Tipe palpebral secara demografi lebih banyak terjadi pada daerah Eropa dan Amerika,
sedangkan tipe mixed dan limbal banyak diremukan di Asia dan Afrika.

Penegakan diagnosis lebih awal sangat dianjurkan untuk membantu tatalaksana pada
Keratokonjungtivitis vernal. Meskipun Keratokonjungtivitis vernal pada kasus berkaitan dengan
keterlibatan kornea namun pada kondisi tidak aktif atau kondisi ringan hal tersebut bisa tidak
ditemukan. Pengklasifikasian baru ini membantu untuk memudahkan untuk mendiagnosis dan
memberikan terapi serta untuk mengurangi progressifitas penyakit dari tahun ke tahun, dan
penyakit vernal pada mata bisa melingkupi spectrum tarsal, limbal dan tipe mixed, yaitu vernal
konjungtivitis di definisikan sebagai adanya papilla konjungtiva dengan diameter lebih dari 1 mm
pada tarsal bagian atas yang equivalent dengan tipe vernal tarsal, lalu vernal limbitis didefinisikan
tidak adanya papilla conjungtival berdiameter lebih dari 1mm pada tarsal bagian atas namun
terdapat papilla pada limbal atau terdapat trantas dots. Sedangkan untuk tipe mixed vernal yaitu
adanya papilla konjungtiva dengan diameter lebih dari 1mm pada bagian tarsal atas serta adanya
papilla pada limbus baik ada maupun tanpa trantas dots. Sehingga tipe mixed keratokonjuntivitis
vernal pun dapat terdiagnosis pada pelayanan kesehatan primer pada tingkat primer dan dapat di
tatalaksana.
Beberapa faktor risiko yang menyebabkan keratokonjungtivitis vernal diantaranya adalah
genetic, endokrin, neurogenic, iklim, dan social ekonomi. Vernal keratokonjungtivitis bisa terjadi
sepanjang tahun, walaupun pada beberapa penelitian menyebutkan keratokonjungtivitis muncul
pada sepertiga awal musim kering dan penelitian yang lain mengatakan muncul dua pertiga akhir
di musim kering. Dan eksaserbasi dapat muncul dipengaruhi paparan ulang allergen, sinar
matahari, angin, dan juga debu. Pada musim kering dengan peningkatan suhu lingkungan
menaikan kasus keratokonjungtivitis dan juga kejadian eksaserbasi terutama tipe limbal. Pada
kasus ringan pada musim kering berubah menjadi kasus sedang, namun patofisiologi tentang
terjadinya hal tersebut masih belum jelas.

Keterbatasan penelitian ini penelitian dilakukan oleh satu ophtalmologist tanpa kolaborasi
dengan klinisi lainnya. Hal ini penting agar tidak terjadi missdiagnosis vernal keratokonjungtivitis
. Selain itu untuk mendapatkan data sosiodemografi dari orangtua partisipan sedikit terhambat
dikarenakan unsur tradisi dan budaya, dan hanya 80% dari populasi target yang dapat
berpartisipasi pada penelitian.

Pada penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa estimasi populasi anak yang terkena
keratokonjungtivitis vernal cukup besar dan dapat memberikan gambaran untuk perkembangan
penyakit kronis dan implikasinya untuk pelayanan kesehatan, serta menjadi bukti bahwa
keratokonjungtivitis vernal merupakan salah satu penyakit yang diperhitungkan di Nigeria
sehingga modifikasi sederhana untuk membantu menegakan diagnosis dan pengklasifikasian di
sarankan untuk digunakan pada pelayanan kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai