Anda di halaman 1dari 3

Insaniyah (Manusiawi)

Konsep Allah bersifat insaniyah dan ‘alamiyah. Makna insani-yah ialah ia diturunkan untuk
meningkatkan taraf hidup manusia, membimbing dan memelihara sifat-sifat humanistik-nya
serta menjaga dari kedurjanaan sifat hewani agar tidak mengalahkan sifat kemanusiaannya.
Untuk itu, maka disyariatkanlah semua bentuk ibadah bagi manusia dalam rangka memenuhi
kebutuhan ruhaninya. Dengan demikian manusia bukan semata-mata raga yang terdiri dari
unsur tanah yang membutuhkan makan, minum dan nikah, tetapi ia juga ruh yang luhur yang
menempati raga itu.Konsep Allah juga memelihara kemuliaan manusia yang dianugerahkan
Allah Sang Pencipta, yang Menjadikannya khalifah di muka bumi dan yang Menyuruh
malaikat bersujud kepadanya serta yang telah Mengabadikan kemuliaan itu dalam kitab-Nya.
70 : ‫) َوﻟَ َﻘ ْﺪ َﻛ ﱠﺮ ْﻣﻨَﺎ ﺑَﻨِ ْﻲ آ َد َم )اﻹﺳﺮاء‬

“Dan sungguh Kami telah memuliakan bani Adam (manusia).” (QS al-Isra’ : 70).

Konsep Allah menaruh perhatian besar terhadap manusia seutuhnya, baik raga, jiwa maupun
pikirannya. Konsep Allah memperhatikan raga manusia dengan mewajibkan
pemelihara-annya dan melarang segala bentuk penyiksaan walaupun dengan ibadah.

Islam Ramah Bukan Islam Marah


Ukhuwah Insaniyah Memperkokoh Perdamaian
Ukhuwah Insaniyah Memperkokoh Perdamaian
By Redaksi Islam Ramah on September 11, 2018
ISLAMRAMAH.CO, Islam merupakan agama yang menjunjung tinggi kemanusiaan. Agama
Islam selain menganjurkan umatnya untuk membangun persaudaraan antar umat Islam
(ukhuwah islamyiah), juga menganjurkan umatnya untuk membangun persaudaraan antar
sebangsa (ukhuwah wathaniyah), dan persaudaraan antar umat manusia (ukhuwah
basariyah/insaniyah). Karena itu, dalam prinsip ajaran Islam, menjaga kehormatan umat
manusia adalah kewajiban.

Selaras dengan hal itu, Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy
Faisal Zaini mengatakan, inti ajaran Islam adalah membangun persaudaraan antar umat
manusia. Tidak ada perdamaian di dunia ini tanpa sikap pengertian dari setiap manusia untuk
saling melindungi dan memahami hak dan kewajiban masing-masing individu maupun
kelompok.

Menurutnya, kesadaran memperkuat persaudaraan merupakan kunci dalam mewujudkan


perdamaian dunia yang menjadi impian semua manusia. “Kunci dari perdamaian dunia itu
harus memperkokoh dulu ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia),” kata Helmy
di gedung PBNU, Jakarta, Senin (10/9).
Menurut tokoh kelahiran Cirebon itu, cara dakwah yang tidak mengedepankan akhlak dan
keramahan bisa merusak esensi dakwah itu sendiri. Dakwah yang lebih mengedepankan
kekerasan dan cara-cara teror dan menakut-nakuti bisa mengaburkan makna Islam. Oleh
karena itu, dakwah yang harus dilakukan adalah dakwah yang santun dan damai.

“Cara-cara yang tidak dengan bil hikmah wal mauidhotil hasanah (dengan hikmah dan
pelajaran yang baik). Ini yang justru akan mengaburkan makna Islam sendiri,” pungkasnya.

Ukhuwah Insaniah, yaitu persaudaraan dan persahabatan sesama manusia yang disebut
brotherhood humanities. Semua umat manusia sebagai makhluk social tidak mungkin dapat
hidup sendirian, karena itu satu sama lain hakekatnya saling membutuhkan untuk
berinteraksi. Hubungan yang lain, seperti hubungan ekonomi, politik, peradaban,
kebudayaan, dan lain sebagainya.

Dalam melakukan interaksi di tengah masyarakat, setiap diri manusia dari mana pun latar
belakangnya, budaya, adat istiadat, bangsa dan agama selalu mengharapkan agar terjalin
hubungan yang baik dan saling menguntungkan. Baik secara alamiah maupun batin.
Manusia dalam kehidupan di dunia terdiri dari berbagai ras, bangsa, suku, adat istiadat, dan
berbagai kelompok diharapkan agar saling mengenal dan saling memahami. Dengan
demikian, maka akan terwujud kedamaian dunia dan persaudaraan sesama umat manusia.

Allah Swt, berfirman:

Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikanmu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antaramu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Mengenal. (QS. Al-Hujurat, 49:13).

Perbedaan dan persamaan dalam berbagai bidang kehidupan dari manusia di seluruh dunia
merupakan fitrah Allah, karena itu tidak boleh ada paksaan untuk mengikuti agama atau
peradaban tertentu. Semua manusia diberi kebebasan oleh Allah Swt. Untuk menetapkan
jalan hidupnya berdasarkan akal fikiran yang dimilikinya.

Allah Swt, berfirman:

Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi dan
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang
yang beriman semuanya?. (QS. Yunus, 10:99)

Mengenai kehidupan beragama, ditegaskan dalam Al-Qur’an agar tidak saling memaksa
antara satu pemeluk agama dengan pemeluk agama lain. Al-Qur’an mengarahkan agar umat
beragama meyakini agamanya dengan kesadaran dan keinsyafan yang tulus, karena jelas
antara petunjuk dan kesesatan serta telah jelas pula antara hak dan batil.

Allah Swt, berfirman:

Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada tali yang amat kuat
yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS.
Al-Baqarah, 2: 256)

Dalam surat Al-Kafirun ditegaskan, bahwa setiap pemeluk agama hendaknya konsekuen
meyakini agamanya masing-masing dan beribadah menurut meyakinnya.

Allah Swt, berfirman:

Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah
Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu dan untukku agamaku” (QS Al-Kafirun,
109:1-6)

Persaudaraan sesame umat manusia atau Ukhuwah Insaniah telah dipraktikkan Rasulullah
Saw sejak beliau hijrah ke Madinah. Sebagaimana diketahui masyarakat Madinah di masa
Nabi Saw adalah masyarakat multikultural yang terdiri dari berbagai ras, bangsa, agama, dan
peradaban. Masyarakat Madinah yang multikultural itu dijalin dan dirajut dalam
persaudaraan atau Ukhuwah Insaniah melalui Konstitusi Madinah. Konstitusi Madinah atau
piagam Nabi Muhammad Saw merupakan konstitusi tertulis pertama di dunia, terdiri dari
sepuluh bab, berisi 47 pasal. Antara lain; mengatur persaudaraan seagama, persaudaraan
sesama umat manusia, pertahanan bersama, perlindungan terhadap minoritas, pembentukan
suatu umat atau bangsa, dan aturan-aturan lain yang lebih lengkap.

Anda mungkin juga menyukai