Anda di halaman 1dari 14

MENCEGAH DAN MENANGGULANGI PENYALAHGUNAAN NAPZA

MELALUI PERAN SERTA MASYARAKAT


Abu Hanifah dan Nunung Unayah

ABSTRACT

There are some proven that Goverment have some efforts to anticipate illegal drugs market and
some activities in terms of overcoming through medical treatment. However, the total ammount
of drugs abuse is gradually gets increase in every year. Its what the reason to anticipate and
overcome drug abuse by involving common people participation. Below its the stages that should
be done: (1) dialog with local figure, (2) social enlightenment in order to enhance social participation,
(3) set up a kind of organization, (4) encouraging social awareness, set up a system, set up a
guidance, and training of some local figures, and (5) set up accesibilities for public to inform of
drugs abuse.
Keywords: anticipation, overcoming, drugs abuse and social participation

ABSTRAK

Pemerintah telah menunjukkan beberapa hasil nyata dalam upaya pencegahan peredaran gelap
napza serta penanggulangan penyalahgunaan napza melalui pengobatan secara medis. Namun
demikian jumlah penylahgunaan napza dari tahun ke tahun semakin meningkat. Oleh karena itu
upaya pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap
napza perlu ditingkatkan dengan melibatkan secara optimal peran serta masyarakat. Untuk itu
langkah-langkah yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : (1) melakukan pertemuan dengan
tokoh masyarakat lokal; (2) memberi pencerahan kepada tokoh masyarakat baik formal maupun
informal mengenai peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran gelap napza yang tertuang dalam Bab III UU RI
No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan Bab XII UU RI No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika;
(3) membentuk wadah dalam bentuk organisasi yang dikoordinasikan oleh BNN; (4) mendorong
proses membangun kesadaran masyarakat, membangun sistem, menyusun pedoman, dan melaltih

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 33


tenaga-tenaga masyarakat agar handal; dan (5) memberi akses agar masyarakat mudah
menghubungi atau melapor apabila diduga ada tindak pidana yang berkaitan dengan
penyalahgunaan napza.
Kata Kunci: Mencegah, menanggulangi, penyalahgunaan napza dan peran serta
masyarakat

I. PENDAHULUAN
Pada mulanya, narkoba atau napza mengeluarkan Inpres Nomor 6 Tahun 1971
merupakan zat-zat yang sering digunakan untuk Tentang Pembentukan Badan yang bertugas
tujuan medis atau kedokteran, seperti Mengkoordinasikan Penanggulangan Antar
menghilangkan rasa sakit, misalnya heroin yang Departemen terhadap Masalah Narkotika.
ditemukan oleh Hendrich Dresser pada tahun Jumlah penyalahgunaan narkoba atau napza
1875 (Utami,dkk;2006: 33). Heroin ini meningkat dari tahun ke tahun secara cepat.
digunakan sebagai pengganti morfin untuk Kasusnya seperti gunung es yang mencuat
melakukan pembiusan. Semula, di duga tidak kepermukaan laut, sedangkan bagian terbesar di
akan menimbulkan ketergantungan, namun baik bawahnya tidak tampak. Menurut Organisasi
heroin maupun morfin keduanya berasal dari Kesehatan Sedunia (WHO), jika terdata satu
opium malah menimbulkan ketergantungan yang kasus, berarti ada sepuluh kasus di sekitarnya,
sangat kuat. Jika zat-zat semacam ini yang tidak terdeteksi (Anonim 2007: 48 - 49).
digunakan bukan untuk keperluan medis tanpa Lebih lanjut dikemukakan angka kambuh dari
mengindahkan kaidah-kaidah medis atau dosis pecandu yang pernah dirawat pada pusat-pusat
seharusnya dan digunakan secara tetap, pada terapi dan rehabilitasi adalah 60 - 70 persen .
gilirannya dapat menimbulkan kerusakan fisik, Artinya, sebagian besar pecandu akan berulang
mental, dan sikap hidup di masyarakat. kali dirawat dan kambuh lagi. Stigma di
Penggunaan yang seperti demikian disebut masyarakat yang memandang penyalahgunaan
penyalahgunaan napza atau drug abuse. napza sebagai pelaku kejahatan menyebabkan
Lebih lanjut Prini Utami mengemukakan hanya 5 – 10 persen dirawat di Rumah Sakit
bahwa di Indonesia, kasus penyalahgunaan atau Panti. Sebagian terbesar (90 persen) berada
napza mulai terjadi membesar pada tahun 70an, di keluarga, sekolah, tempat kerja, dan
dimana pada tahun 1971 diperkirakan terdapat masyarakat, atau penjara. Itu sebabnya di kota-
2.000 - 3.000 kasus ketergantungan obat di kota besar di Indonesia tidak ada kabupaten,
berbagai rumah sakit di Indonesia meskipun data kecamatan, atau bahkan kelurahan bebas dari
statistik pada waktu itu tidak memisahkan penyalahgunaan dan peredaran gelap napza. Selain
antara pengguna narkoba dengan alkohol. Untuk data mengenai angka kambuh pecandu napza, juga
itu pemerintah melakukan upaya penanggulangan dikemukakan mengenai tingginya angka kematian.
terhadap penyalagunaan napza dengan Menurut penelitian, paling sedikit 40 orang setiap
hari di Indonesia meninggal karena

34 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


penyalahgunaan napza. Hal itu belum c. Keluarga dengan orang tua otoriter.
menggambarkan data sebenarnya karena sering Disini peran orang tua sangat dominan,
penyebab kematian tidak diungkap oleh keluarga dengan anak yang hanya sekedar
karena rasa malu. Banyak kasus napza dilaporkan harus menuruti apa kata orang tua
meninggal karena sebab lain, seperti pendarahan dengan alasan sopan santun, adat
otak, penyakit jantung, asma, dan kecelakaan istiadat atau demi kemajuan, dan masa
depan anak itu sendiri tanpa diberi
Faktor penyebab penyalahgunaan napza
kesempatan untuk berdialog dan
(Utami,2006 : 36-38), yaitu : faktor keluarga;
menyatakan ketidaksetujuan;
faktor kepribadian; faktor kelompok teman
sebaya; dan faktor kesempatan. d. Keluarga yang perfeksionis, yaitu
keluarga yang menuntut anggotanya
1. Faktor keluarga mencapai kesempurnaan dengan
Berdasarkan hasil penelitian dari Unika standar tinggi yang harus dicapai dalam
Atma Jaya dan Perguruan Tinggi Ilmu banyak hal;
Kepolisian Jakarta pada tahun 1995, jika e. Keluarga yang neurosis yaitu keluarga
keluarga kerap menjadi tertuduh dalam yang meliputi rasa kecemasan dengan
masalah tersebut, hal itu bukanlah tanpa alasan yang kurang kuat, mudah cemas
alasan.Terdapat beberapa tipe keluarga dan curiga, dan sering berlebihan dalam
yang anggota keluarganya (anak dan menanggapi sesuatu.
remaja) berisiko tinggi terlibat
2. Faktor Kepribadian.
penyalahgunaan napza. Tipe-tipe keluarga
tersebut antara lain : Remaja yang memiliki konsep diri yang
Keluarga yang memiliki sejarah (termasuk negatif dan harga diri yang rendah
orang tua) mengalami ketergantungan biasanya terjebak pada penyalahgunaan
napza; napza.
a. Keluarga dengan manajemen keluarga 3. Faktor Kelompok Teman Sebaya (Peer
yang kacau, yang terlihat dari group)
pelaksanaan aturan yang tidak Disadari atau tidak, sebuah kelompok teman
konsisten yang dijalankan oleh ayah sebaya dapat menimbulkan tekanan pada
dan ibu (misalnya, ayah bilang ya, ibu seseorang yang berada dalam kelompoknya
bilang tidak); agar berperilaku seperti kelompok itu.
b. Keluarga dengan konflik yang tinggi Karena tekanan dalam peer group itu
dan tidak pernah ada upaya semua orang ingin disukai oleh kelompoknya
penyelesaian yang memuaskan semua dan tidak ada yang mau dikucilkan. Demikian
pihak yang berkonflik. Konflik dapat juga pada kelompok teman sebaya yang
terjadi antara ayah dan ibu, ayah dan memiliki perilaku dan norma yang
anak, ibu dan anak, maupun antar mendukung penyalahgunaan napza, dapat
saudara; memunculkan penyalahgunaan baru.

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 35


4. Faktor Kesempatan Hongkong dan Australia. Dengan kata lain,
Ketersediaan dan kemudahan memperoleh Indonesia kini bukan saja sebagai daerah transit,
Napza juga dapat dikatakan sebagai tetapi telah juga menjadi daerah pemasaran dan
pemicu.Saat ini Indonesia merupakan produsen. Karena pada kenyataannya sudah
sasaran empuk bagi sindikat Narkoba ada yang memproduksi ektasi di Indonesia,
internasional untuk mengedarkan barang maka para pemakai semakin mudah
tersebut, yang pada gilirannya menjadikan mendapatkannya. Jika pada waktu-waktu yang
zat ini dengan mudah diperoleh. lalu peredarannya terbatas di tempat-tempat
Menurut Siswanto Sunarso (2010: 114) hiburan di kota-kota besar seperti Jakarta,
ketidaktahuan generasi muda pada narkoba Bandung, dan Denpasar, pada saat ini selain di
serta gejolak kepribadian dan ketersediaan wilayah pemukiman banyak pula di kampus-
narkoba merupakan pokok permasalahan kampus universitas dan sekolah menengah
dalam memerangi narkoba atau napza. Oleh sebagai pasar potensial para pengedar Nafza.
karenanya, variabel pasokan dengan Dan yang lebih menyedihkan lagi, beberapa SD
permintaan harus ditangani sekaligus. di Jakarta sudah menjadi sasaran penjualan
obat-obat yang tergolong daftar G, seperti nipam
Berdasarkan pengakuan para tersangka dan megadon.
yang berhasil dijaring polisi, kokain masuk ke
Indonesia dari Kolumbia, heroin, morfin, dan Narkoba atau napza yang beredar,
putaw dari Segi Tiga Emas Asia melalui ternyata ada yang dikendalikan oleh narapidana
Bangkok; sedangkan sabu dari China lewat yang berada di Lembaga Pemasyarakatan. Hal
Hongkong, Bangkok dan Singapura ( Kaligis, itu terbukti bahwa pabrik ekstasi di Cendana
dan Soedjono Dirjosiswono 2006 : 245). Lebih Loka Blok P I/31, Perumahan Graha Raya,
lanjut dikemukakan pasokan sabu ini, memang Bintaro, Tangerang Selatan, yang digerebek
tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung dan pada hari Jumat 26 Maret 2010 mampu
kota-kota besar lainnya. Namun peredarannya memproduksi 30.000 pil per minggu,
sudah sampai ke kota-kota kecil bahkan dikendalikan oleh Kebotdari Lembaga
kecamatan. Sabu maupun obat-obat terlarang Pemasyarakatan Cipinang. Kebot ditangkap
itu bisa sampai ketangan penadah di setiap petugas tahun 2007. Terpidana NK yang
daerah karena biasanya dibawa melalui darat. dipenjara di Lembaga Pemasyarakatan
Distribusinya sangat rapi dan rahasia, yang Cipinang, Jakarta Timur, juga terbukti masih
melibatkan mulai dari anak-anak pejabat, artis, mengendalikan bisnis ganjanya dari balik jeruji
mahasiswa, eksekutif, awak penerbangan besi. Hal itu terungkap setelah polisi menangkap
bahkan aparat keamanan. kaki tangannya dan menyita 101 kilogram ganja
senilai Rp 1,51 miliar di Jalan Raya Pasar
Menurut O.C Kaligis dan Soedjono Serpong (Kompas, 17/7-2010). Kasus lain
Dirjosisworo (2006), beberapa jenis obat terungkap dari penangkapan dua orang sindikat
psikotropika seperti pil ektasi dan sabu juga bisa membawa barang bukti 575 gram heroin dan
diproduksi atau dirakit di Indonesia, Bahkan, 86 gram sabu yang dikendalikan oleh
dilaporkan ada yang sudah mengekspornya ke narapidana yang sedang menjalani hukuman di

36 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan ketergantungan, yang dibedakan dalam
yang dikenal dengan sebutan Kapten golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam
(Kompas,14/10-2010). undang-undang ini (Agsya, 2010 :3). Lebih lanjut
Tidak kalah pentingnya beberapa kasus pada Pasal 1 ayat (2) menyebutkan prekursor
Narkotika adalah zat atau bahan pemula atau
penangkapan terhadap pengedar dan
penyalahgunaan napza berasal dari informasi bahan kimia yang dapat digunakan dalam
masyarakat. Peran serta masyarakat membantu pembuatan Narkotika.
pencegahan dan pemberantasan peredaran gelap Dalam Undang-Undang RI Nomor 5
narkotika dan psikotropika tertuang dalam Tahun 1997 Tentang Psikotropika, Pasal 1 ayat
Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 (1) dimaksudkan dengan Psikotropika adalah
Tentang Narkotika dan Undang-Undang RI zat atau obat , baik alamiah maupun sintetis
Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. bukan Narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
Dengan dasar itu makalah ini diberi judul “ melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
Mencegah dan Menanggulangi Penyalahgunaan pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
Napza Melalui Pemberdayaan Masyarakat”. aktivitas mental dan perilaku. Sedangkan Bahan
Adiktif lain adalah bahan atau zat lain yang
II. MENCEGAH DAN MENANGGULANGI tergolong Narkoba, akan tetapi tidak diatur
dalam Undang-undang tetang Narkotika atau
PENYALAHGUNAAN NAPZA Psikotropika. Contoh bahan adiktif lain : (a)
Narkoba singkatan dari Narkotika, Nikotin yang terdapat tembakau; (b) Kafein
Psikotropika dan Bahan Adiktif lain, adalah pada kopi, teh, minuman penyegar, dan pada
obat, bahan atau zat, bukan makanan, yang jika beberapa jenis obat; (c) Alkohol, yaitu minuman
masuk ke dalam tubuh manusia berpengaruh yang mengandung alkohol; dan (d) Bahan
terutama pada kerja otak atau susunan syaraf pelarut bagi keperluan rumah tangga, industri
pusat (Anonim; 2007:1). Departemen dan kantor, seperti lem, tiner, dan bensin, yang
Kesehatan atau Kementerian Kesehatan disebut solven atau inhalansia, yang
membuat singkatan Narkoba menjadi Napza. selanjutnya disebut inhalans.
Napza singkatan dari Narkotika, Psikotropika
Penyalahgunaan narkoba atau napza adalah
dan Zat Adiktif lainnya (Fachril Yuanita,
penggunaannya bukan untuk tujuan pengobatan,
2007:31).
tetapi agar dapat menikmati pengaruhnya, dalam
Dalam Undang-Undang RI Nomor 35 jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur,
Tahun 2009 Tentang Narkotika, Pasal 1 ayat (1) berlangsung cukup lama, sehingga menyebabkan
menyebutkan Narkotika adalah zat atau obat gangguan kesehatan fisik, gangguan kesehatan
yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman jiwa, dan kehidupan sosialnya (Lydia Harlina
baik sintetis maupun semisintetis yang dapat Martono dan Satya Joewana, 2006 : 43). Lebih
menyebabkan penurunan atau perubahan lanjut dikemukakan bahwa penyalahgunaan
kesadaran, kehilangan rasa, mengurangi sampai Narkoba atau Napza menjadi masalah yang
menghilangi rasa nyeri, dan dapat menumbuhkan memprihatinkan, karena terutama menimpa

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 37


generasi muda sehingga berpengaruh terhadap atau napza, juga pecandu narkotika dan korban
masa depan bangsa. Menurut laporan Rumah penyalahgunaan nwajib menjalani rehabilitasi
Sakit Ketergantungasn Obat (RSKO) di Jakarta, medis dan rehabilitasi sosial sebagaimana
dari penderita yang umumnya berusia 15 - 24 dikemukakan pada Pasal 54 dalam Undang-
tahun, banyak yang masih aktif di SMP dan SMA, Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
bahkan perguruan tinggi. Dengan demikian berarti Narkotika. Lebih lanjut pada Pasal 55 ayat (1)
generasi muda merupakan sasaran strategis mafia dalam Undang-Undang tersebut dikemukakan:
perdagangan narkoba atau napza. Oleh karena orang tua atau wali dari pecandu Narkotika
itu perlu dilakukan tindakan pencegahan atau yang belum cukup umur wajib melaporkan
preventif dilakukan secara aktif melalui kepada pusat kesehatan masyarakat, rumah
pembinaan masyarakat dengan mengadakan sakit, dan atau lembaga rehabilitasi medis dan
penyuluhan dan bimbingan. rehabilitasi sosial yang ditunjuk oleh pemerintah
Pencegahan adalah kegiatan penyuluhan untuk mendapatkan pengobatan dan atau
perawatan melalui rehabilitasi medis dan
dan bimbingan untuk memberi pengetahuan dan
rehabilitasi sosial. Rehabilitasi medis pecandu
kesadaran, tentang akibat buruk/bahaya
penyalahgunaan napza, untuk meningkatkan Narkotika dilakukan di rumah sakit yang
ketahanan daya tangkal perseorangan, keluarga ditunjuk oleh Menteri. Pada Pasal 57 disebutkan,
selain melalui pengobatan dan/atau rehabilitasi
atau masyarakat terhadap masalah
penyalahgunaan napza. Upaya pencegahan ini medis, penyembuhan pecandu Narkotika dapat
dilaksanakan melalui kegiatan diskusi, diselenggarakan oleh instansi pemerintah atau
masyarakat melalui pendekatan keagamaan dan
peningkatan kemampuan teknis, penyuluhan
sosial (Depsos RI; 2003: 119). Lebih lanjut tradisional. Sedangkan rehabilitasi sosial
dikemukakan bahwa tujuan dari upaya mantan pecandu narkotika diselenggarakan baik
oleh instansi pemerintah maupun oleh
pencegahan ini, yaitu : a) terhindar dan
terbebasnya generasi muda dari masyarakat.
penyalahgunaan napza, menumbuhkan, Dalam Undang-Undang RI Nomor 11
memulihkan, dan mengembangkan Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial, pada
keberfungsiaan sosial eks korban Pasal 7 ayat (1) menyebutkan : rehabilitasi sosial
penyalahgunaan napza sehingga dapat hidup dimaksudkan untuk memulihkan dan
secara wajar sesuai dengan norma yang mengembangkan kemampuan seseorang yang
berlaku di masyarakat; dan b) meningkatnya mengalami disfungsi sosial agar dapat
peran aktif masyarakat dalam upaya melaksanakan fungsi sosial secara wajar.
penanggulangan penyalahgunaan napza Rehabilitasi sosial sebagaimana dimaksud pada
sehingga masyarakat memiliki ketahanan sosial ayat (1) dapat dilaksanakan secara persuasive,
dan daya tangkal terhadap permasalahan motivatif, koersif, baik dalam keluarga,
penyalahgunaan napza. masyarakat maupun panti sosial.
Disamping upaya preventif atau Upaya pencegahan, penanggulangan
pencegahan terhadap penyalahgunaan narkoba penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran

38 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


gelap Narkoba diperlukan peranserta terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-
masyarakat. Masyarakat perlu mengembangkan lembaga yang mempengaruhi kehidupannya.
program dilingkungannya masing-masing Pemberdayaan menekankan bahwa orang
secara bertanggung jawab dan profesional. memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan
Agar program di lingkungan masyarakat dapat kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
berjalan baik diperlukan pemberdayaan kehidupannya dan kehidupan orang lain yang
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat adalah menjadi perhatiannya (lihat Parson, 1994 dalam
suatu asas penting dalam pengembangan Edi Suharto, 2005 : 58 – 59).
program tersebut (Anonim; Jakarta, 2007:105), Edi Suharto (2005:39) mengemukakan
yaitu: (1) bekerja bersama masyarakat, sehingga bahwa masyarakat diartikan dalam dua konsep,
menggeser tanggung jawab perencanaan dan
yaitu: 1) Masyarakat sebagai sebuah “tempat
pengambilan keputusan dari lembaga bersama”, yakni sebuah wilayah geografis yang
pemerintah dan profesional kepada masyarakat; sama. Sebagai contoh, sebuah rukun tetangga,
dan (2) melibatkan semua komponen
perumahan di daerah perkotaan atau sebuah
masyarakat.
kampung di daerah pedesaan; dan 2)
Prinsip ini merupakan paradigma dalam Masarakat sebagai “kepentingan bersama”,
pencegahan dan penanggulangan (terapi dan yakni kesamaan kepentingan berdasarkan
rehabilitasi) penyalahgunaan narkoba/napza dan kebudayaan dan identitas. Sebagai contoh,
pemberian pelayanan kepada sasaran kepentingan bersama pada masyarakat etnis
masyarakat tertentu oleh pemerintah dan monoritas atau kepentingan bersama
profesional tertentu, menjadi pemberdayaan berdasarkan identifikasi kebutuhan tertentu
masyarakat, sehingga mampu mengembangkan seperti halnya pada kasus para orang tua
dan melaksanakan rencana kegiatan mereka memiliki anak dengan kebutuhan khusus (anak
sesuai dengan kebutuhan. Sebagai cacat fisik) atau bekas para pengguna
konsekuensinya, metode pencegahan dan pelayanan kesehatan mental.
penaggulangan harus diubah dari cara-cara Terjadinya fenomena penyalahgunaan dan
konvensional atau klasikal yang dibantu oleh peredaran gelap psikotropika dan narkotika,
pemerintah dan para profesional kepada cara- menuntut perlunya tindakan nyata untuk
cara yang melibatkan partisipasi aktif pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran
masyarakat. Masyarakat harus didorong agar gelap psikotropika dan narkotika. Sunarso
mampu menyelesaikan masalah mereka sendiri. (2010:111) menyatakan Presiden Megawati
Tugas pemerintah sebagai fasilitator mendorong Soekarno Putri, pada saat membuka Lokakarya
proses membangun kesadaran masyarakat, Nasional mengenai “Peran Lembaga
membangun sistem, menyusun pedoman, dan Pendidikan dan Masyarakat dalam Upaya
melatih tenaga-tenaga masyarakat agar handal. Pencegahan Dini Penyalahgunaan Narkotika,
Dengan demikian pemberdayaan dapat diartikan Psikotropika dan Bahan Berbahaya
sebagai sebuah proses dengan mana orang (Narkoba)” di Istana Negara Jakarta. Tanggal
menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, 29 Oktober 2001, menyatakan bahwa: “dalam
berbagi pengontrolan atas, dan pengaruhnya

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 39


rangka penanggulangan Narkoba di perlukan Data dari Kantor Pengawasan dan
kemauan dan tindakan nyata mengatasi Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A2 Medan,
narkoba atau napza.” Harapan Presiden ialah: selama tahun 2009 aparat berhasil mencegah
“agar pelaku tindak kriminal yang sesungguhnya tujuh upaya penyelundupan narkotika dari
berlangsung terhadap kemanusiaan itu dijatuhi penerbangan asal luar negeri. Jenis narkotika
pidana yang seberat-beratnya.” yang diselundupkan rata-rata berupa sabu dan
Pemerintah telah menunjukkan beberapa amphetamine. Untuk kasus narkotika yang akan
diselundupkan dalam negeri melalui Bandar
hasil nyata dalam upaya pencegahan peredaran
gelap napza. Hal itu dapat dikemukakan Udara Polonia, berhasil dicegah sebanyak 12 kali
terungkapnya beberapa kasus penyelundupan tahun lalu. Rata-rata yang akan diselundupkan
adalah ganja. Di samping pencegahan beberapa
napza melalui beberapa Bandar Udara di
Indonesia yang ditulis dalam beberapa media kasus penyelundupan narkoba/napza di beberapa
massa. Misalnya Kantor Bea dan Cukai Ngurah Bandar Udara di Indonesia, juga dilaksanakan
beberapa kali penggerebekan terhadap pabrik
Rai – Bali bekerja sama dengan Polda Bali
narkoba di sejumlah kawasan privat di Jakarta
menangkap tujuh laki-laki Warga Negara Iran
yang menyelundupkan sabu dengan cara Barat (Kompas,26/3-2010). Dari penggerebekan
menyimpan dalam perut mereka. Lebh lanjut di berbagai tempat di Indonesia, terungkap dalam
penyelidikan bahwa ada kopi yang dicampur
Thomas Sugijoto Direktur Penindakan dan
Penyelidikan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai narkoba jenis keitamin di gudang pembuatannya
menyebutkan, dua bulan ini 35 Warga Negara di Dadap, Tangerang. Satuan Narkoba Polres
Metro Jakarta Barat berhasil menangkap
Iran ditangkap karena menyelundupkan sabu ke
Indonesia. Sebanyak 24 orang diantaranya tersangka LWT alias JN di rumahnya di Villa
ditangkap di Bandar Udara Soekarno – Hatta, 7 Bandara, Kelurahan Dadap Kecamatan
Kosambi, Tangerang. Di rumah tersebut
orang di Bandar Udara Ngurah Rai, dan 4 orang
di Bandar Udara Juanda Surabaya. Dari Januari ditemukan barang bukti berupa 108 gram dan
sampai pertengahan September 2010 Kantor 175 bungkus kopi merek King yang sudah
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai dicampur keitamin. Masih banyak kasus
(KPPBC) Bandara Internasional Soekarno - penyelundupan, peredaran gelap maupun
Hatta mencegah 45 kasus upaya penyelundupan penyalahgunaan napza yang dapat dicegah oleh
dari sejumlah Negara. Jumlah itu lebih tinggi dari pihak yang berwenang. Disamping itu
tahun 2009 ketika KPPBC mencegah 39 kasus dikemukakan pula data mengenai rehabilitasi
upaya penyelundupan narkotika dari luar negeri. medis yang dilaksanakan di RSKO Fatmawati
Dari 45 kasus tersebut mereka menangkap 46 Jakarta, tercatat tahun 1996 terdapat 1.727
pelaku dengan rincian warga Negara Indonesia pengguna narkoba, dan pada tahun 1999 naik
dan Malaysia masing-masing 8 orang, Iran menjadi 8.827 orang. Ini berarti dalam kurun
sebanyak 20 orang, Warga Negara India 6 orang, waktu tiga tahun penyalahgunaan narkoba yang
Taiwan 2 orang, serta Singapura dan Nigeria di rehabilitasi secara medis naik sekitar delapan
masing masing satu orang. kali lipat. Disamping itu Rehabilitasi sosial korban
penyalahgunaan napza banyak ditangani oleh

40 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


pemerintah dan masyarakat melalui panti-panti napza membentuk pribadi yang baik.
sosial yang dikelola oleh pemerintah dan swasta. Tiada alasan repot mengurus soal
pekerjaan sehingga orang tua tidak
Data dan informasi di atas menunjukkan
sempat memperhatikan kehidupan
beberapa keberhasilan pihak berwajib
anak yang hidup tanpa kasih sayang.
mencegah penyelundupan dan peredaran gelap
Ayah dan ibu mempunyai kekuasaan
napza serta menanggulangi penyalahgunaan
sepenuhnya untuk membentuk pribadi
napza melalui pengobatan secara medis, namun
yang baik terhadap kehidupan anak-
masih minim upaya pencegahan oleh pihak
anak. Kebiasaan hidup, hormat
pemerintah terhadap generasi muda sebagai
menghormati, sopan santun terhadap
sasaran sindikat peredaran gelap napza. Pokok
orang tua harus dimulai sejak masih
permasalahan dalam memerangi napza adalah kanank-kanak. Dalam hal kehidupan
mencegah penyelundupan dan peredaran gelap
beragama pun orang tua yang harus
napza serta memberi pengetahuan untuk memulainya dari kecil. Mereka harus
menyadarkan generasi muda agar tidak dibimbing mengenai Tuhan, mengenai
melakukan penyalahgunaan napza yang dapat kewajiban, belajar agama sehingga
merusak masa depan generasi muda. mengetahui berbagai perintah dan
Kita mempunyai keinginan agar generasi larangan Tuhan.
muda terhindar dari bahaya penyalahgunaan b. Para orang tua wajib melarang anak-
Narkotika. Jika mereka terjerat benda haram anaknya untuk tidak merokok dan tidak
itu, maka aset bangsa berupa sumber daya minum minuman keras. Sebagai pintu
manusia produktif terganjal, akibatnya melemah gerbang penyalahgunaan narkotika itu
daya pikir. Karena itu kita harus mendorong kebiasaan merokok dan meminum
agar generasi muda memiliki semangat anti minuman keras. Dari kebiasaan
penyalahgunaan Narkoba. Mereka menjadi merokok akan menanjak maju pada
bagian dari Granat alias gerakan anti narkotika. taraf mengisap ganja dan sampai ia
Jika mereka aktif menjadi bagian dari kelompok menghisap morfin, kemudian
yang anti narkoba, maka mereka menjadi bagian menginjeksi atau menyuntikan barang-
dari para pemantau penyalahgunaan narkoba barang berbahaya itu ke dalam
di masyarakat, dan sekaligus menjadi mitra kerja tubuhnya.
petugas keamanan, baik polisi maupun lainnya c. Kontrol Orang tua mengawasi sikap,
(Yuanita Fachril, 2007: 101-102). Lebih lanjut tingkah laku, dan kebiasaan anak-anak
Yuanita Fachril menyatakan bahwa yang secara terus menerus , apa yang dibawa
menjadi sasaran tindakan preventif ini ada tiga anak, apa isi tas sekolah anak, perlu
lembaga, yaitu keluarga, sekolah dan dikontrol dan bila terdapat hal-hal yang
masyarakat. tidak sewajarnya, anak harus diberi
1. Keluarga peringatan. Demikian pula siapa teman
bermain anak dan kemana mereka pergi
a. Peran keluarga dalam pencegahan dan
perlu diketahui oleh orang tua.
penanggulangan penyalahgunaan

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 41


d. Orang tua mengisi waktu luang anak menjadi lancar. Demikian juga perlu
jangan dibiarkan kosong sehingga ia dibina hubungan kerja sama antara
berkesempatan untuk berbuat iseng. pendidik atau para guru dengan orang
Isilah waktu luang anak dengan acara- tua murid, terutama dalam usaha
acara sesuai bakat dan minat yang pengebalan atau imunitas terhadap
berguna untuk meningkatkan bahaya napza.
keterampilan anak. d. Jika terdapat siswa yang menjadi
2. Sekolah penghisap ganja atau morfinis lainnya,
Anak sekolah dari kelompok umur 13 – 20 para guru tak usah panik, takut akan
tahun, masih sangat rentan terhadap ancaman anak-anak. Pihak sekolah
bahaya penyalahgunaan narkoba/napza, harus segera menghubungi pihak
mereka berupaya mencari jati diri. kepolisian yang terdekat untuk
Perkembangan biologi masa pubertas, penyelidikan lebih lanjut. Demikian pula
perkembangan kejiwaan, rasa ingin tahu terhadap tua murid harus segera diberi
yang tinggi dapat menyeret mereka pada tahu agar tidak terjadi salah paham.
pengalaman yang tidak semestinya. Jadi e. Murid-murid yang gemar membolos,
penting artinya membentengi mereka bandel, berlaku tidak sopan kiranya
dengan langkah-langkah yang tepat. perlu mendapat perhatian khusus
Ada beberapa hal yang perlu mendapat karena gejala tersebut merupakan
perhatian dari para pendidik atau para guru gejala penyalahgunaan napza.
untuk menangkal bahaya penyalahgunaan 3. Masyarakat
narkoba/napza di sekolah adalah sebagai Dalam masyarakat terdapat komponen
berikut. kerohanian seperti ulama, tokoh
a. Perlu diadakan penyuluhan dan masyarakat, pemimpin kepemudaan, dan
bimbingan terhadap masalah napza lain-lain. Para tokoh masyarakat tersebut
oleh tenaga ahli semisal dokter bekerjasama member wawasan dari
sehingga memiliki imunitas atau masing-masing tokoh masyarakat untuk
kekebalan terhadap bahaya napza . memberi bekal menangkal penyalahgunaan
b. Perlu diadakan kontrol terhadap napza. Ada tiga hal yang perlu disampaikan
tempat-tempat yang mencurigakan di kepada remaja, yaitu : (1) apa dan
sekolah dan sekitarnya serta diadakan bagaimana napza itu; (2) siapa yang
informan khusus. Sekali-sekali berwenang memiliki; dan (3) mengedar dan
diadakan razia narkoba, baik oleh para memakainya dan bagaimana segi hukum
guru maupun dibantu oleh petugas dari pemakai napza ditinjau dari sudut agama
kepolisian. dan hukum pidana.
c. Hubungan yang harmonis antara Mencegah dan menanggulangi
pendidik dan siswa, atau antara guru penyalahgunaan nafza, dipandang efektif
dan murid, sehingga komunikasi apabila kita dapat memerangi pemasok

42 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


barang haram berupa napza dan memberi pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan
pencerahan serta menanamkan kesadaran dan peredaran gelap narkotika dan prekursor
terhadap para remaja sebagai pengguna narkotika diwujudkan dalam bentuk: 1) mencari,
napza. Namun akan lebih efektif lagi memperoleh dan memberikan informasi adanya
apabila dalam upaya mencegah dan dugaan telah terjadi tindak pidana narkotika dan
menanggulangi penyalahgunaan napza prekursor narkotika; 2) memperoleh pelayanan
melibatkan peranserta masyarakat dalam mencari, memperoleh dan memberikan
sebagaimana tertuang dalam Undang- informasi tentang adanya dugaan telah terjadi
Undang RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika
Narkotika Pasal 104 dan 105, serta kepada penegak hukum atau BNN yang
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1977 menangani perkara tindak pidana narkotika dan
Tentang Psikotropika Pasal 54 ayat (1, 2, prekursor narkotika; 3) menyampaikan saran
dan 3 ). dan pendapat secara bertanggung jawab
kepada penegak hukum atau BNN yang
III. PERAN SERTA MASYARAKAT menangani perkara tindak pidana narkotika dan
Masyarakat perlu ikut mengambil bagian prekursor narkotika; 4) memperoleh jawaban
dalam upaya pencegahan, penanggulangan atas pertanyaan tentang laporan yang diberikan
penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran kepada penegak hukum atau BNN; dan 5)
gelap narkoba/napza dengan singkatan P4GN memperoleh perlindungan hukum pada saat
(Anonim; 2007: 103). Hal itu tertuang pada Bab yang bersangkutan melaksanakan haknya atau
III dalam Undang-Undang RI Nomor 35 Tahun diminta hadir dalam proses peradilan.
2009 Tentang Narkotika dan Bab XII dalam Selanjutnya pada Pasal 107 disebutkan:
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1997 masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat
Tentang Psikotropika, yaitu mengenai peran berwenang atau BNN jika mengetahui adanya
serta masyarakat. penyalahgunaan atau peredaran gelap narkotika
dan prekursor narkotika. Terakhir pada Pasal
Pada bab III UU. RI Nomor 35 Tahun 108 ayat (1) dinyatakan: peran serta masyarakat
2009 Tentang Narkotika, terdapat 5 Pasal, yaitu sebagai dimaksud dalam Pasal 104, Pasal 105,
Pasal 104 sampai dengan 108 yang mengatur dan Pasal 106 dapat dibentuk dalam suatu
peran serta masyarakat. Pasal 104 wadah yang dikoordinasi oleh BNN.
menyebutkan: masyarakat mempunyai
kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan Pada Bab XII Undang-Undang RI Nomor
serta membantu pencegahan dan 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika yang
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran mengatur peran serta masyarakat, tertuang
gelap narkotika dan prekursor narkotika. Pasal dalam Pasal 54. Pada Pasal 54 ini terdapat 4
105: masyarakat mempunyai hak dan tanggung ayat yang menyebutkan: 1) masyarakat
jawab dalam pencegahan dan pemberantasan memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika berperan serta dalam membantu mewujudkan
dan prekursor narkotika. Kemudian pada Pasal upaya pencegahan penyalahgunaan
106 disebutkan : hak masyarakat dalam upaya psikotropika sesuai dengan undang-undang ini

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 43


dan peraturan pelaksanaannya; 2) masyarakat masyarakat pada umumnya belum tahu
wajib melaporkan kepada pihak yang mengenai hak dan kewajiban mereka dan
berwenang bila mengetahui tentang psikotropika mereka merasa khawatir tentang keamanan
yang disalahgunakan dan/atau dimiliki secara mereka apabila mereka ikut serta dalam
tidak sah; 3) pelapor sebagaimana dimaksud pemcegahan dan penanggulangan
pada ayat (2) perlu mendapat jaminan penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran
keamanan dan perlindungan dari pihak yang gelap narkoba/napza. Untuk itu perlu diberikan
berwenang; dan 4) ketentuan lebih lanjut pencerahan kepada masyarakat melalu
mengenai peran serta masyarakat sebagaimana program pemberdayaan masyarakat agar
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan masyarakat mengerti dan menyadari hak dan
peraturan pemerintah. tanggung jawab mereka sebagai anggota
Mencermati uraian mengenai peran serta masyarakat dalam melaksanakan peran serta
masyarakat dalam upaya pencegahan, mereka dalam membantu pencegahan dan
penanggulangan penyalahgunaan dan
penanggulangan penyalahgunaan dan
pemberantasan peredaran gelap napza.
pemberantasan peredaran gelap narkotika dan
psikotropika sebagaimana yang telah Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan
dikemukakan di atas, dapat dikemukakan: 1) dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: 1)
pemerintah sangat mengharapkan bantuan pemerintah melakukan pertemuan dengan
masyarakat untuk ikut serta mencegah, tokoh masyarakat lokal (lingkungan RW, desa,
menanggulangi prenyalahgunaan dan kelurahan); 2) tujuan pertemuan: memberi
pemberantasan peredaran gelap narkotika dan pencerahan kepada tokoh masyarakat baik
psikotropika; dan 2) masyarakat mendapat formal maupun informal mengenai peran serta
jaminan keamanan dan perlindungan dari pihak masyarakat dalam upaya pencegahan dan
yang berwenang. penggulangan penyalahgunaan dan
pemberantasan peredaran gelap narkoba/nafza
Dalam kaitannya dengan bahaya narkoba/
napza ini, Pemerintah Provinsi Daerah Khusus yang tertuang dalam Bab III Undang-Undang
Ibukota Jakarta telah memberi buku panduan RI Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
praktis bagi para pengurus RT – RW di Provinsi dan Bab XII Undang-Undang Ri Nomor 5
Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang berjudul Yahun 1997 Tentang Psikotripika; 3)
“ Ancaman Narkoba Bagi Generasi Bangsa – mewmbentuk wadah dalam bentuk suatu
Mengenal, Mencegah dan Menanggulangi organisasi yang dikoordinasikan oleh BNN; 4)
Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan mendorong proses membangun kesadaran
Bahan Adiktif Lainnya”. Hal ini menunjukkan masyarakat, membangun sistem, menyusun
bahwa Pemerintah DKI Jakarta mengharapkan pedoman, dan melatih tenaga-tenaga
masyarakat ikut berpartisipasi dalam upaya masyarakat agar handal; dan 5) memberi akses
pencegahan dan penanggulangan agar masyarakat mudah menghubungi atau
penyalahgunaan dan pemberantasan peredaran melapor apabila diduga ada tindak pidana yang
gelap narkoba/napza. Permasalahannya berkaitan dengan penyalahgunaan napza.

44 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011


Dengan adanya organisasi sebagai wadah dengan masyarakat lokal di lingkungan RW,
peran serta masyarakat lokal yang Desa, Kelurahan ; (b) tujuan pertemuan :
dikoordinasikan oleh BNN dalam upaya memberi pencerahan kepada tokoh
membantu pemerintah untuk mencegah dan masyarakat baik formal maupun informal
menanggulangi penyalahgunaan dan mengenai peran serta masyarakat dalam
pemberantasan peredaran gelap napza, upaya pencegahan dan penanggulangan
diharapkan dapat mengatasi setidaknya penyalahgunaan dan pemberantasan
mengurangi ancaman narkoba/napza bagi peredaran gelap napza yang tertuang dalam
generasi muda bangsa. Bab III UU RI No. 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika dan UU RI No. 5 Tahun 1997
tentang Tentang Psikotropika; (c)
IV. PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah
dikemukakan di atas, dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
DAFTAR PUSTAKA
a. Walaupun pemerintah telah menunjukkan
hasil nyata upaya pencegahan dan Agsya, F. 2010. Undang-Undang RI Nomor 35
penanggulangan penyalahgunaan dan Tahun 2009 Tentang Narkotika dan
pemberantasan peredaran gelap napza, Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun
namun masih minim upaya pencegahan
1997 Tentang Psikotropika, Jakarta :
oleh pihak pemerintah terhadap generasi
Asa Mandiri.
muda sebagai sasaran sindikat peredaran
gelap napza. Oleh karena jumlah Departemen Sosial RI. 2003 . Pola Operasional
penyalahgunaan napza dari tahun ke tahun Pelayanan dan Rehabiltasi Sosial
semakin meningkat, maka dipandang perlu Korban Narkotika, Peikotropika
pencegahan dan penangulangan dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA),
penyalahgunaan dan pemberantasan Jakarta : Departemen Sosial RI.
peredaran gelap napza ditingkatkan dengan
melibatkan peran serta masyarakat secara Fachril, Yuanita. 2007. Narkoba, Mengenal
optimal. Untuk itu perlu dilaksanakan Untuk Menangkal, Bandung : CV.
program pemberdayaan masyarakat dalam Sarana Penunjang Pendidikan.
upaya pencegahan dan penanggulangan Kaligis, O.C dan Soedjono Dirdjosiswoyo. 2006.
penyalahgunaan dan pemberantasan Narkoba dan Peradilannya di
peredaran gelap napza.
Indonesia, Jakarta: O.C Kaligis &
b. Langkah-langkah yang perlu dilaksanakan Associates.
dalam proses pemberdayaan masyarakat,
yaitu: (a) pemerintah melakukan pertemuan

Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011 45


Kompas, 2010. Napi Di Cipinang Kendalikan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11
Pabrik, Minggu 28 Maret.. Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial, Jakarta : Departemen Sosial RI.
Kompas, 2010. Kendali Sabu Dari Bui, Sabtu
17 Juli.
Kompas, 2010. Sindikat Sabu Dikendalikan
Dari LP, Kamis 9 September.
BIODATA PENULIS
Kompas, 2010. Penyelundup Sabu Tetap
Beroperasi, Senin 13 September. Drs. Abu Hanifah : Peneliti Pada Pusat
Kompas, 2010. Warga Asing Terlibat, Kamis Penelitian Dan Pengembangan
14 Oktober. Kesejahteraan Sosial - Kementerian
Sosial RI.
Martono, Lydia Harlina dan Joewana, Satya .
2006. Belajar Hidup Bartanggung Dra. Nunung Unayah: Peneliti Pada Pusat
Jawab, Menangkal Narkoba dan Penelitian Dan Pengembangan
Kekerasan, Jakarta: Balai Pustaka. Kesejahteraan Sosial - Kementerian
Sosial RI.
Anonim; 2007. Ancaman Narkoba Bagi
Generasi Bangsa: Mengenal,
Mencegah Mengenal,Mencegah dan
Menanggulangi Penyalahgunaan
Narkotika, Psikotropika dan Bahan
Adiktif Lainnya, Jakarta : Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat
Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung:
PT Rafika Aditama.
Sunarso,Siswanto. 2010. Penegakan Hukum
Psikotropika: Dalam Kajian Sosiologi
Hukum, Jakarta: PT. Rajagrafindo
Perkasa.
Utami,Prini, dkk . 2006 . Katakan Tidak Pada
Narkoba: Mengenal Narkoba Dan
Bahayanya, Bandung: CV. Sarana
Penunjang Pendidikan.

46 Informasi, Vol. 16 No. 01 Tahun 2011

Anda mungkin juga menyukai