Anda di halaman 1dari 18

STROKE: POSISIONING, TRANSFER DAN AMBULASI PADA STROKE AKUT DAN

REHABILITASI

Stroke adalah deficit neurologi fokal atau global yang terjadi mendadak dan menetap lebih
dari 24 jam dan diakibatkan semata-mata oleh gangguan peredaran darah. Stroke akan
mengakibatkan beberapa gangguan fungsional, utamanya gangguan motorik berupa
hemiplegia, yang akan mengganggu aktifitas sehari-hari. Diperlukan pelayanan yang
komprehensif sejak awal pasien mengalami stroke, baik dari segi medis dan keperawatan
dan tim rehabilitasi (fisioterapi, terapi wicara, okupasi terapi) untuk mengembalikan
fungsional pasien stroke agar dapat kembali menjalani aktifitas sehari-hari.

Neurorestorasi adalah sub disiplin ilmu neuroscience yang mempelajari regenerasi neuron,
perbaikan struktur saraf dan neuroplastisitas. Dalam bidang ilmu fisioterapi, pemulihan
pasca stroke memanfaatkan teori neuroplastisitas, yaitu konsep neurosains yang merujuk
pada kemampuan otak dan system saraf semua spesies untuk berubah secara struktural
dan fungsional sebagai akibat dari input lingkungan. Secara aplikasi, penerapan
neuroplastisitas adalah memberikan input motorik dan sensorik secara terus menerus untuk
mengaktifkan kembali sel-sel pada area otak yang terkena gangguan dan selanjutnya akan
terjadi perbaikan fungsi dari anggota gerak tubuh secara fungsional.

Fisioterapi yang bekerja pada unit stroke memiliki keterbatasan waktu dalam memberikan
pelayanan, karenanya dibutuhkan kerjasama antara perawat dan fisioterapi dalam
pemulihan fungsi motorik dan sensorik. Kerjasama ini utamanya agar pasien mendapatkan
tehnik yang sama saat pengaturan posisi (positioning), memindahkan pasien (transferring)
dan membantu mobilitas pasien, sehingga input motorik dan sensorik yang diterima pasien
sama dan proses neuroplastisitas dapat berlangsung dengan baik.

A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan menerapkan tehnik-tehnik positioning, transferring, dan
ambulasi pada penderita stroke.

2. Tujuan khusus
a. Memahami dan menerapkan tehnik-tehnik positioning
b. Memahami dan menerapkan tehnik transferring
c. Memahami dan menerapkan tehnik dalam membantu ambulasi pasien yang aman
dan efektif serta penggunaan beberapa alat bantu.

B. Filosofi
Dalam menerapkan tehnik-tehnik positioning, transferring dan membantu ambulasi
pasien, terdapat beberapa filosofi yang harus diterapkan, yaitu:
a. Memberikan pemulihan yang optimal bagi pasien stroke
b. Pasien stroke merasa nyaman
c. Penggunaan proper body mechanic agar tenaga kesehatan merasa nyaman dan
terhindar dari cedera.

C. Prinsip-prinsip mobilisasi yang aman dan efektif


Setiap pasien stroke adalah individu yang unik dan memiliki permasalahan yang berbeda
antara satu pasien dengan lainnya. Dalam membantu mobilitas pasien baik saat
melakukan posisioning, ambulasi dan aktifitas lain haruslah mengikuti prinsip-prinsip
sebagai berikut:
1. Lakukan komunikasi dengan pasien
2. Libatkan pasien
3. Gunakan body mekanik
4. Setiap gerakan dilakukan dengan lambat dan gentle
5. Hindari shoulder pain dengan cara sebagai berikut:
a. Selalu berhati-hati saat memegang lengan yang paresis

b. Jangan pernah menarik lengan yang paresis


c. Jika menggunakan patient lifter, pastikan lengan yang paresis berada didalam sling.
Jangan biarkan lengan menggantung diluar sling.
d. Saat pasien duduk, lengan disangga

D. Gangguan yang terjadi pada stroke


Gangguan yang terjadi pada penderita stroke bergantung pada lokasi dari area otak
yang mengalami sumbatan atau perdarahan, berikut gangguan-gangguan secara umum:
1. Penurunan fungsi motorik pada satu sisi tubuh
2. Gangguan fungsi sensorik
3. Penurunan kondisi umum (pasien merasa lelah sepanjang hari)
4. Gangguan tonus postural dan tonus otot
5. Gangguan keseimbangan
6. Gangguan core stability, pasien cenderung menempatkan beban tubuh pada satu
sisi
7. Gangguan persepsi
8. Gangguan komunikasi, berupa ketidakmampuan untuk memahami instruksi dan
gangguan bicara
9. Gangguan personality, berupa kecemasan untuk bergerak dan takut jatuh
10. Gangguan kognitif, pasien kesulitan untuk memahami dan mengikuti instruksi
11. Faktor penyulit pemulihan: obesitas, fraktur, osteoarthritis, dan nyeri.

E. Positioning
Positioning adalah pengaturan posisi pasien dalam beberapa posisi tidur dan duduk
untuk mencegah resiko terjadinya kondisi-kondisi sebagai berikut:
a. Aspirasi
b. Contracture
c. Penekanan pada suatu area tubuh
d. Shoulder Pain
e. Oedema

1. Tujuan Positioning
a. Normalisasi Tonus postural atau mengurangi posisi abnormal

b. Menjaga alignment tubuh


c. Mencegah dan memperbaiki adanya deformitas
d. Menyiapkan base of support yang stabil
e. Meningkatkan stimulasi pada sisi tubuh yang paresis
f. Meningkatkan spatial awareness
g. Meningkatkan kenyamanan pasien
h. Fasilitasi pola gerak normal
i. Mengkontrol pola gerak abnormal
j. Mengurangi kelelahan
k. Meningkatkan kualitas fungsi Sistem Saraf Autonom (cardiac, digestive and
respiratory function)
l. Fasilitasi fungsional maksimum
m. Meningkatkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan

2. Jenis-jenis Positioning
Sampai saat ini belum ada penelitian yang menyatakan satu posisi paling baik untuk
penderita stroke. Namun beberapa penelitian menyarankan beberapa posisi yang
sebaiknya diberikan, yaitu duduk di kursi berlengan, tidur miring pada sisi sehat lebih
baik dari pada ke sisi paresis, duduk di kursi roda dan tidur terlentang tidak
dianjurkan.
a. Duduk di kursi atau di kursi roda
Saat penderita stroke telah mampu untuk duduk, maka sesegera mungkin mereka
difasilitasi untuk duduk diluar tempat tidur. Hal ini bermanfaat untuk membangun
toleransi, menyiapkan stimulasi maksimal, dan member sensasi kondisi normal.
Posisi duduk yang dianjurkan adalah:
1) Duduk diatas pelvis
2) Hip fleksi 90°
3) Knee fleksi 90°
4) Lumbal semi ekstensi
5) Kedua kaki dalam posisi netral dan tersangga
6) Beban tubuh terbagi kedua sisi pinggul
7) Lengan posisi netral dan tersangga

b. Tidur miring ke sisi sehat


1) Pasien tidur miring ke sisi sehat, kepala disangga dengan menggunakan bantal
maksimal 2.
2) Lengan yang paresis diposisikan menjulur kedepan, elbow lurus dan disangga
dengan bantal
3) Tungkai yang paresis diposisikan didepan tubuh untuk mencegah pasien
berguling kebelakang, knee fleksi dan disangga dengan bantal.
4) Letakan bantal kecil dibawah pinggul pasien untuk menjaga alignment tubuh
c. Tidur miring ke sisi paresis
1) Posisi shoulder yang paresis tetap ada di depan tubuh, sehingga sanggahan
tubuh ada pada bagian scapula bukan pada ujung shoulder.
2) Kepala disangga menggunakan 1 atau 2 bantal
3) Posisi tungkai yang paresis sejajar dengan trunk dan knee semi fleksi.
4) Tungkai yang sehat diposisikan didepan tubuh dengan knee fleksi dan disangga
bantal didepan tungkai yang paresis untuk memberi rasa nyaman. Posisi ini
mencegah pasien berguling ke belakang.

d. Tidur terlentang
1) Posisi ini dapat menimbulkan spastisitas, tetapi sebagian pasien senang tidur
dalam posisi ini dan biasanya saat perawatan posisi ini diperlukan saat
melakukan beberapa tindakan.
2) Sangga kepala dengan menggunakan 2 bantal dan bantu memposisikan kepala
sedikit miring ke shoulder yang sehat dan secara perlahan arahkan ke sisi yang
paresis
3) Sangga pinggul dengan bantal kecil pada sisi paresis sampai sebatas knee,
posisi ini akan merileksasi tungkai dan mencegah eksternal rotasi hip.
4) Lengan yang paresis disangga bantal dalam posisi elbow ekstensi.
5) Tinggi tempat tidur diatur agar pasien aman dan memudahkan tenaga kesehatan
atau keluarga.
F. Transferring
Mengangkat dan memindahkan pasien stroke membutuhkan tehnik yang tepat. Tehnik
yang tidak tepat dapat menimbulkan cedera bagi pasien dan orang yang membantunya.
Kita yang membantu pasien beresiko terkena low back pain dan pasien beresiko jatuh.
1. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
a. Atur jarak yang tepat antara pasien, perawat dan kursi roda untuk memudahkan
gerakan saat memindahkan pasien
b. Permukaan lantai datar dan tidak licin
c. Perawat menggunakan pakaian yang nyaman untuk memudahkan gerakan dan
tidak licin
d. Pasien sebaiknya menggunakan celana atau bantu dengan menggunakan sabuk
e. Jangan gunakan sepatu dengan alas yang licin atau sepatu tinggi
f. Saat berdiri atau posisi berlutut, base of support harus lebar untuk menjaga
stabilitas.

g. Saat mengangkat atau memindahkan pasien, posisi tubuh perawat harus sedekat
mungkin dengan pasien
h. Saat mengangkat posisi trunk perawat tetap lurus dan menggunakan kontraksi
otot-otot perut
i. Saat mengangkat pasien, kedua knee semi fleksi
j. Gunakan kekuatan otot-otot lengan dan tungkai saat mengagkat pasien

2. Hal-hal yang perlu dihindari:


a. Mengangkat pasien dengan:

1) Membungkukan tubuh
2) Hanya memakai kaos kaki tanpa sepatu
b. Saat menggerakan pasien:
1) Hindari menarik shoulder pasien agar tidak terjadi shoulder paint atau injury
2) Memutar trunk
3. Berikut contoh tehnik memindahkan pasien dengan hemiplegia kiri:

a. Siapkan kursi roda


b. Letakan kursi roda di sisi kanan
pasien

c. Kunci kursi roda

d. Lepaskan pegangan tangan


sebelah kiri

e. Angkat injakan kaki

f. Perawat berdiri di sisi kanan pasien


g. Pasien disiapkan untuk miring ke
kanan
h. Angkat tangan kanan pasien
sampai sebatas shoulder

i. Letakan tangan kiri pasien diatas


perut

j. Silangkan kaki kiri pasien diatas


kaki kanan
k. Perawat berdiri dengan lutut kanan
ditekuk menumpu pada tempat tidur

l. Pegang shoulder dan hip kiri


m. Lalu secara simultan miringkan
pasien ke kanan

n. Pindahkan pasien dari tidur miring


ke posisi duduk
o. Turunkan kedua kaki ke lantai

p. Tahanan dengan memegang


shoulder kanan (di bagian scapula)
dan hip kiri
q. Dudukan pasien
r. Pada saat mendudukan pasien,
perawat memindahkan beban
tubuhnya dari kiri ke kanan.

s. Siapkan pasien untuk posisi duduk


keberdiri
t. Tahan lutut kiri pasien dengan lutut
perawat
u. Tahan kedua pinggul pasien
dengan kedua tangan perawat

v. Tarik kedua pinggul pasien ke


depan
w. Atau sampai kedua kaki pasien
menapak ke lantai

x. Kedua tangan pasien diletakan


mengelilingi bahu perawat

y. Bawa tubuh pasien ke depan


z. Tahan pinggul pasien dan sangga
kedua knee
aa. Instruksikan pasien untuk berdiri
dengan bantuan perawat

bb. Siapkan pasien untuk berdiri dan


berpindah keposisi duduk di kursi
roda
cc. Berdirikan pasien dengan knee
tersangga oleh perawat
dd. Putar pasien ke kursi roda
ee. Lakukan dengan memutar kedua
kaki perawat
ff. Tubuh pasien di bungkukan sedikit
dan di arahkan untuk duduk

gg. Letakan kedua kaki di pijakan kursi


roda
hh. Pasang kembali pegangan tangan.

G. Latihan Range of Motion (ROM)


Latihan ROM adalah latihan untuk mengembalikan fleksibilitas dan mobilitas dengan cara
menggerakan satu bagian tubuh sampai mencapai ROM normal. Latihan ini dapat
dilakukan secarapasif, assisted, aktif, dan restricted.
1. Tujuan Latihan ROM
a. Mengurangi spastisitas dan muscle stiffness
b. Mengurangi nyeri akibati imobilisasi

2. Prinsip Dasar Latihan


a. Idealnya latihan dilakukan 1 kali per hari
b. Untuk setiap gerakan ulangi sampai 10 kali
c. Mulai latihan dengan dosis minimal dan ditingkatkan secara berkala
d. Lakukan latihan sampai mencapai ROM penuh sampai ada uluran pada otot,
namun jangan melakukan gerakan menarik (force)
e. Selama latihan, ekstremitas tetap disangga
f. Lakukan gerakan dengan lambat, perhatikan respon wajah pasien saat dilakukan
latihan.

3. Latihan Extremitas Bawah

a. Fleksi – ekstensi jari-jari kaki


Stabilisasi kaki dengan
menyangga telapak kaki.
Tangan yang lain secara
perlahan menggerakan satu
persatu jari kaki atau secara
keseluruhan kedepan dan
belakang.
b. Stretching tumit
SanggaTumit dan letakan
telapak kaki pada lengan,
tangan yang lain memegang
pergelangan kaki. Dorong tumit
kedepan dan tekuk ke arah
knee dan lakukan stretching
pada m. Gastrocnemius dan m.
soleus

c. Rotasi ankle
Posisi knee lurus dan tangan
menyangga ankle, tangan yang
lain memegang bagian kaki di
bawah jari-jari, lalu gerakan ke
bagian luar dan dalam.

d. Rotasi Hip
Sangga tungkai dibawah knee
dan tumit. Posisi knee dan hip
fleksi 90°, lalu gerakan kaki
mendekati dan menjauhitubuh
(rotasi).

e. Fleksi – ekstensi hip


Sangga tungkai di bawah knee
dan tumit. Angkat knee
mendekati dada. Untuk gerakan
ini, hip tidak boleh di lakukan
rotasi. Kaki sejajar dengan hip,
tidak ada inverse atau eversi.
Gerakan tungkai kembali ke
posisi awal.
f. Abduksi Hip
Sangga tungkai di bawah knee
dan tumit. Knee tetap lurus,
gerakan tungkai kearah
menjauh dari tubuh sekitar 45°,
lalu bawa kembali ke arah
dalam tubuh.

g. Stretching harmstring
Tangan menyangga pada knee
dan tumit. Angkat tungkai ke
atas dengan posisi knee lurus.
Kembali ke posisi awal
h. Rotasi lumbal
Tekuk kedua knee dan saling
menempel. Putar trunk ke satu
sisi, kembali ke posisi awal dan
lakukan untuk sisi yang lain.

4. Latihan Extremitas Atas

a. Fleksi – ekstensi jari-jari


Sangga lengan di bagian
wrist dan tangan yang lain
menggenggam jari-jari.
Gerakan jari-jari dengan cara
menggerakan wrist kedepan
dan belakangsejauh 90°.
b. Fleksi – ekstensi ibu jari
Gerakan ibu jari ke arah jari
kelingking dan luruskan
kembali sampai terulur.

c. Fleksi – ekstensi elbow

Sangga lengan di bagian


lengan atas dan lengan
bawah. Fleksikan elbow
sampai menyentuh shoulder,
lalu luruskan kembali.

d. Fleksi – ekstensi shoulder


Sangga lengan dibagian
elbow dan wrist. Gerakan
shoulder ke atas sampai
melewati kepala dengan
memutar telapak tangan ke
dalam dan elbow tetap lurus.

e. Internal – eksternal rotasi


shoulder
Sangga lengan di bawah
elbow dan lengan bawah.
Posisikan lengan abduksi
90°. Putar lengan ke arah
kepala untuk gerakan
eksternal rotasi dan putar
kearah kaki untuk gerakan
internal rotasi.
f. Horizontal shoulder
abduction
Letakan tangan di belakang
kepala. Secara perlahan
arahkan elbow ke arah
tempat tidur dan tahan
sesuai toleransi. Rasakan
stretching di area dada.

H. Mobilisasi
1. Bridging dan latihan trunk bagian atas
a. Minta atau bantu pasien untuk:
1) Tekuk kedua lutut, kedua kaki menapak pada Kasur
2) Angkat hip dari Kasur
3) Arahkan hip ke kanan dan kiri untuk ke posisi tidur miring

b. Gerakan trunk bagian atas dengan cara dengan meletakan lengan kita ke bawah
sholder pasien, lalu gerakan ke arah kita.

2. Berguling kedua sisi


Minta atau bantu pasien untuk:
a. Tekuk kedua lutut sebelum berguling
b. Sangga lengan yang pasresis
c. Pandangan kearah sisi berguling
d. Bantu berguling dengan menggunakan hip dan shoulder

3. Berpindah dari tidur ke duduk


a. Bantu pasien berguling ke salah satu sisi
b. Kedua kaki menjuntai di tepi tempat tidur
c. Dorong lengan untuk menegakan tubuh, pandangan lurus ke depan
d. Duduk dengan tegak
4. Berpindah dari duduk ke berdiri
Proses ini bukan proses mengangkat, minta pasien melakukan sesuai urutan sebagai
berikut:
a. Posisi duduk tegak dengan hip berada di tepi tempat tidur
b. Kedua telapak kaki menapak penuh dan di buka selebar bahu
c. Condongkan hip ke depan
d. Gerakan shoulder ke depan
e. Berdiri tegak

5. Berjalan
a. Alat bantu jalan:

b. Panduan untuk membantu pasien berjalan:

1) Saat membantu berjalan, pegangan


tangan ada pada ibu jari dan lengan
bawah. Jika pasien tidak
menggunakan alat bantu jalan, berdiri
di sisi sehat dan minta pasien untuk
mendorong tangan elbow ke tangan
kita sebagai sanggahan.
2) Untuk pasien yang menggunakan
tongkat, tripod atau quadripod, letakan
tongkat pada sisi sehat dan kita
membantu dari sisi yang paresis.

3) Jika pasien menggunakan walker dan


ada salah satu sisi tubuh yang paresis,
kita berdiri pada sisi yang paresis. Satu
tangan kita memegang bagian
belakang tubuh pasien, yaitu pada
bagian pinggang. Dapat juga dengan
menggunakan sabuk. Gunakan tangan
yang lain untuk membantu
menyeimbangkan walker.

4) Jika pasien hanya memerlukan


bantuan minimal, kita dapat berdiri
dibelakang pasien dengan memegang
pada kedua hip.
Referensi:

1. Butterworth Heinemann Oxford, Auckland, Johannesburg, Melbourne, New Delhi.


2. Francine Carrier-Stevens, PT. Natasha Uens, PT. Chelsea Foster, RN.
3. Janet H, Carr E, Roberta B. (1998). Optimizing motor performance. Neurological
Rehabilitation
4. Susan E. (2002). A Problem solving approach Churchill Livingstone, Edinburgh
London, New York Oxford Philadelphia St Louis, Sydney, Toronto
5. Tony. P, & Margaret G. (1988). Illustrated transfer techniques for disabled people:
Neurological Physiotherapy. Churchill Livingstone, Melbourne, Edinburgh London &
New York.
6. www.physio-pedia.net

Anda mungkin juga menyukai