Hukum Islam
Hukum Islam
Dosen :
Setyabudi Daryono, M.Sy
Disusun Oleh :
Muhamad Irfan Fauzan
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada suri tauladan kita Nabi
Muhammad yang diutus sebagai rahmat untuk sekalian alam dan untuk
membimbing umat ke jalan yang lurus. Begitu juga kepada para Keluarga dan
Sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti jejaknya sampai akhir zaman.
Namun bagaimanapun juga apa yang telah kami susun, tidaklah lepas dari
kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan kritik dan saran
dari para pembaca.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB 1 : PENDAHULUAN 1
1.3 : Tujuan 1
BAB 2 : Pembahasan 2
BAB 3 : Penutup 3
3.1 : Kesimpulan 3
3.2 : Saran 3
DAFTAR PUSTAKA 4
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB 2
2.1 Pengertian Hukum Islam
2
Bila artian sederhana tentang “Hukum Islam” itu dihubungkan
kepada pengertian “Fiqh” sebagaimana dijelaskan sebelumnya, dapat
dikatakan bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam itu adalah yang
bernama “fiqh” dalam literatur Islam yang berbahasa Arab. Dengan
demikian, setiap kata “fiqh” dalam buku ini berarti “Hukum Islam”.
Kajian tentang hukum Islam itu mengandung dua bidang pokok
yang masing-masing luas cakupannya, yaitu:
Pertama, kajian tentang perangkat peraturan terinci yang bersifat
amaliah dan harus diikuti umat Islam dalam kehidupan beragama. Inilah
yang secara sederhana disebut “fiqh” dalam artian khusus dengan segala
lingkup bahasannya.
Kedua, kajian tentang ketentuan serta cara dan usaha yang
sistematis dalam menghasilkan perangkat peraturan yang terinci itu
disebut “Usul Fiqh”, atau dalam arti lain “Sistem Metodologi Fiqh”. Fiqh
dan usul fiqh merupakan dua bahasan terpisah, namun saling berkaitan.
Pada waktu menguraikan suatu ketentuan tentang fiqh, untuk menguatkan
bahasannya, sering disertai penjelasan mengenai kenapa ketentuan itu
begitu adanya, sehingga memasuki lapangan pembahasan usul fiqh.
Demikian pula sebaliknya waktu membicarakan usul fiqh, untuk
memperjelas bahasannya dikemukakan contoh-contoh yang berada dalam
lingkup bahasan fiqh.
Adapun Hukum Syara’ berasal dari dua kata yaitu “Hukum” dan
“Syara’”. Kata “Hukum” berasal dari bahasa Arab yang secara etimologi
berarti “memutuskan, menetapkan dan menyeesaikan”. Kata “hukum” dan
kata lain yang berakar kepada kata itu terdapat dalam 88 tempat pada ayat
Al-Qur’an; tersebar dalam beberapa surat yang mengandung arti tersebut.
Kata “Syara’” secara etimologi berarti : “Jalan, jalan yang biasa
dilalui air”. Maksudnya adalah jallan yang dilalui manusia dalam menuju
kepada Allah. Kata ini secara sederhana berarti “ketentuan Allah”. Dalam
Al-Qur’an terdapat 5 kali disebutkan kata “syara’” dalam arti ketentuan
atau jalan yang harus ditempuh.
Bila kata “hukum” dirangkaikan dengan kata ”syara’” yaitu
“Hukum Syara’” akan berarti “Seperangkat peraturan berdasarkan
ketentuan Allah tentang tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini
berlaku serta mengikat untuk semua umat yang beragama Islam.”
3
2.2 Sumber Hukum Islam
Mari kita cermati jawaban salah satu seorang sahabat Nabi yang
bernama Muadz Bin Jabal ketika memberikan jawaban kepada Nabi dalam
diaolog diantara keduanya sewaktu Muaz diutus Nabi ke Yaman untuk
menduduki jabatan qadhi.
Muaz : “Aku melakukan Ijtihad dan aku tidak akan gegabah dalam
Ijtihadku.”
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul dan
taatilah Ulil Amri diantara kamu. Jika kamu berselisih pendapat tentang
sesuatu, kembalikanlah kepada Allah dan Rasul.”
Suruhan Allah dalam ayat tersebut untuk menaati Allah dan Rasul-
Nya berarti perintah untuk mengikuti apa-apa yang terdapat dalalm Al-
Qur’an dan Hadits Nabi. Suruhan utuk menaati Ulil Amri berarti perinth
untuk mengikuti kesepakatan para Ulama Mujtahid dalam menetapkan
hukum, karena mereka adalah orang-orang yang mengurus kepentingan
umat Islam dalam bidang Hukum. Suruhan untuk memulangkan hal dan
urusan yang diperselisihkan kepada Allah dan Rasul berarti perintah untuk
menggunakan Qiyas (daya nalar) dalam hal-hal yang tidak ditemukan
jawabannya dalam Al-Qur’an, Hadits, dan tidak ada pula Ijma’ atau
kesepakatan ulama mujtahid. Dengan demikian, dalil hukum syara’ yang
disepakati di kalangan Jumhur Ulama adalah empat yaitu Al-Qur’an,
Hadist atau Sunah, Ijma’, dan Qiyas.
4
2.3 Pembagian Hukum Islam atau Syara’
5
BAB 3
Penutup
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
6
DAFTAR PUSTAKA